Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Diare adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan disini adalah buang
air besar berkali-kali (lebih dari empat kali), bentuk feses cair, dan
dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun dan Lusianah, 2010).
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja
lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24
jam. Definisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encerlebih
dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat/ tanpa disertai lendir
dan darah (Sudoyo Aru,dkk,2009).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer atau cair(Dermawan, dkk, 2010).
2. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut Suratun dan Lusianah (2010) dibedakan
menjadi dua yaitu :
a. Diare akut
Diare akut adalah diare yang serangannya tiba – tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut infeksi diklasifikasikan
secara klinis menjadi dua yaitu diare inflamasi dan diare non
inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan
pengeluaran sitoksin di kolon. Gejala klinis ditandai dengan mulas
5
6
4) Kelompok lain
Akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu
transit makanan atau minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada
kondisi tiroksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes
mellitus dapat muncul diare.
3. Etiologi
Menurut Dermawan,dkk (2010) Ada beberapa penyebab dari diare :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare. Meliputi infeksi internal
sebagai berikut :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Acromonas dan sebagainya
- Infeksi virus : Enterovirus (Virus Ecno, Coxsacme,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-
lain
- Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,
Strongyloide), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lambia, Thricomonas hominis), jamur (Candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa); monosakarida(intoleran glukosa, fruktosa
dan galaktosa)
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
8
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas
4. Patofisiologi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010), proses terjadinya diare
dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi bakteri,
malabsorbsi, atau sebab yang lain seperti gangguan motilitas dan stress.
Faktor infeksi, proses ini diawali dengan adanya mikroorganisme yang
masuk ke dalam saluran pencernaan, kemudian berkembang biak dalam
usus memproduksi toksin, yang terikat pada mukosa usus dan
menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang di
ikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Infeksi bakteri jenis
enterovinasif seperti E coli, paratyphy B.Salmonel, Shigella, toksin yang
dikeluarkannya dapat menyebabkan kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat sekretori eksudatif, cairan diare
dapat bercampur lendir dan darah.
Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan
absorbsi terhadap makanan atau zat yang mengakibatkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi
diare.
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare, sebaliknya jika terjadi hipoperistaltikakan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare.
Akibat dari diare dapat menyebabkan kehilangan air elektrolit
(dehidrasi)yang mengakibatkan gangguan asam basa ( asidosismetabolik
dan hipokalemi), gangguan nutrisi (intake kurang, output berlebihan).
9
pergeseranair dan
elektrolit ke usus
diare
sesak ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
dehidrasi
6. Manifestasi Klinis
Menurut Ardiansyah (2012) tanda gejala diare yaitu :
a. Perut mulas dan gelisah, suhu tubuh meningkat, demam, nafsu
makan berkurang, rasa lekas kenyang, mual (kadang-kadang sampai
muntah), dan badan terasa lemas.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair dan encer,
kadang disertai mual dan muntah.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitaskulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering,
serta disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, dan kesadaran
menurun (apatis, somnolence, sopora komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
h. Bila terjadi asidosis metabolik, pasien akan tampak pucat dengan
pernapasan cepat dan dalam.
7. Komplikasi
Menurut Suratun dan Lusianah ( 2010 ) komplikasi yang dapat terjadi
pada klien kurang volume cairan antara lain :
a. Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit memicu shock
hipovolemik dan kehilangan elektrolit seperti hipokalemia (kalium
<3 Meq/liter) dan asidosis metabolik. Pada hipokalemia, waspadai
tanda-tanda penurunan tekanan darah, anoreksia dan mengantuk.
11
1. Pengertian
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan
yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit diruang ekstrasel,
namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati
normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada
keadaan hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan
sehingga cairan interstisial masuk ke ruang intravaskular. Akibatnya,
ruang interstisialmenjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang
interstisial sehingga menggangu kehidupan sel. ( Mubarak,2008)
2. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik kurang volume cairan tubuh menurut Anas
Tamsuri (2009) dibedakan menjadi dua yaitu :
Mayor
a. Ketidakcukupan asupan cairan per oral
b. Balans negatif antara asupan dan haluaran
c. Penurunan berat badan
d. Kulit/membran mukosa kering (turgor menurun)
Minor
a. Peningkatan natrium serum
b. Penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebih
c. Urine pekat atau sering berkemih
d. Penurunan turgor kulit
e. Haus, mual/anoreksia
3. Klasifikasi Dehidrasi
Klasifikasi dehidrasi menurut Ardiansyah (2012) yaitu :
a. Dehidrasi Ringan
Dehidrasi ringan terjadi jika tubuh kehilangan cairan 2-5 %
dari berat badan, dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, dan klien belum mengalami shock.
