Sie sind auf Seite 1von 14

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi
Bradikardi didefiniskan sebagai denyut jantung yang kurang dari 60
kali/menit. Sedangkan bradikardi yang menyebabkan timbulnya keluhan klinis
umumnya kurang dari 50 kali/menit. Denyut jantung rendah pada sebagian orang
merupakan kondisi fisiologis yang normal, akan tetapi pada sebagian orang
lainnya denyut jantung kurang dari 50 kali/menit mungkin tidak cukup dalam
memenuhi kebutuhan metabolikdan menimbulkan keluhan klinis. Bradikardi akan
jadi masalah bilo simtomatik atau sudah menimbulkan gejala dan tanda akibat
denyut jantung yang terlalu lambat, umumnya tanda dan gejala yang timbul pada
denyut jantung <50 kali/menit.
Gejala-gejala yang timbul meliputi:
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Pusing, kesadaran menurun
- Lemah, rasa melayang, pingsan (sinkop)

Tanda-tanda yang terjadi meliputi:


- Hipotensi atau syok
- Edema paru
- Akral dingin yang disertai pemanjangan waktu pengisian kapiler dan
penurunan produksi urin

2.Manifestasi Klinis
Penyebab tersering bradikardi adalah hipoksemia, sehingga perlu dilakukan
evaluasi awal pasien bradikardi yang perlu difokuskan pada meningkatnya kerja
pernapasan seperti: takipneu, retraksi interkostal, retraksi suprasternal, pernapasan
paradoksikal abdominal, dan penurunan saturasi oksihemoglobin.
Dalam menghadapi pasien dengan bradikardi yang penting dilakukan adalah
menentukan apakah bradikardi sudah menimbulkan gejala dan tanda gangguan
perfusi atau tidak. Tanda-tanda gangguan hemodinamik dan perfusi jaringan
adalah:
- Hipotensi
- Penurunan kesadaran
- Tanda-tanda syok
- Nyeri dada iskemik
- Gagal jantung akut

3.Penatalaksanaan
Apabila oksigenasi tidak adekuat, berikan oksigen. Pasang jalur intravena,
dan pemeriksaan EKG 12 sadapan penting untuk dilakukan. Pada keadaan
bradikardi ringan atau tanpa gejala, maka tidak memerlukan terapi. Namun, jika
ada persangkaan bahwa adanya kelainan irama yang akan berlanjut dan
menimbulkan gejala klinis atau mengancam nyawa, misalnya AV block derajat 2
tipe II pada infark miokard akut atau menyebabkan gangguang hemodinamik,
maka harus segera dilakukan penanganan medis.
Jika bradikardi sudah mengakibatkan gangguan hemodinamik, usahakan
untuk meningkatkan denyut jantung dengan langkah sebagai berikut:
1. Jika gambaran EKG bukan AV block derajat 2 tipe II dan AV block
total/derajat 3 maka dilakukan langkah sebagai berikut:
- Berikan atropin sulfat 0,5 mg intravena sambil memperhatikan monitor EKG
apakah terdapat respon peningkatan denyut jantung. Jika tidak ada, ulangi
lagi pemberian atropin sulfat 0,5 mg sampai ada respon peningkatan denyut
jantung atau total dosis atropin sulfat 3 mg.
- Bila dosis atropin sulgat sudah 3 mg belum ada respon peningkatan denyut
jantung, pikirkan pemberian obat lain seperti dopamin 2-20 µ/kgBB/menit
atau epinefrin 2-10 µg/menit.
- Jika belum ada respon juga, maka pertimbangkan untuk konsul ahli dan
pemasangan pacu jantung intravena.
2. Jika gambaran EKG adalah AV block derajat 2 tipe II dan AV block total atau
derajat 3, segera pasang pacu jantung transkutan sambil menunggu
pemasangan pacu jantung transvena

3. Cari dan tangani penyebab yang mungkin seperti: hipovolemi, hipoksia,


hipokalemi atau hiperkalemi, hidrogen ion (asidosis) serta: toksi, tamponade
jantung, tension pneumothorax, thrombosis pulmonal.

