Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
TINJAUAN TEORI
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada orang dewasa yang
membutuhkan supervisi medis berkelanjuttan dan edukasi keperawatan mandiri pada pasien.
Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
(kenaikkan kadar gula serum) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau
keduanya.
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang komples yang melibatkan kelayanan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan
neurologis.
Etiologi
Diabetes melilitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel – sel beta
pulau Langerhans.Jenis juvenilis ( usia muda ) disebabkan oleh predisposisi herediter
terhadap perkembangan anti bodi yang merusak sel – sel beta atau degenerasi sel – sel beta.
Diabetes jenis awitan paturitas disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta akibat penuaan dan
akibat kegemukkan atau obesitas. Tipe ini jelass disebabkan oleh degenerassi sel-sel beta
sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi
terhadap obesitas ini karena di perlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengelolahan
metabolisme pada orang kegemukkan di bandingkan orang normal.
Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas tetapi faktor yang
banyak berperan antara lain:
1) Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang dapat mengidap diabetes.
Ini terjadi karena DNA pada orang diabtets melitus akan ikut diinformasikan pada
gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin
2) Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun
dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada
penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
3) Gaya hidup stress
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang
kaya akan pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap
kerja pankreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan
meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibatkan pada kenaikan
kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga
berdampak pada penurunan insulin.
4) Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko tekanan
diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas meningkat
ganguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung
terlambat juga akan berperanan pada ketidakstabilan kerja pankreas.
5) Obesitas
Obesitas dapat mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang
akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas
disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas
untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
6) Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan berakibat rusaknya sel-sel
pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pankreas.
Patofisiologi
Pada individu yang secara genetik rentan terhadap diabetes tipe 1, kejadian pemicu, yakni
kemungkinan infeksi virus, akan menimbulkan produksi auto antibodi terhadap sel-sel beta
pankreas. Destruksi sel beta yang diakibatkan menyebabkan penurunan sekresi insulin dan
akhirnya kekurangan hormon insulin. Dispensi insulin mengakibatkan keadaan hiperglikemia,
peningkatan hipolisis (penguraian lemak) dan metabolisme protein. Karakteristik ini terjadi ketika
sel-sel beta yang mengalami destruksi melebihi 90%.
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh satu atau faktor berikut
ini: kerusakan sekresi insulin, produksi glukosa yang tidak tepat di dalam hati, atau penurunan
sensitivitas reseptor insulin perifer. Faktor genetik merupakan hal yang signifikan, dan awitan
diabetes dipercepat oleh obesitas serta gaya hidup sedentari (sering duduk). Stress tambahan dapat
menjadi faktor penting.
Diabetes gestasional terjadi ketika seseorang wanita yang sebelumnya tidak di diagnosis sebagai
penyandang diabetes memperlihatkan intoleransi glukosa selama kehamilan ny. Hal ini dapat
terjadi jika hormon-hormon plasenta melawan balik kerja insulin sehingga timbul resistensi insulin
diabetes kehamilan merupakan faktor risiko yang signifikan bagi terjadinya diabetes melitus tipe
2 di kemudian hari.
Manifestasi klinik
Manifestasi diabetes melitus dikaitakan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin (price &
wilson)
Data penunjang
Komplikasi
Penatalaksanaan
a. Obat
Obat-obatan hipoglikemik oral (OHO)
1. Golongan sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah: merasangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan
insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel beta utuh, menghalangi
pengikatan insulin, mempertinggi kepekatan jaringan terhadap insulin dan menekan
pengeluaran glukagon. Indikasi pemberian obat golongan sulfoniluria adalah: bila berat
badan sekitar ideal kurang lebih 10% dari berat badan ideal, bila kebutuhan insulin
kurang dari 40 u / hari, bila tidak ada stress akut, seperti infeksi berat / perasi. (Junadi,
1982)
2. Golongan binguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan binguanid dapat
menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan tidak pernah menyebabkan
hipoglikemi. (Junadi,1982)
Efek samping penggunaan obat ini (metformin) menyebabkan anoreksia, neusea, nyeri
abdomen dan diare. Metformin telah digunakan pada klien dengan gangguan hati dan
ginjal, penyalahgunaan alkohol, kehamilan atau insufisiensi cardiorespiratory.
Untuk pasien yang pertama kali akan dapat insulin, sebaiknya selalu dimulai dengan dosis
rendah (8-20 unit) disesuaikan dengan reduksi urine dan glukosa darah.
c. Diet
1. Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes milletus adalah:
a. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar normal.
b. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
c. Mecegah kompilikasi akut dan kronik.
d. Meningkatkan kualitas hidup.
2. Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut:
Untuk menentukan diet kita harus tahu dulu kebutuhan energi dari penderita
Diabetes Melitus. Kebutuhan itu dapat kita tentukan sebagai berikut:
Pertama kita tentukan berat badan ideal pasien dengan rumus (Tinggi Badan –
100)-10% Kg.