15
b. Dehidrasi Sedang
Dehidrasi Sedang terjadi jika tubuh kehilangan cairan 5-8
% dari berat badan, dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, denyut nadi cepat, dan klien masuk tahap preshock.
c. Dehidrasi Berat
Dehidrasi berat terjadi jika tubuh kehilangan cairan 8-10 %
dari berat badan, dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang, ditambah dengan kesadran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis (warna kebiru-
biruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat
peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi)
4. Volume Cairan Tubuh
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) Total jumlah volume
cairan tubuh (total body water- TBW) kira-kira 60% dari berat badan
pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung
pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit
menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga
berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit
kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir memiliki TBW 70-
8-% dari BB; usia 1 tahun 60% dari BB; usia pubertas sampai dengan
39 tahun untuk pria 60% dari BB wanita 52% dari BB; usia 40-60
tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB; sedangkan
pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46%
dari BB.
5. Fungsi Cairan
Fungsi cairan menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) yaitu :
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
b. Transpor nutrisi ke sel
c. Transpor hasil sisa metabolisme
d. Transpor hormon
16
e. Pelumas antar-organ
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem
kardiovaskuler
6. Keseimbangan Cairan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) Keseimbangan cairan
ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan.
Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan
cairan setiap hari antara 1800-2500 ml/hari. Sekitar 1200 ml berasal
dari minuman dan dan 1000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1200-1500 ml/hari, feses 100
ml, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan
Menurut Anas Tamsuri (2010) faktor yang mempengaruhi
keseimbangan cairan yaitu :
a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh,
metabolisme yang diperlukan dan berat badan
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan
peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan peningkatan haluaran cairan melalui keringat.
Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari
(insensible water loss) juga mengalami peningkatan akibat
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal dilingkungan yang
iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran
cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi
ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat diobservasi sehingga
17
Tabel 2.1
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan
dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak adekuat atau tidak
seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan glikogen dan lemak. Kondisi
ini mengakibatkan penurunan kadar albumin. Dalam tubuh,
albumin penting untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma.
18
Keterangan :
a. Urin
b. Feses
Cairan abdominal (muntah, drainage, pendarahan)
(http://nurkayat.wordpress.com/ratna/menghitung-balance-cairan/)
21
4. Implementasi keperawatan
Menurut (Anas Tamsuri, 2009)Implementasi keperawatan
yang dilakukan meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi perawat.
Tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami atau berisiko
mengalami kekurangan volume cairan (misal, klien yang menderita
diare, demam tinggi). Dalam pemberiannya, klien umumnya
mendapat makanan/cairan dengan konsentrasi rendah. Jika dapat
ditoleransi, selanjutnya klien akan mendapatkan makanan/minuman
dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi
kebutuhan diet yang diharapkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Anas Tamsuri,2009)Evaluasi keperawatan
dilakukan dengan melakukan pengumpulan data selama tindakan
keperawatan (misal turgor kulit, observasi tanda-tanda vital,
asupan dan haluaran cairan,tindakan kolaborasi dengan tim medis,
serta pengukuran berat badan) disamping menentukan apakah
kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut masing-masing
diagnosis telah tercapai atau belum.
Beberapa indikator dengan kurang volume cairan telah tercapai
menurut (Tarwoto dan Wartonah,2010) :
a. Hidrasi : air yang adekuat dalam kompartemen intrasel dan
ekstrasel tubuh
b. Keseimbangan cairan : keseimbangan air dalam kompartemen
intrasel dan ekstrasel tubuh
c. Mempertahankan keseimbangan cairan
d. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine
adekuat, tekanan darah stabil, membran mukosa mulut lembap,
turgor kulit baik.