Sie sind auf Seite 1von 14

NILAI PARAF

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA KLINIK
URINALISIS

Dosen Pengampu :

KELOMPOK 1

Bilqis Nabilah (31116106)


Rani Agustiani (31116132)
Siti Zahra Fauzia (31116142)
Syerli Gustiana P (31116144)
Tina Agustini (31116145)

KELAS : 3C

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2018
I. Tanggal Pratikum : Rabu, 12 September 2018
II. Judul Praktikum : Urinalisis
III. Tujuan
1. Menganalisis urin secara makroskopis dan mikroskopis dengan
menggunakan carik celup.
2. Menginterpretasikan hasil pengamatan dan mengubungkan dengan kondisi
patologi klinik.

IV. Prinsip
1. Leukosit
Asam karbonat ester oleh esterase yang terdapat pada granulosit
akan diubah membentuk indoxyl. Indoxyl dioksidasi membentuk
senyawa yang berwarna indigo.
2. Nitrit
Nitrat dengan adanya bakteri gram negatif akan diubah menjadi
nitrit. Nitrit dengan para-arsinic acid dan tetrahydrobenzoquinolin
membentuk senyawa yang berwarna merah.
3. Urobilinogen
Urobilinogen dengan para-aminobenzaldehide dalam suasana asam
akan terbentuk senyawa azo yang berwarna merah.
4. Protein
3’3’5’5’ tetrachlorofenol-3,4,5,6 tetrabromosulfo-phtalein (buffer)
dengan protein akan membentuk senyawa berwarna hijau muda sampai
hijau tua.
5. Ph
Kombinasi indikator methyl red dan bromthymol blue yang
terkandung pada carik memungkinkan perubahan warna carik sesuai
dengan pH urin.
6. Darah
H2O2 oleh peroksidase yang ada pada Hb membentuk On dan H2O.
On yang terbentuk akan mengoksidasi benzidin (kromogen) membentuk
senyawa berwarna hijau biru.
7. Berat Jenis
Bromthymol blue dengan methyl vinyl ether maleic acid sodium
salt akan memberikan warna pada urin dengan BJ ≥ 0,5.
8. Keton
Natrium nitroprusid sebagai oksidator kuat dengan asam
asetoasetat dan aseton yang bersifat basa membentuk senyawa yang
berwarna violet.
9. Bilirubin
Bilirubin dengan garam diazonium (2-6 diclorobenzene-diazonium
floroborat) dalam suasana asam membentuk azobilirubin yang berwarna
merah violet.
10. Glukosa
D-Glukosa oleh enzim glukosa oksidase diubah menjadi D-
glukonalakton dan H2O2. H2O2 yang terbentuk akan mengoksidasi
kromogen membentuk senyawa berwarna coklat.

V. Dasar Teori
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinari. Ekskresi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga hemostasis cairan tubuh (Hardjoeno dkk, 2006).
Indikasi tes urin adalah untuk tes saring pada tes kesehatan, keadaan
patologik maupun sebelum operasi, menentukan infeksi saluran kemih
terutama yang berbau busuk karena nitrit, leukosit atau bakteri, menentukan
kemungkinan gangguan metabolisme misalnya diabetes melitus atau
komplikasi kehamilan, menentukan berbagai jenis penyakit ginjal seperti
glomerulonephritis, sindroma nefrotik dan pyelonephritis (Hardjoeno dkk,
2006).
Tes urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan
saluran urin, tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh seperti
hati, saluran empedu, pankreas, cortex adrenal, dll (Gandasoebrata, 2007).
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk
tujuan diagnosis dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau
perkembangan penyakit seperti diabetes dan tekanan darah tinggi (hipertensi)
dan skrining terhadap status kesehatan umum (Soewoto Hafiz, 2001).
Tes urin terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik atau
sedimen dan pemeriksaan kimia urin. Tes mikroskopik untuk melihat
eritrosit, leukosit, sel epitel, torak, bakteri, kristal, jamur dan parasit.
Pemeriksaan makroskopik adalah untuk menilai warna, kejernihan dan bau.
Analisis makroskopik secara fisik meliputi tes warna, kejernihan, bau, berat
jenis dan pH. Analisis kimiawi meliputi tes protein, glukosa, keton, darah,
bilirubin, urobilinogen, nitrit,dan lekosit esterase (Hardjoeno dan Fitriani,
2007)

VI. Prosedur Kerja

Basahi seluruh permukaan reagen carik celup dengan sampel urin dan tarik
carik dengan segera, kelebihan urin diketukkan pada bagian bibir wadah urin.

Kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan dengan cara


menyimpan carik tersebut pada kertas agar menyerap urin di bagian tersebut.

Peganglah carik secara horizontal dan bandingkan dengan standar warna yang
terdapat pada leher wadah carik dan catat hasilnya dengan waktu seperti yang
tertera pada standar carik.

