Sie sind auf Seite 1von 26

a.

Anterior : dari kanan ke kiri colon trasnversum, mesocolon


trasnversum, bursa omentalis, gaster
Nama : Putri Medita Rachmayanti b. Posterior : dari kanan ke kiri, ductus choledocus, v. porta, v.
NPM : 1102016173 lienalis, v. cava inferior, aorta, pangkal a. mesenterica superior,
m. psoas sinistra, glandula suprarenalis sinistra, renal sinistra &
1. MM Anatomi Pankreas hilus lienalis
1.1 Makroskopis
Perdarahan
Arteri Lienalis dan Arteri pancreaticoduodenalis superior dan
inferior. Vena Lienalis, V. Pancreaticoduodenalis superior dan
inferior yang bermuara ke vena porta hepatica.
Persarafan
Dipersarafi oleh N.X (Vagus) sifatnya simpatis dan parasimpatis
Saluran Kelenjar Pankreas
a. Ductus pancreaticus mayor (Wirsungi)
b. Ductus pancreaticus minor/accesorius (Santorini)

1.2 Mikroskopis
Memiliki struktur lunak dan berlobus, berada pada abdomen di
region epigastrium. Terdiri atas 4 bagian : Pulau – pulau Langerhans
a. Caput : cakram, pada bagian cekung duodenum, meluas Merupakan mikroorgan endokrin multi hormonal di pankreas.
kekiri dan di belakang a.v. mesenterica superior dan terdapat Pulau – pulau ini berkelompok bulat terpendam dalam jaringan
processus uncinatus eksokrin pankreas. Pulau langerhans tersebar diantara sel eksokrin
b. Collum : terletak didepan pangkal v. porta dan a. pankreas, merupakan sel – sel bulat/poligonal, pucat, tersusun
mesenterica superior berderet yang dipisahkan oleh jaringan kapiler darah.
c. Corpus : berjalan ke atas dan kekiri menyilang garis tengah
d. Cauda : menuju Lig. Lienorenalis menuju ke hilus limpa Terdapat 4 jenis sel :
1. Sel A : bentuknya besar dan mencolok, terletak di tepi,
mensekresi glukagon yang berfungsi untuk menghasilkan
Batas – Batas energi yang di simpan sebagai glikogen dan lemak yang
didapat dari glikogenolisis dan lipolisis.

1
2. Sel B : sel paling kecil, granulanya lebih kecil terletak di yang diproses dari molekul prekusor yang lebih besar. Angkaian
daerah pusat, mensekresi insulin yang berfungsi untuk pemandu yang bersifat hidrofobik dengan 23 asam amino
memasukan glukosa kedalam sel dan menurunkan kadar mengarahkan molekul tersebut ke dalam sisterna reticulum
glukosa darah. endoplasma dan kemudian dikeluarkan. Proses ini menghasilkan
3. Sel D : sel paling besar, granula mirip sel A, tapi tidak padat, proinsulin dengan berat molekul 9000 yang menyediakan bentuk
mensekresi somatostatin yang berfungsi menghambat yang diperlukan bagi pembentukan jembatan disulfide yang
pelepasan hormon dari sel pulau lainya melalui kerja sempurna. Penyusunan proinsulin, yang dimulai dari bagian
pparakrin setempat. terminal amino, adalah rantai B – peptide C penghubung rantai A.
4. Sel PP : ditemukan pada guinea pig, mensekresi polipeptida molekul proinsulin menjalani serangkaian pemecahan peptide
pankreas. tapak- spesifik sehingga terbentuk insulin yang matur dan peptide
C dalam jumlah yang seimbang dan disekresikan dari granul
sekretorik pada sel beta pancreas.

Glucose Ca2+
K+ channel Channel Insulin
GLUT-2 shut
Release
Opens


Glucose K+ 
↑↑
Glucose-6-phosphate Insulin + C peptide
Depolarization Cleavage
of membrane enzymes
ATP Proinsulin
Glucose signaling
2. MM Fisiologi Pankreas
preproinsulin
2.1 Peran Insulin Dalam Tubuh Preproinsulin
a. Sintesis insulin B. cell Insulin Synthesis
Insulin merupakan hormone yang terdiri dari rangkaian
asam amino, dihasilkan oleh beta kelenjar pancreas. Dalam keadaan Gb.1 Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat stimulasi
normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintetis b. Sekresi insulin Glukosa ( Kramer,95 )
kemudian diekskresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh Glukosa merupakan kunci regulator sekresi insulin oleh sel
untuk keperluan regulasi glukosa darah. beta pancreas, walaupun asam amino, keton dan nutrient lainnya
Insulin disintesis sebagai suatu preprohormon (berat juga mempengaruhi sekresi insulin. Kadar glukosa > 3,9 mmol/L
molekul sekitar 11.500) dan merupakan prototype untuk peptide (70 mg/dl) merangsang sintesis insulin. Glukosa merangsang
sekresi insulin dengan masuk ke dalam sel beta melalui transporter

2
GLUT-2. Selanjutnya dalam sel, glukosa mengalami proses meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) dan
fosforilasi oleh enzim glukokinase dan glikolisis yang akan selanjutnya juga pada mendorong penempatannya pada membran
membebaskan molekul ATP. sel. Proses sintesis dan translokasi GLUT-4 inilah yang bekerja
Molekul ATP yang terbebas tersebut, dibutuhkan untuk memasukkan glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya
mengaktifkan proses penutupan K channel yang terdapat pada mengalami metabolism (Gb. 3). Untuk mendapatkan proses
membrane sel. Terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel metabolisme glukosa normal, selain diperlukan mekanisme serta
menyebabkan depolarisasi membrane sel. Terhambatnya dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi insulin yang
pengeluaran ion K dari dalam sel menyebabkan depolarisasi berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas atau tingginya
membrane sel, yang diikuti kemudian oleh proses pembukaan Ca resistensi jaringan tubuh terhadap insulin merupakan salah satu
channel. Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca faktor etiologi terjadinya diabetes, khususnya diabetes tipe 2.
sehingga meningkatkan kadar ion Ca intrasek, suasana yang Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya berkaitan
dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme yang dengan metabolisme glukosa di jaringan perifer, tapi juga di
cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan. Aktivasi jaringan hepar dimana GLUT-2 berfungsi sebagai kendaraan
penutupan K channel terjadi tidak hanya disebabkan oleh ransangan pengangkut glukosa melewati membrana sel kedalam sel. Dalam
ATP hasil proses fosforilasi glukosa intrasel, teteapi juga dapat oleh hal inilah jaringan hepar ikut berperan dalam mengatur homeostasis
pengaruh beberapa factor lain termasuk obat-obatan. Namun glukosa tubuh. Peninggian kadar glukosa darah puasa, lebih
senyawa obat-obatan tersebut (biasanya tergolong obat diabetes), ditentukan oleh peningkatan produksi glukosa secara endogen yang
bekerja mengaktivasi K channel tidak pada reseptor yang sama berasal dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis di jaringan
dengan glukosa, tapi pada reseptor tersendiri yang disebut hepar. Kedua proses ini berlangsung secara normal pada orang sehat
sulphonilurea eceptor (SUR), yang juga terdapat pada membrane karena dikontrol oleh hormon insulin. Manakala jaringan ( hepar )
sel beta. resisten terhadap insulin, maka efek inhibisi hormon tersebut
terhadap mekanisme produksi glukosa endogen secara berlebihan
c. Aksi insulin menjadi tidak lagi optimal. Semakin tinggi tingkat resistensi insulin,
Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses semakin rendah kemampuan inhibisinya terhadap proses
metabolisme dalam tubuh terutama metabolisme karbohidrat. glikogenolisis dan glukoneogenesis, dan semakin tinggi tingkat
Hormon ini sangat krusial perannya dalam proses utilisasi glukosa produksi glukosa dari hepar.
oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot, lemak, dan
hepar.
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin
berikatan dengan sejenis reseptor (insulin receptor substrate = IRS)
yang terdapat pada membran sel tersebut. Ikatan antara insulin dan
reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi
proses regulasi atau metabolisme glukosa didalam sel otot dan
lemak, meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya belum
begitu jelas. Setelah berikatan, transduksi sinyal berperan dalam

