Sie sind auf Seite 1von 23

Anatomi dan fisiologi saraf pusat

1. Otak
Merupakan Alat tubuh yang sangat vital karena berfungsi sebagai pusat pengatur
seluruh tubuh yang terdiri dari 3 bagian besar : Otak besar (cerebrum), Batang Otak
(Truncus Serebri), dan Otak kecil (cerebellum)
a. Serebrum (otak besar)
Serebrum (cerebrum) adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari atas dua
hemisfer serebri (hemisphere cerebri) dan dihubungan oleh massa subtansia alba yang
di sebut korpus kolosum (corpus calosum) dan empat lobus yaitu, lobus frontal (terletak
di depan sulcus pusat sentralis), lobus pariental terletak di belakang sulcus pusat dan di
atas sulcus lateral, lobus oksipital terletak dibawah sulcus parieto-oksipital dan lobus
temporal terletak di bawah sulcus lateral. Hemisfer di pisahkan oleh suatu celah dalam
yaitu fisura longitudinalis serebri, di mana ke dalamnya terjulur flax cerebri.

lapisan permukaan hemisfer di sebut korteks (kortex) disusun oleh subtansia grisca.
Subtansia grisca terdapat pada bagian luar dinding serebrum bagian dalam. Pada
prinsipnya komposisi subtansia grisca yang terbentuk dari badan-badan sel saraf
memenuhi korteks serebri, nukleus, dan basal ganglia. Subtansia alba terdiri atas sel-sel
saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak yang lain. Sebagian besar hemisfer
serebri (telensefalon-telencephalon) berisi jaringan sistem saraf pusat (SSP). Area inilah
yang mengontrol fungsi motorik tertinggi, yaitu fungsi idividu dan intelegensi.

