Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Rika Gumayantika
Alumni Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
One of the bank's main activities is to distribute funds to the public in the form of
credits with a specific system. PT. Bank Jabar Cabang Ciamis constitutes the one
chapter which has the highest credit distribution activities among the chapters.
Generally speaking, a theory states that the more fund is distributed by the bank the
more potential of Non Performing Loan (NPL) will be experienced by the bank. The
purposes of this study are : (1) to identify factors those influence the occurring of the
NPL, (2) to identify and analyze the risk management system of credit, (3) to analyze
profit associated with the credit activities, (4) to analyze the effect of the NPL ratio to
the profit. The data used in the study were primary and secondary data. The primary
data was obtained through: collecting the data directly from several sources and
interviewing employees (credit analysts). The secondary data was collected basically
from historical data, literature study, research and financial reports of the bank. The
results of the study indicate that the credit risk is strongly affected by several factors.
The factors include: (a) internal factors (human resources and financial), (b) creditor
factor (the period of credit), and (c) external factor (the competition with other banks).
The risk management implementation in the Bank Jabar basically consists of three main
activities: (1) identification and classification of the credit risks, (2) measurement of the
credit risks through calculation of the NPL ratio, and (3) controlling and managing the
credit risks.
I. Pendahuluan
Perkembangan ekonomi yang semakin pesat tidak hanya membawa peluang bagi
bisnis perbankan, tapi juga risiko yang semakin besar. Siamat (2005) mendefinisikan
risiko usaha atau business risk bank sebagai tingkat ketidakpastian mengenai
pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Risiko usaha yang dapat dihadapi bank
antara lain risiko kredit, risiko investasi, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko
penyelewengan (fraud risk), risiko fidusia, risiko tingkat bunga, risiko solvensi, risiko
valuta asing, dan risiko persaingan.
Risiko kredit ternyata merupakan perkara besar bagi dunia perbankan. Oleh karena
itu, risiko kredit perlu mendapat perhatian khusus dan serius, karena setiap rupiah
yang tidak tertagih menjadi macet, yang kemudian menimbulkan masalah besar.
Masalah tersebut adalah timbulnya biaya penyisihan dalam laporan laba/rugi bank.
Besarnya risiko kredit ditunjukkan dalam bentuk non performing loan (NPL).
Tingginya nilai NPL menunjukkan banyaknya kredit pihak debitur yang tidak dapat
membayar secara kontinu pinjaman kreditnya, baik pembayaran pokok pinjaman
maupun bunga pinjaman sebagaimana yang telah dipersyaratkan oleh perjanjian
kredit. Kredit dengan kolektibilitas kurang lancar, maka kredit tersebut diragukan dan
macet, serta nilai NPL diragukan. Semakin besar rasio NPL berarti risiko kredit semakin
tinggi.
Risiko kredit perlu dikelola dengan baik, karena apabila tidak dikelola dengan baik,
maka akan mengakibatkan proporsi kredit yang bermasalah semakin besar, sehingga
akan berdampak negatif pada kondisi perbankan.
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank Jabar) adalah salah satu
lembaga perbankan yang berfungsi sebagai alat kelengkapan ekonomi dan
pembangunan daerah yang merupakan subsistem dari perekonomian nasional.
Sedangkan Bank Jabar Cabang Ciamis merupakan salah satu cabang Bank Jabar yang
lebih banyak menyalurkan kreditnya daripada menyimpan dana dari masyarakat. Dalam
menyalurkan dana dari masyarakat, sejalan dengan peraturan-peraturan perbankan,
bank wajib melaksanakan prinsip kehati-hatian agar tidak merugikan bank dan
nasabahnya. Semakin banyak dana yang disalurkan tentu saja semakin besar
potensinya dalam menimbulkan risiko.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan permasalahannya
adalah: (1) Apa saja dan bagaimana faktor yang memengaruhi terjadinya risiko kredit,
(2) bagaimana manajemen risiko kredit dilaksanakan, (3) bagaimana kondisi labanya
sehubungan dengan perkembangan sektor kredit, dan (4) bagaimana pengaruh rasio
NPL terhadap laba.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi terjadinya risiko kredit.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko kredit.
3. Menganalisis laba sehubungan dengan perkembangan kredit.
4. Menganalisis pengaruh rasio NPL terhadap laba.
5. Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi terjadinya risiko kredit.
6. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko kredit.
