Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Aulia Salsabila/6
HAKIKAT ILMU SEJARAH Daffa Adiputra/7
Dyah Ayu/8
Edwin/9
Asal usul Kata Sejarah (Etimologi)
Sejarah:
Syajara (Arab) terjadi
Syajarah / Syajaratun pohon
Syajarah an nasab pohon silsilah
Istoria (Yunani kuno) ilmu, atau belajar dengan cara
bertanya-tanya
History (Inggris): masa lampau umat manusia atau kejadian-
kejadian yang dibuat oleh alam.
Geschiedenis (Belanda): kejadian-kejadian yang telah dibuat
oleh manusia
Geschichte (Jerman): sesuatu yang telah terjadi
9/12/2015 2
PENGERTIAN SEJARAH
Kata sejarah dalam bahasa Yunani adalah ἱστορία yang berarti
penyelidikan, pengetahuan yang diperoleh dengan investigasi.
Sejarah adalah istilah umum yang berhubungan dengan peristiwa
masa lalu serta penemuan, pengumpulan, pengorganisasian, dan
penyajian informasi mengenai suatu peristiwa. Istilah-istilah tersebut
meliputi kosmik, geologi, dan sejarah.
SEJARAH DALAM PANDANGAN
PARA TOKOH
9/12/2015 4
SEJARAH DALAM PANDANGAN
PARA TOKOH
2. Aspek metodologi :
mencari cara untuk menemukan kebenaran sejarah melalui
proses menguji dan menganalisa secara kritis terhadap
sumber dan peninggalan sejarah.
3. Aspek teknik :
keterampilan tertentu untuk menggunakan sarana penelitian
ilmiah agar dapat memperoleh kebenaran sejarah.
Sejarah sebagai ilmu dikarenakan :
1. Objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di
masa lallu yang merupakan sebab-akibat.
2. Adanya metode sejarah yang menghubungkan
bukti-bukti sejarah.
3. Kisah sejarah tersusun secara sistematis dan
kronologis.
4. Kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber
yang disusun secara rasional dan kritik yang
sistematis.
5. Fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat
masa lampau dengan cara yang berbeda.
4. Sejarah sebagai Seni
Tokoh yang berpandangan kuat sejarah sebagai seni adalah
George Macaully Travelyan.
Dikatakan sejarah sebagai seni karena untuk menyusun
cerita sejarah tidaklah mudah, perlu adanya kekuatan
intuisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa dari sejarawan
1. Intuisi
Sejarawan dalam melakukan pengkajian mesti didukung
oleh insting, ilham meskipun tidak terlepas dari data
secara obyektif.
2. Imajinasi
Sejarawan perlu memiliki daya imajinasi yang diperlukan
dalam menggambarkan peristiwa atau kejadian secara
kompleks dan hidup, tetapi tetap bersandar pada
obyektivitas.
3. Emosi
Sejarawan harus mampu menggamparkan suatu
peristiswa-kejadian dengan hidup dan menarik, sehingga
sejarawan harus melibatkan emosi / rasa dalam
menyusun cerita seolah dirinya mengalami sendiri, tetapi
tetap berpegang teguh pada obyektivitas
4. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam penulisan sejarah diperlukan,
tetapi bukan berarti bahwa karya sejarah itu
bahasanya berbelit-belit atau berbunga-bunga,
melainkan tetap lugas dan sistematis tetapi
menarik untuk dibaca.
Tetapi bila dalam penulisan sejarah sebagai seni,
sejarawan lupa pada batas-batas dan standar
keilmuan sejarah, maka fungsi sejarah sebagai seni
akan lemah, sebab akan kurang obyektif dan terlalu
terbatas pada obyek-obyek yang ditulis.
A. KONSEP PERIODISASI DALAM
ILMU SEJARAH
Adalah pembagian waktu dalam sejarah berdasarkan zaman atau
periode
Dilakukan karena masa sejak manusia ada sampai sekarang
merupakan rentang yang sangat panjang, sehingga sejarawan
kesulitan memahami maupun membahas masalah-masalah yang
muncul dalam sejarah kehidupan manusia.