1) Lobus Frontal
Lobus frontal merupakan lobus terbesar yang mencakup bagian dari korteks
serebrum bagian depan, yaitu dari sulcus sentralis (suatu fisura atau jalur) dan di dasar
sulcus lateralis. Area Broca terletak di lubos frontalis dn mengontrol ekspresi bicara.
Area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi dari seluruh otak dan
menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi pikiran, rencana, dan perilaku.
Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian, dan menahan
diri.
2) Lobus Parietal- lobus sensori
Lobus parientalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulcus sentralis, di
atas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parieto-oksipitalis. Area ini
menginterprestasikan sensasi. Sensasi yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus
parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
Kerusakan pada daerah ini menyebabkan sindrom hemineglect .
3) Lobus Temporal
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari
fisura lateralis dan ke sebelah postarior dari fisura parieto-oksipitalis. Berfungsi
mengintegrasikan sensasi pengecap, penghidu, pendengaran,dan sebagai tempat
penyimpanan memori.
4) Lobus oksipital
Terletak di sebelah posterior dari lobus parientalis dan di atas fisura parieto-
oksipitalis yang memisahkannya dari serebelum. Lobus ini adalah pusat asosiasi visual
utama. Bagian ini bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan, yaitu menerima
informasi yang berasal dari retina mata.
5) Korpus kalosum
Korpus kalosum adalah kumpulan serat-serat saraf tepi. Korpus kalosum
menghubungkan kedua hemisfer otak dan bertanggung jawab dalam transmisi informasi
dari salah satu sisi otak ke bagian lain. Informasi ini meliputi sensorik memori dan
belajar menggunakan alat gerak kiri. Beberapa orang yang dominan menggunakan
tangan kiri mempunyai bagian serebri kiri dengan kemampuan lebih pada bicara,
bahasa, aritmatika dan fungsi analisis. Daerah hemisfer yang tidak dominan
bertanggung jawab dalam kemampuan geometrik, penglihatan serta membuat pola dan
fungsi musikal. Basal ganglia terdiri atas sejumlah nukleus dan terletak di bagian
terdalam hemisfer serebri, bertanggung jawab mengontrol gerakan halus tubuh, kedua
tangan dan ektremitas bagian bawah.
b. cerebellum (otak kecil)
Otak kecil (cerebellum) terletak di bagian belakang kepala. Otak kecil ini
menggantung di belakang pons. Cerebellum berfungsi untuk mengatur koordinasi
gerakan. Seseorang yang mengalami gangguan fungsi cerebellum akan mengalami
kesulitan untuk menggerakkan tangannya sendiri dari posisi lurus kedepan untuk
menyentuh hidungnya. Yang bersangkutan juga tidak dapat melakukan gerakan
berulang seperti menyisir rambut, ototnya terasa lemah dan tangan gemetar (tremor).
Permukaan otak kedl juga berlekuk-lekuk, tetapi dengan pola yang berbeda dari pada
otak besar. Jika pada cerebrum lekukanv itu dinamakan gyri & sulci, pada cerebellum
lipatannya dinamakan folia. Keberadaan lipatan ini juga memperluas permukaan lapisan
kulit cerebellum yang banyak mengandung sel saraf.
Serebelum terletak melingkupi system sensorik dan motorik utama dibatang otak.
Serebelum dihubungkan dengan batang otak kedua sisinya oleh pedunkulus superior
(prakilum konjungtivum), pedumkulus medialis (rakium kontis) dan pendunkulus inverior
(kurkusrestiformis). Vermis (bagian tengah otak kecil) yang terletak dimedial, dan
hermisfer serebelum yang terletak dilateral berlipat-lipat dan memiliki fisura yang lebih
luas dari pada korteks selebri ; berat sebelumya 10% dari berat korteks selebri tetapi
luas permukaanya sekitar 75% dari korteks selebri.Cerebellum terdiri dari lapisan
substantia grisea di bagian luar yang di sebut cortex dan lapisan substantia alba di
bagian dalam. Setiap hemispherium terdapat tiga masa substantia grisea yang
membentuk nuclei intra Otak Tengah (Mesensephalon)
c. Truncus Serebri (Batang Otak)
Batang otak dibentuk oleh medulla oblongata, pons, dan mesencephalon serta
menempati Fossa crania posterior di dalam tengkorak. Bentuknya seperti batang dan
menghubungkan medulla spinalis yang sempit dengan prosencephalon yang luas.
Batang otak mempunyai tiga fungsi utama :
1) Berfungsi sebagai penyalur tractus asendens dan desendens yang menghubungkan
medulla spinalis dengan berbagai pusat yang lebih tinggi di prosencephalon .
2) Mengandung pusat-pusat refleks penting yang mengatur control system respirasi dan
kardiovaskular juga berhubungan dengan kendali tingkat kesadaran.
3) Mengandung nuclei penting saraf cranial III sampai XII.
Batang otak terdiri dari :
1) Diensephalon
Diensephalon hampir seluruhnya tersembunyi di bawah permukaan otak. Terdiri atas
thalamus dorsal dan hypothalamus di ventral. Thalamus adalah massa substantia grisea
yang besar, terletak dikiri-kanan ventriculus tertius. Merupakan stasiun perantara besar
untuk jaras sensoris aferen yang menuju cortex cerebri.
Hypothalamus membentuk bagian bawah dinding lateral dan dasar ventriculus
tertius. Struktur berikut ini terdapat pada dasar ventriculus tertius, dari depan ke
belakang yaitu Chiasma opticum, tuber cinereum, dan infundibulum, corpora
mammilaria, dan substantia perforate posterior.
Fungsi hypothalamus :
a) Memproduksi antidiuretic hormone (ADH) dan oksitosin, hormone ini akan disimpan
dikelenjar hipofisis posterior. ADH memungkinkan ginjal mereabsorpsi air kembali ke
darah sehingga mempertahankan volume darah. Oksitosin menyebabkan persalinan
dan pelahiran.
b) Menghasilkan releasing hormones (juga disebut releasing factors) yang merangsang
sekresi hormone oleh kelenjar hipofisis anterior. Hipotalamus menghasilkan growth
hormone releasing hormone (GHRH), yang merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk
menyekresi growth hormone (GH).
c) Mengatur suhu tubuh dengan memicu respons, seperti berkeringat pada suhu hangat
atau menggigil dalam lingkungan dingin.
