Sie sind auf Seite 1von 11

I.

PERENCANAAN

Perencanaan yang cukup akan bermanfaat dalam audit atas laporan keuangan
dalam beberapa hal, termasuk hal – hal sebagai berikut (SA 300 – Para 2) : (1) membantu
auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang penting dalam audit; (2)
membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang potensial secara
tepat waktu; (3) membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan (penugasan
audit) dengan baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien;
(4) membantu dalam pemilihan tim anggota perikatan (tim audit) dengan tingkat kemampuan
dan kompetensi yang tepat untuk merespon risiko yang diantisipasi, dan penugasan pekerjaan
yang tepat kepda mereka; (5) memfasilitasi arah dan supervise atas anggota tim perikatan dan
penelaahan atas pekerjaan mereka; dan (6) membantu, jika relevan, dalam pengoordinasian hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh auditor komponen dan pakar. Terdapat 8 tahapan dalam proses
perencanaan audit, yaitu : (1) penerimaan klien dan pembuatan rencana audit awal; (2)
memperoleh pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien; (3) menilai risiko bisnis klien;
(4) melaksanakan prosedur analisis pendahuluan; (5) menetapkan materialitas dan menilai risiko
audit yang dapat diterima dan risiko inheren; (6) memahami pengendalian internal dan menilai
risiko pengendalian; (7) mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan; dan (8)
menyusun strategi audit keseluruhan dan program audit. Terdapat 2 risiko dalam tahap
perencanaan, yaitu : (1) risiko audit yang dapat diterima merupaka suatu ukuran tentang
seberapa jauh auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung
kesalahan penyajian material setelah audit diselesaikan dan dan diberi pendapat wajar tanpa
pengecualian; dan (2) risiko inheren merupakan suatu ukuran berupa penilaian auditor mengenai
kemungkinan adanya kesalahan penyajian material dalam saldo akun sebelum
mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal.

II. PENERIMAAN KLIEN DAN PEMBUATAN RENCANA AUDIT PENDAHULUAN

Perencanaan audit pendahuluan meliputi empat hal yang kesemuanya harus dilakukan
pada tahap awal audit, yaitu (1) auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau
melanjutkan klien lama; (2) auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau
membutuhkan audit; (3) auditor menyamakan pemahaman dengan klien mengenai berbagai hal
yang berkaitan dengan audit yang dimuat dalam perjanjian kerja; (4) auditor menilai strategi
1
menyeluruh, termasu penugasan staf dan keahlian yang dibutuhkan dalam audit yang
bersangkutan.

Penerimaan klien baru dan melanjutkan klien lama

Meskipun mendapatkan dan memepertahankan klien bukanlah hal yang mudah dalam
profesi yang kompetitif seperti halnya profesi akuntan public, namun kantor akuntan hendaknya
berhati – hati dalam memutuskan klien mana yang akan diterima.

Menginvestasikan klien baru

Standar Auditing SA 300 Para A20 (Peryimbangan Tambahan dalam PErikatan Audit
Tahun Pertama) menyatakan bahwa maksud dan tujuan audit adalah sama, baik untuk perikatan
audit tahun pertama maupun berulang. Sebelum menerima klien baru, kebanyakan kantor
akuntan biasanya melakukan investigasi atas calon klien dan perusahaannya untuk menentukan
akseptabilitasnya.

Klien lama berkelanjutan

Pertimbangan auditor tentang keberlanjutan hubungan dengan klien dan ketentuan etika
yang relevan, termasuk independensi, terjadi sepanjang perikatan audit, seiring dengan terjadinya
perubahan kondisi dan keadaan. Kantor - kantor akuntan publik biasnaya melakukan evaluasi
kepada klien berkelanjutan untuk menentukan apakah terdapat alasan untuk tidak melanjutkan
audit pada klien alam tertentu, misalnya konflik yang terjadi di waktu lalu. Alasan lain auditor
mungkin memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kerja dengan klien karena
pertimbangan risiko yang terlalu besar. Penyelidikan atas klien baru dan penilaian kembali
terhadap klien yang sudah ada merupakan bagian penting dalam memutuskan risiko audit yang
dapat diterima.