7. Menganalisis laba sehubungan dengan perkembangan kredit.
8. Menganalisis pengaruh rasio NPL terhadap laba.
nΣXiYi−(ΣXi)(ΣYi)
rxy = . ..................... (1)
{nΣXi2−(ΣXi)2}{nΣYi2−(ΣYi)2}
Di mana:
Y = peubah terikat (laba bank)
X = peubah bebas (tingkat risiko kredit)
n = lamanya periode.
a= ..................... ...................(3)
nΣX2 − (ΣX)2
n(ΣXY) − (ΣX)(ΣY)
b= .............................. (4)
nΣX2 − (ΣX)2
Keterangan:
Y = peubah terikat (laba bank)
X = peubah bebas (tingkat risiko kredit)
a = nilai konstan
b = koefisien regresi
n = lamanya periode
Uji model regresi mencakup:
1. Uji Serempak (Uji F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua peubah independen yang dimaksudkan
dalam model memunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap peubah dependen.
Langkah-langkah uji statistik F adalah:
a. Merumuskan Hipotesis
1) H0: β1 = 0
Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam
model sama dengan nol. Artinya, semua peubah independen bukan merupakan
penjelas nyata terhadap peubah dependen.
2) H1 : βj ≠ 0
Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara simultan sama
dengan nol. Artinya, semua peubah independen secara simultan merupakan
penjelas nyata terhadap peubah dependen.
b. Menentukan Ftabel
1) Fα (k-1, n-k).
2) Taraf nyata (α) = 0,05, yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditoleransi.
3) Derajat bebas pembilang = k.
4) Derajat bebas penyebut = n(k+1).
c. Menentukan Fhitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui program Minitab.
d. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel
1) Jika statistik hitung (angka Foutput) > statistik tabel (Ftabel) atau Fhitung < Ftabel,
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2) Jika –Ftabel < statistik hitung (angka Foutput) < statistik tabel (Ftabel) maka H0
diterima dan H1 ditolak.
Kelayakan model regresi yang telah dibuat dapat dilihat pada hasil uji Analysis of
Variance (ANOVA). ANOVA merupakan uji hipotesis kesesuaian model dengan data
yang ada. Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesis uji F, dengan daerah
penolakan p-value < a.
Tabel 1 menjelaskan jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Jabar Cabang Ciamis
pada tahun 2007. Kredit yang disalurkan mengalami peningkatan dari bulan ke bulan
walaupun pada bulan-bulan terakhir mengalami penurunan. Setiap bulannya kredit
yang disalurkan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Penyaluran kredit paling
tinggi pada bulan Oktober sebesar Rp 386.730.712.995 dan bulan Desember
penurunannya menjadi Rp 376.999.324.181.
2. Debitur
Debitur merupakan pengguna atau pemakai dari kredit yang diberikan bank.
Kemacetan kredit yang disebabkan oleh debitur akibat unsur kesengajaan, artinya
debitur sengaja tidak mau membayar kewajibannya kepada bank, sehingga kredit yang
diberikan macet. Selain itu adanya unsur tidak sengaja akibat adanya musibah seperti
bencana alam. Debitur ini sangat berpengaruh terhadap besarnya risiko kredit yang
terjadi. Faktor yang memengaruhi risiko kredit dari sisi debitur, di antaranya:
a. Jangka waktu. Jangka waktu kredit disesuaikan dengan kesepakatan atau
persetujuan antara debitur dengan pihak bank pada saat perjanjian kredit. Dalam
hal ini, konsumen harus melunasi hutangnya sebelum jatuh tempo. Semakin lama
jangka waktu yang diberikan, kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Hal ini
mengakibatkan kemungkinan kerugian dari risiko kredit semakin tinggi pula.
b. Suku bunga. Suku bunga yang diberikan bank dapat menjadi salah satu faktor yang
mengakibatkan debitur melakukan gagal bayar. Apabila bunga yang telah
ditetapkan bersifat flat, maka kemungkinan debitur akan untung ataupun rugi,
karena bunga yang diberikan tetap, apabila bunga mengalami penurunan, debitur
harus tetap membayar bunga yang berlaku pada saat perjanjian. Selain itu,
tingginya bunga terkadang membuat debitur melakukan gagal bayar, karena tidak
sanggup membayar bunga untuk angsuran berikutnya.
3. Lingkungan Eksternal
Tidak hanya faktor internal saja yang memengaruhi risiko kredit, tetapi faktor
eksternal juga cukup berpengaruh terhadap besarnya risiko kredit. Faktor yang
memengaruhi risiko kredit dari luar perusahaan, di antaranya persaingan dengan bank
lain. Perkembangan dunia perbankan semakin banyak menimbulkan persaingan,
karena banyak bermunculan bank-bank baru di mana-mana, terutama Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Setiap bank berlomba untuk mendapatkan nasabah dengan
memberikan pelayanan dan menawarkan produk-produk yang lebih bervariasi.
