Sie sind auf Seite 1von 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diare

1. Pengertian
Diare adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan disini adalah buang
air besar berkali-kali (lebih dari empat kali), bentuk feses cair, dan
dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun dan Lusianah, 2010).
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja
lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24
jam. Definisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encerlebih
dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat/ tanpa disertai lendir
dan darah (Sudoyo Aru,dkk,2009).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer atau cair(Dermawan, dkk, 2010).
2. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut Suratun dan Lusianah (2010) dibedakan
menjadi dua yaitu :
a. Diare akut
Diare akut adalah diare yang serangannya tiba – tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut infeksi diklasifikasikan
secara klinis menjadi dua yaitu diare inflamasi dan diare non
inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan
pengeluaran sitoksin di kolon. Gejala klinis ditandai dengan mulas

5
6

sampai nyeri seperti kolik(mendadak dan bersifat tajam), mual,


muntah, demam, tenesmus (merasa tidak tuntas saat BAB ), gejala
dan tanda dehidrasi. Terdapat lendir dan dan terkadang terdapat
darah pada pemeriksaan feses. Sedangkan diare non inflamasi
disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare cair
denganvolume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan
abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada sama sekali.
Dehidarasi cepat terjadi bila tidakmendapat cairan pengganti. Tidak
ditemukan lekosit pada pemeriksaan feses rutin.
b. Diare Kronik

Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari,


mekanisme terjadinya dapat dibagi menjadi diare sekresi, diare
osmotik, diare eksudatif dan gangguan motilitas.
1) Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan
oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi
sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbsi mukosa
usus ke dalam lumen usus menurun.
2) Diare Osmotik
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi
sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari
plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare.
3) Diare Eksudatif
Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus
halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi
akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten
sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau
akibat radiasi.
7

4) Kelompok lain
Akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu
transit makanan atau minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada
kondisi tiroksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes
mellitus dapat muncul diare.
3. Etiologi
Menurut Dermawan,dkk (2010) Ada beberapa penyebab dari diare :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare. Meliputi infeksi internal
sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Acromonas dan sebagainya
- Infeksi virus : Enterovirus (Virus Ecno, Coxsacme,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-
lain
- Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloide), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lambia, Thricomonas hominis), jamur (Candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa); monosakarida(intoleran glukosa, fruktosa
dan galaktosa)
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
8

d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas
4. Patofisiologi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010), proses terjadinya diare
dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi bakteri,
malabsorbsi, atau sebab yang lain seperti gangguan motilitas dan stress.
Faktor infeksi, proses ini diawali dengan adanya mikroorganisme yang
masuk ke dalam saluran pencernaan, kemudian berkembang biak dalam
usus memproduksi toksin, yang terikat pada mukosa usus dan
menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang di
ikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Infeksi bakteri jenis
enterovinasif seperti E coli, paratyphy B.Salmonel, Shigella, toksin yang
dikeluarkannya dapat menyebabkan kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat sekretori eksudatif, cairan diare
dapat bercampur lendir dan darah.
Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan
absorbsi terhadap makanan atau zat yang mengakibatkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi
diare.
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare, sebaliknya jika terjadi hipoperistaltikakan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare.
Akibat dari diare dapat menyebabkan kehilangan air elektrolit
(dehidrasi)yang mengakibatkan gangguan asam basa ( asidosismetabolik
dan hipokalemi), gangguan nutrisi (intake kurang, output berlebihan).
9

5. Patways keperawatan berdasarkan NANDA NIC-NOC 2015

infeksi makanan psikologi

berkembang diusus toksik tak dapat diserap ansietas

hipersekresi dan elektrolit hiperperistaltik malabsorbsi


KH, Lemak,protein

isi usus penyerapan makanan di meningkat


usus menurun tekanan osmotik

pergeseranair dan
elektrolit ke usus

diare

frekuensi BAB meningkat distensi abdomen

hilang cairan dan elektrolit gangguan integritas kulit


berlebihan perianal mual muntah

gangguan keseimbangan asidosis metabolik nafsu makan


cairan dan elektrolit menurun

sesak ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

dehidrasi

gangguan pertukaran gas

resiko syok (hipovolemi)


Kekurangan volume
cairan

Skema 2.1 patways


10

6. Manifestasi Klinis
Menurut Ardiansyah (2012) tanda gejala diare yaitu :
a. Perut mulas dan gelisah, suhu tubuh meningkat, demam, nafsu
makan berkurang, rasa lekas kenyang, mual (kadang-kadang sampai
muntah), dan badan terasa lemas.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair dan encer,
kadang disertai mual dan muntah.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitaskulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering,
serta disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, dan kesadaran
menurun (apatis, somnolence, sopora komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
h. Bila terjadi asidosis metabolik, pasien akan tampak pucat dengan
pernapasan cepat dan dalam.