3
 Menurunkan jumlah asam amino didalam darah yang
tersedia bagi hati untuk glukoneogenesis
 Menghambat enzim – enzim hati yang diperlukan untuk
mengubah asam amino menjadi glukosa

2. Efek pada lemak


Insulin memiliki banyak efek untuk menurunkan kadar asam
lemak darah dan mendorong pembentukan trigliserida
 Insulin meningkatkan transportasi glukosa kedalam sel
jaringan adiposa. Glukosa berfungsi sebagai prekusor
untuk pembentukan asam lemak dan gliserol , yaitu bahan
mentah untuk membentuk trigliserida
 Insulin mengaktifkan enzim-enzim yang mengkatalisis
pembentukan asam lemak dari turunan glukosa
 Insulin meningkatkan masuknya asam asam lemak dari
1. binding ke reseptor, 2. translokasi GLUT 4 ke membran sel, 3. darah kedalam sel jaringan adiposa
transportasi glukosa meningkat, 4.disosiasi insulin dari reseptor, 5.  Insulin menghambat lipolisis , sehingga terjadi
GLUT 4 kembali menjauhi membran, 6. kembali kesuasana semula. penurunan pengeluaran asam lemak dari jaringan adiposa
ke dalam darah
d. Mekanisme kerja insulin Efek efek itu mendororng pengeluaraan glukosa dan asam
1. Efek pada karbohidrat lemak dari darah dan meningkatkan penyimpanan keduanya
Insulin memiliki empat efek yang dapat menurunkan kadar sebagai trigliserida
glukosa darah dan meningkatkan penyimpanan karbohidrat :
 Insulin mempermudah masuknya glukosa kedalam 3. Efek pada protein
sebagian besar sel. Beberapa jaringan yang tidak Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan
tergantung insulin yaitu otak, otot yang aktif, hati. meningkatkan sintesis protein sebagai berikut :
 Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen  Insulin mendorong transportasi aktif asam-asam amino
dari glukosa, baik di otot maupun hati dari darah kedalam otot dan jaringan lain, efek ini
 Insulin menghambat glikogenolisis , penguraian glikogen menurunkan kadar asam amino dalam darah dan
menjadi glukosa (glukagon) . dengan menghambat menghasilkan bahan pembangun untuk sistesis protein
penguraian glikogen, insulin meningkatkan penyimpanan didalam sel
karbohidrat dan menurunkan penguraian glukosa oleh hati  Insulin meningkatkan kecepatan penggabungan asam
 Insulin menghambat glukoneogenesis untuk menurunkan amino kedalam protein dengan merangsang perangkat
pengeluaran glukosa oleh hati. pembuat protein didalam sel
Dengan dua cara :  Insulin menghambat penguraian protein

4
Akibat kolektif efek ini adalah efek anabolik protein . karena ditandai dengan resistensi insulin, defisiensi relative (bukan
itu, insulin esensial bagi pertumbuhan normal absolut) insulin, kelebihan produksi glukosa hepar dan
hiperglikemia. Karena defisiensi insulin komplet jarang terjadi,
Biokimia insulin ketoasidosis jarang terjadi dalam bentuk diabetes ini.
(Brashers, V. 2008)
Insulin adalah hormone yang disekresi oleh sel-sel beta pancreas
dan merupakan polipeptida yang terdiri atas dua rantai, yaitu rantai A 3.2 Etiologi
dan B., yang saling dihubungkan oleh dua jembatan disulfide antar-
rantai yang menghubungkan A7 ke B7 dan A20 ke B19. Jembatan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes
disulfide intra-rantai yang ketiga menghubungkan residu 6 dan 11 pada Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) disebabkan karena kegagalan
rantai A. Lokasi ketiga jembatan disulfide ini selalu tetap dan rantai A relatif sel dan resisitensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya
serta B masinbg-masing mempunyai 21 dan 30 asam amino pada kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
sebagian besar spesies. perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu
Insulin disintesis sebagai preprohormon (berat molekul sekitar mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi resistensi
11.500) dan merupakan prototype untuk peptide yang diproses dari relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi
molekul precursor yang lebih besar. Rangkaian pre- yang bersifat insulin pada rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama
hidrofobik dengan 23 asam amino mengarahkan molekul tersebut ke bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel pankreas mengalami
dalam sisterna reticulum endoplasma dan kemudian dikeluarkan. desensitisasi terhadap glukosa (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
Proses ini menghasilkan molekul proinsulin dengan berat molekul 9000
yang menyediakan bentuk yang diperlukan bagi pembentukan jembatan
disulfide yang sempurna. Molekul proinsulin menjalani serangkaian Faktor resiko Diabetes Melitus dari emedicine health :
pemecahan peptide yang tapak-spesifik sehingga terbentuk insulin yang
1. Usia diatas 45 tahun
matur dan peptide C dengan jumlah ekuimolar.
Pada orang-orang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun,
hal ini diakibatkan aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan
insulin menjadi berkurang dan sensifisitas sel-sel jaringan menurun
sehinga tidak menerima insulin.
2. Obesitas atau kegemukan
Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun
sehingga dapat memicu DM. selain itu, asam-asam lemak pada
obesitas dapat menumpuk abnormal di otot dan mengganggu kerja
3. MM Diabetes Mellitus Tipe 2 insulin di otot, asam lemak berlebih juga dapat memicu apoptosis
3.1 Definisi sel beta pankreas.
Menurut the National Diabetes Data Group dan the World Health 3. Pola makan
Organization, diabetes tipe 2 adalah intoleransi karbohidrat yang Pola makan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh
sebagian masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai

5
kebutuhan tubuh dapat menjadi penyebab DM, misalnya makanan
gorengan yang mengandung nilai gizi yang minim. 3.4 Klasifikasi
4. Riwayat Diabetes Melitus pada keluarga
15-20% penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Klasifikasi DM menurut World Health Organization (WHO) tahun
Melitus) atau DM tipe 2 mempunya riwayat keluarga DM, 2008 dan Departement of Health and Human Service USA (2007) terbagi
sedangkan IDDM (Insulin Dependen Diabetes Melitus) tipe 1 dalam 3 bagian yaitu Diabetes tipe 1, Diabetes tipe 2, dan Diabetes
sebanyak 57% keluarga DM. Gestational. Namun, menurut American Diabetes Association (2009),
5. Kurang berolahraga atau beraktivitas klasifikasi DM terbagi 4 bagian dengan tambahan Pra‐Diabetes.
Dapat menurunkan sensitifitas sel terhadap insulin sehingga Menurut American Diabetes Association 2005 (ADA 2005) klasifikasi
mengakibatkan penumpukan lemak dalam tubuh yang dapat diabetes melitus, yaitu:
menyebabkan DM.
6. Infeksi 1. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes
Virus : Rubella, mumps, human coxsackievirus B4. Melalui infeksi Melitus/IDDM (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
sitolitik dalam sel beta pankreas virus ini menyebabkan kerusakan insulin absolut)
dan destruksi sel. Dapa tjuga menyarang melalui reaksi
autoimunitas sehingga hilangnya autoimun dalam sel beta pankreas. Melalui proses imunologik. Bentuk diabetes ini merupakan
DM akibat bakteri masih belum bias di deteksi. diabetes tergantung insulin, biasanya disebut sebagai juvenile onset
diabetes. Hal ini disebabkan karena adanya destruksi sel beta
3.3 Epidemiologi pankreas karena autoimun. Kerusakan sel beta pankreas bervariasi,
Kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi kadang-kadang cepat pada suatu individu dan kadang-kadang
DM tipe-2 terjadi diberbagai penjuru dunia. WHO memprediksi lambat pada individu yang lain.
kenaikkan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah terjadi
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. IDF ketoasidosis. Pada diabetes tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama
memprediksi 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-
2030. peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Penelitian dengan rentang tahun 1980 hingga tahun 2000 Sebagai marker terjadinya destruksi sel beta pankreas adalah
terjadi peningkatan prevalensi yang sangat tajam. Penelitian di autoantibodi sel pulau langerhans dan atau aoutoantibodi insulin
Jakarta (urban) 1,7 % pada tahun 1982, 5,7 % pada tahun 1993, 12,8 dan autoantibodi asam glutamate dekarboksilase sekitar 85-90 %
% pada tahun 2001. terdeteksi pada diabet tipe ini. Diabetes melitus autoimun ini terjadi
Data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, penduduk akibat pengaruh genetik dan faktor lingkungan.
yang berusia < 20 tahun (jumlah 133 juta jiwa) 14,7 % dari daerah b. Idiopatik. Terdapat beberapa diabetes tipe 1 yang
urban dan 7,2 % dari daerah rural, jadi diperkirakan 8,2 juta etiologinya tidak diketahui. Hanya beberapa pasien yang diketahui
penyandang diabetes daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. mengalami insulinopenia dan cenderung untuk terjadinya
ketoasidosis tetapi bukan dikarenakan autoimun. Diabetes tipe ini
(PERKENI, 2006) biasanya dialami oleh individu asal afrika dan asia.. DM tipe 1

