Sie sind auf Seite 1von 10

MANAJEMEN

KEUANGN SYARIAH

MACAM MACAM PERUSAHAAN SYARIAH DAN LANDASAN


AKADNYA

DISUSUN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN TUGAS

MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGN SYARI’AH

OLEH :

NAMA : WAHID ALIMUDIN

NPM : 1502040273

KELAS :A

PRODI : EKONOMI SYARI’AH

HP : 0815 4098 3390

EMAIL : wahidalimudin672@gmail.com

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


JURAI SIWO METRO
TAHUN 2016/2017
A. Macam Macam Perusahaan Syariah

Didalam perekonomian islam bentuk atau jenis dari orgaiasasi-organsasi bisnis


(usaha) yang ada secara umum antara lain dapat dikelompokan menjadi tiga bentuk atau
jenis utama, antara lan yatu : jenis organiasasi bisnis perusahaan perorangan , bentuk
perorangan, dan yang terakhir adalah jenis perusahaan bisnis mudharabah.

1. Perusahaan Perorangan (Sole Proprietorship)


Perusahaan peroraragan (Sole Proprietorship) merupakan format
organisasi bisnis yang paling sederhana yang hampir ada dalam setiap
sistem ekonomi non-sosialis dan merupakan bentuk usaha pelaksanaan
bisnis yang tertua, dimana bentuk-bentuk organisasi bisnis lain yang
berkembang kemudian adalah berangkat dan bentuk awal ini sesuai dengan
kompleksitas dan kebutuhan hidup sosial dan ekonomi manusia.1
Sebagaimana dalam sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi Islam
mengizinkan perusahaan swasta (private enterprise) yang dikelola oleh
setiap Individu dan tidak mengikat mereka secara khusus, selama usaha atau
bisis yang dijalankannya terikat dengan ketentuan syari’ah. Dengan kata
lain dapat dikatakan, bahwa sifat alami bisnis haruslah sesuai dengan
ketentuan ketentuan mendasar (principles) yang ditentukan oleh hukum
yang ada. Akan tetapi, bagaimana menjalankannya dan mengelolanya,
sejauh ini dapat diarahkan kepada setiap iridividu untuk memilih dan
menentukan jalan/cara yang dikehendakinya. Baik yang terkait dengan
kepemilikan modal usaha, tenaga kerja sewa dan faktor-faktor produksi lain
nya, termasuk konsekuensi untuk menghadapi segala risiko kerugian. 2
2. Persekutuan/Syirkah (Partnership)
a. Definisi
Persekutuan atau partnership adalah suatu hubungan antara dua orang
atau lebih untuk mendistribusikan laba (profit) atau kerugian (losses)

1 Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2016 hal. 43

2Dalam hal ini tiap Individu diberikan kebebasan untuk memutuskan apakah Ia memerlukan
sejumlah dana pinjaman untuk menjalankan usahanya. atau untuk menjual barangnya secara
kredit termasuk jika dari bisnisnya itu, hasil yang diperoleh tidak bisa memenuhi kewajibannya
dalam melunasi utang dan pinjaman modal yang dilakukan. Dalam hal ini Islam membenkan
ketentuan dan batasan yang jelas mengenai kewajiban kewajiban yang timbul dan adanya
berbagal aktivitas tersebut. Muhammad Akram Khan, Type o(BusinesS Organization in An islamic
economy in Islamic Finance, editor by Ghazali, pg. 212.
dan suatu bisnis atau usaha yang dijalankan oleh seluruhnya atau salah
satu dari mereka sebagai pengelola atas yang lain. 3
 Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat memberikan implikasi sebagai
berikut:
Secara impIisi dapat disimpulkan bahwa dua orang atau Iebih dapat
menyatakan sumber daya (resources) yang mereka miliki untuk
menjalankan suatu bisnis secara bersamaan, sebab tidak satu pun dan
mereka dapat mengelolanya dengan sendiri-sendiri. Penyatuan
sumber daya ini sangat mungkin dilakukan, mengingat masing
masing pihak yang terlibat terkadang hanya memiliki sedikit modal
usaha dan tidak memiliki kemampuan atau bakat usaha atau
sebaliknya pihak lain hanya memiliki bakat dan tidak memiliki
modal untuk melaksanakan suatu usaha. Namun yang terpenting
dalam bentuk kerjasarna ini adalah masing masing pihak harus
memiliki andil modal dalam usaha tersebut. Bentuk usaha perseratan
ini dikenal dengan istilah syirkatul i‘nan atau syirkatul
mufawwadah. Sementara bentuk persekutuan usaha, di mana
seseorang memiliki nama baik menjalankan usaha dengan
menggunakan modal orang lain adalah dikenal dengan isiah
persekutuan syirkatul wujub.
 Secara implisit juga dalam definisi tersebut terkandung adanya persetujuan
hubungan terhadap bentuk bisnis yang akan dijalankan sesua dengan undang-
undang. dengan tujuan untuk mendistribusikan laba atau kerugian yang
mungkin timbul dari bisnis yang dijalankan tersebut, dan bukan merupakan
suatu bentuk persetujuan untuk beramal. Dalam hal ini semua mitra
berkedudukan sebagai agen dan memiliki wewenang yang sama antara satu
dengan yang lainnya, kecuali jika salah satu dari mereka tidak aktif
berpartisipasi dalam menjalankan usaha.
b. Pembagian keuntungan dan kerugian (Profit and Loss Sharing)
Di dalam bentuk organisasi bisnis kedua ini, pendistribusian laba yang
akan diberikan diantara para pihak (mitra) diatur sesuai perbandirgan
(ratio) yang telab disepakati. Sernentara itu pendistribusian kerugian