d) Mengatur asupan makanan: hipotalamus di percaya merespons perubahan kadar
nutrien darah atau bahan kimia yang disekresi sel lemak. Ketika kadar nutrisi darah
rendah, kita merasa lapar, lalu makan. Ini akan menaikkan kadar nutrien darah dan
menimbulkan rasa penuh atau kenyang, dan kita berhenti makan.
e) Mengintegrasi fungsi system saraf otonom, yang pada gilirannya mengatur aktivitas
organ, seperti jantung, pembuluh darah, dan usus.
f) Merangsang respon organ visceral selama berada dalam kondisi emosional. Ketika
kita marah, frekuensi jantung biasanya meningkat. ketika malu, sering kali wajah
memerah. Ini merupakan vasodilatasi kulit wajah. Respon ini di sebabkan oleh system
saraf otonom ketika hipotalamus mempersepsikan perubahan status emosional. Dasar
neurologis emosi kita tidaklah dimengerti dengan baik, dan respons viseral emosi
merupakan sesuatu yang tidak dapat dikontrol oleh sebagian besar dari kita.
g) Mengatur ritme tubuh, seperti sekresi hormon, siklus tidur, perubahan mood atau
kesiagaan mental. Hal ini biasanya disebut jam biologis kita, ritme seperti irama
sirkadian, yang berarti “seharian”. Jika anda pernah terjaga selama 24 jam. Anda akan
mengetahui betapa hal ini membuat kita disorientasi, sampai jam biologis hipotalamus
diatur kembali.
2) Otak Tengah (Mesensephalon)
Otak tengah adalah bagian sempit otak yang berjalan melewati incisura tentori dan
menghubungkan otak depan dengan otak belakang.Otak tengah terdiri atas dua belahan
lateral yang disebut pedunculus cerebri: masing-masing dibagi menjadi pars anterior
atau crus cerebri, dan pars posterior atau tegmentum, oleh sabuk substantia grisea
berpigmen, yaitu substantia nigra. Rongga sempit otak tengah adalah aqueductus
cerebri, yang menghubungkan ventriculus tertius dan quartus. Tectum adalah bagian
otak tengah posterior terhadap aqueductus cerebri : memiliki empat tonjolan kecil, yaitu
dua colliculus superior dan dua colliculus inferior. Colliculus ini terletak dianatara
cerebellum dan hemisphere cerebri.
Corpus pinealis adalah struktur kelenjar kecil yang terletak di antara colliculus
superior. Melekat melalui suatu tangkai pada dinding posterior ventriculus tertius. Lekuk
kecil pada ventriculus, disebut recessus pinealis, meluas ke dalam basis tangkai. Corpus
pinealis ini seringkali mengalami perkapuran pada usia pertengahan , dengan demikian
dapat terlihat pada radiografi.
fungsi Mesensephalon:
menjaga kepala tetap tegak dan mempertahankan keseimbangan atau ekuilibrium
karena otak tengah juga terlibat dengan apa yang dinamakan refleks tegak.
3) Pons Varoli
Pons terletak pada permukaan anterior cerebellum, dibawah otak tengah dan di atas
medulla oblongata. Terutama terdiri atas serabut-serabut saraf, yang menghubungkan
kedua belahan cerebellum. Juga mengandung serabut asendens dan desendens yang
menghubungkan otak depan, otak tengah dan medulla spinalis. Beberapa sel saraf di
dalam pons, berfungsi sebagai stasiun perantara,sementara yang lain membentuk
nucleus saraf kranialis.
4) Medula Oblongata
Medula oblongata berbentuk kerucut, mengbungkus pons dengan medulla spinalis.
Fissura mediana ventralis terdapat pada permukaan anterior medulla,dan pada tiap
sisinya terdapat pembesaran, yang disebut pyramis. Pyramis ini terdiri atas berkas-
berkas serabut saraf yang berasal dari sel-sel saraf besar dalam gyrus precentralis
cortex cerebri. Pyramis ini mengecil ke bawah, dan disinilah sebagian besar serabut
desendens menyeberang ke kontra lateral, membentuk decussatio pyramidum.
fungsi medulla oblongata:
Berkaitan dengan apa yang kita piker vital (seperti pada “tanda-tanda vital”).Medula
berisi pusat jantung yang mengatur frekuensi jantung, pusat vasomotor yang mengatur
diameter pembuluh darah dan juga tekanan darah, serta pusat pernapasan yang
mengatur pernapasan. Anda dapat melihat mengapa sebuah cedera yang meretakan
tulang oksipital dapat cepat berakibat fatal-kita tidak dapat bertahan hidup tanpa
medula. Di medula juga terdapat pusat refleks untuk batuk, bersin, menelan, dan
muntah.
d. Sumsum Tulang Belakang
Medula Spinalis merupakan jaringan saraf yyang terbungkus dalam kolumna
vertebrata yang memanjang dari medulla batang otak sampai ke area vertebrata lumbal
pertama disebut medulla spinalis.
Fungsi Medula Spinalis
1) Medula spinalis mengendalikan berbagai aktifitas reflexs dalam tubuh. Contoh:
seseorang yang kena jarum dengan spontan/reflex menarik tangan.
2) Bagian ini menstransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan
desenden.Contoh: kemudian setelah menarik tangan tadi, di laporkan ke otak untuk
mengambil benda tersebut. Yang bertugas di situ adalah traktus asenden dan
desenden.
Struktur Umum Medula Spinalis
1) Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih.walaupun diameter
medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking,
panjang rata-rata 42cm(17 inci).Tebal 2cm (0,8 inci).Berhenti tumbuh pada usia sekitar
4-5 tahun.
2) Dua pembesaran, pembesaran lumba dan servika, menandai sisi keluar saraf spinal
besar yang mensuplai lengan dan tungkai.
3) 31 pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina intervetebral.
(ini nanti akan di jelaskan duta 2)
4) Korda berakhir ditengah bawah vertebra lumbal pertama atau kedua saraf spinal
bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda mengarah kebawah disebut korda
ekulnamuncul dari kolumna spinalis pada foramina intervetebral lumbal dan sacral yang
tepat.
a) Konus medularis (Terminalis) adalah ujung kaudal korda
b) Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa pla mater yang melekat pada konus
medularis sampai kolumna vertebra.
5) Meringues (dura, mater, araknoid, dan pia meter) yang ,elapisi otak, juga melapisi
korda.
6) Fisura median anterior (ventral) dalam dan fisura posterior (dorsal) yang lebih dangkal
menjalar di sepanjang korda dan membaginya menjadi bagian kanan dan kiri.

e. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal merupakan cairan yang bersih dan tidak berwarna dengan berat
jenis 1,007, diproduksi di dalam ventrikel dan bersikulasi di sekitar otak dan medulla
spinalis melalui sistem ventricular.Cairan serebrospinalis berfungsi sebagai bantalan
untuk jaringan lunak otak dan medula spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran
nutrien dan zat buangan antara darah dan otak sarta medula spenalis.
Pada ventrikel, terdapat empat bagian. Ventrikel lateral kanan, kiri, ventrikel ketiga dan
keempat. Kedua ventrikal lateral keluar ke ventrikel ketiga pada foramen antara
ventricular dan foamen Montro. Ventrikel ketiga dan keempat berhubungan melalui
saluran Sylvius. Ventrikel keemapt menyuplai cairan Serehrospinal ke ruang
subarachnoid dan turun ke medulla spinalis pada permukaan daerah dorsal.
CSS diperoduksi di dalam plekses koroid pada ventrikel lateral ketiga dan keempat.
Secara organic dan nonorganic, kandungan CSS sama dengan plasma, tetapi
mempunyai perbedaan konsentrasi. CSS mengandung protein, glukosa dan klorida;
juga mengandung immunoglobulin. Secara normal, CSS mempunyai sedikit sel-sel
darah putih dan tidak mengandung sel darah merah. CSS kembali ke otak dan
kemudian disirkulasi mengitari otak, di mana diabsorbsi melalui villi arknoid.
f. Selaput pembungkus otak (meningen)
Komposisi meningen berupa jaringan selaput penghubung yang melindungi, mendukung dan
memelihara otak.
Lapisan pelindung otak terdiri dari rangka bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang
disebut mininges. Lapisan meningeal terdiri dari pia mater, lapisan araknoiddan dura
mater
1) Pia mater adalah lapisan terdalam yang halus, transparan dan tipis, serta melekat erat
pada otak. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah untuk mensuplai jaringan
saraf.fungsi menutupi otak dan meluas ke setiap daerah otak.
2) Lapisan araknoid(tengah) terletak dibagian eksternal pia mater dan mengatur sedikit
pembuluh darah.
a) Ruang subaraknoid memisahkan lapisan araknoid dari pia materdan mengandung
cairan serebrospinalis, pembuluh darah, serta jaringan penghubung seperti selaput
yang mempertahankan posisi araknoid terhadap pia mater dibawahnya.
b) berkas kecil jaringan araknoid, vill araknoid , menonjol kedalam sinus vena (dural)
dura mater.
c) Pleksus koroid, yang bertanggung jawab memproduksi cairan serebrospinal (CSS)
Sifatnya: tipis dan lembut menyerupai sarang laba-laba, warna putih karena tidak
dialiri darah

