Sie sind auf Seite 1von 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehilangan ekstremitas memerlukan penyelesaian besar. Persepsi kebanyakan


oarang mengenai amputasi oleh setiap pelayan kesehatan. Dan pasien juga perlu untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan diri dan citra permanen yang akan terjadi pada
diri masing-masing diri. Kerusakan parah yang terjadi pada alat gerak sangat
membutuhkan penanganan yang penting layaknya amputasi yang dilakukan.
Amputasi dapat dianggap sebagairekonstruksi drastis. Yang gunanya untuk
menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi, dan menyelamatkan kualitas pasien.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien
atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

B. Tujuan
a. Menjelaskan Pengertian Amputasi
b. Menjelaskan Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi
c. Menjelaskan Jenis Amputasi
d. Menjelaskan Pemeriksaan Diagnostik
e. Menjelaskan Perawatan Pasca Amputasi
f. Menjelaskan Manajemen Keperawatan
g. Menjelaskan Penatalaksanaan dari pasca amputasi
h. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Amputasi

1
Bab II
Tinjauan Teoritis
2.1 Pengertian Amputasi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi
dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian
ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir
manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki
dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan
keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat
menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan
beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal
dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien
atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

2.2 Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi


Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6. Deformitas organ.

2.3 Jenis Amputasi


Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1. amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan
yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu
tindakan alternatif terakhir
2. amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki
kondisi umum klien.
3. amputasi darurat

2
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi yang dikenal adalah :
1. amputasi terbuka
2. amputasi tertutup.
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada
tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang
lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan
memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan
luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,
mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi
maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan
kompetensinya.

2.4 Pemeriksaan Diagnostik


a. Foto Rontgen
Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
b. CT Scan
Mengidentifikasi lesi neopalstik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
c. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah
Mengevaluasi perubahan sirkulasi / perfusi jaringan dan membantu memperkirakan
potensial penyembuhan jaringan setelah amputasi
d. Kultur luka
Mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
e. Biopsy
Mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
f. Led
Peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
g. Hitung darah lengkap / deferensial
Peninggian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi

3
Komplikasi Pasca Amputasi:
1. Hematoma
2. Infeksi
3. Nekrosis
4. Kontratur
5. Neuroma
6. Sensasi ofantom
2.5 Perawatan Pasca Amputasi
1. Pasang balut steril, tonjolan – tonjolan hilang di balut tekan. Pemasangan perban elastic
harus hati – hati jangan sampai terjadi kontriksi puntung diproksimalnya sehingga
distalnya iskemik
2. Meninggikan puntung dengan mengangkat kaki jangan di tahan dengan bantal, sebab
dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut
3. Luka ditutup, drain diangkat setelah 48 – 72 jam sedangkan puntung tetap dibalut tekan,
angkat jahitan hari ke 10 – 14
4. Amputasi bawah lutut tidak boleh menggantung di pinggir tempat tidur / berbaring /
duduk lama dengan fleksi lutut
5. Amputasi di atas lutut jangan diasang bantal diantara paha / membiarkan abduksi puntung
/ menggantungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah kontraktur lutut dan paha
6. Latihan – latihan, 1 hari pasca bedah atau sesegera mungkin berjalan dengan kruk,
puntung baru dilepas balutannya setelah benar – benar sembuh

2.6 Manajemen Keperawatan


Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu
pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.
a. Pre Operatif
Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk
mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi fisik,
khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.

4
Pengkajian Riwayat Kesehatan
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi
resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit
ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-
obatan.

Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh
untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan
tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin
manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :

SISTEM TUBUH KEGIATAN


Integumen : Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat
Kulit secara umum. hidrasi.
Lokasi amputasi Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut
atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan
progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi
terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus
return.
Sistem Cardiovaskuler : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan
Cardiac reserve pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator
Pembuluh darah fungsi jantung.
Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian
terhadap elastisitas pembuluh darah.
Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai
adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.
Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.
Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.
Memonitor intake dan output cairan.
Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.

5
Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik
dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual

Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi


psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien
melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada
amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat
operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi
terhadap nyeri yang mungkin timbul. Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri
klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal
diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan
dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah
diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas. Adanya gangguan
konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien
melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi
jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk
menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha
berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk
melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif.
Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.

Laboratorik

Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui
pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang
meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.