6
merupakan bentuk DM parah yang sangat lazim terjadi pada anak Komplikasi yang terjadi karena ketidakpatuhan pasien dalam
remaja tetapi kadang‐kandang juga terjadi pada orang dewasa, menggunakan obat antibiotik oral.
khususnya yang non‐obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika  DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang lebih ringan,
hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan terutama terjadi pada orang dewasa. Sirkulasi insulin
suatu gangguan katabolisme yang disebabkan hampir tidak terdapat endogen sering dalam keadaan kurang dari normal atau
insulin dalam sirkulasi darah, glukagon plasma meningkat dan sel‐ secara relatif tidak mencukupi. Obesitas pada umumnya
sel ß pankreas gagal merespons semua stimulus insulinogenik. Oleh penyebab gangguan kerja insulin, merupakan faktor risiko
karena itu diperlukan pemberian insulin eksogen untuk yang biasa terjadi pada DM tipe ini dan sebagian besar
memperbaiki katabolisme, menurunkan hiperglukagonemia dan pasien dengan DM tipe 2 bertubuh gemuk. Selain
peningkatan kadar glukosa darah (Karam, 2002). Gejala penderita terjadinya penurunan kepekaan jaringan terhadap insulin,
DM tipe 1 termasuk peningkatan ekskresi urin poliuria), rasa haus juga terjadi defisiensi respons sel ß pankreas terhadap
(polidipsia), lapar, berat badan turun, pandangan terganggu, lelah, glukosa (Karam, 2002). Gejala DM tipe 2 mirip dengan tipe
dan gejala ini dapat terjadi sewaktu‐waktu (tiba‐tiba) (WHO, 2008). 1, hanya dengan gejala yang samar. Gejala bisa diketahui
setelah beberapa tahun, kadang‐kadang komplikasi dapat
2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes terjadi. Tipe DM ini umumnya terjadi pada orang dewasa
Melitus (bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin disertai dan anak‐anak yang obesitas.
defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin)
 3. Diabetes Melitus Tipe Lain
 Defek genetik fungsi sel beta (MODY – Maturity Onset
Pada penderita Diabet Mellitus tipe ini terjadi Diabetes of the Young): Kromosom 12, HNF-1α,
hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk Kromosom 7, glukokinase, Kromosom 20,HNF-4 α,
kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan Kromosom 13, insulin promoter factor, Kromosom `17,
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan HNF-1β, Kromosom 2, Neuro D1, DNA Mitokondria
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi  Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,
glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin ( leprechaunism, Sindrom Rabson Medenhall, diabetes
reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih lipoatropik
tinggi dalam darah ) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin.  Penyakit Eksokrin Pankreas (suatu kelenjar yang
Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin mengeluarkan hasil produksinya melalui pembuluh), yaitu
pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin : Pankreatitis (radang pada pankreas),
lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi Trauma/pankreatektomi (pankreas telah diangkat),
terhadap adanya glukosa. Onset diabetes mellitus tipe ini perlahan Neoplasma, Fibrosis kistik, Hemokromatosis,
lahan karena itu gejalanya tidak terlihat ( asimtomatik ). Adanya Pankreatopati, Fibro kalkulus (adanya jaringan ikat dan
resistensi yang terjadi perlahan lahan akan mengakibatkan pula batu pada pankreas).
kesensitifan akan glukosa perlahan-lahan berkurang. Oleh karena  Endokrinopati : Akromegali (terlampau banyak hormon
itu, diabetes tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi. pertumbuhan), Sindrom cushing (terlampau banyak

7
produksi kortikosteroid dalam tubuh), Feokromositma memecah glikogen yang menyebabkan kadar gula darah pada
(tumor anbak ginjal), Hipertiroidisme, Somasostatinoma, wanita hamil meningkat. Resistensi insulin ini membuat tubuh
Aldostreroma. bekerja keras untuk menghasilkan insulin sebanyak 3 kali dari
 Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam normal. DM gestational terjadi ketika tubuh tidak dapat membuat
nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxid, agonis dan menggunakan seluruh insulin yang digunakan selama
beta adrenergik, tiazid, dilantin, interferon alfa, kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak dihantarkan ke jaringan
 Infeksi : Rubella Kongenital. untuk dirubah menjadi energi, sehingga glukosa meningkat dalam
 Sebab imunologi yang jarang : antibodi, antiiinsulin (tubuh darah yang disebut dengan hiperglikemia (Anonim, 2009). Faktor
menhasilkan zat anti terhadap insulin sehingga insulin tidak risiko nya adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas,riwayat
dapat bekerja memasukkan glugosa ke dalam sel) keluarga dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Diabetes
 Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM : sindrom gestational terjadi pada 3‐5% wanita hamil (Anonim, 2009).
Down, sindrom Klinefelter, sindrom turner, sindrom
Wolfram’s. 3.5 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan
4. Diabetes Melitus Gestasional dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut :
DM ini terjadi akibat kenaikan kadar gula darah pada
kehamilan (WHO, 2008). Wanita hamil yang belum pernah 1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengalami DM sebelumnya namun memiliki kadar gula yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300
tinggi ketika hamil dikatakan menderita DM gestational. Pada – 1200 mg/dl.
golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa 2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak
kehamilan. Artinya kondisi intoleransi glukosa didapati pertama yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang
kali pada masa kehamilan, biasanya pada semester kedua dan ketiga abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding
dan umumnya hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. pembuluh darah.
Diabetes melitus gestasional berhubungan dengan meningkatnya 3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
komplikasi perinatal (sekitar waktu melahirkan) dan sang ibu
memiliki resiko untuk menderita penyakit DM yang lebih besar
dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Diabetes tipe
ini merupakan intoleransi karbohidrat akibat terjadinya
hiperglikemia dengan berbagai keparahan dengan serangan atau
pengenalan awal selama masa kehamilan.
Pada wanita hamil, jumlah hormon estrogen yang dimiliki
lebih banyak daripada wanita normal karena plasenta juga
menghasilkan estrogen yang bekerja secara simpatis sehingga
secara tidak langsung menghambat pengeluaran insulin (sehingga
terjadi resistensi insulin), mengakibatkan aktivasi glukagon untuk

8
jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat


mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal
normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan
timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis
osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan
energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan
pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

Patofisiologi DM (Brunner and Suddarth, 2002) :


 Diabetes Tipe II insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan diabetes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu,
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
jaringan. lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup
glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang kelelahan, iritabilitas, poliuria, pilidipsia, luka pada kulit yang tidak
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun, 3.6 Manifestasi Klinis

