Sie sind auf Seite 1von 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak setiap anak yang dilahirkan di dunia ini selalu mengalami
perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya
mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko
sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau
intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak
berkebutuhan khusus atau anak luar biasa.
Dalam memahami anak berkebutuhan khusus atau anak luara biasa, sangat
diperlukan adanya pemahaman mengenai jenis-jenis kecacatan (anak berkebutuhan
khusus) dan akibat-akibat yang terjadi pada penderita. Anak berkebutuhan khusus
disebut sebagai anak yang cacat dikarenakan mereka termasuk anak yang
pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan atau kelainan, baik
dari segi fisik, mental, emosi, serta sosialnya bila dibandingkan dengan nak yang
normal.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan
dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi
tingkat perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan
diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya.Adanya
perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan
kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara
mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-
aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan
cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari tujuan akhir
pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan.

B. Tujuan
1. Pengertian, klasifikasi, penyebab serta cara pencegahan terjadinya ketunanetraan
2. Menjelaskan dampak ketunanetraan
3. Menjelaskan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak tunanetra
4. Menjelaskan definisi, klasifikasi, penyebab dan cara pencegahan terjadinya
tunarungu
5. Menjelaskan dampak tunarungu dan gangguan komunikasi
6. Menjelaskan keb khusus dan layanan pendidikan anak tunarungu
MODUL 4
PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

Kegiatan Belajar 1
Pengertian, Klasifikasi, Penyebab, Serta Cara Pencegahan Terjadinya
Ketunanetraan

A. Definisi dan Klasifikasi Tunanetra

1. Definisi legal berdasarkan Peraturan Perundang Undangan

Digunakan pada profesi Medis untuk menentukan apakah seseorang berhak


memperoleh akses keuntungan tertentu seperti : asuransi tertentu, bebas bea
transportasi dan untuk menentukan perangkat alat bantu yang sesuai dengan
kebutuhannya. Ada 2 aspek yang diukur :
a. ketajaman penglihatan
b. medan pandang
Cara yang paling umum untuk mengukur ketajaman mata dengan Kartu Snelen
yg terdiri dari huruf huruf atau angka angka yang tersusun berbaris berdasarkan
ukuran besarnya. Klasifikasi ketajaman penglihatan menurut WHO:
Mata normal : 6/6 hingga 6/18
Mata kurang awas : <6/18 hingga >3/60
Buta : <3/60

2. Definisi Edukasional/Fungsional

Secara edukasional, seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk kegiatan


pembelajaran dia memerlukan alat bantu khusus, metode khusus atau teknik
tertentu sehingga dia dapat belajar.
Klasifikasi Ketunanetraan:
1. Klasifikasi berdasarkan waktu
a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir
b. Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil
c. Tunenatra pada usia sekolah atau pada masa remaja
d. Tunanetra pada usia dewasa
e. Tunanetra dalam usia lajut.
2. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan:
a. Tunanetra ringan
b. Tunanetra setengah berat.
c. Tunanetra berat.
3. Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata
a. Myopia, adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan
jatuh di belakang retina.
b. Hyperopia, adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan
jatuh di depan retina.
c. Astigmatisme, adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang
disebabkan karena ketidak beresan pada kornea mata.