7. Komplikasi
Menurut Suratun dan Lusianah ( 2010 ) komplikasi yang dapat terjadi
pada klien kurang volume cairan antara lain :
a. Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit memicu shock
hipovolemik dan kehilangan elektrolit seperti hipokalemia (kalium
<3 Meq/liter) dan asidosis metabolik. Pada hipokalemia, waspadai
tanda-tanda penurunan tekanan darah, anoreksia dan mengantuk.
11

b. Tubular nekrosis akut dan gagal pada dehidrasi yang


berkepanjangan. Perhatikan pengeluaran urin <30 ml/jam selama 2-3
jam berturut-turut.
c. Sindrom guillain-barre
d. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit
diare karena campylobacter, shigella, salmonella, atau yersina spp
e. Disritmia jantung berupa takikardi atrium dan ventrikel, fibrilasi
ventrikel dan kontraksi ventrikel prematur akibat gangguan elektrolit
terutama oleh karena hipokalemia.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kurang volume cairan tubuh menurut Ardiansyah (2012)
yaitu :
a. Pengganti Cairan dan Elektrolit
Rehidrasi oral dilakukan pada semua pasien diare akut yang masih
mampu minum. Rehidrasi oral terdiri dari 3,5 g natrium klorida, 2,5
g natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa/liter.
Air cairan rehidrasi oral dapat dibuat sendiri oleh pasien dengan
menambahkan ½ sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan
gula per liter air. Dua buah pisang atau satu cangkir jus jeruk juga
dapat diberikan untuk mengganti kalium. Selain itu, minum cairan
sebanyak mungkin atau berikan oralit.
Sedangkan, untuk kasus diare hebat berikan hidrasi intravena.
NaCL atau laktat ringer juga harus diberikan sebagai suplementasi
kalium dan jangan lupa untuk selalu memonitor status hidrasi, TTV,
dan keluaran urine. Pengganti cairan dapat menggunakan rumus
metode pierce berdasarkan keadaan klinis, yaitu untuk dehidrasi
ringan dibutuhkan cairan 5% kali berat badan (kg), dehidrasi sedang
dibutuhkan cairan 8% kali berat badan (kg), dan dehidrasi berat
dibutuhkan cairan 10% kali berat badan (kg).
12

Atau juga dapat menggunakan formulasi milik Goldbeger. Ia


mengemukakan beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan
tubuh.
1) Cara 1
Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis
dehidrasi lainnya, maka pasien telah kehilangan cairan kira-kira
2% dari berat badan saat itu. Bila disertai mulut kering dan
oliguria (kencing sedikit) maka defisit cairan sekitar 6% dari berat
badan saat itu. Bila tanda-tanda tersebut disertai adanya
kelemahan fisik yang jelas serta perubahan mental seperti
bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7-14% atau
sekitar 3,5-7 liter pada orang dewasa dengan berat badan 50 kg.
2) Cara 2
Jika klien dapat ditimbang setiap hari, maka kehilangan
berat badan 4 kg pada masa akut sama dengan defisit air sebanyak
4 liter.
3) Cara 3
Dengan menggunakan rumus :
Na2 x Bw2 = Na1 x Bw1
Dimana :
Na1 : kadar natrium plasma normal
Bw1 : volume air badan normal, biasanya 60% dari berat
badan untuk pria dan 50% untuk wanita
Na2 : kadar natrium sekarang, dan
Bw2 : volume air badan sekarang

b. Dietatik ( Pemberian makanan)


Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada
pasien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan, serta menjaga
kesehatan pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan ini
adalah tetap memberikan bahan makanan yang mengandung cukup
13

kalori, protein, mineral, dan vitamin, serta makanan yang harus


bersih.
c. Obat-obatan
Prinsip : mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan/tanpa
muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa/karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll).
Obat yang diberikan adalah :
1) Obat anti sekresi
Asetosal. Dosis 25 mg/thn dengan dosis minimum 30
mg.Klorpromazin. Dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.
2) Obat spasmolitik
Papaverin, ekstrak beladon, opium loperamid tidak digunakan
pada klien diare. Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin,
charcoal tabonal tidak bermanfaat mengatasi diare sehingga
tidak diberikan lagi.
3) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab
yang jelas. Pada klien kolera diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg
BB /hari. ATS diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti :
OMA, Faringitis, Bronkitis, Bronkopneumoni.
14