Kedua kita tentukan kebutuhan kalori penderita. Kalau wanita BB ideal x 25.
Sedangkan kalau laki-laki BB ideal x 30.
Kalau sudah ketemu kebutuhan energi maka kita dapat menerapkan makanan
yang dapat dikonsumsi penderita diabetes melitus dengan berpatokan pada
jumlah bahan makanan harian dari tiap makanan.
Karbohidrat kompleks (serat dan tepung) yang di konsumsi penderita diabetes
milletus harus ditekankan adanya serat. Sumber serat yang baik adalah buah-
buahan san sayur-sayuran.
Lemak karena prevalemsi penyakit jantung koroner pada diabetes milletus.
Lemak jenuh harus dibatasi sampai sepertiga atau kurang dan kalori lemak yang
dianjurkan, dan lemak jenuh harus memenuhi sepertiga dari total kalori lemak.
Alkohol, mempunyai banyak hal yang tidak menguntungkan untuk penderita
diabetes mellitus. Alkohol dapat memperburuk hiperlipidemia, dan dapat
mencetuskan hipoglikemia, terutama jika tidak makan.
Natrium individu dengan diabetes milletus dianjurkan tidak makan lebih dari 3
gr natrium setiap harinya. Konsumsi yang berlebihan cenderung akan timbul
hipertensi.
Bagi seorang muslim dianjurkan berhenti makan sebelum kekenyangan
meskipun enak. Karena masih ada disekitar kita kaum dhuafa yang
membutuhkan makanan dari kita. Tuntutan ini selain untuk mencegah
kelebihan berat badan, kelebihan glukosa darah juga dapat meningkatkan
kualitas hidup penderita untuk lebih bermakna bagi orang lain.
d. Olah raga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih ½ jam
yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rythmiccal Intensity Progressive
Endurance). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi
dan relaksasi secara teratur. Latihan CRIPE minimal dilakukan selama 3 hari dalam
seminggu, sedangkan 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olahraga
kesenangan nya. Adanya kontraksi otot yang teratur akan merangsang peningkatan
aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes milletus yang
memulai olahraga tanpa makan akan berisiko terjadinya stravasi sel dengan cepat
dan akan berdampak pada nekrosis sel. Olahraga lebih di anjurkan pada pagi hari
(sebelum jam 06.00) karena selain udara yang masih bersih juga suasana yang
belum ramai sehingga membantu penderita lebih nyaman dan tidak mengalami
stress yang tinggi.
A. Leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar limfe leher dapat
muncul apabila ada infeksi sistemik.
B. Toraks dan paru-paru
a. Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman, dan upaya bernapas antara lain: takipnea,
hipernea, dan pernapasan Chyne Stoke (pada kondisi ketoasidosis).
b. Amati bentuk dada : normal atau dada tong.
c. Dengarkan pernapasan pasien.
i. Stridor pada obstruksi jalan napas
ii. Mengi (apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat asma atau bronchitis
kronik.
C. Dada
a. Dada posterior
1. Inspeksi antara lain : deformitas atau asimetris dan retruksi inspirasi abdomen.
2. Palpasi antara lain : adanya nyeri tekan atau tidak.
3. Perkusi antara lain : pekak terjadi bila cairan atau jaringan padat menggantikan
bagian paru yang normalnya terisi udara (terjadi pada penderita dengan penyakit
lain seperti effuse pleura, tumor atau pasca penyembuhan TBC)
4. Auskultasi antara lain : bunyi napas vesikuler, bronkovesikuler (dalam kondisi
norml).
b. Dada anterior
1. Inspeksi antara lain : deformitas atau asimetris
2. Palpasi antara lain : adanya nyeri tekan, ekspansi pernapasan.
3. Perkusi antara lain : pada penderita normal area paru terdengar sonor.
4. Auskultasi bunyi napas vaskuler, bronkovesikuler (dalam kondisi tanpa penyerta
penyakit lain).
D. Aksila
a. Inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi
b. Palpasi kelenjar aksila sentralis apakah ada linfodenopati
E. Sistem kardiovaskuler
Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut, takikardi, tekanan darah yang cenderung
meningkat, disritmis, nadi yang menurun, rasa kesemutan dan kebas pada ekstremitas
merupakan tanda gejala dari penderita diabetes mellitus.
F. Abdomen
a. Inspeksi
Pada kulit apakah ada strie dan simteris adanya pembesaran organ (pada penderita
dengan penyerta penyakit sirosis hepatic atau hepatomegaly dan splenomegaly).
b. Auskultasi
Auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan motilitas.
c. Perkusi
Perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta kepekaan.
d. Palpasi
Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
G. Ginjal
Palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebral.
H. Genetalia
Penis
Pada inspeksi apakah ada timosis pada prepusium dan apakah ada hipospadia pada meatus