B. Penyebab Terjadinya Tunanetra


1. Albinisme
Penyebabnya kekurangan pigmen
a. Penglihatan buruk
b. Retinanya tdk sempurna
c. Terlalu peka terhadap cahaya
d. Matanya terus menerus berkedip
2. Ambiyopia
Penyebabnya bawaan dari lahir atau bisa berkembang kemudian
3. Buta Warna
Penyebabnya bisa dari keturunan, keracunan atau penyakit retina
4. Cedera dan radiasi
Perlu pelindung mata pada saat bekerja :
Tukang las, Karyawan pabrik , Petugas foto sinar X pada laboratorium
5. Devisiensi Vitamin A
Kekurangan vit A yg akut menyebabkan (Xerophtalmia )
6. Glaukoma
Cairan pada bagian depan mata tidak mengalir ke luar.
Gejala : Sering salah lihat, Perut mual
7. Katarak
Penderita katarak akan mengalami pengelihatan yang buram, ketajaman
pengelihatan berkurang, sensitivitas kontras juga hilang, sehingga kontur, warna
bayangan dan visi kurang jelas karena cahaya tersebar oleh katarak ke mata.
8. Kelainan Mata Bawaan
Yaitu kelainan mata yang berasal dari bawaan lahir:
a. Anirida : tidak ada iris
b. Microphthalmos : mata yg sangat kecil
c. Megalophthalmos : mata yg sangat besar dari lahir
d. Anophthalmos : tidak ada bola mata
e. Coloboma : retakan/celah pada iris
9. Myopia
Mata Myopia adalah cacat mata tidak bisa melihat jauh, hal ini karena
bayangan jatuh pada depan retaina. Dapat ditolong dng kaca mata minus
10. Mistagmus
Yaitu gerakan mata yang menghentak hentak / gerakan bola mata yg cepat
tanpa disengaja (di luar kemampuan)
11. Ophthalmia Neonatorum
Yaitu peradangan pada mata bayi yang baru lahir. Penyakit ini
merupakan penyebab umum ketunanetraan Penyakit ini bukan turunan,
disebabkan oleh bakteri dari rongga rahim ibu ke dalam mata bayi.
12. Penyakit Kornea
Kornea mata merupakan bagian mata yg terdepan berfungsi sbg selaput
jendela dan pelindung tempat lewatnya sinar. Bila kornea mata rusak dapat
dilakukan pertolongan dengan pencakokan kornea mata
13. Retinitis Pigmentosa
Retinitis pigmentosa adalah sederetan penyakit yang diwariskan secara
genetik. Salah satu ciri dari penyakit ini adalah degenerasi retina mata. Indikasi
penyakit tersebut pada awalnya adalah kesulitan melihat dengan jelas pada
kondisi pencahayaan yang kurang terang (temaram). Gejala ini akan berlanjut
dengan penyempitan jarak pandang hingga puncaknya adalah terjadi kebutaan
pada usia paruh baya.
14. Retinopati Diabetika
Retinopati diabetik merupakan komplikasi kronis diabetes melitus berupa
mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan mikro vaskular pada
retina dengan gejala penurunan atau perubahan penglihatan secara perlahan.
15. Retinopati of Prematurity
Retina adalah selembar tipis yang semitransparan, dan multilapis yang
melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Penderita ini
terjadi akibat persalinan dng pembedahan , luka pada jaringan bola mata, dapat
pula karena pembesaran pembuluh darah pada mata

C. Pencegahan Terjadinya ketunanetraan

Upaya WHO untuk menghindari kebutaan dapat dilakukan dengan :


a. Memperkuat program kesehatan dasar mata
b. Mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan ntuk menangani gangguan
mata yang dapat disembuhkan
c. Mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan penyandang tunanetra

Strategi pencegahan terhadap ketunanetraan:


a. Pencegahan primer, yaitu pencegahan terjangkitnya penyakit
b. Pencegahan sekunder, yaitu pencegahan timbulnya komplikasi yg mengancam
penglihatan.
c. Pencegahan tersier, yaitu meminimalisir ketunanetraan

Sepuluh Strategi utama mencegah ketunanetraan


a. Penggunaan prosedur yang sistematis
b. Pemberian imunisasi
c. Perawatan kehamilan yg tepat
d. Perawatan bayi yg baru lahir
e. Perbaikan gizi
f. Pendidikan kpd masyarakat
g. Penyuluhan genetika
h. Perundang undangan
i. Deteksi dini
j. Meningkatkan higinis dan perawatan kesehatan
Kegiatan Belajar 2
Dampak Ketunanetraan Terhadap Kehidupan Seseorang
A. Proses Penginderaan
Organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari luar diproses dalam
otak. Semua informasi yang akan diproses diotak melewati 3 prosesor dalam
bentuk:
a. Linguistik
b. Non linguistic
c. Afektif

B. Latihan Keterampilan Penginderaan


1. Indra Pendengaran
Pengembangan ketrampilan mendengarkan secara bertahab akan membantu
anda sadar pola perilaku tetangga anda dan kegiatan rutin mereka. Jika dilatih
anak tunanetra akan peka bunyi bunyi kecil di dalam rumahnya, seperti tetesan
air, kran bocor dsb
2. Indra perabaan
Anak tunanetra perlu dikenalkan indera peraba sehingga ia dapat mengenal
berbagai bentuk benda : kancing baju, uang, karpet, tikar dsb. Dapat juga
dibantu dengan tongkat untuk mengetahui sekitarnya: tanah becek, rumput, got,
trotoar dsb.
3. Indra Penciuman
Latihlah anak untuk membedakan barang, makanan, minuman dari baunya
agar dapat diketahui barang/benda dihadapannya.