9
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. hipertonik (sangat peka). Dehidrasi intrasel merangsang
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat pengeluaran ADH (antidiuretik hormone) dan menimbulkan
keluhan klasik DM seperti di bawah ini : rasa haus.
 Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia,  Rasa lelah dan kelemahan otot
dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan Akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama ,
sebabnya katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian
 Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, besar sel untuk menggunakan gkukosa sebagai sumber energi.
mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulvae pada wanita  Polifagia (Peningkatan rasa lapar)
Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan
menderita Diabetes Melitus apabila menderita dua dari tiga
 Peningkatan angka infeksi
gejala yaitu : Akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
Penurunan berat badan. gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200  Kelainan kulit
mg/dl. Kelaianan kulit berupa gatal – gatal, biasanya terjadi didaerah
ginjal. Lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
adalah :
 Kelaianan ginekologis
Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat Badan enurun, Lemah, Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama
Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan candida.
(Waspadji, 1996).
Penjelasan sebagai berikut:  Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.
Pada penderita diabetes melitus regenerasi sel persarafan
 Poliuria (Peningkatan pengeluaran urin) mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama
yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel
 Polidipsia (Peningkatan rasa haus) persarafan terutama perfifer mengalami kerusakan.
Akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air
menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti  Kelemahan tubuh
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang

10
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara :
metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis
tidak dapat berlangsung secar optimal. 1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma
sewaktu > 200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
DM
 Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama 2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya
dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita keluhan klasik.
diabetes melitus bahan protein banyak diformulasikan untuk 3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban
kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan
penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini
memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan
itu luka yang sulit sembuh yg juga dapat disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena
diabetes melitus. membutuhkan persiapan khusus.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau
DM, bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke
 Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi
dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah
Penderita diabetes melitus mengalami penurunan produksi
puasa terganggu (GDPT).
hormon seksual akibat kerusakan testosteron dan sistem yang
berperan. 1. TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO
didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199
 Mata kabur mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).
Disebabkan oleh katarak/ gangguan refraksi akibat perubahan 2. GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan
pada lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga disebabkan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100-125 mg/dL (5,6-6,9
kelainan pada korpus vitreum. mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL.

3.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Kriteria diagnosis DM :
DIAGNOSIS
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. mmol/L)
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma 2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0
vena. Penggunaan bahan darah utuh (wholeblood), vena, ataupun angka mmol/L)
kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan 3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.

11
TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban Pemeriksaan Fisik :
glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke
dalam air. a. Pengukuran tinggi badan, berat badan,dan lingkar pinggang
b. Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah
dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya
hipotensi ortostatik, serta ankle brachial index (ABI),untuk
* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi mencari kemungkinan penyakit pembuluh darah arteri tepi
salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium c. Pemeriksaan funduskopi
yang telah terstandardisasi dengan baik. d. Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
e. Pemeriksaan jantung
f. Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
g. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
h. Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat
penyuntikan insulin) dan pemeriksaan neurologis
i. Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-
lain
Evaluasi Laboratoris / penunjang lain :
a. Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial
b. A1C
c. Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL,
dan trigliserida)
d. Kreatinin serum
e. Albuminuria
f. Keton, sedimen, dan protein dalam urin
g. Elektrokardiogram
h. Foto sinar-x dada

DIAGNOSIS BANDING
Catatan :
A. Insulin Resistance
Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, Resistensi Insulin (IR) adalah kondisi di mana jumlah normal
dilakukan ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia > 45 tahun tanpa insulin tidak memadai untuk menghasilkan respons insulin normal
faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun. dari sel lemak, sel otot dan sel hati. resistensi insulin
umumnya bersifat "pasca-reseptor", yang berarti masalah terletak
pada respon sel terhadap insulin alih-alih produksi insulin. Kadar

12
plasma yang tinggi dari insulin dan glukosa akibat resistensi insulin Kadar gula darah yang tinggi, tetapi tidak cukup tinggi
diyakini sebagai asal usul sindrom metabolik dan diabetes tipe 2, untuk menjadi diabetes. Disebut GPT jika kadar gula darah
termasuk komplikasinya. puasa (8-10 jam tidak mendapat asupan kalori) tidak normal,
atau berkisar 100-125 mg/dL.

B. Hiperglikemi reaktif 3.8 Tatalaksana


Hiperglikemi reaktif adalah gangguan regulasi gula darah yang Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas
dapat terjadisebagai reaksi non spesifik terhadap terjadinya stress hidup penyandang diabetes. Adapun tujuan penatalaksaannya terbagi atas :
kerusakan jaringan, sehinggaterjadi peningkatan glukosa darah dari
pada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang  Jangka pendek  hilangnya keluhan dan tanda DM,
non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah (Pulsinelli,1996), mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian
hyperglikemia reaktif ini diartikan sebagai peningkatan kadar glukosa glukosa darah.
darahpuasa lebih dari 110 mg/dl (zacharia, dkk, 2005), reaksi ini  Jangka panjang  tercegah dan terhambatnya progresivitas
adalah fenomena yangtidak berdiri sendiri dan merupakan salah satu penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan
aspek perubahan biokimiawi multipleyang berhubungan dengan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
stroke akut (Candelise, dkk, 1985). Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui
C. Glucose intolerance pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri
Diagnosis intoleransi glukosa ditegakkan dengan pemeriksaan dan perubahan perilaku. (PERKENI, 2006)
TTGO setelah puasa 8 jam. Diagnosis intoleransi glukosa ditegakkan
apabila hasil tes glukosadarah menunjukkan salah satu dari tersebut
dibawah ini : 1. Edukasi
Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes
1. Toleransi glukosa terganggu (TGT = IGT) adalah: (PERKENI, 2006)
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) adalah istilah yang
dipakai untuk menyatakan adanya disglikemi yaitu kenaikan  Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari
glukosa plasma 2 jam setelah beban 75 gram glukosa pada terjadinya kecemasan
pemeriksaan tes toleransi glukosa oral (TTGO) yaitu antara  Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal
140 mg/dl sampai dengan 199 mg/dl. Keadaan ini disebut juga yang sederhana
sebagai prediabetes oleh karena risiko untuk mendapat  Lakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan
Diabetes Melitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler sangat simulasi
besar. Disebut TGT jika gula darah setelah makan tidak  Diskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan
normal, atau berkisar antara 140-199 mg/dL. Sedangkan gula keinginan pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap
darah puasa normal. tentang program pengobatan yang diperlukan oleh pasien dan
2. Gula darah puasa terganggu (GDPT = IFG) diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium

13
 Lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat
diterima
 Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan
 Libatkan keluarga/ pendamping dalam proses edukasi  Materi edukasi pada tingkat lanjut adalah:
 Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan  Mengenal dan mencegah penyulit akut DM
 pasien dan keluarganya  Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM
 Gunakan alat bantu audio visual
 Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan
 Makan di luar rumah
sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat
penting dari pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari  Rencana untuk kegiatan khusus
materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan. Edukasi  Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi
yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang: (PERKENI, mutakhir tentang DM
2006)  Pemeliharaan/Perawatan kaki, elemen perawatan kaki dapat
dilihat pada tabel berikut:
Elemen Kunci Perawatan Kaki
 Materi edukasi pada tingkat awal adalah: Edukasi perawatan kaki harus diberikan secara rinci pada semua orang dengan
 Perjalanan penyakit DM maupun neuropati perifer :
 Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
 Penyulit DM dan risikonya 1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk pasir atau air
2. Periksa kaki setiap hari, dan laporkan pada dokter apabila ada kulit terk
 Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target
atau daerah kemerahan atau luka
perawatan
3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
 Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, dan mengoleskan krimpel
hipoglikemik oral atau insulin serta obat-obatan lain
ke kulit yang kering
 Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa Edukasi perawtan kaki harus dilakukan secara teratur
darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah
mandiri tidak tersedia)
 Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit,
atau hipoglikemia 2. Terapi gizi medis
 Pentingnya latihan jasmani yang teratur Prinsip pengaturan diet pada pasien DM hampir sama dengan orang
 Masalah khusus yang dihadapi (contoh: hiperglikemia pada normal, yaitu sangat penting menjaga asupan makanan dengan gizi
kehamilan) seimbang dan sesuai kebutuhan kalori. Hal yang perlu diperhatikan pada
penderita DM adalah jadwal makan yang harus teratur, jenis dan jumlah
 Pentingnya perawatan kaki
makanan.
 Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
Kebutuhan Kalori :