Gambar 1. Algoritma Bradikardi (dikutip dari AHA guidelines for CPR and
ECC 2015
4. Obat-Obatan
a. Atropin
Atropin dapat meningkatkan denyut jantung dan memperbaiki gejala klinis
karena bradikardi, hal ini didukung oleh data penelitian uji klinis pada orang
dewasa. Sulfas atropin mampu memperbaiki penurunan denyut jantung yang
dimediasi oleh gangguan sistem kolinergik dan dipertimbangkan sebagai terapi
obat lini pertama sambil menunggu pacu jantung transkutan atau transvena
pada pasien dengan bradikardi simtomatik, dengan blok pada level di bawah
AV node atau sinus arrest. Dosis sulfat atropin yang direkomendasikan adalah
0,5 mg IV, dapat diberikan tiap 3-5 menit dengan dosis maksimum 3 mg. Hati-
hati dengan pemberian dosis <0,5, karena mengakibatkan efek paradoks berupa
penurunan denyut jantug. Pemberian atropin seharusnya tidak menunda
pemasangan pacu jantung transkutan atau transvena pada pasien bradikardi
dengan gangguan hemodinamik.

b. Dopamin
Dopamin hidroklorida merupakan katekolamin yang bekerja pada reseptor alfa
dan beta adrenergik, pada dosis rendah dapat berfungsi sebagai inotropik dan
meninkatkan denyut jantung dan pada dosis yang lebih tinggi >10
µg/kgBB/menit menyebabkan vasokonstriksi. Untuk itu pemberian dosis
dopamin dapat dititrasi sesuai dengan efek klinis yang diinginkan dengan
rentang dosis mulai dari 2-20 µg/kg/menit sampai denyut jantung meningkat.

c. Epinefrin
Epinefrin merupakan katekolamin yang bekerja pada reseptor alfa dan beta
adrenergik, infus epinefrin dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
bradikardi simtomatik yang disertai hipotensi, setelah pemberian sulfas atropin
gagal memperbaiki gejala klinis. Dosis infus epinefrin dapat dititrasi mulai dari
2-10 µg/menit sampai denyut jantung meningkat.
d. Ispoproterenol
Katekolamin yang bekerja pada beta 1 dan alfa 2 adrenergik, dapat
meningkatkan denyut jantung jantung dan vasodilatasi. Dosis yang
direkomendasi 2-10 µg/menit, dapat dititrasi sampai target denyut jantung
tercapai.
BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta: Nadya Jondri


Nama Wahana: RSUD Padang Panjang
Topik: Bradikardi Simtomatis
Tanggal (kasus): 27 Mei 2018
Nama Pasien: Tn. MZ No. RM: 750912
Tanggal Presentasi: 12 Juli 2018 Nama Pendamping: dr. Dessy Rahmawati
dr Endayani T, MPH
Obyektif Presentasi:
Keilmuan  Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik  Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak  Remaja Dewasa Lansia  Bumil
Deskripsi : Pasien mengeluh pusing dan keringat dingin sejak ± 30 menit SMRS.
Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan bradikardi simtomatis.
Bahan bahasan:  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara membahas:  Diskusi  Presentasi dan diskusi  Email  Pos
Data pasien: Nama: Tn. MZ Nomor Registrasi: 750912
Nama klinik: RSUD Padang Telp: - Terdaftar sejak: 27 Mei 2018
Panjang
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/gambaran klinis: Bradikardi simtomatis
2. Riwayat pengobatan : Obat anti hipertensi, konsumsi teratur.
3. Riwayat kesehatan : Pasien dikenal menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, sekarang
mengkonsumsi obat hipertensi secara teratur.
4. Riwayat keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama
5. Riwayat pekerjaan : Pasien saat ini tidak bekerja.
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (rumah, lingkungan, pekerjaan) : -
7. Riwayat imunisasi : Tidak diketahui
8. Lain-lain: -
Daftar Pustaka
American Heart Association (AHA). 2015. Adult Basic Life Support: Guideline for CPR and
Emergency Cardiovascular Care. http://eccguidelines.heart.org, diakses 11 Juli 2018
Hasil Pembelajaran
1. Definisi dan etiologi bradikardi simtomatis
2. Penegakan diagnosis bradikardi simtomatis
3. Penatalaksanaan bradikardi simtomatis

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
- Pusing dan keringat dingin sejak 30 menit SMRS.
- Pasien sempat pingsan selama ± 5 menit sebelum dibawa ke rumah sakit.
- Sesak ada.
- Keluhan nyeri dada tidak ada.
- Mual dan muntah tidak ada.
2. Objektif :
a. Tanda Vital (IGD RSUD Padang Panjang 27-05-18 pk 21.05 WIB)
 TD : 80/60 mmHg
 Nadi : 50x/ menit
 RR :26x/ menit
 Suhu : 36,5º C
 SpO2 :93%
 BB : 63 kg
 GCS : E4M6V5 (15)