3) dura mater lapisan terluar , adalah lapisn yang tebal dan terdiri dari dua lapisan.
Lapisan ini biasanya terus bersambungan, tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik.
a) lapisan perlosteal luar pada dura mater melekat di permukaan dalam krantum dan
berperan sebagai perlosteum dalam pada tulang tengkorak.
b) Lapisan meningeal dalampada dura mater tertanam sampai fisura otak dan terlipat
kembal kearahnya untuk membentuk bagian-bagian Falke serebrum.
c) pada beberapa regia , kedua lapisan ini dipisahkan oleh pembuluh darah besar,
sinus vena yang mengalirkan darah keluar dari otak.
d) ruang subdural memisahkan dura mater dari araknoid pada regia cranial dan
medulla spinalis
e) ruang epidural adalah ruang potensial antara pertosteal luar dan lapisan meningeal
dalam pada dura mater di regia medulla spinalis fungsinya: menutup otak dan
medulla spinalis dan bersifat: liat, tebal dan tidak elastic, berupa serabutdan
berwarna abu-abu
“Cerebrovascular Accident : Intracerebral Hemorrhage”

1. Definisi

Intracerebral Hemorrhage (ICH) Adalah suatu keadaan perdarahan yang terjadi


dalam substansi otak, seringkali terjadi pada pasien hipertensi dan atherosclerosis
serebral karena perubahan degenaratif kedua penyakit tersebut menyebabkan ruptur
pada pembuluh darah. Perdarahan/hemoragi yang terjadi juga dapat diakibatkan oleh
keadaan patologi pada arteri, tumor otak, dan penggunaan medikasi seperti
antikoagulan oral, amfetamin, dan obat-obatan narkotik (kokain) (Smeltzer and Barre,
2014)..
Perdarahan yang terjadi biasanya pada pembuluh darah arteri dan erada pada
lobus serebral, ganglia basalis, thalamus, batang otak (terutama pons) serta serebelum.
Hemoragik yang terjadi mengakibatkan rupture pada dinding ventrikel lateral dan
menyebabkan hemoragi intraventrikular, yang sering bersifat fatal pada penderitanya
(Smeltzer and Barre, 2014).

Gambar 1. Intracerebral Hemoragik (kanan atas)

2. Epidemiologi
Stroke adalah terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah non traumatik yang
terjadi secara akut pada suatu daerah fokal area di otak berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian dan disebabkan oleh sebab vaskular. Secara global, strok adalah
penyebab kematian terbanyak kedua di dunia. Selain sebagai salah satu sebab utama kematian,
strok juga menyebabkan kecacatan pada banyak pasien yang bertahan hidup sehingga mereka
membutuhkan bantuan keluarga, sistem kesehatan dan institusi sosial lainnya. Sepuluh sampai lima belas
persen dari seluruh stroke di Amerika Serikat dan Eropa adalah strokhemoragik, sedangkan
frekuensinya di Jepang dan negara-negara Asia lainnya berkisar 20-30%dari seluruh strok. Strok
hemoragik ini biasanya diasosiasikan dengan tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan infark serebral. Istilah strok hemoragik seringkali digunakan sebagai sinonim
dari perdarahan intraserebral (ICH). Stroke hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh
perdarahan arteri otak didalam jaringanotak (intracerebral hemorrhage) dan/atau perdarahan arteri
diantara lapisan pembungkus otak,piamater dan arachnoidea (WHO, 20015).
3. Etiologi
Menurut wiliams, 2013 etiologi dari CVA ICH yaitu sebagai berikut :
1. Trombosis Serebri

Trombosis adalah bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher, thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini
dapatterjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk dalam 48 jam
setelah terjadi trombosis. Beberapa keadaan yang menyebabkan trombosis otak

a. Aterosklerosis
b. Hiperkoagulasi pada polisitemiac.
c. Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak,
dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebri. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari
10-30detik.

3. Hemoragi
Perdarahan ini bisa terjadi akibat aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam
Parenkim otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim terjadi infark otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema
dan mungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi :
a. Aneurisma berry, biasanya defek konginetal
b. Aneurisma fusiformis dari aterosklerosisc.
c. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsisd.
d. Malformasi ateriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri
sehingga daraharteri langsung masuk vena.
e. Rupture arteriol serebri akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah
4. Hipoksia umum.
a. Hipertensi yang parah
b. Henti jantung paruc.
c. Curah jantung turun akibat aritmia
5. Hipoksia lokal.
a. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
b. Vasokonstriksi arteri otak disertai sakit kepala migraine.