4. Sisa Indra Penglihatan

C. Visualisasi, Ingatan Kinestetik, dan Persepsi obyek


a. Visualisasi
Perlu dilatih dalam ingatan visualisasi agar ia dapat mengenal :
1. Benda disekelilingnya
2. Mengingat letak benda disekelilingnya
3. Jika masuk ke ruangan perlu disampaikan gambaran tentang ruangan itu.
b. Ingatan kinestetik
Perlu dilatih gerakan mengenai jalan belok lurus dengan tepat tanpa
memakai tongkat
c. Persepsi Obyek
Yaitu kemampuan yang memungkinkan individu tunanetra itu menyadari
bahwa suatu benda hadir disampingnya meskipun tidak memiliki
penglihatannya.

D. Bagaimana Membantu seorang tunanetra


1. Cara menuntun orang tunanetra
- Kontak pertama
- Cara memegang
- Posisi pegangan
- Jalan sempit
- Membuka/menutup pintu
- Melewati tangga
- Melangkahi lubang
- Duduk di kursi
- Naik ke dalam mobil
2. Cara mengorientasikan
Jika anda ingin menunjukkan arah kepada seorang tunanetra, tidak bisa
sekedar sambil mengatakan “kesana” atau “kesini” tetapi harus lebih spesifik,
misalnya 10 meter kedepan, 5 langkah kekanan dan sebagainya.

Kegiatan Belajar 3
Pendidikan Bagi siswa Tunanetra di Sekolah Umum
1. Kebutuhan khusus pendidikan siswa tunanetra
a. Perlu mendapat intervensi efektif agar perkembangan sosial emosi dan
akademiknya optimal
b. Berikan cara belajar melalui media alternatif menggunakan indera lain
c. Memerlukan pengajaran individual
d. Membutuhkan ketrampilan khusus serta buku materi dan peralatan khusus
e. Terbebas dalam memperoleh info melalui belajar secara insidental
MODUL 5
PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNARUNGU

Anak tuna rungu merupakan anak berkebutuhan khusus yang memiliki


kelainan dalam pendengarannya, sehingga berdampak negatif bagi
perkembangannya.Oleh karena itu perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus
pada sekolah khusus, sekolah reguler maupun pendidikan inklusi.

Kegiatan Belajar 1
Definisi, klasifikasi, Penyebab Ketunarunguan
A. Definisi
1. Definisi Tunarungu
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang
dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia tidak
mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara yang pada umumnya
ada pada ciri fisik orang tunarungu.
2. Klasifikasi Tunarungu
a. Anak tunarungu berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran
1) Anak Tunarungu Ringan
 Mengalami kehilangan pendengaran 27 – 40 db :
 Mempunyai kesulitan mendengar bunyi – bunyi yang jauh,
 Membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan
 Memerlukan terapi bicara
2) Tunarungu Sedang
 Mengalami kehilangan pendengaran 41 – 55 db :
 Mengerti bahasa percakapan,
 Tidak dapat mengikuti diskusi kelas,
 Membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara
3) Tunarungu Berat
 Orang yang mengalami kehilangan pendengaran 56 – 90 db :
 Hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat,
 Masih punya sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara
dengan menggunakan alat bantu dengar serta dengan cara yang
khusus
4) Tunarungu berat sekali
 Mengalami kehilangan pendengaran >91 db :
 Mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran,
 Banyak bergantung pada penglihatan dari pada pendengaran untuk
proses menerima informasi

b. Anak tunarungu berdasarkan saat terjadinya


1. Ketunarunguan prabahasa, Yaitu kehilangan pendengaran yang terjadi
sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang
2. Ketunarunguan pasca bahasa, Yaitu kehilangan pendengaran yang
terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang
c. Berdasarkan letak gangguan pendengaran
1. Tunarungu tipe konduktif ,
Yaitu tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan telinga bagian luar dan
tengah
2. Tunarungu tipe sensorineural ,
Yaitu tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan telinga bagian dalam
serta syaraf pendengaran
3. Tunarungu tipe campuran , Yaitu tunarungu yang disebabkan oleh
kerusakan telinga bagian luar dan tengah dan dalam/syaraf pendengaran