Mengidentifikasi Alasan Klien Minta Diaudit

Ada dua faktor yang mempengaruhi risiko audit bisa diterima yaitu calon pemakai
laporan keuangan dan tujuan pemakaian laporan keuangan auditan. Kemungkinan pengguna
laporan auditan dapat ditentukan dari pengalaman dengan klien di masa lalu dan dari
pembicaraan dengan manajemen.

Mendapatkan Kesepahaman Dengan Klien


2
SA 210 Para 9 menyatakan bahwa auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit
dengan manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas (jika relevan).
Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk
kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup: (a) tujuan dan ruang lingkup audit atas
laporan keuangan; (b) tanggungjawab auditor; (c) tanggungjawab manajemen; (d) identifikasi
kerangka pelaporan keuangan yang ditetapkan dalam penyusunan keuangan; dan € pengacuan ke
bentu dan isis laporan yang akan diterbitkan oleh auditor dan suatu pernyataan bahwa dalam
kondisi tertentu terdapat kemungkinan laporan yang diterbitkan berbeda bentuk dan isinya
dengan yang diharapkan. Sebelum dimulainya audit, auditor harus mengirimkan surat perikatan
audit kepada klien untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin terjadi antara auditor dank
lien sehubungan dengan proses audit. Dalam surat perikatan tersebut, tanggungjawab manajamen
dan tanggung jawab harus dirumuskan dengan jelas. Informasi dalam surat perjanjian sangat
penting untuk pembuatan perencanaan audit, terutama karena ketentuan dalam perjanjian akan
mempengaruhi saat kapan pengujian – pengujian dilakukan dan total waktu yang tersedia untuk
pelaksanaan audit dan jasa lainnya.

Menilai Strategi Audit Menyeluruh

Setelah diperoleh pemahaman tentang alasan klien minta diaudit, auditor harus
menetapkan strategi audit pendahuluan. Strategi tersebut harus mempertimbangkan sifat bidang
usaha klien, termasuk juga mempertimbangkan area – area yang mempunyai risiko terjadinya
kesalahan penyajian signifikan.

Memilih staf audit

Auditor harus menugasi staf yang memenuhi syarat untuk melaksanakan penugasan
sesuai dengan standar auditing dan melaksanakan audit dengan efisien. Dalam penugasan audit
yang cukup besar biasanya dibutuhkan satu atau dua orang partner dan staf dengan berbagai
jenjang pengalaman kerja. Salah satu pertimbangan dalam penentuan staf adalah perlu adanya
kontinuitas dari tahun ke tahun.

Menentukan kebutuhan untuk menggunakan pekerjaan pakar auditor

3
Standar Auditing (SA620) mengatur persayratan pemilihan pakar auditor dan mereview
hasil pekerjaannya. SA 620.6 mendefinisikan pakar auditor sebagai berikut: “seseorang atau
organisasi yang memiliki keahlian dalam suatu bidang di luar accounting atau auditing yang
pekerjaanya dalam bidang tersebut digunakan oleh auditor/KAP untuk membantunya
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat”. Seorang pakar auditor bisa berasal dari KAP
tersebut (atau jaringannya) yang disebut pakar auditor internal. Pakar auditor memberikan bukti
audit dalam bentuk laporan, pendapat, penilaian, dan pernyataan. Penggunaan pakar tidak
mempengaruhi tanggungjawab auditor dan laporan auditor tidak perlu menyinggung penggunaan
spesialis tersebut, kecuali apabila laporan dari pakar berpengaruh pada pendapat auditor untuk
tidak memberi pendapat wajar tanpa pengecualian.