14
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan Prinsip latihan jasmani bagi diabetes, persis sama dengan prinsip
penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan latihan jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal, seperti :
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori / kg BB ideal, ditambah frekuensi, intensitas, durasi, dan jenis. (IPD, 2009)
atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yai tu jenis kelamin, umur,
aktivitas, berat badan, dll .  Frekuensi: Jumlah olahraga per minggu sebaiknya dilakukan
dengan teratur 3-5 kali per minggu
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas  Intensitas: ringan dan sedang ( 60-70 % Maximum Heart Rate )
dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan sore Untuk menentukan Maximum Heart Rate (MHR) yaitu : 220-umur.
(25%) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) di antaranya. Untuk Setelah MHR didapatkan, dapat ditentukan THR (target Heart
meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan Rate). Sebagai contoh : suatu latihan bagi diabetisi berumur 50
sesuai dengan kebiasaan. Untuk penyandang diabetes yang mengidap tahun didasarkan sebesar 75%, maka THR = 75% x ( 220-60) = 120.
penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit Dengan demikian, diabetisi tersebut dalam menjalankan latihan
penyertanya (PERKENI, 2006). jasmani, sasaran denyut nadinya adalah sekitar 120x/menit.
 Durasi : 30 – 60 menit
 Jenis : latihan jasmani endurans (aerobic) untuk meningkatkan
kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan
3. Latihan jasmani bersepeda
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar 4. Intervensi farmakologis
dalam pengelolaan DM tipe 2. Latihan jasmani selain untuk menjaga Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (PERKENI,
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. (PERKENI, 2006).
2006)
3.9 Komplikasi
Diabetes Mellitus (DM) dengan karakteristik hiperglikemia (kadar
gula darah tinggi) dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi berupa
komplikasi akut (yang terjadi secara mendadak) dan komplikasi kronis
(yang terjadi secara menahun).
1. Komplikasi akut dapat berupa :
1. Hipoglikemia yaitu menurunnya kadar gula darah < 60 mg/d
2. Keto Asidosis Diabetika (KAD) yaitu DM dengan asidosis
metabolic dan hiperketogenesis

15
3. Koma Lakto Asidosis yaitu penurunan kesadaran hipoksia yang - Penyakit jantung : DM merusak pembuluh darah yang
ditimbulkan oleh hiperlaktatemia. menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan
4. Koma Hiperosmolar Non Ketotik, gejala sama dengan no 2 dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah coroner
3 hanya saja tidak ada hiperketogenesis dan hiperlaktatemia. menyempit, otot jantung akan kekurangan O2 dan makanan
akibat suplai darah kurang.
2. Komplikasi kronis : - Hipertensi : DM cenderung terkena hipertensi 2x lipat dari
Kadar gula darah tetap tinggi sheingga timbul komplikasi kronik. orang normal. Dan dapat memicu terjadinya serangan jantung,
Komplikasi kronik diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke.
akhirnya bias menyebabkan serangan jantung, gangguan ginjal, - Gangguan saluran pencernaan : menyebabkan urat saraf
gangguan saraf. lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk
- (Nephropathy ) : kerusakan ginjal. DM dapat mempengaruhi mengahncurkan makanan menjadi lemah. Gejalanya adalah
struktur dan fungsi ginjal. Sehingga ginjal tidak dapat sukar BAB, perut gembung, dan kotoran keras.
menyaring zat yang terkandung dalam urin. Bila ada kerusakan
ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang 3.10 Pencegahan
seharusnya dipertahankan ginjal bocor keluar (proteinuria).
- Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar (pembuluh Pencegahan primer
darah yang dapat dilihat secara mikroskopis) antara lain 1). Penyuluhan ditujukan kepada:
pembuluh darah jantung / Penyakit Jantung Koroner, pembuluh
darah otak /stroke, dan pembuluh darah tepi / Peripheral Artery
Disease.
A. Kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi dan intoleransi
- Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah mikroskopis antara
glukosa
lain retinopati diabetika (mengenai retina mata) dan nefropati
diabetika (mengenai ginjal). Materi penyuluhan meliputi antara lain:
- (Neuropathy) : Bisa terjadi setelah glukosa darah terus tinggi,
tidak terkontrol dengan baik dan berlangsung sampai 10 tahun
lebih. Akhirnya saraf tidak bias mengirim atau mengahntar 1. Program penurunan berat badan. Pada seseorang yang mempunyai
pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau risiko diabetes dan mempunyai berat badanlebih, penurunan berat
terlambat dikirim. Meyebabkan kelemahan otot sampai badan merupakan cara utama untuk menurunkan risiko terkena DM
penderita tidak bias jalan. tipe-2 atau intoleransi glukosa. Beberapa penelitian menunjukkan
- (Retinopathy) : kerusakan retina mata. Glukosa tinggi penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau memperlambat
menyebabkan rusaknya pembuluh darah retina bahkan dapat munculnya DM tipe-2.
menyebabkan kebocoran pembuluh darah kapiler. Darah akan
menutup sinar yang menuju ke retina sehingga pasien DM 2. Diet sehat
penglihatan menjadi kabur.
 Dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai risiko.
 Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal.

16
 Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara Algoritma pencegahan DM tipe 2
terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak (peak)
glukosa darah yang tinggi setelah makan.
 Mengandung sedikit lemak jenuh, dan tinggi serat larut.

3. Latihan jasmani
 Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah,
mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat
meningkatkan kadar kolesterol-HDL.
 Latihan jasmani yang dianjurkan:
dikerjakan sedikitnya selama 150 menit/minggu dengan latihan
aerobik sedang (mencapai 50-70% denyut jantung maksimal), atau
90 menit/minggu dengan latihan aerobik berat (mencapai denyut
jantung >70% maksimal). Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 x
aktivitas/minggu.

3. Menghentikan merokok
Merokok merupakan salah satu risiko timbulnya gangguan
kardiovaskular. Meski merokok tidak berkaitan langsung dengan
timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat
komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe-2.

Pencegahan Sekunder
B. Perencana kebijakan kesehatan agar memahami dampak sosio-ekonomi Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyakit ini dan pentingnya penyediaan fasilitas yang memadai dalam penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan
upaya pencegahan primer pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini.
Pengelolaan yang ditujukan untuk: Penyuluhan untuk pencegahan sekunder ditujukan terutama pada pasien
baru. Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama dan perlu selalu
 Kelompok intoleransi glukosa
diulang pada setiap kesempatan pertemuan berikutnya salah satu penyulit
 Kelompok dengan risiko (obesitas, hipertensi, dislipidemia, dll.)
DM yang sering terjadi adalah penyakit kardiovaskular, yang merupakan
penyebab utama kematian pada penyandang diabetes. Selain pengobatan

17
terhadap tingginya kadar glukosa darah, pengendalian berat badan, tekanan permanen. Karena hiporesmolar adalah komplikasi yang sering
darah, profil lipid dalam darah serta pemberian antiplatelet dapat ditemukan pada usia lanjut dan angka kematiannya tinggi.
menurunkan risiko timbulnya kelainan kardiovaskular pada penyandang
diabetes. 4. MM Retinopati Diabetik
4.1 Definisi
Retinopati diabetic adalah suatu mikroangiopati yang mengenai
Pencegahan Tersier arteriola prekapiler retina, kapiler dan venula, akan tetapi pembuluh
darah yang besarpun dapat terkena. Keadaan ini merupakan
 Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes komplikasi dari penyakit diabetes mellitus yang menyebabkan
yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kerusakan pada mata dimana secara perlahan terjadi kerusakan
kecacatan lebih lanjut. pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata sehingga mengalami
 Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kebocoran.
kecacatan menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80-325
mg/hari) dapat diberikan secara rutin bagi penyandang diabetes 4.2 Etiologi
yang sudah mempunyai penyulit makroangiopati.
Retinopati diabetika terjadi karena diabetes mellitus yang tak terkontrol dan
 Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada
diderita lama. Pada makula terjadi hipoksia yang menyebabkan timbulnya
pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi
angiopati dan degenerasi retina. Angiopati dapat menyebabkan
yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
mikroaneurisma dan eksudat lunak. Sedangkan mikroaneurisma dapat
menimbulkan perdarahan.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan
terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan.
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya retinopati adalah :
Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal,
mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, 1. Terjadi karena adanya perubahan dinding arteri.
podiatrist, dll.) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan 2. Adanya komposisi darah abnormal.
pencegahan tersier. 3. Meningkatnya agregasi platelet dari plasma menyebabkan
terbentuknya mikrothrombi.
4. Gangguan endothelium kapiler menyebabkan terjadinya kebocoran
3.11 Prognosis
kapiler, selanjutnya terjadi insudasi dinding kapiler dan penebalan
Prognosis Diabetes Melitus usia lanjut tergantung pada beberapa
membran dasar dan diikuti dengan eksudasi dinding haemorhagic
hal dan tidak selamanya buruk, pasien usia lanjut dengan Diabetes
dengan udem perikapiler.
Melitus tri II (Diabetes Melitus III) yang terawat baik prognosisnya
5. Perdarahan kapiler dapat terjadi di retina dalam sybhyaloid dimana
baik pada pasien Diabetes Melitus usia lanjut yang jatuh dalam
letaknya di depan jaringan retina. Hemoraghi tidak terjadi intravitreal
keadaan koma hipoklikemik atau hiperosmolas, prognosisnya
tetapi terdapat dalam ruang vitreoretinal yang tersisa karena vitreus
kurang baik. Hipoklikemik pada pasien usia lanjut biasanya
mengalami retraksi.
berlangsung lama dan serius dengan akibat kerusakan otak yang