3 Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2016 hal. 44
akan dibagi berdasarkan perbandingan jumlah modal yang
diikutsertakan (investasi) sesua dengan konsep laba dan rugi dalam
definisi diatas.
Namun dalam masalah kerugian terjadi. akan dibebankan kepada mitra
sesuai dengan modal yang diinvestsikan. Dan menurt anturan hukum
Islam (syari’ah), bahwa semua kerugian yang terjadi dalam usaha yang
dijalankan secara bersama itu harus dipikul oleh pemilik modal, kecuali
kerugian yang terjadi dapat ditunjukkan dengan jelas (dapat dibuktikan).
sebagai akibat dari resiko yang diluar kemampuan manusia. Terkait
dengan hal ini bahwa laba yang akan dibagikan kepada para pihak dapat
diberikan setelah kerugian yang telah terjadi telah dihapuskan (ditutupi),
dan modal awal yang ada kembati utuh.
c. Hak-hak dan kewajiban para mitra usaha
Semua mitra usaha (partner) yang ikut arnbil bagian dalam kontrak
organisasi bisnis ini, pada dasarnya memiliki hak-hak dan kewajihan
yang jelas dan mengikat mereka. Adapun hak-hak dan wewenang yang
dimiliki oleh para mitra usaha, secara implisit dapat digambarkan
sebagai berikut:
 Masing-masing mitra memiliki hak untuk menjuI barang-barang secara kredit
tanpa terlebih dahulu meminta izin secara tegas/eksplisit dari mitra lainnya,
dan semua mitra dalam hal ini menjadi terikat juga dengan penjualan barang-
barang dengan kredit tersebut.
 Masing-masing mitra berhak untuk menerapkan semua hak yang dimiliki dan
melaksanakan semua aktivitas bisnisnya sebagai bagian dan usaha tersebut.
 Masing-masing mitra memiliki hak untuk mendapatkan uang atau keuntungan
yang kemudian dapat dipakai untuk mengelola bisnis pribadinya. Tanpa
persetujuan pihak lain terhadap pengelolaan bisnis itu.
 Secara eksplisit, hak-hak yang dimiliki para mitra adalah masing-masing
mereka harus memperoleh ijin dari semua mitra lain di dalam berbagai hal.
d. Pemutusan hubungan kerjasama
Di dalam kontrak kerjasama ini, pemutusan hubungan krjasama dapat
terpurus jika:
 Adanya kesepakatan jika salah satu dan mereka (yang membuat persetujuan)
melakukan tindakan tindakan yang dapat menyebabkan kerugian atas pihak
lain.
 Salah satu dari mitra meninggat dunia, menjadi gila/sangat bodoh dan tertimpa
sakit sehingga tidak mampu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
 Periode masa kontrak telah berakhir.
 Pekerjaan atau tujuan dan adanya hubungan kerjasama ini telah terealisasi.