4. Faktor Resiko

Faktor Resiko yang Dapat Faktor Resiko yang Tidak Dapat


dimodifikasi dimodifikasi

- Tekanan darah tinggi - Usia tua


- Merokok - Jenis kelamin (banyak terjadi
- Diabetes Mellitus pada laki-laki)
- Aterosklerosis - Herediter/genetik
- Atrial fibrilasi - Riwayat stroke atau
- Penyakit jantung lain serangan jantung
- Transient ischemic attack sebelumnya
- Anemia bulan sabit
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Intake alkohol yang tinggi
- Penggunaan obat-obatan
illegal

5 . Patofisiologi
Hemoragik serebral (pecahnya pembuluh darah serebral sehingga terjadi
perdarahan ke dalam jaringan otak atau area sekitar), hemoragik dapat terjadi di
epidural, subdural, dan intraserebral. (Corwin, 2015). Stroke hemoragik terjadi
perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri penetrans yang merupakan cabang dari
pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di
bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat terjadi dengan
bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans
terjadi aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah yang
terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi
perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas ke
sekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intracranial (Corwin,
2015)..
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan yang
ada disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangatn mengiritasi jaringan
otak, sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan.
Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan darah
yang semula lunak akhirnya akan larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan
darah dapat membengkak dan mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka
bekuan darah akan mencair, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa
bulan semua jaringan nekrotik akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru
sehingga terbentuk jalinan desekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi
oleh astroglia yang mengalami proliferasi (Corwin, 2015).
Kebanyakan kasus PIS terjadi pada pasien dengan hipertensi kronik. Keadaan ini
menyebabkan perubahan arteriosklerotik pembuluh darah kecil, terutama pada cabang-
cabang arteri serebri media, yang mensuplai ke dalam basal ganglia dan kapsula
interna. Pembuluh-pembuluh darah ini menjadi lemah, sehingga terjadi robekan dan
reduplikasi pada lamina interna, hialinisasi lapisan media dan akhirnya terbentuk
aneurisma kecil yang dikenal dengan aneurisma Charcot-Bouchard. Hal yang sama
dapat terjadi pembuluh darah yang mensuplai pons dan serebelum. Rupturnya satu dari
pembuluh darah yang lemah menyebabkan perdarahan ke dalam substansi otak
(Mitchell, 2014).
Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya aneurisma.
Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan perdarahan
mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur, dan sering terdapat lebih dari satu
aneurisma. Gangguan neurologis tergantung letak dan beratnya perdarahan. Pembuluh
yang mengalami gangguan biasanya arteri yang menembus otak seperti cabang cabang
lentikulostriata dari arteri serebri media yang memperdarahi sebagian dari 3 ganglia
basalis dan sebagian besar kapsula interna. Timbulnya penyakit ini mendadak dan
evolusinya dapat cepat dan konstan, berlangsung beberapa menit, beberapa jam,
bahkan beberapa hari (Corwin, 2015)..
7. Manifestasi Klinis

Gejala CVA sesuai dengan Area arteri yang terkena

Hemiparesis dysphasia Perubahan Penurunan ataksia


visual level
kesadaran
Carotid V V v V

Cerebral V V v V
tengah
Vertebrobasilar v v

Tabel 2. Gejala CVA berdasarkan Area yang Terkena serangan

Keterangan:
- Hemiparesis : paralisis/kelumpuhan otot pada salah satu sisi tubuh
Gambar 2. Bagian otak yang mengalami stroke berlawanan dengan
kelumpuhan yang terjadi

- Dysphasia : kesulitan dalam mengucapkan atau menyusun kata-kata


- Perubahan visual : perubahan lapang pandang penderita. Contoh lapang
pandang penderita stroke tergantung pada area otak yang mengalami gangguan.
Berikut adalah perubahan lapang pandang yang dapat terjadi:

Gambar 3. Gambaran perubahan visual pada penderita stroke

- Penurunan level kesadaran :penurunan Glasgow coma scale


- Ataksia : kegagalan otak untuk mengontrol pergerakan tubuh, sehingga
gerakan tubuh menjadi tidak terkendali

manifestasi jangka pendek manifestasi jangka panjang

- Deteriorasi neurologic - Fungsi motorik terganggu


- Resiko kegagalan respirasi - Apasia
- Emosi labil
- Ketidakmampuan dalam
memenuhi ADL
- Pengabaian unilateral
- Homonymous hemianopsia

8. Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah beberapa pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk
menentukan ICH (Smeltzer and Barre, 2014; Williams and Hopkins, 2013):
- CT-scan : dapat mengetahui ukuran dan lokasi arteri yang mengalami
hemoragik.

