Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya tidak
adanya penyakit atau kelemahan. Pencapaian derajat kesehatan yang baik dan
setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa
membedakan ras, agama, jenis kelamin, politik yang dianut, dan tingkat sosial
ekonominya. Sehat menurut DEPKES RI, sehat dan sakit sesungguhnya tidak
mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang
mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan
keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa
berharga dan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Perry & Potter, 2006).
minuman dan sebagainya yang ditandai oleh kekurangan sesuatu dalam tubuh
1
2
tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting dan harus
terpenuhi dalam keadaan sehat maupun sakit. Maka dari itu kecukupan tidur harus
proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang
traumatik dan penuh stress (Supartini, 2004). Berbagai perasaan yang sering
muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong,
2000). Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan
belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan
menyakitkan. Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi
stres pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin
aktivitas), perlukaan tubuh dan nyeri, dimana stressor tersebut tidak bisa
kebutuhan istirahat khususnya pada anak (Potter & Perry, 2005), Respon anak
dengan orang dewasa dalam menerima tindakan invasif berbeda. Pada anak
tindakan invasif dapat dipersepsikan sebagai suatu ancaman, ini terkait terhadap
istirahat tidur (Warda, 2012). Rasa ketidaknyamanan anak pada tindakan invasif
yang dilakukan dirumah sakit dalam hal ini tindakan pemasangan infus. Sakit dan
dirawat di rumah sakit jauh dari menyenangkan bagi anak. Hal ini merupakan
suatu stresor karena anak tidak mengerti mengapa dia dirawat. Perpisahan dengan
orang – orang terdekat dari anak, penyesuaian dengan lingkungan yang asing bagi
anak, penyesuaian dengan banyak orang yang mengurus anak, dan kerap kali
harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman
fisik seperti rasa nyeri, juga dapat mempengaruhi psikologisnya berupa stres,
agresif dan perasaan terkekang akibat imobilisasi area pemasangan infus, yang
pada anak-anak biasanya diberikan spalk dan fiksasi. Selain reaksi perilaku
negatif, aspek yang selama ini kurang mendapat perhatian adalah dampak dari
terbangun. Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total anak hampir sama
dengan dewasa muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun anak juga sering terganggu.
mudah jatuh tidur pada siang hari (Perry dan Potter, 2009). Kecukupan tidur pada
anak membutuhkan 11-12 jam/hari untuk tidur. Menurut Hurlock, secara teori
kecukupan tidur adalah jumlah kecukupan tidur manusia yang biasanya dijelaskan
dengan waktu yang dibutuhkan untuk menjalani aktivitas tidur dalam satu hari
(2011), tidur juga bertujuan untuk restorasi sel. Restorasi sel- sel tubuh
merupakan salah satu teori yang dikemukakan oleh para ilmuan untuk
kebutuhan tidur dapat terjadi karena adanya faktor situasional seperti perubahan
adanya kondisi patologis pada anak misalnya penyakit kronik, infeksi, gannguan
sirkulasi dan lain-lain. Lingkungan institusi Rumah Sakit atau fasilitas perawatan
sulit tidur. Besaran jumlah tidur anak, disesuaikan dengan tingkat umurnya.
(Tasya, 2011). Kecukupan tidur sangat penting bagi anak yang sedang sakit.
Apabila pemenuhan tidur tersebut tercukupi, maka jumlah energi yang diharapkan
terpenuhi (Aziz, 2012). Ganguan tidur pada anak jika tidak segera ditangani akan
berdampak serius dan akan menjadi gangguan tidur yang kronis secara fisiologis,
kedalam kebutuhan fisiologis, tidur juga hal yang universal karena semua individu
memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi
tersebut diantaranya adalah istirahat dan tidur (Mubarak & Chayatin, 2008).