3. Mudharabah

a. Definisi

Suatu hubungan antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak menyediakan
modal (investor) kepada pihak lain yang berkedudukan sebagal pengelola
(mudharib) untuk menjalankan suatu bisnis dengan kesepakatan untuk
mendapatkan tingkat keuntungan tertentu.4 Dari definisi yang dikemukakan
diatas, dapat memberikan implikasi sebagai berikut:

 Persetujuan tidak terbatas hanya antara dua orang saja, akan tetapi dapat
terjadi lebih dari jumlah tersebut.

 Dalam setiap persetujuan terdapat dua pihak yang terlibat. Pertama, pihak
yang berkedudukan sebagai penyedia modal usaha yang disebut sebagai
proprietor atau pihak utama (principal), dan kedua, pihak yang
berkedudukan sebagai pengelola (yang menjalankan bisnis atau usaha),
yang disebut sebagai entrepreneur atau sebagal seorang agent.

 Dalam hal ini pihak pengelola dapat membawa rnodalnya sendiri untuk
kepentingan bisnis atau usaha yang dijalankannya, akan tetapi hal ini perlu
juga mendapat persetujuan dan pihak pemilik modal. Dalam hal mi, modal
yang berada pada pihak yang pengelola bukan merupakan suatu bentuk
pinjaman, akan tetapi berfungsi untuk dijalankan dalam bisnis yang telah

4 Ibid hal. 48
disepakati oleh pemilik modal dengan kesepakatan mendapatkan porsi
keuntungan dari usaha tersebut.

B. Akad-akad Syariah Muamalah


1. Jual-Beli
a. Ba’i A1-Muthlaqah
Bai’ al-muthlaqah adalah jual-beli biasa, yaitu pertukaran barang
dengan uang. Uang berperan sebagai alat tukar. Aplikasi dalam lembaga
keuangan bai’ al-muthlaqah dilakukan untuk pelaksan jual-beli barang
keperluan kantor (fixed asset). Jual-beli macam ini pun menjiwai semua
produk yang diasarkan pada transaksi jual-beli.5
b. Muqayyadah
Muqayadah adalah jual-beli di mana pertukaran terjadi antara barang
dengan barang (barter). Aplikasi dalam lembaga keuangan: jual-beli
semacam mi dilakukan sebagai jalan keluar bagi ekspor yang tidak bisa
menghasilkan mata uang asing (valas). Karena itu dilakukan pertukaran
barang yang dinilai dalam valuta asing. Tradisi mi lazim disebut
Counter Trade.
c. Sharf
Sharf adalah jual-beli mata uang asing yang berbeda, seperti rupiah
dengan dolar, dolar dengan yen, dan sebagainya. Aplikasi dalam
lembaga keuangan: sharf dilakukan dalam dua macam, pertama dalam
bentuk bank notes (uang kertas fisik); yang kedua, melalui transfer.
d. Murabahah
Murabahah adalah jual-beli di mana harga dan keuntungan disepakati
antara penjual dan pembeli.
Aplikasi dalam lembaga keuangan: pada sisi aset, murabahah dilakukan
antara nasabah sebagai pembeli dan bank sebagai penjual, dengan harga
dan keuntungan disepakati diawal pada sisi liabilitas, murabahah
diterapkan untuk deposito, yang dananya dikhususkan untuk
pembiyayaan murabahah saja.
e. Musawamah

5 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Jakarta: CV. Pustaka Setia, 2015 hal. 200
Musawamah adalah jual beli biasa dimana penjual tidak memberi tahu
harga pokok dan keuntungan yang didapatnya.
Aplikasi dalam lembaga keuangan : produki ini jarang digunakan
kecuali untuk digunakan menjual aktiva tetap (fixed assets), karena
untuk mencari keuntungan dari selisih dengan nilai bakunya.
f. Tauliyah
Tauliyah adalah jual beli dimana penjual tidak mengambil untung.
Harga yang ditetapkan adalah harga dari produsen dan penjual hanya
mendapat komisi.
Aplikasi dalam lembaga keuangan: jarang lembaga keuangan
menggunakan transaksi ini baik dari sisi aset maupun liabilitas nya.
g. Muwadha’ah
Muwadha’ah adalah jual beli yang dilakukan dimana penjual menjual
barang nya dengan harga yang lebih rendah dari biasanya atau harga
potongan (discount).
Aplikasi dalam lembaga keuangan : jarang lembaga keuangan
mengaplikasikan produk ini. Kalupun ada biasanya dilakukan dalam
penjualan aktiva tetap (fixed asset) yang dijual dengan harga murah dari
harga pasar karena nilai bakunya sudah tidak ada.
h. Ba’i Salam
Ba’i salam adalah jual beli yang dilakukan dimana pembeli memberikan
unag terlebih dahulu terhadap barang yang telah disebutkan, dan
diantarkan kemudian.
Aplikasi dalam lembaga keuangan: biasanya digunakan untuk produk
produk pertanian jangka pendek dalam hal ini lembaga keuagan
bertindak sebagai produk dan memberikan uangnya lebih dahulu,
sedangkan para nasabahnya menggunakan sebagai modal untuk
mengelola pertaniannya, biasanya lembaga keuangan melakukan pararel
salam, yaitu mencari pembeli kedua sebelum saat panen tiba.
i. Istisna’
Istisna adalah jual beli yang dilakukan dimana penjual membuat barang
yang dipesan pembeli dengan modal sendiri.
2. Bagi hasil
a. Mudharabah
Mudharabah adalah akad yang dilakukan antara pemilik modal dengan
mudharib (pengelola), dimana keuntugan disepakati di awal untuk
dibagi dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal. 6
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah adalah akad yang dilakukan antara pemilik
modal dengan mudharib ( pengelola) untuk usaha yang dii tentukan oleh
pemilik modal, dimana keuntungan disepakati diawal untuk dibagi
bersama dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
c. Musyarakah
Musyarakah adalah akad antara dua pemilik modal untuk menyatukan
modalnya pada usaha tertentu, sedangkan pelaksananya bisa ditunjuk
salah satu dari mereka.
Aplikasi dalam lembaga keuangan ;
1. Akad ini diterpakan pada usaha yang dibiyayai oleh lembaga
keuangan yang jumlahnya tidak 100%, sedangkan selebihnya oleh
nasabah.
2. Akad ini juga diterapkan pada sindikasi antar lembaga keuangan.
d. Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah Mutanaqishah adalah akad antara dua pihak yang
berserikat pada suatu barang, dimana salah satu pihak kemudian
membeli bagian pihak lainya secara bertahap.
3. Akad akad jasa
a. Wadiah
Wadiah adalah akad yang terjadi antara dua pihak, dimana pihak
pertama menitipkan suatu barang kepada pihak kedua. 7
b. Ijarah
Ijarah adalah akad sewa menyewa barang antara du pihak.
c. Wakalah

6 Ibid hal.202

7 Ibid hal. 204


Wakalah adalah perwakilan antara dua belah pihak.
d. Kafalah
Kafalah adalah akad jaminan suatu pihak kepada pihak lain.
e. Hawalah
Hawalah adalah akad pemindahan utang /piutang suatu pihak kepada
pihak lain.
f. Rahn
Rahn adalah akad menggadaikan barang dari suatu pihak kepada pihak
yang lain dengan uang sebgai gantinya.
g. Qard
Qard adalah akad pinjam meminjam (uang) antara satu pihak dengan
pihak lainya. Jika ada jaminan maka ini menjadi rahn
DAFTAR PUSTAKA

Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Jakarta: CV. Pustaka Setia, 2015

Muhammad, Manajemen Keuangan Syariah, Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2016

M Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah, Jakarta: CV. Pustaka Setia, 2015

Hennie Van Greuning, Analisis Resiko Perbankan Syariah, Jakarta : Salemba Empat, 2011

CURICULUM VITAE (CV)

DATA DIRI

NAMA : WAHID ALIMUDIN

TTL : TULANG BAWANG, 22 SEPTEMBER 1996


AGAMA : ISLAM

JENIS KELAMIN : LAKI LAKI

GOL DARAH :O

PEKERJAAN : MAHASISWA
ALAMAT : DIPASENA UTAMA, Kec, RAWAJITU TIMUR Kab. TULANG
BAWANG

DATA PENDIDIKAN

1. SDN 01 BD UTAMA RAWAJITU TIMUR, TULANG BAWANG


2. SMP TMI ROUDLATUL QUR’AN METRO
3. SMA TMI ROUDLATUL QUR’AN METRO
4. EKONOMI SYARIAH IAIN METRO.

Das könnte Ihnen auch gefallen