III. MEMAHAMI BISNIS DAN BIDANG USAHA KLIEN

Standar Auditing (SA 315.11) menyatakan bahwa auditor harus memperoleh pemahaman
atas entitas dan lingkungannya. Sifat bisnis dan bidang usaha klien mempengaruhi risiko bisnis
klien dan risiko terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan. Beberapa
tahun terakhir ini, sejumlah faktor telah meningkatkan pentingnya pemahaman tentang bisnis dan
bidang usaha klien, yaitu: (1) penurunan kondisi ekonomi dunia beberapa tahun terakhir ini telah
meningkatkan risiko bisnis perusahaan klien secara signifikan; (2) tehnologi informasi
menghubungkan klien dengan pelanggan – pelanggan utama serta pemasok – pemasok utama;
(3) klien telah mengembangkan usahanya secara global, seringkali melalui koint ventures atau
aliensi strategis; (4) tehnologi informasi mempengaruhi proses internal klien, memperbaiki
kualitas dan ketepatan waktu informasi akuntansi; (5) meningkatnya arti penting sumber daya
manusia dan asset tak berujud lainnya telah menyebabkan akuntansi menjadi semakin kompleks
dan memerlukan pertimbangan serta penafsiran manajemen; dan (6) banyak klien telah
melakukan investasi dalam instrumen keuangan yang kompleks yang mungkin telah menurun
nilainya, memerlukan perlakuan akuntansi yang kompleks, dan seringkali melibatkan pihak lain
yang tidak diketahui yang telah menciptakan risiko keuangan yang tidak diharapkan bagi klien.

Bidang Usaha dan Lingkungan Eksternal Klien

4
Tiga alasan utama mengapa audit perlu mendapatkan pemahaman yang baik tentang
bidang usaha dan lingkungan eskternal klien: 1. resiko yang berkaitan dengan bidang usaha
tertentu bisa mempengaruhi penilaian auditor resiko bisnis klien dan tingkat resiko audit bisa
diterima dan bakan bisa mempengaruhi pertimbangan untuk menerima atau menolak klien yang
bergerak dalam bidang usaha yang beresiko tinggi, 2. banyak resiko inheren lazim dijumpai pada
semua klien yan bergerak dalam bidang usaha tertentu, 3. banyak bidang usaha memiliki
persyaratan akuntansi yang unik dan harus difahami auditor untuk menilai apakah laporan
keungan klien sesuai dengan standar akuntansi

Operasi Bisnis dan Proses

a. Mengunjungi Fasilitas dan Tempat Operasi Klien: sangat berguna untuk


mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai pengoperasian bisnis klien,
karena cara ini memberi kesempatan kepada auditor untuk mengobservasi dn melihat
secara langsung fasilitas yang dimiliki klien.
b. Mengidentifikasi Hubungan dengan Pihak Berelasi: transaksi dengan pihak-pihak
yang mempunyai hubungan dengan pihak berelasi penting bagi auditor karena standar
audit mengharuskan hal tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan, apalagi
jumlahnya material. Pihak Berelasi didefinisikan sebagai suatu perusahaan afiliasi
pemilik utama perusahaan klien atau pihak lain yang mempunyai kesepakatan dengan
klien, dimana salah satu pihak bisa mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi
perusahaan lain. Transakasi dengan pihak berelasi adalah setiap yang dilakukan
antara klien dengan pihak yang mempunyai hubungan dengan pihak berelasi

Manajemen dan Tata Kelola

Tata kelola perusahaan meliputi struktur organisasinya, termasuk aktivitas dewan


komisaris dan komite audit. Dewan komisaris yang efektif akan membantu memastikan bahwa
perusahaan hanya akan mengambil resiko yang tepat, sedang komite audit melalui pengawasan
pelaporan keuangan dapat mengurangi kemungkinan dilakukannya akuntansi yang terlalu agresif

a. Kode Etik: perusahaan yang tidak memiliki kode etik harus mengungkapkan hal itu
dan menjelaskan alasannya. Auditor harus memahami kode etik yang berlaku pada
perusahaan (jika ada) dan memeriksa setiap perubahan atau penghapusan antara kode

5
etik yang mempunyai dampak terhadap sistem tata kelola integritas, serta nilai etis
manajemen senior
b. Notulen Rapat: catatan resmi perusahaan sebagai hasil dari rapat dewan komisaris
dan rapat pemegang saham. Notulen meliputi persetujuan penting dan ringkasan
berbagai topik yang dibahas dalam rapat dan keputusan yang diambil oleh dewan
komisaris dan pemegang saham

Tujuan Strategi Klien

Strategi adalah pendekatan yang dikuti perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan: 1. Realiabilitas pelaporan
keuangan 2. Efektivitas dan efesiensi operasi 3. Kesesuaian dengan undang-undang dan
peraturan-peraturan