Untuk menganalisis bau, urin segar dimasukkan ke dalam tabung reaksi,


kemudian miringkan cairan dan kipas-kipaskan tangan pada permukaan cairan
urin. Cium bau yang muncul.
Warna dan kejernihan diamati pada cahaya yang cukup terhadap urin yang
telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

VII.Alat dan Bahan

NO Nama dan Gambar Fungsi


1 Urin segar Sebagai sampel percobaan

2 Tabung penampung urin. Menampung sampel urin

3 Reagen Carik celup Alat untuk menganalisis senyawa


yang terdapat pada urin dalam
metode urinalisis.
4 Sarung tangan Penunjang kebersihan

5 Masker Penunjang kebersihan


6 Tissue Penunjang kebersihan

VIII. Hasil Pengamatan


- Warna : Kuning tua
- Kejernihan : Jernih
- Bau : Khas pesing, tidak terlalu menyengat

Hasil
NO Analit Keadaan Interpretasi
Pengamatan
1 Glukosa - normal -
2 Bilirubin - normal -
3 Keton 5(0,5) + abnormal Puasa/ asupan
karbon rendah/
DM
4 BJ 1,025 normal -
5 Darah - normal -
6 Ph 15 ( 0,15) ± normal -
7 Protein 0,2 (3,5) abnormal Disfungsi
ginjal
8 Urobilinogen - normal -
9 Nitrit - normal -
10 Leukosit - normal -
IX. Pembahasan
Dalam praktikum biokimia klinik kali ini aitu melakukan pemeriksaan
mengenai urinalisis, urinalisis itu semdiri merupakan tes yang dilakukan pada
sampel urin dengan tujuan untuk mengetahui kesehatan seseorang, diagnosis
atau evaluasi mengenai kelainan ginjal, saluran kemih, maupun luar ginjal,
memantau perkembangan penyakit ginjal, DM, tekanan darah tinggi dan
sebagai screening kesehata secara umum.
Urin normal manusia memiliki berbagai analit diantaranya:
 Air 96 %
 Bahan padat 4 % terdiri atas sisa metabolisme protein (urea, kreatinin,
bahan purin urat), garam utamanya garam dapur atau NaCl, radikal garam
Na, K, Ca sebagai Cl, SO4, PO4 dan oksalat.
 Pigmen (urobilinogen, urokroma, uretrin)
 Ammonia
 Bahan-bahan tidak berharga seperti jaringan epitel ,obat-obatan, vitamin,
hormone yang berlebih sehingga dikeluarkan oleh tubuh melalui darah.
Sedangkan pada urin abnormal sering kali ditemukan analit-analit yang
seharusnya tidak ada dalam urin :
 Protein
 Glukosa
 Keton
 Pigmen empedu
 Leukosit
 Bilirubin
 Nitrit
 Darah

Analit analit tersebut dapat terdeteksi dalam pemeriksaan urinalisis


dengan menggunakan carik celup seperti yang digunakan pada praktikum kali
ini.
Carik celup/ strip reagen / strip merupakan strip plastic yang terbuat
dari seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai dengan jenis
parameter yang akan diperiksa.
Pada pemerikaan pertama dilakukan secara organoleptic yaitu :
1. Warna
Warna urin normal adalah kuning muda sampai kuning tua sesuai
dengan pemeriksaan pada praktikum dimana warna urin sampel normal
yaitu warna kuning tua. Adapun warna urin yang abnormal bisa
disebabkan oleh non patologik (seperti urin merah dari wortel), dan
disebabkan karena patologik ( urin dengan warna putih susu karena
adanya nanah dan menggambarkan adanya infeksi pada saluran kemih).
2. Bau
Sampel urin dinyatakan normal karena mempunyai bau yang tidak
keras atau menyengat, pemeriksaan ini harus dilakukan dengan
menggunkan urin segar karena jika urin terlalu lama diluar tubuh maka
ureum yang terkandung dalam urin akan diubah menjadi amoniak yang
mempunyai bau menyengat oleh bakteri yang terdapat pada urin.
3. Kekeruhan
Sampel urin dinyatakan normal karena jernih, atau tidak keruh.
Karena ketika urin keruh dapat menandakan suatu kelainan seperti urin
keruh berwarna putih karena adanya nanah.

Pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan carik celup/


strip reagen :
1. Leukosit
Leukosit merupakan salah satu analit yang dalam keadaan normal
tidak akan teridentifikasi dalam urin , sesuai dengan sampel urin yang
dinyatakan normal karena tidak adanya leukosit. Leukosit merupakan
bagian dari system imun yang bertugas seperti tentara menyerang
musuhnya yaitu antigen (bakteri) demi melindungi tubuh, sehingga
apabila urin teridentifikasi adanya leukosit maka hal tersebut
menggambarkan adanya infeksi pada saluran kemih.
2. Nitrit
Dalam sampel urin tidak ditemukan nitrit, karena nitrit memang
tidak seharusnya ada pada urin normal, apabila teridentifikasi maka
menandakan terjadi infeksi pada saluran kemih dimana nitrit merupakan
hasil reduksi nitrat oleh bakteri reduktase yang berjumlah signifikan
contoh escerichia coli, klebsiella, enterobacter dll.
3. Bilirubin
Bilirubin Tidak ditemukan dalam urin menandakan urin normal
karena bilirubin tidak terdapat pada urin , apabila teridentifikasi maka hal
tersebut menggambarkan keadaan patologik yaitu kelainan pada hati dan
saluran empedu. Dimana bilirubin ini merupakan hasil perombakan heme
dari Hb (pada pemecahan eritrosit) bersifat lipofilik dan hati akan
mengubahnya menjadi senyawa hidrofilik sehingga dapat di keluarkan
melalui cairan empedu.
4. Urobilinogen
Urobilinogen tidak teridentifikasi pada sampel urin , urobilinogen
ini dapat teridentifikasi pada urin normal namun dalam jumlah yang
sangat sedikit atau tidak ada. Ketika jumlah atau kadar urobilinogen
tinggi maka menggambarkan adanya kelainan pada hati atau infeksi ,
karena urobilinogen berasal dari bilirubin yang diubah oleh bakteri di
usus halus.
5. Darah
Dalam urin normal tidak akan teridentifikasi darah , sama pada
sampel yang di analisis pada praktikum ini tidak teridentifikasi adanya
darah (normal). Jika teridentifikasi maka dapat menggambarkan terjadi
kelainan pada ginjal tepatnya pada glomerulus yang tidak dapat
memfiltrasi darah yang seharusnya dikembalikan karena diperlukan oleh
tubuh, atau bisa terjadi karena peradangan dan pendarahan pada system
urinaria.
6. Protein
Hasil urinalisis pada uji protein sampel urin positif protein,
seharusnya pada urin yang normal tidak ditemukan protein , berarti pada
keadaan tersebut dapat menggambarkan kelainan ginjal (glomelurus)
yang tidak bisa menyarig analit dengan BM > 500 juga diperlukan oleh
tubuh maka relawan disarankan melakukan uji lebih lanjut untuk
memastikannya.
7. Glukosa
Dalam sampel urin tidak ditemukan glukosa (normal) apabila
ditemukan glukosa pada urin maka pasien dinyatakan diabetes karena
tubuh pada dasarnya selalu menjaga kesetimbangan ketika seseornag
diabetes maka glukosa tidak dapat masuk dan digunakan oleh hati
sehingga glukosa tinggi dalam darah , karena tubuh terlalu tinggi maka
tubuh berusaha untuk mengeluarkannya , pengeluaran yang paling mudah
adalah melalui ginjal.
8. Keton
Dalam sampel urin teridentifikasi adanya keton , seharunya pada
urin normal tidak ditemukan keton. Ketika teridentifikasi keton maka
dapat menggambarkan bahwa orang tersebut mempunyai kelainan
metabolisme atau orang tersebut sedang menjalankan puasa, diet ketat
dimana tubuh merombak lemak demi memenuhi kebutuhan energy
dengan zat sisa berupa keton sebagai pengganti glukosa, hal ini juga
berlaku pada penderita diabetes dimana glukosa tidak dapat masuk pada
sel dan sel terpaksa merombak lemak , namun pada relawan tidak dapat
dikatakan menderita DM karena pada pemeriksaan glukosa dinyatakan
negative. Selain itu adanya keton dalam urin yang menggabarkan DM
berlaku pada seseorang yang telah lama menderita DM , bukan pada
awal-awal menderita DM.
9. Bobot jenis
Pada sampel nilai bobot jenisnya cukup tinggi yaitu 1025 hal ini
dapat disebabkan karena pada pemeriksaan keton dan protein dinyatakan
positif , dimana hal tersebut mengakibatkan kepekatan urin meningkat
dan bobot jenis nyapun meningkat.
10. pH
Menyatakan tingkat keasaman urin , pada urin sampel mempunyai
pH 5 hal ini masih tergolong normal karena rentang pH urin normal
adalah 5- 9 . pada pemeriksaan urin yang digunakan harus segar karena
apabila urin dibiarkan lama diluar tubuh ammonium yang ada pada urin
akan diubah oleh bakteri menjadi ammoniak yang bersifat alkalis
sehingga dapat mengganggu keakuratan pemeriksaan.

X. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan urinalisis dapat diketahui bahwa sebagian
pemeriksaan pada sampel urin memenuhi standar normal kecuali keton dan
protein.
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Hardjoeno, H dan Fitriani. 2007. Substansi Dan Cairan Tubuh. Makassar:


Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin.

Hardjoeno, Yetty Fauza, Benny Rusli. 2006. Interpretasi Hasil Laboratorium


Diagnostik. Makassar: Penerbit Buku Universitas Hasanuddin.

Soewoto Hafiz, H. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta: Universitas


Indonesia Fakultas Kedokteran Bagian Biokimia.
LAMPIRAN

Warna dan Kejernihan Uji glukosa dan bilirubin Uji keton setelah 40s
Urine setelah 30s

Uji BJ setelah 45s Uji pH, Protein, Uji leukosit setelah 120s
Uroblinogen, Nitrit
Setelah 60s

Das könnte Ihnen auch gefallen