6
b. Intra Operatif
Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klie. Tujuan
utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi
opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen
yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi
dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat
catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan
pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif.
Makalah ini tidak membahas secara detail kegiatan intraoperasi.

c. Post Operatif
Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital,
karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan
tindakan yang mengancam jiwa.
Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan
tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan,
memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.
Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau
kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar
tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.
Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu
menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.
Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat
menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk
membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan
keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti
nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang
sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien
karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada
daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien
mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.

7
2.7 Penatalaksanaan
a. Tingkatan Amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distalyang masih dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor:
peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional ( misal sesuai kebutuhan
prostesis).
Status peredaran darah ekstremitas dievaluasi melalui pemeriksaan fisikdan uji
tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat penting untuk penyembuhan. Floemetri doppler,
penentuan tekanan darah segmental, dan tekanan darah oksigen perkutan( PaO2)
merupakan uji yang sangat berguna. Agniografi dilakukan bila revaskularisasi
kemungkinan dapat dilakukan.
Tujuan pembedahan adalah akan mempertahankan sebanyak mungkin panjang
ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut
dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat
dipasangi prostesis. Kebutuhan energ dan kebutuhan kardiovaskular yang
ditimbulkannya akan meningkat dari menggunakan kursi roda ke prostesis ke tongkat
tanpa prostesis. Maka, pemantauan kardiovaskular dan nutrisi yang ketat sangat
penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat seimbang.

b. Penatalaksanaan Sisa Tungkai


Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi,
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat
untuk penggunaan prostesis. Lansia mungkin mengalami pelambatan penyembuhan
luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Penyembuhan
dipercepat dengan penanganan lembut pada sisa tungkai, pengontrola edema sisa
tungkai dengan balutan kompres lunak atau rigid dan menggunakan teknik aseptik
dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.
Balutan Rigid tertutup, sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang
merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri, serta mengontrol
kontraktur, dan gips yang diganti dalam 10-14. Bila ada peningkatan suhu tubuh,
nyeri berat, atau gips yang mulai longgar harus segera diganti.
Balutan lunak, dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan apabila diperluka
inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Hematoma(luka) puntung dikontrol
dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.

8
2.8 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Amputasi
a. Pre Operasi
No Batasan Krakteristik Masalah Etiologi
1. Perlaku Ansietas Ancaman Pada
a. Agitasi Status Terkini
b. Gelisah
c. Mengekspresikan kekhawatiran
karena perubahan dalam
peristiwa hidup
Afektif
a. Berfokus pada dirisendiri
b. Distres
c. Ketakutan
d. Sangat khawatir
Fisiologis
a. Gemetar
b. Peningkatan keringat
c. Peningkatan ketegangan
d. Suara begetar
e. Tremor
Kognitif
a. Cenderun menyalahkan orang
lain
b. Gangguan konsentrasi
c. Melamun
d. Penurunan lapangan persepsi

9
a. Post Operasi
No Batasan Karakteristik Masalah Etiologi
1. a. bukti nyeri dengan menggunakan Nyeri Akut Agens Cidera fisik
standar nyeri (amputasi)
b. diaforesis
c. dilatasi pupil
d. ekspresi wajah nyeri(mata kurang
bercahaya, meringis)
e. fokus menyempit
f. fokus pada diri sendiri
g. keluhan tentang intesitas skala nyeri
h. laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas
i. perbahan posisi untuk menghindari
nyeri
j. perubahan selera makan
k. putus asa
l. sikap melindungi area nyeri

2. a. Berfokus pada fungsi masa lalu Gannguan Perubahan Fungsi


b. Berfokus pada kekuatan Citra Tubuh Tubuh
sebelumnya
c. Berfokus pada penampilan
sebelumnya
d. Gangguan funsi tubuh
e. Gangguan pandangan tentang
tubuh
seseorang(misal,penampilan,stru
ktur, fungsi)
f. Gangguan struktur tubuh
g. Memperluas batasan tubuh
h. Persepsi yang merefleksikan
perubahan pandangan tentang
penampilan tubuh seseorang
i. Menghindari melihat tubuh
j. Menghindari menyentuh tubuh
k. Menolak menerima perubahan
l. Perasaan negatif tentang tubuh

10
3. a. Penurunan waktu reaksi Hambatan Gangguan
b. Kesulitan membolak-balik posisi Mobilitas Fisik muskuloskeletal
tubuh Hilangnya
c. Asik dengan aktivitas lain integritas struktur
sebagai pengganti gerak tulang
d. Dispnea saat beraktivitas
e. Perubahan car berjalan
f. Keterbatasan kemampuaan untuk
melakan keterampilan motorik
halus dan kasar
g. Keterbatasan tentang pergerakan
sendi
h. Gerakan tidak teratur dan tidak
terkoordinasi

4. a. Ansietas Gangguan Rasa Program


b. Berkeluh kesah Nyaman Pengobatan
c. Gangguan pola tidur
d. Gatal
e. Gejala distres
f. Gelisah
g. Iritabilitas
h. Ketidakmampuan untuk rileks
i. Kurang puas dengan keadaan
j. Manangis
k. Merasa kurang senang dengan
situasi
l. Merasa tidak nyaman
m. Merintih
n. Takut

11
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
N
Diagnosa
o NOC NIC
1. Nyeri Akut Kontrol nyeri: Manajemen Nyeri
Berhubungan Kriteria hasil: a. lakukan pengkajian
Dengan Agen a. Mengenali kapan secara komprehensif
Cidera nyei terjadi (durasi,frekuensi,kualita
Fisik(Amputasi b. Menggambarkan as nyeri dan beratnya
) faktor penyebab b. gali pengetahuan dan
c. Menggunakan kepercayaan pasien
tindakan mengenai nyeri
pencegahan c. observasi adanya
d. Menggunakan petunjukan nonverbal
tindakan mengenai
pengurangan nyeri ketidaknyamanan
tanpa analgesik d. ajarkan prinsip-prinsip
e. Menggunakan manajemen nyeri
analgesik sesuai e. dorong pasien untuk
yang memonitor nyeri dan
direkomendasikan menanginya dengan
f. Melaporkan gejala tepat
yang tidak f. ajarkan metode non
terkontrol pada farmakologi dan
profesonal farmakologi dalam
kesehatan penanaganan nyeri
g. Mengenal apa yang
Pemberian Analgesik
terkait dengan gejala
nyeri a. tentukan lokasi,
h. Melaporkan nyeri karakteristik,kulitas dan
yang terkontrol frekuensi sebelum
mengoabatinya
Nyeri efek yang
b. cek adanya alergi obat
mengganggu
c. cek perintah pengobatan
Kriteria hasil: meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik
a. Ketidaknyamanan
yang diresepkan
tidak ada
d. jalankan tindakan
b. Gangguan hubungan
keselamatan pada pasien
interpersonal tidak
yang menerima
terjadi
analgesik narkotika,
c. Gangguan
sesuai kebutuhan
pergerakan fisik
tidak ada
d. Gangguan
penampila kerja
tidak ada

12
e. Gangguan aktivitas
sehari-hari tidak ada
Kontrol gejala
Kriteria hasil:
a. Memantau
munculnya gejala
b. Memantau lama
bertahannya gejala
c. Melakuakan
tindakan-tindakaa
d. N pencegahan
e. Mendapatkan
perawatan kesehatan
ketika gejala
berbahaya yang
muncul

2. Gangguan Citra Tubuh Pengurangan Kecemasan


Citra Tubuh Kriteria hasil: a. gunakan pendekatan
berhubungan
a. Gambaran internal yang tenang dan
dengan
diri tidak terganggu meyakinkan
b. Kesesuaian antara b. nyatakan dengan jelas
realitas tubuh dan harapan terhadap
ideal tubuh dengan perilaku klien
penampilan tubuh c. pahami krisis perspektif
tidak terganggu yang terjadi pada pasien
c. Penyesuaian d. dorong krluarga untuk
terhadap perubahan memberikan dukungan
fungsi tubuh kepada pasien
d. Penyesuaian peningkatan citar tubuh
terhadap perubahan
tubuh akibat cedera a. tentukan harapan citra
e. Penyesuaian diri pasien didasarkan
terhadap perubahan pada tahap
tubuh perkembangansiapkan
akibatpembedahan pasien dengan
perubahan-perubahan
Adaptasi terhadap citra tubuh yang telah
disabilitas fisik dipreiksikn klien
Kriteria hasil: b. bantu pasien untuk
mendiskusikan
a. Menggunakan perubahan-perubahan
sistem dukunga bagian tubuh disebabkan

13
personal adanya penyakit atau
b. Melaporkan pembedahan dengan
penurunan perasaan cara yang tepat
negatif c. monitor frekuensi dari
c. Melaporkan mengkritisi diri
penurunan citra diri d. monitor apakah pasien
negatif bisa melihat bagian
d. Melaporkan tubuh mana yang
peningkatan dalam berubah
kenyamanan
psikologis