Kemampuan akademik pada berbagai tingkatan usia juga dapat dipengaruhi oleh
gangguan tidur yang tidak terdeteksi. Meskipun dampak gangguan tidur yang
tidak disadari ini telah semakin jelas, namun masih sedikit penelitian yang telah
pengalaman yang penuh stress, baik bagi anak maupun orang tua. Lingkungan
rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress dan kecemasan pada anak.
Pada saat anak yang dirawat dirumah sakit akan muncul tantangan-tantangan yang
dan kerap kali berhubungan dan bergaul dengan anak-anak yang sakit serta
pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan. Pada anak usia pra sekolah
kecemasan yang paling besar dialami adalah ketika pertama kali mereka masuk
6
sekolah dengan kondisi sakit yang dialami anak. Apabila anak mengalami
kecemasan tinggi saat dirawat dirumah sakit maka besar sekali kemungkinan anak
terhadap penyakit atau masalah diri yang dialami anak pra sekolah seperti :
maka akan bereaksi seperti : regresi yaitu hilangnya kontrol, agresi (menyangkal)
menarik diri tingkah laku protes, serta lebih peka dan pasif seperti menolak makan
dan lain-lain (Alimul, 2005). Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti
Orang tua dan perawat harus mampu menciptakan rasa kenyamanan pada anak
saat dirawat dirumah sakit sehingga kebutuhan dasar manusia dalam hal ini
Rumah Sakit Pemerintah yang ada di Kabupaten Sumedang. Dari ruang tanjung
yang merupakan salah satu ruang anak yang ada di Rumah Sakit Umum daerah
yang hospitalisasi selama satu tahun terakhir yaitu pada tahun 2016 sebanyak 846
orang pasien anak, pada bulan januari sampai dengan bulan juni tahun 2018
tercatat sebanyak 446 orang pasien anak hospitalisasi, pada tiga bulan terakhir
yaitu pada bulan april sampai dengan juni 2018 tercatat sebanyak 215 orang
pasien anak , dan pada satu bulan terakhir yaitu bulan juni 2018 tercatat sebanyak
Dilihat dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa selamaa periode
pasien anak prasekolah (3-6 tahun) mengatakan bahwa anak terkadang tidak
terlalu memperhatikan kecukupan tidurnya, susah untuk makan dan minum obat,
susah beraktivitas secara bebas karena terpasang infus. Peran perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan harus mampu memberikan asuhan yang tepat sesuai
kecukupan tidur dan manfaat hospitalisasi untuk mengatasi gangguan tidur dan
stresor anak hospitalisasi sebagai peran advokat klien dan edukator. Serta sebagai
tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan.
menyatakan bahwa Berdasarkan data dari Ruang Anak RS Baptis Kediri, jumlah
pasien anak usia 3 – 6 tahun selama bulan Januari 2011 sampai pada bulan Maret
2011 sebanyak 126 pasien. Data dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti
pada tanggal 1 – 11 April 2011 pada 15 anak yang sedang dirawat di ruang anak
tidak mau makan dan selalu bertanya kepada ibunya kapan bisa pulang,
8
minum obat. Desain yang digunakan adalah analitik cross sectional. Dalam
penelitian ini variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada
obyek penelitian diukur dan dikumpulkan secara stimultan, sesaat atau satu kali
saja dalam satu kali waktu atau dalam waktu yang bersamaan. Populasi dalam
penelitian ini adalah Orang tua yang mempunyai anak usia prasekolah yang
dirawat di Ruang Anak RS Baptis Kediri. Besar sampel dalam penelitian tidak
dihitung karena sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan cara mengambil seluruh populasi yang ada. Dari 30
responden yang dilakukan pada tanggal 23 Juni 2011 sampai dengan 14 Juli 2011
di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri didapatkan : 1. 85% anak mengalami
stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri. 2.
62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia prasekolah di Ruang
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan
selain menimbulkan rasa nyeri, aspek yang selama ini kurang mendapat perhatian
adalah dampak dari tindakan invasif dan menyakitkan tersebut juga mengganggu
Berdasarkan uraian data diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
2018?”
prasekolah.
Model Keperawatan.
prasekolah.