- EEG (elektro enchepalografi) : rekaman gelombang elektrik sel saraf yang berada di
otak yang memiliki tujuan untuk mengetahui adanya gangguan fisiologi fungsi otak

- Arteriogram adalah pemeriksaan diagnostik yang menggunakan media kontras


dengan tujuan untuk melihat gambaran abnormal atau obstruksi pada pembuluh
darah tertentu
- MRI (magnetic resonance imaging) adalah perangkat yang digunakan untuk
mengetahui struktur internal tubuh dari jarak dekat

9. Penatalaksanaan Medis

Menurut Listiono D (William, 2013) penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas
melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateralhemianopsia,
selama stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yangdidasari
beberapa prinsip.Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
1. Penanganan suportif imun
2. Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
3. Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
4. Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.
5. Meningkatkan darah cerebral
6. Elevasi tekanan darah
7. Intervensi bedah
8. Ekspansi volume intra vaskuler
9. Anti koagulan
10. Pengontrolan tekanan intrakranial6.
11. Obat anti edema serebri steroid
Proteksi cerebral (barbitura)Sedangkan menurut Lumban Davey, ( 2015) macam-
macam obat yang digunakan :
1. Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)
2. Obat anti koagulasi : heparin
3. Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus)4.
4. Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)
Tindakan keperawatan.
1. Bantu agar jalan nafas tetap terbuka (membersihkan mulut dari ludah dan lendir agar jalan
nafas tetap lancar).
2. Pantau balance cairan.
3. Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap anggotagerak
secara pasif seluas geraknya.
4. Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh

10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2014)
adalah:
1. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke
otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke
jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta
hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan.
2. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung,
dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada
aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran
darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia
dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus
lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus
diperbaiki.
4. Kematian.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajiaan

a. Data subjektif :

1) Identitas (pasien dan keluarga/penanggung jawab) meliputi: Nama, umur,jenis kelamin, s


uku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan hubungan p
asien dengan keluarga/pengirim).

2) Keluhan utama: Bagaimana pasien bisa datang ke ruang gawat darurat, apakah pasien s
adar atau tidak, datang sendiri atau dikirim oleh orang lain?

3) Riwayat cedera, meliputi waktu mengalami cedera (hari, tanggal, jam), lokasi/tempat me
ngalami cedera.

4) Mekanisme cedera: Bagaimana proses terjadinya sampai pasien menjadi cedera.

5) Allergi (alergi): Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan (jenisnya), o
bat, dan lainnya.

6) Medication (pengobatan): Apakah pasien sudah mendapatkan pengobatan pertama sete


lah cedera, apakah pasien sedang menjalani proses pengobatan terhadap penyakit terte
ntu?

7) Past Medical History (riwayat penyakit sebelumnya): Apakah pasien menderita penyakit t
ertentu sebelum menngalami cedera, apakah penyakit tersebut menjadi penyebab terjad
inya cedera?

8) Last Oral Intake (makan terakhir): Kapan waktu makan terakhir sebelum cedera? Hal ini
untuk memonitor muntahan dan untuk mempermudah mempersiapkan bila harus dilakuk
an tindakan lebih lanjut/operasi.

9) Event Leading Injury (peristiwa sebelum/awal cedera): Apakah pasien mengalami sesuat
u hal sebelum cedera, bagaimana hal itu bisa terjadi?

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

- Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

- Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa
bicara

- Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi


b. Pemeriksaan integumen

- Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3
minggu

- Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

- Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c. Pemeriksaan kepala dan leher

- Kepala : bentuk normocephalik

- Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

- Leher : kaku kuduk jarang terjadi

d. Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing


ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk
dan menelan.

e. Pemeriksaan abdomen

Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.

f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

g. Pemeriksaan ekstremitas

Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h. Pemeriksaan neurologi

- Pemeriksaan nervus cranialis

- Pemeriksaan motorik

- Pemeriksaan sensorik

- Pemeriksaan refleks
3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan kognitif-motorik akibat hemoragik serebral
3. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
4. Resiko injuri
5. Deficit perawatan diri : mandi, makan, berpakaian, toileting b.d gangguan kognitif-
motorik akibat hemoragik serebral (Herdman, 2014)

4. Tujuan Rencana Intervensi (NOC)


1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
a. Tissue perfusion : cerebral(tekanan intakranial dalam batas normal, tekanan
darah dalam batas normal (90-120/60-80) mmHg, MAP antara 30-40 mmHg,
penurunan level kesadaran tidak terjadi, gangguan kognitif tidak terjadi)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan kognitif-motorik akibat hemoragik serebral
a. Immobility consequences : physiological( tidak ada decubitus, tidak terjadi
kontraktur sendi, tidak ada thrombosis vena )
3. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
a. Communication (klien mampu menggunakan bahasa verbal, klien mampu
menggunakan bahasa non-verbal, klien mengerti bahasa yang disampaikan
orang lain, klien mampu melakukan komunikasi dua arah dengan orang lain)