Pergerakan
Hambatan peningkatan mekanika tubuh
Kriteria hasil:
3. Mobilitas Fisik
berhuungan a. Keseimbangan tidak a. kaji komitmen pasien
dengan terganggu untuk belajar dan
Hilangnya b. Cara berjalan tidak menggunakan postur
Integritas tergenggu tubuh yang tepat
Struktur c. Kinerja pengaturan b. kolaborasikan dengan
Tulang tubuh tidak fisioterapi dalam
terganggu mengembangkan
d. Berjalan peningkatan mekanikan
e. Bergeraj dengan tubuh, sesuai indikasi
mudah c. kaji pemahaman pasien
mengenai mekanika
Cara berjalan tubuh dan latihan
Kriteria hasil: d. berikan informasi
tentang kemungkinan
a. Keseimbangan posisi penyebab nyeri
tubuh saat berjalan otot atau sendi
tidak terganggu Manajemen Nyeri
b. Ragu-ragu tidaj ada a. lakukan pengkajian
c. Berjalan lambat secara komprehensif
karena sakit tidak (durasi,frekuensi,kualita
ada as nyeri dan beratnya
d. Menyeret kaki tiak b. gali pengetahuan dan
terjadi kepercayaan pasien
mengenai nyeri
Penampilan mekani tubuh
c. observasi adanya
Kriteria: petunjukan nonverbal
mengenai
a. Mempertahankan
ketidaknyamanan
kekuatan otot
d. ajarkan prinsip-prinsip
b. Menggunakan
manajemen nyeri
mekanika tubuuh
e. dorong pasien untuk

14
yang tepat memonitor nyeri dan
c. Melakukan latihan menanginya dengan
yang dianjurkan tepat
untuk menghindari f. ajarkan metode non
cidera farmakologi dan
d. Menggunakan alat farmakologi dalam
bantu dengan tepat penanaganan nyeri

4. Gangguan Rasa Status kenyamanan


Nyaman Kriteria hasil: manajemen lingkungan:
berhubungan kenamanan
dengan a. Kesejahteraan fisik
progaram tidak terganguu a. tentukan tujuan pasien
pengobatan b. Kontrol terhadap dan keluarga untuk
gejala mengelola lingkungan
c. Kesejahteraan dan kenyamanan yang
psikologis optimal
d. Dukungan sosal dari b. hindari gangguan yang
keluarga tidak perlu dsn berikan
e. Hubungan sosial ketenangan untuk pasien
tidak terganggu beristirahat
f. Perawatan sesuai c. sedisksn lingkungsn
dengan kebutuhan ysng smsn dan bersih
d. posisikan pasien untuk
Nyeri efek yang
memfasilitasi
mengganggu
kenyamanan
Kriteria hasil:
Pengurangan Kecemasan
f. Ketidaknyamanan
a. gunakan pendekatan
tidak ada
yang tenang dan
g. Gangguan hubungan
meyakinkan
interpersonal tidak
b. nyatakan dengan jelas
terjadi
harapan terhadap
h. Gangguan
perilaku klien
pergerakan fisik
c. pahami krisis perspektif
tidak ada
yang terjadi pada pasien
i. Gangguan
d. dorong krluarga untuk
penampila kerja
memberikan dukungan
tidak ada
kepada pasien
j. Gangguan aktivitas
sehari-hari tidak ada
f. perawatan kesehatan
ketika gejala muncul

15
BAB III
PENUTUP

Amputasi dapat dianggap sebagairekonstruksi drastis. Yang gunanya untuk


menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi, dan menyelamatkan kualitas pasien.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh
seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten
cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien
atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas.

16
Daftar Pustaka

Suzanne Dan Brenda(2002)Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC


Bulechek,Gloria.M.Ddk.2016.Nursing Interventions Classification.Elizabeth

Swanson.Elsevier Inc.

Moorhead Sue,Dkk.2016.Nursing Outcomes Classification.Elizabeth Swanson:Elsevier Inc.

Robinson ,Joan.M Dan Lyndon Saputra.2014.Visual Nursing.Tanggerang Srlatan : Bina Rupa

Aksara.

Https://Dhiystory.Blogspot.Co.Id/2015/12/Daftar-Isi-Toc-O-H-Z-U-Daftar-Isi.Html

17

Das könnte Ihnen auch gefallen