18
6. Aliran darah yang kurang lancar dalam kapiler-kapiler, sehingga penggerakan mata) atau mengeluh mendadak penglihatannya
terjadi hipoksia relatif di retina yang merangsang pertumbuhan terhalang.
pembuluh-pembuluh darah yang baru.
7. Perubahan arteriosklerotik dan insufisiensi koroidal. Sistem Klasifikasi Retinopati DM Berdasarkan ETDRS13 :
8. Hipertensi yang kadang-kadang mengiringi diabetes. 1. Derajat 1 : tidak terdapat retinopati
2. DM-Derajat 2 : hanya terdapat mikroaneurisma
3. Derajat 3 : Retinopati DM non-proliferatif derajat ringan -
4.3 Epidemiologi sedang yang ditandai oleh mikroaneurisma dan satu atau lebih tanda :
Penelitian epidemiologis di Amerika, Australia, Eropa, dan Asia Venous loops, Perdarahan, Hard exudates, Soft exudates, Intraretinal
melaporkan bahwa jumlah penderita retinopati DM akan meningkat Microvascular Abnormalities(IRMA)
dari 100,8 juta pada tahun 2010 menjadi154,9 juta pada tahun 2030 4. Derajat 4 : Retinopati DM non-proliferatif derajat sedang-berat yang
dengan 30% di antaranya terancam mengalami kebutaan.4 ditandai oleh: Perdarahan derajat sedang-berat, Mikroaneurisma,
TheDiabCare Asia 2008 Study melibatkan 1 785 penderita DM IRMA
pada 18 pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia dan
melaporkan bahwa 42% penderita DM mengalami komplikasi Derajat 5 : Retinopati DM proliferatif yang
retinopati, dan 6,4% di antaranya merupakan retinopati DM ditandai oleh neovaskularisasi dan perdarahan
proliferatif.
4.5 Patofisiologi
4.4 Klasifikasi
a. Retinopati Diabetes non proliferatif / NPDR (Non proliferative  Retinopati Diabetik Non Proliferatif
diabetik retinopathy) adalah suatu mirkoangiopati progresif yang Merupakan bentuk yang paling umum dijumpai. Merupakan
ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus. cerminan klinis dari hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh yang
Kebanyakan orang dengan NPDR tidak mengalami gejala atau terkena. Disebabkan oleh penyumbatan dan kebocoran kapiler ,
dengan gejala yang minimal pada fase sebelum masa dimana telah mekanisme perubahannya tidak diketahui tapi telah diteliti adanya
tampak lesi vaskuler melalui ophtalmoskopi. perubahan endotel vaskuler ( penebalan membran basalis dan hilangnya
b. Retinopati Diabetes Proliferatif / PDR pericyte) dan gangguan hemodinamik ( pada sel darah merah dan agregasi
Penyulit mata yang paling parah pada diabetes melitus adalah platelet). Disini perubahan mikrovaskular pada retina terbatas pada
retinopati diabetes proliferatif, karena retina yang sudah iskemik lapisan retina (intraretinal), terikat ke kutub posterior dan tidak melebihi
atau pucat tersebut bereaksi dengan membentuk pembuluh darah membran internal.
baru yang abnormal (neovaskuler). Neovaskuler atau pembuluh Karakteristik pada jenis ini adalah dijumpainya mikroaneurisma
darah liar ini merupakan ciri PDR dan bersifat rapuh serta mudah multiple yang dibentuk oleh kapiler-kapiler yang membentuk kantung-
pecah sehingga sewaktu-waktu dapat berdarah kedalam badan kaca kantung kecil menonjol seperti titik-titik, vena retina mengalami dilatasi
yang mengisi rongga mata, menyebabkan pasien mengeluh melihat dan berkelok-kelok, bercak perdarahan intraretinal. Perdarahan dapat
floaters (bayangan benda-benda hitam melayang mengikuti terjadi pada semua lapisan retina dan berbentuk nyala api karena
lokasinya didalam lapisan serat saraf yang berorientasi horizontal.

19
Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak terletak di lapisan • Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi vertical. • Melihat lingkaran-lingkaran cahaya
• Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip

 Retinopati Diabetik Preproliferatif dan Edema Gejala Objektif yang dapat ditemukan pada retina dapat berupa :
Makula • Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama
Merupakan stadium yang paling berat dari Retinopati Diabetik Non daerah vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak
Proliferatif. Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler dekat pembuluh darah terutama polus posterior.
mikrovaskuler dan kebocoran plasma yang berlanjut, disertai iskemik • Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang
pada dinding retina (cotton wool spot, infark pada lapisan serabut saraf). biasanya terletak dekat mikroaneurisma dipolus posterior.
Hal ini menimbulkan area non perfusi yang luas dan kebocoran darah • Dilatasi pembuluh darah dengan lumennya ireguler dan berkelok-
atau plasma melalui endotel yang rusak. Ciri khas dari stadium ini kelok.
adalah cotton wool spot, blot haemorrage, intraretinal Microvasculer • Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina.
Abnormal (IRMA), dan rangkaian vena yang seperti manik-manik. Bila Gambarannya khusus yaitu iregular, kekuning-kuningan Pada
satu dari keempatnya dijumpai ada kecendrungan untuk menjadi permulaan eksudat pungtata membesar dan bergabung. Eksudat ini
progresif (Retinopati Diabetik Proliferatif), dan bila keempatnya dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu.
dijumpai maka beresiko untuk menjadi Proliferatif dalam satu tahun. • Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan
iskemia retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak
Edema makula pada retinopati diabetik non proliferatif
berwarna kuning bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya
merupakan penyebab tersering timbulnya gangguan penglihatan. Edema terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan dengan
ini terutama disebabkan oleh rusaknya sawar retina-darah bagian dalam
iskemia retina.
pada endotel kapiler retina sehingga terjadi kebocoran cairan dan
• Pembuluh darah baru ( Neovaskularisasi ) pada retina biasanya
konstituen plasma ke dalam retina dan sekitarnya. Edema ini dapat
terletak dipermukaan jaringan. Tampak sebagai pembuluh yang
bersifat fokal dan difus. Edema ini tampak sebagai retina yang
berkelok-kelok , dalam, berkelompok, dan ireguler. Mula–mula
menebal dan keruh disertai mikroaneurisma dan eksudat intraretina
terletak dalam jaringan retina, kemudian berkembang ke
sehingga terbentuk zona eksudat kuning kaya lemak bentuk bundar
daerahpreretinal, ke badan kaca. Pecahnya neovaskularisasi pada
disekitar mikroaneurisma dan paling sering berpusat dibagian temporal
daerah-daerah ini dapat menimbulkan perdarahan retina,
makula.
perdarahan subhialoid ( preretinal ) maupun perdarahan badan kaca.
Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina
4.6 Manifestasi Klinis terutama daerah makula sehingga sangat mengganggu tajam
penglihatan
Gejala subjektif yang dapat ditemui dapat berupa :
• Kesulitan membaca 4.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
• Penglihatan kabur Deteksi dini retinopati DM di pelayanan kesehatan primer
dilakukan melalui pemeriksaan funduskopi direk dan indirek.