B. Penyebab Terjadinya Tunarungu


1. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Konduktif
a. Kerusakan pada telinga luar karena :
 Tidak terbentuk telinga bagian luar dari lahir
 Terjadinya peradangan pada lubang telinga luar
b. Kerusakan pada telinga bagian tengah
Penyebab : Benturan keras pada telinga karena jatuh, Peradangan/infeksi
telingan bagian tengah, Otosclerosis terjadi pertumbuhan tulang pada kaki
tulang stapes
2. Penyebab tunarungu tipe Sensorineural
a. Ketunarunguan disebabkan faktor genetik , Yaitu tunarungu yang
disebabkan oleh keturunan dari orang tua kepada anaknya.
b. Ketunarunguan disebabkan faktor non genetik
 Rubela campak jerman
 Ketidaksesuaian darah ibu dengan anak
 Meningitis
 Trauma akustik

C. Cara Mencegah Tunarungu


1. Sebelum nikah
a. menghindari pernikahan sedarah
b. melakukan pemeriksaan darah dan konseling genetika
2. Pada saat hamil
a. Menjaga kesehatan dan periksa kehamilan
b. Mengkonsumsi gizi seimbang
c. Melakukan imunisasi anti tetanus
d. Tidak boleh minum obat sembarangan
3. Pada saat melahirkan
a. Tidak menggunakan alat penyedot
b. Jika ibu ada virus pada vagina maka lahirkan dng caesar
4. Pada saat setelah melahirkan
a. Melakukan imunisasi, jika anak flu berobat jangan kelamaan
b. Menjaga telinga dari kebisingan

D. Definisi Gangguan Komunikasi


Definisi Gangguan Komunikasi :
Yaitu gangguan yang dialami seseorang dalam penyampaian informasi baik
melalui verbal,non verbal, tekanan, intonasi, kualitas suara dsb.

E. Klasifikasi
1. Gangguan Bicara (Gangguan artikulasi, Distorsi, Audisi)
2. Gangguan Kelancaran (Gagap , Clutering (bicara terlalu cepat))
3. Gangguan Suara (Kelainan kualitas suara , Kelainan pada titi nada suara ,
Kelainan intensitas suara, Fleksibelitas suara)

F. Penyebab Gangguan Komunikasi


Kehilangan pendengaran , Kelainan organ Bicara , Gagguan emosi ,
Keterlambatan perkembangan , Mental Retardasi , Kerusakan otak , Lingkungan
Kegiatan Belajar 2
Dampak Tunarungu dan Gangguan Komunikasi bagi Anak

A. Dampak Tunarungu Bagi Anak


1. Dampak Tunarungu terhadap perkembangan bicara dan bahasa
Kemampuan berbicara dan berbahasa diperoleh melalui proses peniruan
bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara tersebut diperoleh melalui tahapan-
tahapan tertentu, tahapan normal ( Robert M. Smith, & John T. Neiswork)
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Fase Reflexive Vocalization ( 0 – 6 bulan)
b. Fase babbling/vocal play ( 6 minggu 6 bulan)
c. Fase lalling (6 – 9 bulan)
d. Fase echolalic (9 – 12 bulan)
e. Fase true speech ( 12 -18 bulan)
Kesulitan berkomunikasi yang dialami anak tunarungu, mengakibatkan
mereka memiliki kosakata yang terbatas, sulit mengartikan ungkapan bahasa
yang mengandung kiasan, kata-kata abstrak, serta kurang menguasai irama dan
gaya bahasa.
2. Dampak tunarungu terhadap kemampuan akdemis
Perkembangan kecerdasan anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan
mereka yang mendengar. Disamping itu , bahasa merupakan kunci masuknya
berbagai ilmu pengetahuan sehingga keterbatasan dalam kemampuan berbahasa
menghambat anak tunarungu untuk memahami berbagai pengetahuan lainnya.
Anak tunarungu cenderung memiliki prestasi akdemik yang rendah,
dibanding anak yang mendengar seusianya pada mata pelajaran yang bersifat
verbal seperti Bahasa Indonesia, IPA, IPS PKn, Matematika dan seni rupa.

3. Dampak tunarungu terhadap kemampuan Sosial-Emosional


Pada umumnya, keluarga yang mempunyai anak tunarungu mengalami
banyak kesulitan untuk melibatkan anak tersebut dalam keadaan dan kejadian
sehari-hari agar ia tahu dan mengerti apa yang terjadi dilingkungannya. Apabila
keluarga memberikan perhatian dan dukungan yang penuh serta melaksanakan
intervensi dini, anak tunarungu dapat lebih menyesaikan diri dengan
lingkungannya. Sikap yang dimaksud adalah :
a. Pergaulan yang terbatas pada sesame tunarungu
b. Memliki sifat egosentris yang melebihi anak normal
c. Memiliki perasaan takut
d. Perhatian anak tunarungu sulit dialihkan
e. Memiliki sifat polos
4. Dampak tunarungu terhadap Aspek fisik dan kesehatan
Pada aspek fisik, anak tunarungu tidak banyak mengalami hambatan. Namun
pada sebagian tunarungu ada pula yang mengalami gangguan keseimbangan
sehingga cara berjalannya kaku dan agak membungkuk.
Pada aspek kesehatan, umumnya anak tunarungu dapat merawat diri sendiri.