4. Resiko injuri
a. Falls prevention behavior (terdapat tepi pengaman pada bed klien, dilakukan
asistensi terhadap mobilisasi klien)
5. Deficit perawatan diri : mandi, makan, berpakaian, toileting b.d gangguan kognitif-
motorik akibat hemoragik serebral

5. Intervensi Keperawatan (NIC)


1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
a. Cerebral perfusion promotion
- Monitor status neurologi
- Monitor protrombine time dan parsial thrombin time
- Lakukan plebotomi untuk memantau level analisa darah lengkap
- Hindari hiperfleksi pada leher
- Kolaborasikan dengan tim medis tentang pemberian posisi head of bed antara
15-30°, dan monitor respon pasien terhadap posisi kepala
- Kolaborasi pemberian antikoagulan
- Monitor tanda-tanda perdarahan (Bulechek, dkk, 2015)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan kognitif-motorik akibat hemoragik serebral
a. Pressure ulcer prevention
- Observasi keadaan kulit setiap hari, terutama area yang memiliki resiko tinggi
luka tekan
- Lakukan perubahan posisi 1-2 jam sekali
- Hindari kerutan pada linen
- Gunakan air hangat dan sabun lembut saat memandikan
- Gunakan pengganjal/bantal pada area-area resiko tinggi luka tekan seperti
sacrum, siku, tungkai
- Edukasi keluarga untuk melaporkan adanya kerusakan integritas kulit

b. Exercise therapy : joint mobility


- Kaji keterbatasan gerak sendi klien
- Buatkan jadwal melaksanakan range of motion
- Ajarkan range of motion
- Ajarkan keluarga untuk melakukan latihan ROM pada pasien
- Kaji adanya nyeri pada saat melakukan exercise
3. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
a. Communication enhancement : speech deficit
- Ajak keluarga untuk menerjemahkan maksud verbal klien jika diperlukan
- Dengarkan klien dengan seksama
- Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti
- Jangan berteriak kepada klien
- Beri dukungan kepada klien untuk melafalkan kata-kata dengan benar
- Gunakan bahasa non verbal/gestur jika diperlukan
4. Resiko injuri
a. Fall prevention
- Kaji adanya gangguan lingkungan yang berpotensi meningkatkan resiko jatuh
klien
- Identifikasi perilaku klien yang menimbulkan resiko jatuh
- Monitor adanya kelianan mobilisasi, keseimbangan, dan level kelemahan klien
- Asistensi klien pada saat ambulasi/mobilisasi
- Gunakan bedside rails untuk mencegah klien jatuh dari tempat tidur
- Ajarkan klien untuk meminta bantuan kepada orang lain jika ingin melakukan
ambulasi/mobilisasi
5. Defisit perawatan diri : mandi, makan, berpakaian, toileting b.d gangguan kognitif-
motorik akibat hemoragik serebral
a. Self care assistance
- Kaji batasan kemampuan klien dalam melakukan ADL dan perawatan diri
- Fasilitasi peralatan hygiene klien
- Bantu klien memenuhi ADL dan perawatan diri
- Tetapkan jadwal melakukan ADL perawatan diri untuk klien seperti sistensi
mandi, makan, dll.
- Mandirikan klien sesuai dengan kemampuannya dalam melaksanakan ADL dan
perawatan diri, bantu jika diperlukan (Bulechek, dkk, 2015)
Daftar Pustaka

- Bulechek GM, Butcher HW, Dochterman JM. 2015. Nursing Intervention


Classification (NIC) ed5. St Louis: Mosby Elsevier.
- Corwin, EJ. 2015. Buku Saku Patofisiologi ed 3. Jakarta: EGC.
- Davey, P. 2015. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
- Herdman H. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and
Classifications 2012-2014. Oxford: Wiley Blacwell.
- Mitchell, et al. 2014. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit ed.7. Jakarta: EGC.
- Morrhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2015. Nursing Outcomes
Classification (NOC) ed4. St Louis: Mosby Elsevier.
- Smeltzer, S., and Barre, B. 2014. Medical Surgical Nursing. Philadelphia : Davis
Comp.
- Williams, SH., Hopper. 2013. Understanding Medical Surgical Nursing. Philadelphia:
Davis Comp.

Das könnte Ihnen auch gefallen