Para ahli menyusun periodisasi dengan menyajikan peristiwa dalam
tiap periode dengan urut dan sistematis.
Penyusunan periodisasi sejarah berdasarkan pada terjadinya
peristiwa yang mempunyai tiga dimensi yaitu ruang (spasial),
waktu (temporal)dan tema tertentu(tematis). Peristiwa disusun
berdasarkan pada urutan waktu terjadinya sebuah peristiwa.
Tujuan Periodisasi
Memudahkan sejarawan, peminat, pembaca, dan pemerhati
sejarah untuk menganalisis suatu peristiwa
Memudahkan klasifikasi dalam ilmu sejarah.
Menyederhanakan banyaknya peristiwa sejarah sehingga
mudah di pahami.
Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan
CONTOH PERIODISASI SEJARAH
INDONESIA
Zaman Pra Sejarah ( Sebelum abad ke 4 M )
Zaman Hindu – Budha ( Abad ke 4 M – Abad ke 5 M )
Zaman Perkembangan Islam ( Abad ke 7 M – Abad ke 16 M )
Zaman Penjajahan Belanda ( Abad ke 16 – Tahun 1942 )
Zaman Pendudukan Jepang ( Tahun 1942 – Tahun 1945 )
Zaman Kemerdekaan ( Awal Tahun 1945 )
Zaman Revolusi ( Tahun 1945 – Tahun 1949 )
Zaman Orde Lama ( Tahun 1949 – Tahun 1966 )
Zaman Orde Baru (Tahun 1967 – Tahun 1998)
Zaman Reformasi (Tahun 1998 – Sekarang)
B. KONSEP KRONOLOGI DALAM
ILMU SEJARAH
Kronologi adalah urutan peristiwa yang disusun berdasarkan waktu
terjadinya.
Secara etimologi, kronologi berasal dari kata chronos berarti waktu
dan logos berarti ilmu, jadi kronologi adalah ilmu tentang waktu.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta
menjelaskan bahwa kronologi adalah ilmu pengukur berdasarkan
kesatuan waktu dan urutan-urutan waktu dari sejumlah peritiwa
tertentu.
CONTOH KRONOLOGI: KRONOLOGI
PERISTIWA 17 AGUSTUS 1945
28 MEI 1945 : Dibentuknya BPUPKI
1 JUNI 1945 : Lahirnya Pancasila
7 AGUSTUS 1945 : Dibentuknya PPKI
14 AGUSTUS 1945 : Jepang menyerah kepada sekutu
16 AGUSTUS 1945 : Terjadi peristiwa Rengasdengklok
17 AGUSTUS 1945 : Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
C. KONSEP GENERALISASI DALAM
ILMU SEJARAH
Generalisasi (bahasa Latin generalis bermaksud umum) adalah pekerjaan
penyimpulan dari yang khusus kepada yang umum.
Tujuan Generalisasi Sejarah
1. Generalisasi Saintifikasi merupakan generalisasi yang sifatnya umum
untuk mengecek teori yang lebih luas karena sering kali berbeda dengan
generalisasi ditingkat yang lebih sempit.
Contoh :
a. Bagi kaum Marxisme, revolusi dianggap perjuangan sebagai perjuangan
kelas. Hal ini kemudian digunakan untuk menganalisis Revolusi Perancis dan
revolusi lainnya. Terbukti generalisasi ini salah.
2. Generalisasi Simplifikasi merupakan generalisasi yang sifatnya sempit dan
sederhana. Hal ini mempermudah seorang ahli sejarah dalam menganalisa suatu
peristiwa. Misalnya, revolusi social di Sumatra Timur sering disederhanakan
dengan kata “rakyat melawan bangsawan”
Macam-macam Generalisasi
a. Generalisasi Konseptual yaitu konsep yang menggambarkan fakta.
b. Generalisasi Personal yaitu penyimpulan suatu kejadian melalui
perorangan.
c. Generalisasi Tematik yaitu berdasarkan tema.
d. Generalisasi Spatial yaitu generalisasi tentang tempat..
e. Generalisasi Periodik yaitu membuat kesimpulan umum mengenai
sebuah periode.
f. Generalisasi Sosial yaitu membuat kesimpulan terhadap suatu
kelompok social.
g. Generalisasi Kausal yaitu membuat kesimpulan atas dasar sebab
akibat.
h. Generalisasi Kultural. yaitu kesimpulan atas dasar cultural “adat
istiadat”.
i. Generalisasi Sistemik yaitu pembuatan kesimpulan umum tentang
suatu system.