Pengukuran Kinerja

Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator-indikator kinerja kunci yang


digunakan manajemen untuk mengukur proses dalam uapaya mencapai tujuan. Indikator-
indikator berupa penjualan atau laba bersih, tetapi melibatkan pengukura-pengukur tertentu yang
diperuntukkan bagi klien dan tujuannya. Indikator kinerja kunci semacam itu misalnya pangsa
pasar, penjualan per tenaga pemasaran. Perkembangan harga jual per unit, pengunjung-
pengunjung ke Web-site, penjualan per Negara, dan penjualan per meter persegi untuk sebuah
took pengecer

IV. MENILAI RESIKO BISNIS KLIEN

Auditor menggunakan pemahamannya tentang bisnis dan bidang usaha klien untuk
menilai resiko bisnis klien, yaitu resiko kegagalan klien dalam mencapai tujuannya. Resiko
bisnis klien bsa timbul dari berbagai factor yang berpengaruh terhadap klien dan lingkungannya.

SA 315. 15, menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang apakah
entitas memiliki suatu proses untuk :

a. Mengidentifikasi resiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keungan


b. Mengistimasi signifikansi resiko
c. Menentukan kemungkinan terjadinya resiko tersebut
6
d. Memutuskan tindakan untuk menangani resiko tersebut

Penilaian auditor tentang resiko bisnis klien dilalukan dengan mempertimbangkan bidang usaha
klien dan factor-faktor internal lainnya, termasuk pula strategi bisnis klien, proses, dan faktor-
faktor lainnya. Auditor juga harus mempertimbangkan pengedalian manajemen yang bisa
mengurangi resiko bisnis, seperti misalnya praktik penilaian resiko efektif dan tata kelola
perusahaan

V. MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN

Auditor melakukan prosedur analitis pendahuluan untuk mendaptkan pemahaman yang


lebih baik tentang bisnis klien dan menilai resiko bisnis klien.

Ringkasan Sebagian Dari Perencanaan Audit

Tujuan utama perencanaan audit adalah untuk mendaptkan pemahaman tentang bisnis
dan bidang usaha klien yang digunakan untuk menilai resiko audit yang dapat diterima. Adapun
tahapan utama dalam perencanaan audit:

a. Menetapkan materialistis dan menilai resiko audit dapat diterima dan resiko inheren
b. Memahami pengendalian internal dan menilai resiko pengendalian
c. Mengumpulkan informasi untuk menilai resiko kecurangan
d. Merumuskan strategi audit keseluruhan dan program audit

VI. PROSEDUR ANALITIS

a. Prosedur analitis diperlukan pada tahap perencanaan audit dalam rangka prosedur
penilaian resiko
b. Prosedur analitis sering juga dilakukan selama tahap pengujian audit berlangsung sebagai
suatu prosedur analitis substansif untuk mendukung saldo akun. Prosedur analitis
mencakup pertimbangan informasi keuangan entitas dengan, sebagai contoh
 Informasi komparatif periode lalu
 Hasil entias yang diantisipasi, seperti anggaran atau prakiraan, atau ekspektasi
aditor seperti estimasi penyusutan
 Informasi industri
 Diantara unsur-unsur informasi keuangan yang akan diharapkan sesuai dengan
suati pola yang dapat diprediksi berdasarkan pengalaman entitas
 Antara informasi keuangan dan informasi nonkeuangan yang relevan
7
c. Prosedur analitis juga diperlukan dalam tahapan penyelesaian audit. Standar audit
menyatakan bahwa auditor mendekati akhir audit yang mebantu auditor ketika
membentuk kesimpulan keseluruhan tentang apakah laporan keuangan telah disajikan
konsisten dengan pamahaman auditor atas entitas.