B. Dampak Gangguan Komunikasi Bagi Anak


1. Hambatan dalam berinteraksi sosial
Seorang anak yang mengalami hambatan/gangguan dalam kemampuan
berkomunikasi, akan mengalami hambata dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Hambatan dalam perkembangan kemampuan akademik
Ilmu pengetahuan disampaikan melalui bahasa, sehingga untuk memahami
pengetahuan tersebut, seseorang harus memahami bahasa terlebih dahulu.
Gangguan dalam kemampuan berbahasa dapat menghambat seseorang dalam
mengembangkan kemampuan akademiknya.

Kegiatan Belajar 3
Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunarungu dan Anak dengan
Gangguan Komunikasi

A. Kebutuhan Khusus Anak Tunarungu dan Anak dengan Gangguan


Komunikasi
1. Kebutuhan Khusus Anak Tunarungu
Masalah utama akibat ketunarunguan bukan terletak pada
ketidskmampuannya berbicara sebagai sarana komunikasi lisan, melainkan
terhambatnya kemampuan berbahasa secara keseluruhan.oleh karena itu anak
tunarungu membutuhkan layanan untuk mengembangkan kemampuan
kebahasaannya, melalui layanan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama
(BKPBI) adalah layanan khusus yang merupakan suatu kesatuan antara
pembinaan komunikasi dan optimalisasi sisa pengendaran untuk mempersepsi
bunyi dan irama.
2. Kebutuhan Khusus Anak dengan Gangguan Komunikasi
a. Kebutuhan khusus anak dengan gangguan artikulasi
b. Kebutuhan khusus anak gagap
c. Kebutuhan khusus anak yang mengalami keterlambatan dalam komunikasi
verbal
d. Kebutuhan khusus anak dengan gangguan komunikasi karena autis

B. Profil Pendidikan Khusus Bagi Anak Tunarungu


1. Sistem pendidikan bagi anak tunarngu
a. System pendidikan segregasi
1) Sekolah khusus
2) Sekolah dasar luar biasa (SDLB)
3) Kelas jauh/kelas kunjung
b. System integrasi
c. System pendidikan inklusif
2. Metode komunikasi
a. Metode oral-aural
b. Metode manual (isyarat)
3. Prinsip-prinsip pembelajaran siswa tuna rungu
a. Apabila anda sedang memberikan penjelasan kepada siswa, hendaknya posisi
anda selalu berhadapan dengan siswa (face to face)
b. Siswa tunarungu ditempatkan di bagian depan untuk mempermudah siswa
membaca ujaran guru
c. Guru harus berbicara dengan tenang tidak boleh terlalu cepat
4. Strategi Pembelajaran
a. Strategi individualisasi
b. Strategi kooperatif
c. Strategi modifikasi perilaku
5. Media pembelajaran
Media visual yang dapat digunakan antara lain gambar, grafik, realita, model
atau tiruan, slides.
Media audio yang dapat digunakan antara lain anata lain seperti program
kaset suara seperti membedakan suara binatang.
6. Fasilitas pendukung
Adanya sumber yang dilengkapi dengan berbagai media, seperti
mengembangkan layanan kemampuan berkomunikasi oral.
7. Penilaian (assessment)
Penilaian terhadap anak tunarungu dapat dilakukan dengan cara tes,
pengamatan, pemberian tugas, wawancara, portofolio,

C. Profil Pendidikan Anak Dengan Gangguan Komunikasi


Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung jenis
gangguan komunikasi dan hambatan lain yang dialami anak tersebut, karena
banyak gangguan komunikasi yang merupakan hambatan utama yang dialami
anak. Mereka memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan hambatan utamanya
serta layanan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasinya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di
definisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk
mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan
sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial,
layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang
bersifat khusus.
Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua yang memiliki
anak berkebutuhan khusus, dukungan sosial yang kuat dari tetangga dan
lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus tersebut, dan yang terakhir adalah
peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan kesehatan dan konsultasi
bagi anak berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Wardani, IGAK . 2016 . Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus .


Tangerang .
Universitas Terbuka

Das könnte Ihnen auch gefallen