KEMAMPUAN BERPIKIR SINKRONIK
DAN DIAKRONIK
Pengertian berpikir diakronis adalah kemampuan memahami
peristiwa dengan melakukan penelusuran pada masa lalu. Contohnya,
memahami Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 dengan menelusuri perjuangan kemerdekaan
bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Belanda pada abad ke-17.
Oleh karena itu cara berpikir diakronis sangat mementingkan proses
terjadinya sebuah peristiwa.
berpikir sinkronik memahami peristiwa dengan mengabaikan aspek
perkembangannya. Cara berpikir sinkronik memperluas ruang dalam
suatu peristiwa. Sebagai contoh, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945 dijelaskan dengan menguraikan berbagai aspek, seperti aspek
social, ekonomi, politik, dan hubungan internasioal. Oleh karena itu
cara berpikir sinkronik sangat mementingkan struktur yang terdapat
dalam setiap peristiwa.
Cara berpikir sejarah itu bersifat diakronik, memanjang dalam waktu,
serta memetingkan proses terjadinya sebuah peristiwa.
Cara berpikir ilmu-ilmu sosial itu bersifat sinkronik, melebar dalam
ruang, serta mementingkan struktur dalam satu peristiwa.
Cara berpikir sinkronik sangat mempengaruhi kelahiran sejarah baru
yang sangat dipengaruhi perkembangan imu-ilmu sosial. Pengaruh
itu dapat digolongan ke dalam tiga macam, yaitu konsep, teori, dan
permasalahan.
1. Konsep
Bahasa latinnya conceptus, berarti gagasan atau ide. Para sejarawan
banyak menggunakan konsep ilmu-ilmu social. Contoh, sejarawan
Anhar Gonggong dalam disertasinya tentang Kahar Muzakkar
menggunakan konsep politik lokal untuk menerangkan konflik
antargolongan di Sulawesi Selatan. Konsep ilmu sosial lain yang
digunakannya adalah konsep dari psykologi etnis yang terdapat
dalam masyarakat Sulsel, yaitu sirik yang berarti harga diri atau
martabat.
2. Teori
Bahasa Yunani theoria berarti kaidah yang mendasari suatu gejala,
yang sudah melalui verifikasi. Sebagai contoh adalah karya sejarawan
Ibrahim Alfian, Perang di Jalan Allah. Ia menerangkan perang Aceh
dengan teori perilaku kolektif dari ilmu social. diterangkan bahwa
perilaku kolektif dapat timbul, melalui ketegangan structural dan
keyakinan yang tersebar. Dalam kasus perang Aceh yang diteliti
Ibrahim Alfian dijelaskan adanya ketegangan antara orang Aceh
dengan pemerintah colonial Hindia Belanda (ketegangan structural),
dan keyakinan yang tersebar di kalangan masyarakat Aceh bahwa
musuh mereka adalah golongan kafir. Pertentangan antara kafir dan
muslim itulah yang menghasilkan ideology perang sabil.
3. Permasalahan
Dalam sejarah banyak permasalahan ilmu social yang dapat diangkat
jadi topik penelitian sejarah, seperti mobilitas social, kriminalitas,
migrasi, gerakan petani, budaya istana, kebangkitan kelas menengah
dsb. Sebagai contoh, karya Sartono Kartodirdjo tentang
perkembangan peradaban priyayi yang ditulis berdasarkan
permasalahan elite dalam pemerintahan kolonial, kemunculannya,
lambang-lambangnya, dan perubahan-perubahannya.
Perbedaan Konsep berpikir Sinkronis dan Diakronis