VII. LIMA TIPE PROSEDUR ANALITIS


Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat tergantung pada bagaimana auditor
mengembangkan suatu ekspetasi tentang harus seperti apa suatu saldo akun atau rasio,
apapun tipe prosedur analitis yang digunakan. Terdapat lima jenis tipe audit : data industri,
data serupa daripada periode sebelumnya, hasil ekspetasi yang ditentukan klien, hasil
ekspetasi yang ditentukan auditor, hasil ekspetasi dengan menggunakan data non-keuangan.
1. Membandingkan Data Klien Dengan Data Serupa Dari Tahun Sebelumnya
Adanya berbagai macam prosedur analitis memungkinkan auditor untuk membandingkan
data klien dengan data serupa dari satu atau dua tahun sebelumnya.

a. Bandingkan Saldo Tahun Ini dengan Saldo Tahun Lalu


Dengan cara ini, auditor akan lebih mudah membandingkan saldo tahun ini dengan
saldo tahun lalu, untuk menentukan lebih dini apakah suatu akun perlu mendapatkan
perhatian lebih besar karena ada perubahan saldo yang besar.
b. Membandingkan Detil dari Saldo Total dengan Detil yang Sama dari Tahun Lalu
Apabila tidak terjadi perubahan signifikan dalam operasi klien pada tahun yang
diperiksa., kebanyakan audit yang membentuk total dalam laporan keuangan
seharusnya juga tidak berubah. Dengan secara teliti membandingkan detil periode ini
dengan detil yang sama dari tahun lalu, auditor sering menemukan informasi yang
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
c. Membandingkan rasio-rasio dan Hubungan dalam Persentase dengan Tahun
Sebelumnya
Perbandingan semacam itu tidak mempertimbangkan perkembangan atau penurunan
dalam aktivitas bisnis. Perbandingan antara data yang satu dengan lainnya tidak
dilakukan, seperti misalnya perbandingan antara penjualan dengan harga pokok
penjualan.

2. Membandingkan Data Klien Dengan Harapan Yang Dibuat Klien


8
Pada umunya perusahaan membuat anggaran untuk berbagai aspek operasi dan hasil
keuangannya. Karena anggaran mencerminkan aspek ekspetasi (harapan) klien untuk periode
tertentu, auditor harus menyelidiki perbedaan yang paling signifikan antara anggaran dengan
hasil sesungguhnya. Adapun dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, auditor harus
mengevaluasi apakah anggaran merupakan rencana yang realistis Dua, kemungkinan bahwa
informasi keuangan tahun ini telah diubah oleh klien agar sesuai dengan anggaran.

3. Membandingkan Data Klien Dengan Ekspetasi Aditor


Dalam prosedur analitis jenis ini, auditor membuat suatu estimasi tentang berapa besar
saldo seharusnya dengan menghubungkan saldo tersebut dengan saldo-saldo akun neraca atau
akun laba rugi atau dengan membuat suatu proyeksi berdasarkan data non-keuangan atau trend
masa lalu.

4. Membandingkan Data Klien Dengan Taksiran Hasil Dengan Menggunakan Data Non
Keuangan
Masalah terbesar dalam penggunaan data non keuangan adalah ketelitian data. Seperti
contoh mengenai audit sebuah hotel, sebaiknya untuk tidak menggunakan perhitungan taksiran
pendapatan hotel sebagai bukti audit, kecuali bila anda puas dengan kewajaran perhitungan
jumlah kamar hotel, tarif kamar rata-rata, dan rata-rata tingkat hunian. Jelas bahwa penentuan
tingkat hunian lebih sulit penentuannya dibandingkan dengan dua hal lainnya.

8. Rasio-Rasio Keuangan Yang Lazim Digunakan


Cara ini bermanfaat untuk memahami kejadian-kejadian mutahir dan status keuangan
perusahaan dan untuk melihat laporan dari perspektif pemakai laporan keuangan.

 Kemampuan membayar kewajiban jangka pendek

Rasio kas =

Rasio cepat =

9
Rasio kas =

 Rasio aktivitas

perputaran piutang usaha =

Jumlah hari penagihan utang =

Perputaran persediaan =

Jumlah hari penjualan persediaan =

 Kemampuan memenuhi kewajiban utang jangka panjang

Utang terhadap ekuitas =

Times interest earned =

 Rasio profitabilitas

Laba per saham =

Persentase laba kotor =

Margin laba =

Pengembalian atas aktiva =

10
Pengembalian atas akuitas saham biasa =

11

Das könnte Ihnen auch gefallen