20
Dengan fundus photography dapat dilakukan dokumentasi kelainan OCT memberikan gambaran penampang aksial untuk
retina. Metode diagnostik terkini yang disetujui oleh American menemukan kelainan yang sulit terdeteksi oleh pemeriksaan lain
Academy of Ophthalmology (AAO) adalah fundus photography. dan menilai edema makula serta responsnya terhadap terapi. Ocular
Keunggulan pemeriksaan ter tersebut adalah mudah dilaksanakan, ultrasonography bermanfaat untuk evaluasi retina bila
interpretasi dapat dilakukan oleh dokter umum terlatih sehingga visualisasinya terhalang oleh perdarahan vitreous atau kekeruhan
mampu laksana dipelayanan kesehatan primer. media refraksi.
Selanjutnya, retinopati DM dikelompokkan sesuai dengan
standar Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS). Di Pemeriksaan Funduskopi Direk pada Retinopati Diabetik
pelayanan primer pemeriksaan fundus photography berperanan Pemeriksaan funduskopi direk bermanfaat untuk menilai
sebagai pemeriksaan penapis. Apabila pada pemeriksaan ditemukan saraf optik, retina, makula dan pembuluh darah di kutub posterior
edema makula, retinopati DM nonproliferatif derajat berat dan mata. Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk
retinopati DM proliferatif maka harus dilanjutkan dengan melepaskan kaca mata atau lensa kontak, kemudian mata yang akan
pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata. diperiksa ditetesi midriatikum. Pemeriksa harus menyampaikan
kepada pasien bahwa ia akan merasa silau dan kurang nyaman
Pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata terdiri setelah ditetesi obat tersebut. Risiko glaukoma akut sudut tertutup
dari pemeriksaan visus, tekanan bola mata, slit-lamp merupakan kontraindikasi pemberian midriatikum.
biomicroscopy, gonioskop, funduskopi dan stereoscopic fundus Pemeriksaan funduskopi direk dilakukan di ruangan yang
photography dengan pemberian midriatikum sebelum pemeriksaan. cukup gelap. Pasien duduk berhadapan sama tinggi dengan
Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan optical coherence pemeriksa dan diminta untuk memakukan (fiksasi) pandangannya
tomography (OCT) dan ocular ultrasonography bila perlu. pada satu titik jauh. Pemeriksa kemudian mengatur oftalmoskop
pada 0 dioptri dan ukuran apertur yang sesuai. Mata kanan pasien
diperiksa dengan mata kanan pemeriksa dan oftalmoskop dipegang
di tangan kanan.
Mula-mula pemeriksaan dilakukan pada jarak 50 cm untuk
menilai refleks retina yang berwarna merah jingga dan koroid.
Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan pada jarak 2-3cm dengan
mengikuti pembuluh darah ke arah medial untuk menilai tampilan
tepi dan warna diskus optik, dan melihat cup-disc ratio. Diskus
optik yang normal berbatas tegas, disc berwarna merah muda
dengan cup berwarna kuning, sedangkan cup-disc ratio <0,3. Pasien
lalu diminta melihat ke delapan arah mata angin untuk menilai
retina. Mikroaneurisma, eksudat, perdarahan, dan neovaskularisasi
merupakan tanda utama retinopati DM.
Gb. OCT pada Mata normal Gb. OCT pada Retinopati
diabetik

21
Terakhir, pasien diminta melihat langsung ke cahaya 4.10 Pencegahan
oftalmoskop agar pemeriksa dapat menilai makula. Edema makula 4.11 Prognosis
dan eksudat adalah tanda khas makulopati diabetikum.
5. Pandangan Islam tentang Makanan Halal dan Baik
4.8 Tatalaksana Makanan yang halal ialah makanan yang dibolehkan untuk dimakan
Terapi retinopati diabetik adalah fotokoagulasi. Terapi ini menurut ketentuan syari’at Islam. Segala sesuatu baik berupa
menurunkan insidensi perdarahan dan pembentukan parut dan tumbuhan, buah-buahan ataupun binatang pada dasarnya adalah
selalu merupakan indikasi jika terjadi pembentukan pembuluh hahal dimakan, kecuali apabila ada nash Al-Quran atau Al-Hadits
darah baru. Juga berguna dalam therapi mikroaneurisma, yang menghatamkannya. Ada kemungkinan sesuatu itu menjadi
perdarahan dan edem makuler bahkan jika tahap proliferatif belum haram karena memberi mengandung mudharat atau bahaya bagi
mulai. Fotokoagulasi panretina sering digunakan untuk mengurangi kehidupan manusia.Allah berfirman:
kebutuhan oksigen retina dengan harapan stimulasi untuk
neovaskularisasi akan berkurang. Dengan tehnik ini beberapa ribu
lesi terjadi selama 2 minggu.

Komplikasi fotokoagulasi masih dapat diterima. Sebagian


kehilangan penglihatan perifer tidak dapat dihindari dengan
Artinya:
pembakaran luas. Tehnik pembedahan lainnya, vitrektomi, pars
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
plana, digunakan untuk terapi perdarahan vitreus dan pelepasan
terdapat di bumi,dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
retina yang tidak teratasi. Komplikasi pasca operasi lebih sering
syaitan; Karena Sesungguhnya syaitanitu adalah musuh yang nyata
dibandingkan pada fotokoagulasi dan termasuk robekan retina,
bagimu. (QS. Al-Baqarah [2]: 168).
pelepasan retina, katarak, perdarahan vitreus berulang, glaukoma,
Dari dua ayat diatas maka jelaslah bahwa makanan di makan olehn
infeksi, dan kehilangan mata. Ada harapan bahawa inhibisi
orang muslimhendaknya memenuhi 2 syarat, yaitu :a.Halal,
angiogenesis oleh obat seperti beta-siklodekstrin tetradekasulfat
artinya di perbolehkan untuk di makan dan tidak dilarang
yang menyerupai heparin analog dalam percobaan dapat mencegah
oleh hokum syara’ b.Baik, artinya makanan itu bergizi dan
retinopati proliferatif.
bermanfaat untuk kesehatan.
1. Memahami dan Menjelaskan Pola Makan pada Pasien Diabetes
Terapi utama untuk retinopati diabetik yang mengancam
Mellitus
penglihatan adalah laser. Angiogram fluoresein dapat dilakukan
pada beberapa pasien untuk menilai derajat iskemia retina dan
mendapatkan area kebocoran baik dari mikroaneurisma maupun Tujuan terapi gizi medis ini adalah untuk mencapai dan
dari pembuluh darah baru. Makulopati diabetik diterapi dengan mempertahankan:
mengarahkan laser pada titik-titik kebocoran.
1. Kadar glukosa darah mendekati normal
4.9 Komplikasi 2. Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl.