Dari gambar di atas terlihat grafik kredit pada masing-masing kolektibilitas. Kredit
lancar terlihat sangat mendominasi dibandingkan kolektibilitas-kolektibilitas lainnya
yang jauh di bawahnya.
3. Pengukuran Tingkat Risiko Kredit
Setiap kredit yang disalurkan oleh bank bagi debitur selalu mengandung risiko atau
yang lebih dikenal dengan risiko kredit. Bank tidak dapat memprediksi besarnya risiko
yang akan dialami, maka perlu adanya manajemen yang dikelola dengan baik untuk
meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi. Pada penelitian ini besarnya risiko kredit
ditunjukan dalam NPL. NPL adalah kredit yang tidak diikuti oleh pemenuhan
pembayaran pokok dan atau angsuran sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam
perjanjian kredit. Kredit dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet
termasuk dalam NPL. Rasio NPL diperoleh dari pembagian antara NPL dengan total
baki debet. Semakin besar rasio NPL, semakin tinggi pula risiko yang ditanggung oleh
pihak bank. Selain itu, rasio NPL juga digunakan untuk mengukur risiko gagal bayar
kredit akibat adanya kredit bermasalah. Dalam penelitian ini perhitungan besarnya
risiko kredit yang dilihat dari besarnya NPL menggunakan model program computer,
seperti dimuat pada Gambar 2.
Gambar 2 menunjukan pertumbuhan risiko kredit yang dilihat dari besarnya rasio
NPL, di mana keadaannya tidak stabil, kadang mengalami kenaikan maupun
penurunan risiko kredit. Pada bulan Februari risiko kreditnya tinggi tetapi untuk bulan-
bulan berikutnya mengalami penurunan.
Gambar 3 menjelaskan laba bersih kumulatif Bank Jabar Cabang Ciamis. Laba yang
diperoleh terus mengalami peningkatan, di mana bulan Desember diperoleh laba
mencapai Rp 28.614.000.000. Sebelum melakukan analisis regresi linier sederhana,
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko kredit (peubah X)
memunyai pengaruh negatif terhadap laba bank (peubah Y), di mana setiap kenaikan
peubah X (tingkat risiko kredit) akan mengakibatkan penurunan pada peubah Y (laba
bank). Pada persamaan regresi terlihat bahwa koefisien risiko kredit 189 artinya bahwa
kenaikan risiko kredit sebesar satu satuan, maka laba akan menurun 189.
IV. Kesimpulan
Faktor-faktor yang paling memengaruhi risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis
adalah faktor internal perusahaan (sumber daya manusia, keuangan), faktor debitur
(jangka waktu kredit, suku bunga), dan faktor eksternal (persaingan dengan bank
lain).v Hasil dari pengidentifikasian mengenai risiko kredit merupakan salah satu risiko
yang paling diperhatikan oleh Bank Jabar. Manajemen risiko kredit pada Bank Jabar
Cabang Ciamis mencakup identifikasi risiko kredit, pengelompokan risiko kredit sesuai
dengan kolektibilitas, pengukuran risiko kredit dilihat dari rasio NPL, pengendalian dan
pengelolaan risiko kredit (panggilan atau penagihan secara intensif kepada debitur,
perbaikan sistem dan prosedur, peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas,
rescheduling, reconditioning, restructuring, serta kerja sama dengan asuransi dan
diserahkan kepada DJPLN. Laba didapat dari laporan laba/rugi Bank Jabar Cabang
Ciamis. Dalam hal laba perusahaan dijelaskan oleh peubah risiko kredit 43%, dan
sisanya (57%) dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak disertakan dalam penelitian
ini. Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukan persamaan Y = 326 – 189X.
Persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko kredit (peubah X) memunyai
pengaruh negatif terhadap laba bank (peubah Y), di mana setiap kenaikan peubah X
(tingkat risiko kredit) akan mengakibatkan penurunan pada peubah Y (laba bank). Pada
persamaan regresi terlihat bahwa koefisien risiko kredit sebesar 189, artinya bahwa
kenaikan risiko kredit sebesar satu satuan akan menurunkan laba sebesar 189.
Berdasarkan pengujian menggunakan uji F menunjukkan bahwa F hitung > F tabel,
yaitu 7.40 > 4.96. Dengan demikian, maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga risiko
kredit secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf
nyata 5%.
V. Daftar Pustaka
Siamat D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan Perbankan.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sugiono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.