B. Konsep Kurang Volume Cairan Tubuh pada Diare

1. Pengertian
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan
yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit diruang ekstrasel,
namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati
normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada
keadaan hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan
sehingga cairan interstisial masuk ke ruang intravaskular. Akibatnya,
ruang interstisialmenjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang
interstisial sehingga menggangu kehidupan sel. ( Mubarak,2008)
2. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik kurang volume cairan tubuh menurut Anas
Tamsuri (2009) dibedakan menjadi dua yaitu :
Mayor
a. Ketidakcukupan asupan cairan per oral
b. Balans negatif antara asupan dan haluaran
c. Penurunan berat badan
d. Kulit/membran mukosa kering (turgor menurun)
Minor
a. Peningkatan natrium serum
b. Penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebih
c. Urine pekat atau sering berkemih
d. Penurunan turgor kulit
e. Haus, mual/anoreksia
3. Klasifikasi Dehidrasi
Klasifikasi dehidrasi menurut Ardiansyah (2012) yaitu :
a. Dehidrasi Ringan
Dehidrasi ringan terjadi jika tubuh kehilangan cairan 2-5 %
dari berat badan, dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, dan klien belum mengalami shock.
15

b. Dehidrasi Sedang
Dehidrasi Sedang terjadi jika tubuh kehilangan cairan 5-8
% dari berat badan, dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, denyut nadi cepat, dan klien masuk tahap preshock.
c. Dehidrasi Berat
Dehidrasi berat terjadi jika tubuh kehilangan cairan 8-10 %
dari berat badan, dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang, ditambah dengan kesadran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis (warna kebiru-
biruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat
peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi)
4. Volume Cairan Tubuh
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) Total jumlah volume
cairan tubuh (total body water- TBW) kira-kira 60% dari berat badan
pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung
pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit
menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga
berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit
kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir memiliki TBW 70-
8-% dari BB; usia 1 tahun 60% dari BB; usia pubertas sampai dengan
39 tahun untuk pria 60% dari BB wanita 52% dari BB; usia 40-60
tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB; sedangkan
pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46%
dari BB.
5. Fungsi Cairan
Fungsi cairan menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) yaitu :
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
b. Transpor nutrisi ke sel
c. Transpor hasil sisa metabolisme
d. Transpor hormon
16

e. Pelumas antar-organ
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem
kardiovaskuler
6. Keseimbangan Cairan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) Keseimbangan cairan
ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan.
Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan
cairan setiap hari antara 1800-2500 ml/hari. Sekitar 1200 ml berasal
dari minuman dan dan 1000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1200-1500 ml/hari, feses 100
ml, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan
Menurut Anas Tamsuri (2010) faktor yang mempengaruhi
keseimbangan cairan yaitu :
a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh,
metabolisme yang diperlukan dan berat badan
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan
peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan peningkatan haluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal dilingkungan yang
iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran
cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi
ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat diobservasi sehingga
17

disebut sebagai kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible


water loss,IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme, dan usia.
Individu yang tinggal dilingkungan yang bersuhu tinggi
atau didaerah dengan tingkat kelembapan yang rendah akan lebih
sering mengalami kehilangan cairan dan elektrolit. Demikian pula
pada orang yang bekerja berat dilingkungan yang bersuhu tinggi,
mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima liter sehari melalui
keringat. Umunya, orang yang biasa berada dilingkungan panas
akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada
ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada
dilingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per
jam.

Tabel 2.1

Besar IWL menurut usia

Usia Besar IWL (mg/kg BB/hari)


Baru lahir 30
Bayi 50-60
Anak-anak 40
Remaja 30
Dewasa 20

d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan
dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak adekuat atau tidak
seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan glikogen dan lemak. Kondisi
ini mengakibatkan penurunan kadar albumin. Dalam tubuh,
albumin penting untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma.
18

Jika tubuh kekurangan albumin, tekanan onkotik plasma dapat


menurun. Akibatnya, cairan dapat berpindah dari intravaskuler ke
interstisial sehingga terjadi edema di interstisial.
e. Stres
Kondisi stres berpengaruh pada kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Saat stres, tubuh mengalami peningkatan
metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan
dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium. Di samping itu, stres juga menyebabkan peningkatan
produksi hormon antidiuretik yang dapat mengurangi produksi
urine.
f. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan
cairan dan elektolit dari sel/jaringan yang rusak (misal, luka robek
atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga mengalami
peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui
saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
g. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif
secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan
cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi defisit cairan tubuh.
8. Pengeluaran Cairan
Menurut Tarwoto dan Wartonah( 2010) Pengeluaran cairan terjadi
melalui organ-organ seperti :
a. Ginjal
1) Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang
menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari.
2) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
3) Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari
19

4) Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh


ADH dan aldosteron.
b. Kulit
1) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis
yang merangsang aktivitas kelenjar keringat.
2) Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas
otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam.
3) Disebut juga Isensible Water Loss(IWL) sekitar 15-20
ml/24 jam
c. Paru-paru
1) Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
2) Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat
pergerakan atau demam.
d. Gastriontestinal
1) Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari
gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml.
2) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg/24
jam. Dengan kenaikan 10% dari IWL pada setia kenaikan
temperatur 1 derjat Celsius.
20

C. Pengelolaan kurang volume cairan tubuh pada Diare

a. Menghitung kebutuhan cairan


Menurut Suratun & Lusianah ( 2010, p, 142 ) Penggantian cairan
dapat menggunakan rumus metode pierce berdasarkan keadaan klinis
yaitu
 Dehidrasi ringan, penurunan berat badan 5% x KgBB
 Dehidrasi sedang, penurunan berat badan 8% x kgBB
 Dehidrasi berat, penurunan berat badan 10% x KgBB
b. Menghitung Balance Cairan
Berikut cara menghitung balance cairan
Rumus
Balance cairan = cairan masuk – cairan keluar + IWL
a. Jika suhu normal (36 – 37,5 derajat ) :
IWL = 15 x BB x jam kerja
24 jam
b. Jika suhu diatas normal :
IWL = [ (10% x cairan masuk) x kenaikan suhu] + IWL Normal
24 jam

Keterangan :

Cairan yang masuk meliputi :

a. Intake oral (makanan dan minuman )


b. Intake parental ( makanan sonde / NGT )
c. Infus

Cairan yang keluar meliputi :

a. Urin
b. Feses
Cairan abdominal (muntah, drainage, pendarahan)

(http://nurkayat.wordpress.com/ratna/menghitung-balance-cairan/)
21

c. Jenis Cairan Infus


Jenis cairan infus dan kegunaannya menurut Suratun dan Lusianah
(2010, p, 143)
Tabel 2.2
jenis cairan infus

N0 Jenis cairan Kegunaan


1 Larutan isotonik Larutan isotonik seperti NaCl menetap
NaCl (normal salin ) dalam kompartemen vaskuler,
0,9% mengembangkan volume vaskuler
Ringer Laktat D5W adalah isotonik pada awal
Dekstrose 5% dalam pemberian terapi menyediakan asir bebas
air (D5W) ketika dekstrose dimetabolisme,
meningkatkan cairan intraseluler dan
ekstraseluler
2 Larutan hipotonik Larutan hipotonik untuk restorasi air dan
NaCl 0,45% dan NaCl menangani dehidrasi seluler. Larutan ini
0,33% meningkatkan produksisa oleh ginjal
3 Larutan Hipertonik Larutan hipertonik menarik cairan keluar
Dekstrose 5% dalam dari kompartemen intraseluler dan
NaCl interstitial ke dalam kompartemen
Dekstrose 5% dalam vaskuler, mengembangkan volume
0,43% NaCl vaskuler
Dekstrose 5% dalam
RL
22

D. Konsep Asuhan Keperawatan Kurang Volume Cairan pada Diare


1. Pengkajian data keperawatan Diare
Pengkajian menurut (Suratun dan Lusianah,2010)
a. Identitas klien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal suku bangsa
dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair
(diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan/sedang), atau BAB>10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare
berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut,
sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah
diare persisten.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan sekarang atau
tidak ada, dan timbul diare
2) Feses cair, mungkin disertai lendir atau darah
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet, karena sering
defekasi
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
5) Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak
6) Dieresis, yaitu terjadinya oliguria (kurang 1 ml/kg BB/jam)
bila terjadi dehidrasi
d. Riwayat kesehatan meliputi
1) Riwayat penyakit yang pernah dialami sebelumnya
2) Riwayat alergi terhadap makanan/ obat-obatan (antibiotik)
e. Riwayat nutrisi
1) Asupan makanan
2) Keluhan nyeri abdomen
3) Distensi abdomen,mual, muntah
23