22
3. Glukosa darah 2 jam setelah makan <180 mg/dl.
4. Kadar A1c <7%.
5. Tekanan darah <130/80 mmHg. PROTEIN
6. Profil Lipid Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15% dari
7. Kolesterol LDL<100 mg/dl total kalori perhari. Pada penderita kelainan ginjal dimana diperlukan
8. Kolesterol HDL >40 mg/dl. pembatasan asupan protein sampai 40 gram perhari, maka perlu
9. Trigliserida < 150 mg/dl. ditambahkan suplementasi asam amino esensial. Protein mengandung
10. Beran badan senormal mungkin. energi sebesar 2 kilokalori/gram.
Rekomendasi pemberian protein:
Jenis Bahan Makanan
1. Kebutuhan protein 15-20% dari total kebutuhan energi perhari.
KARBOHIDRAT 2. Pada keadaan kadar glukosa yang terkontrol, asupan protein tidak
Sebagai sumber energi, KH yang diberikan diabetisi tidak boleh lebih akan mempengaruhi konsentrasi glukosa darah.
dar 55-65% dari total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari 3. Pada keadaan glukosa tidak terkontrol, pemberian protein sekitar 0,8-
70% jika dikombinasikan dengan pemberian asam lemak tidak jenuh 1,0 mg/kg BB/hari.
rantai tunggal (MUFA: monounsaturated fatty acids). Pada setiap gram 4. Pada gangguan fungsi ginjal, asupan protein diturunkan sampai 0,85
karbohidrat terdapat kandungan energi sebesar 4kilokalori. gram/KgBB/hari dan tidak kurang dari 40gram.
5. Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber protein nabati
Rekomendasi karbohidrat : lebih dianjurkan dibanding protein hewani.
1. Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung KH, lebih
ditentukan oleh jumlahnya dibandungkan dengan jenis KH itu LEMAK
sendiri.
2. Dari total kebutuhan kalori perhari, 60-70% diantaranya berasal dari Lemak memiliki kandungan energi sebesar 9 kilokalori/gram. Bahan
sumber KH. makanan ini sangat penting untuk membawa vitamin yang larut dalam
3. Jika ditambah MUFA sebagai sumber energi, maka jumlah KH lemak seperti vitami A, D, E, K. Berdasarkan rantai karbonnya , lemak
maksimal 70% dari total kebutuhan kalori perhari. dibedakan menjadi lemak jenuh dan tidak jenuh. Pembatasan asupan
4. Julah serat 25-50 gram per hari. lemak jenuh dan kolestrol sangat disarankan pada diabetisi karena
5. Jumlah sukrosa sebagai sumber energi tidak perlu dibatasi, namun terbukti dapat memperbaiki profil lipid tidak normal bagi pasien
jangan sampai lebih dari total kebutuhan kalori perhari. diabetes. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (monounsaturated fatty
6. Sebagai pemanis dapat digunakan pmanis non kalori seperti sakarin, acid : MUFA), merupakan salah satu asam lemak yang dapat
aspartame, acesulfame, dan sukralosa. memperbaiki glukosa darah dan profil lipid. Pemberian MUFA pada diet
7. Penggunaan alkohol harus dibatasi tidak boleh lebih dar10 gram/hari. diabetisi, dapat menurunkan kadar trigliserida, kolestrol total, kolestrol
8. Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gram/hari. VLDL, dan meningkatkan kadar kolestrol HDL. Sedangkan asam lemak
9. Makanan yang mengandung sukrosa tidak perlu dibatasi. tidak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acid= PUFA) dapat

23
melindungi jantung, menurunkan kadar trigliserida, memperbaiki Contoh : BB = 50 kg, TB = 160 cm
agregasi trombosit. PUFA mengandung asam lemak omega 3 yang dapat IMT = 50/(160/100)2 = 50/2,56 = 19,53
menurunkan sintesis VLDL di dalam hati dan eningkatkan aktivitas
enzyme lipoprotein lipase yang dapat menurunkan kadar VLDL di
jarngan perifer. Sehingga dapat menurunkan kadar kolestrol LDL. Klasifikasi nilai IMT :
IMT Status Gizi Kategori
Rekomendasi Pemberian Lemak: < 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus
17.0 - 18.5 Gizi Kurang Kurus
1. Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah 18.5 - 25.0 Gizi Baik Normal
maksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari. 25.0 - 27.0 Gizi Lebih Gemuk
2. Jika kadar kolestrol LDL ≥ 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh > 27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk
diturunkan sampai maksimal 7% dari total kalori perhari.
3. Konsumsi kolestrol maksimal 300mg/hari, jika ada kolestrol LDL ≥ 100
mg/dl, maka maksimal kolestrol yang dapat dikonsumsi 200 mg per hari. Penentuan stasus gizi berdasarkan rumus Brocca
4. Batasi asam lemak bentuk trans.
Pertama-tama dilakukan perhitungan berat badan idaman berdasarkan
5. Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam
rumus:
lemak tidak jenuh rantai panjang.
6. Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari
asupan kalori perhari.
Berat badan idaman (BBI kg) = (TB cm - 100) -10%.

Penghitungan Jumlah Kalori


Perhitungan julah kalori ditentukan oleh stasus gizi, umur, ada tidaknya Penetuan stasus gizi dihitung dari : (BB aktual : BB idaman) x 100%
stress akut, dan kegiatan jasmani. Penetuan stasus gizi dapat dipakai 1. Berat badan kurang BB <90% BBI
indeks massa tubuh (IMT) atau rumus Brocca.
2. Berat badan normal BB 90-110% BBI
3. Berat badan lebih BB 110-120% BBI
4. Gemuk BB>120% BBI
Penentuan stasus gizi berdasarkan IMT Perhitungan jumlah kalori:
Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus: Ditentukan oleh status gizi, umur, ada tidaknya stress akut dan
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2 kegiatan jasmani.

24
Kalori/kg BB ideal  KH 60% = 60% x 1700 = 1020 kalori
karbohidrat setara dengan 255 gram karbo.
Status Gizi Kerja santai Sedang berat  Protein 20% = 20% x 1700 = 340 kalori
protein setara dengan 85 gram protein.
Gemuk 25 30 35  Lemak 20% = 20% c 1700 = 340 kalori
Normal 30 35 40 lemak stara dengan 37.7 gram lemak.

Kurus 35 40 40-50 Penentuan kebutuhan kalori perhari:


1. Kebutuhan basal:
Contoh:
a. Laki-laki : BB idaman (Kg) x 30 kalor
Pasien seorang laki-laki 48thn, tinggi 160cm dan bb 63kg, b. Wanita : BB idaman (Kg) x 25 kalori
pekerjaan sbg penjaga toko.
 BBI= (TBcm-100)kg-10% = 60-6 = 54 2. Koreksi atau penyesuaian:
 Status gizi= (BBaktual-BBI)x100% = (63-54)x100%
a. Umur diatas 40 tahun : -5%
= 116% (termasuk BB lebih)
b. Aktivitas ringan : +10%
BB kurang BB <90% BBI c. Aktifitas sedang : +20%
BB normal BB 90-110% BBI d. Aktifitas berat : +30%
e. Berat badan gemuk : -20%
BB lebih BB 110-120% BBI f. Berat badan lebih : -10%
g. Berat badan kurus : +10%
Gemuk BB >120% BBI
 Jumlah kebutuhan kalori per hari.
3. Stress metabolik : +10-30%
 Kebutuhan kalori bassal= BBIx30 kalori =
54x30 kal = 1620 kalori 4. Kehamilan trimester I dan II : +300 kalori
 Kebutuhan aktifitas +20% 20%x1620=324
kalori 5. Kehamilan trimester II dan menyusui : +500 kalori
 Koreksi usia -5% 5% x 1620 = 81 kalori
 Koreksi BB -10% 10% x 1620 =162 kalori
 Jadi total kenutuhan kalori penderita Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
1620+324-81-162 = 1701 di bulatkan jadi makan siang (25%), serta 2-3 porsi ringan (10-15%) di antara makan
1700. besar. Pengaturan makan ini tidak berbeda dengan orang normal, kecuali
 Distribusi makanan : dengan pengaturan jadwal makan dan jumlah kalori. Usahakan untuk

25
merubah pola makan ini secara bertahap sesuai kondisi dan kebiasaan Health Services/ Psychosocial Research,
penderita. http://www.who.int/diabetes/facts/en/diabcare0504.pdf)

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2012. Diagnosis and
Clasiffication of Diabetes Melitus. Diabetes Care, Volume 35,
Supplement 1, January 2012.
Clare – Salzler, M.J., Crawford, J.M., & Kumar, V., 2007.
Pankreas. Dalam: Kumar, V., Cotran R.S., Robbins, S.L. Buku Ajar
Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC, 718 – 724.
Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran
Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
Edisi 20. Jakarta: EGC
Kaji Y. 2005. Prevention of diabetic
keratopathy. British journal of ophthalmology;89:254-255)
Konsensus
Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia
2011
Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi, Edisi V.
Jakarta: EGC Murray K. R, Granner D. K, Mayes P. A, Rodwell
V. W. 2006. Biokimia harper.ed 27. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee.
2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 2. Jakarta: EGC

WHO. Global Prevalence of Diabetes in Epidemiology/

26

Das könnte Ihnen auch gefallen