b. Pemeriksaan sistemik
Kulit : Teraba dingin, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, bibir kering
Kepala : bentuk normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
THT : tidak ditemukan kelainan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorak
Paru :
Inspeksi : normochest, simetris kiri-kanan, retraksi suprasternal (-) retraksi
epigastrium (-)
Palpasi : simetris kiri-kanan, SF kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor
Auskultasi: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) minimal
Jantung:
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung tidak membesar
Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : tidak membuncit
Palpasi : distensi, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit baik, nyeri tekan
epigastrium, nyeri lepas (-)
Perkusi : tympani
Auskultasi: bising usus (+) normal
Punggung :Tidak ada kelainan
Alat kelamin :Tidak diperiksa
Anus : Rectal toucher tidak dilakukan
Ekstremitas :Akral hangat, refilling kapiler baik, Motorik : lateralisasi ke
kanan,

c. Pemeriksaan Laboratorium
27/05/2018
o Hb : 13,1 gr%
o Ht : 40%
o Leukosit : 12.840/ uL
o Trombosit : 273.000/uL
o GDS : 176 mg/dl

d. Pemeriksaan elektrokardiografi :
3. Assesment (penalaran klinis) :
Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien laki-laki umur 63 tahun
dengan diagnosis kerja: bradikardi simtomatis. Diagnosis bradikardi
simtomatis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan elektrokardiografi. Pasien datang dengan keluhan
pusing dan keringat dingin sejak 30 menit SMRS. Pasien juga mengelukan
sesak. Melalui alloanamnesis, keluarga menyampaikan bahwa pasien
sebelumnya sempat pingsan selama ± 5 menit sebelum dibawa ke rumah sakit..
Dasar diagnosis bradikardi simtomatis pada pasien ini adalah dari gejala yang
dialami pasien yaitu pusing dan keringat dingin. Pasien juga sempat pingsan
sebelum dibawa ke rumah sakit serta mengeluhkan sesak. Berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan akral dingin, tekanan darah 80/60 mmHg, denyut
nadi 48 kali/menit, pernapasan 26 kali/menit, suhu 36,5oC. Dari pemeriksaan
elektrokardiografi didapatkan sinus bradikardi dengan heart rate 50 kali/menit.
Hal ini sesuai dengan teori dimana bradikardi didefinisikan sebagai denyut
jantung yang kurang dari 60 kali/menit. Sedangkan bradikardi yang
menyebabkan timbulnya gejala klinis umumnya kurang dari 50 kali/menit.
Bradikardi akan jadi masalah bila simtomatik atau sudah menimbulkan gejala
dan tanda akibat denyut jantung yang terlalu lambat. Gejala yang dapat
muncul diantara: sesak napas, nyeri dada, pusing, kesadaran menurun, lemah
dan pingsan (sinkop). Sedangkan tanda-tanda yang dapat muncul meliputi:
hipotensi atau syok, edema paru, dan akral dingin.
Pada pasien diberikan tatalaksana awal berupa pemberian oksigen via
NRM karena saturasi oksigen pasien kurang dari 95%. Selanjutnya diberikan
injeksi sulfas atropin sebanyak 3 kali pemberian dengan total dosis 3 mg atau 6
ampul dengan pemantauan monitor. Setelah itu denyut nadi pasien meningkat
menjadi 77 kali/menit sehingga pemberian sulfas atropin dihentikan. Pasien
kemudian dikonsulkan ke dr. Herlambang, Sp. JP dan mendapatkan advice
yaitu IVFD RL 12 jam/kolf, cek elektrolit, stop obat penurun TD, dan cefixim
2x100 mg, dan rawat HCU jantung.
4. Plan :
Diagnosis klinis : Bradikardi simtomatis
Diagnosis banding : -
Pengobatan :
1. Terapi saat di IGD
 O2 12 l/i via NRM
 Inj. Sulfas atropin:
-pukul 21.30 WIB: 2 amp  denyut nadi: 55 kali/menit
-pukul 21.35 WIB: 2 amp  denyut nadi: 62 kali/menit
-pukul 21.40 WIB: 2 amp  denyut nadi: 77 kali/ menit

2. Pasien stabil, kemudian dikonsulkan ke dr. Herlambang, Sp. JP dengan


advice:
 Stop obat penurun TD
 Cek elektrolit
 IVFD RL 12 jam/kolf
 Cefixim 2x100 mg
 Rawat HCU jantung

5. Follow up
Pukul 22.45 (kondisi pasien sebelum dipindahkan ke ruangan)
S/ pusing berkurang, sesak berkurang
O/KU : sedang TD: 100/70 mmHg Nadi: 78 kali/menit Napas: 22 kali/menit
Kulit: teraba hangat, tidak ikterik, tidak sianosis
Thorax: suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik, tidak sianosis
A/ Bradikardi simtomatis
P/ - O2 4l/i via nasal kanul
- IVFD RL 12 jam/kolf
- Cefixim 2x100 mg
- Pasien dirawat di HCU jantung

Das könnte Ihnen auch gefallen