4) Berat badan biasanya turun


f. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah
dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab
dan cara penanganan.
g. Pola tidur dan istirahat
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman
h. Pola aktivitas
Aktivitas klien akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah
dan adanya nyeri akibat distensi abdomen
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
- Baik,sadar (tanpa dehidrasi)
- Gelisah, (dehidrasi ringan, sedang )
- Lesu, lunglai, atau tidak sadar, tidak ada urine ( dehidrasi
berat)
2) Berat badan klien dengan dehidrasi biasanya mengalami
penurunan berat badan
- Dehidrasi ringan , bila terjadi penurunan berat badan 5%
- Dehidrasi sedang, bila penurunan berat badan 5 sampai
10%
- Dehidarsi berat, bila terjadi penurunanberat badan 10
sampai 15%
3) Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan
pemeriksaan turgor ( cubit daerah perut menggunakan kedua
ujung jari). Inspeksi kulit perinal apakah terjadi terjadi iritasi.
4) Mulut atau lidah
- Mulut dan lidah basah ( tanpa dehidrasi)
- Mulut dan lidah kering ( dehidrasi ringan sampai sedang)
24

- Mulut lidah sangat kering ( dehidrasi berat)


5) Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri, dan
bising usus yang meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien diaredengan kurang volume
cairan adalah Kurang volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif, muntah, frekuensi BAB berlebihan.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanan keperawatan menurut (Suratun dan Lusianah,2010)
yaitu :
1) Kekurangan Volume Cairan
a) Tujuan : kurang volume cairan teratasi
b) Kriteria hasil :
a. Intake seimbang dengan output
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
c. Membran mukosa kulit lembab
d. Berat badan seimbang
c) Intervensi keperawatan
a. Monitor dan catat masukan dan pengeluaran cairan : urine,
feses (jumlah, konsistensi dan warna)
Rasional :
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, dan
merupakan pedoman untuk penggantian cairan
b. Observasi tanda-tanda vital (TTV)
Rasional :
Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukan respon
terhadap kehilangan cairan
c. Observasi adanya kulit kering dan membran mukosa,
kering, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.
Rasional :
Menunjukan kehilangan cairan berlebih/dehidrasi
25

d. Ukur berat badan (BB) tiap hari


Rasional :
Indikator cairan dan status nutrisi
e. Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring dan hindari
aktivitas
Rasional :
Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk
menurunkan kehilangan cairan usus
f. Laporkan adanya kelemahan otot umum dan disritmia
jantung
Rasional :
Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Hipokalemia dapat
menyebabkan gangguan irama jantung.
g. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian : cairan
parenteral, transfusi darah sesuai indikasi
Rasional :
Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan
penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/
anemia.
h. Berikan terapi anti diare sesuai program medik
Rasional :
Menurunkan kehilangan cairan dari usus
i. Berikan terapi antiemetik sesuai program medik
Rasional :
Digunakan untuk mengontrol mual/muntah
j. Berikan terapi antipiretik sesuai program medik
Rasional :
Mengontrol demam. Menurunkan IWL (Indeks Water
Loss).
26

4. Implementasi keperawatan
Menurut (Anas Tamsuri, 2009)Implementasi keperawatan
yang dilakukan meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi perawat.
Tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami atau berisiko
mengalami kekurangan volume cairan (misal, klien yang menderita
diare, demam tinggi). Dalam pemberiannya, klien umumnya
mendapat makanan/cairan dengan konsentrasi rendah. Jika dapat
ditoleransi, selanjutnya klien akan mendapatkan makanan/minuman
dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi
kebutuhan diet yang diharapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Anas Tamsuri,2009)Evaluasi keperawatan
dilakukan dengan melakukan pengumpulan data selama tindakan
keperawatan (misal turgor kulit, observasi tanda-tanda vital,
asupan dan haluaran cairan,tindakan kolaborasi dengan tim medis,
serta pengukuran berat badan) disamping menentukan apakah
kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut masing-masing
diagnosis telah tercapai atau belum.
Beberapa indikator dengan kurang volume cairan telah tercapai
menurut (Tarwoto dan Wartonah,2010) :
a. Hidrasi : air yang adekuat dalam kompartemen intrasel dan
ekstrasel tubuh
b. Keseimbangan cairan : keseimbangan air dalam kompartemen
intrasel dan ekstrasel tubuh
c. Mempertahankan keseimbangan cairan
d. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine
adekuat, tekanan darah stabil, membran mukosa mulut lembap,
turgor kulit baik.

Das könnte Ihnen auch gefallen