Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami
perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya
mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko
sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau
intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak
berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat
diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan
khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus
disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka termasuk anak yang
pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan atau kelainan, baik
dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila dibandingkan dengan nak yang
normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan
dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi
tingkat perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan
diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya.Adanya
perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan
kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara
mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-
aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan
cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir
pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan.
B. Tujuan
1. Pengertian, klasifikasi, penyebab serta cara pencegahan terjadinya ketunanetraan
2. Menjelaskan dampak ketunanetraan
3. Menjelaskan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak tunanetra
4. Menjelaskan definisi, klasifikasi, penyebab dan cara pencegahan terjadinya
tunarungu
5. Menjelaskan dampak tunarungu dan gangguan komunikasi
6. Menjelaskan keb khusus dan layanan pendidikan anak tunarungu
MODUL 4
PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA
Kegiatan Belajar 1
Pengertian, Klasifikasi, Penyebab, Serta Cara Pencegahan Terjadinya
Ketunanetraan
2. Definisi Edukasional/Fungsional
Kegiatan Belajar 3
Pendidikan Bagi siswa Tunanetra di Sekolah Umum
1. Kebutuhan khusus pendidikan siswa tunanetra
a. Perlu mendapat intervensi efektif agar perkembangan sosial emosi dan
akademiknya optimal
b. Berikan cara belajar melalui media alternatif menggunakan indera lain
c. Memerlukan pengajaran individual
d. Membutuhkan ketrampilan khusus serta buku materi dan peralatan khusus
e. Terbebas dalam memperoleh info melalui belajar secara insidental
MODUL 5
PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNARUNGU
Kegiatan Belajar 1
Definisi, klasifikasi, Penyebab Ketunarunguan
A. Definisi
1. Definisi Tunarungu
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang
dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak
mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara yang pada umumnya
ada pada ciri fisik orang tunarungu.
2. Klasifikasi Tunarungu
a. Anak tunarungu berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran
1) Anak Tunarungu Ringan
Mengalami kehilangan pendengaran 27 – 40 db :
Mempunyai kesulitan mendengar bunyi – bunyi yang jauh,
Membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan
Memerlukan terapi bicara
2) Tunarungu Sedang
Mengalami kehilangan pendengaran 41 – 55 db :
Mengerti bahasa percakapan,
Tidak dapat mengikuti diskusi kelas,
Membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara
3) Tunarungu Berat
Orang yang mengalami kehilangan pendengaran 56 – 90 db :
Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat,
Masih punya sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara
dengan menggunakan alat bantu dengar serta dengan cara yang
khusus
4) Tunarungu berat sekali
Mengalami kehilangan pendengaran >91 db :
Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran,
Banyak bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuk
proses menerima informasi
E. Klasifikasi
1. Gangguan Bicara (Gangguan artikulasi, Distorsi, Audisi)
2. Gangguan Kelancaran (Gagap , Clutering (bicara terlalu cepat))
3. Gangguan Suara (Kelainan kualitas suara , Kelainan pada titi nada suara ,
Kelainan intensitas suara, Fleksibelitas suara)
Kegiatan Belajar 3
Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan
Gangguan Komunikasi
A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di
definisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk
mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan
sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial,
layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang
bersifat khusus.
Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua yang memiliki
anak berkebutuhan khusus, dukungan sosial yang kuat dari tetangga dan
lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tersebut, dan yang terakhir adalah
peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan kesehatan dan konsultasi
bagi anak berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA