Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Sertifikat Deposito adalah dapat berupa surat yang bersifat negotiable ataupun surat yang bersifat
non-negotiable, sedangkan menurut Marcia Stigum dalam
bukunya “Money Market” yang dikutip oleh Sutan Remy Sjahdeini yang
menyatakan bahwa commercial paper bersifat negotiable. Sutan Remy Sjahdeni, Pasar Uang,
Media Cipta, Jakarta, 1995, hal 56.
Instrumen ini mempunyai masa berlaku lebih dari 14 (empat belas) hari, dan beberapa diantaranya
sampai dengan 5 (lima) tahun bahkan ada yang sampai dengan 7 (tujuh) tahun. Namun
demikian pada umumnya commercial paper mempunyai masa berlaku yakni antara 1 (satu) sampai
dengan 6 (enam) bulan.
Pada dasarnya sertifikat deposito tidak berbeda dengan deposito berjangka yang sudah dikenal luas
di masyarakat kita. Tingkat bunga pada sertifikat deposito yang ditawarkan suatu bank biasanya
tidak berbeda dengan tingkat bunga pada deposito berjangka. Jangka waktu jatuh temponya
biasanya bervariasi mulai dari satu sampai 12 (dua belas) bulan tergantung bank penerbitnya, yang
juga tak berbeda dengan deposito berjangka.
Pajak atas pendapatan bunga kedua instrumen ini adalah sama-sama sebesar 20%. Jika deposito
berjangka dicairkan sebelum jatuh tempo biasanya maka akan dikenakan biaya pinalti, hal ini juga
berlaku pada sertifikat deposito. Selain itu kedua instrumen ini juga bisa dipergunakan sebagai
agunan kredit. Adapun perbedaannya antara lain,
Pertama pemberian bunga pada sertifikat deposito dibayar dimuka berbeda dengan bunga
deposito berjangka yang dibayarkan saat jatuh tempo. Sebagai contohnya, seseorang
membuka sertifikat
deposito pada suatu bank dengan jumlah sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah) yang akan jatuh tempo dalam 1 tahun. Misalkan tingkat bunga yang ditawarkan
bank tersebut adalah 8% per tahun, maka orang tersebut akan menerima bunga dimuka
sebesar Rp 80.000.000,00 (delapan puluh juta rupiah) sebelum dikenakan pajak sebesar
20%. Jadi jumlah uang yang diinvestasikannya sebesar Rp 920.000.000,00 (sembilan ratus
dua puluh juta rupiah). Dan pada akhir tahun saat sertifikat deposito jatuh tempo, dia akan
memperoleh Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Bunga yang diterima di muka tadi
tentunya bisa digunakan untuk investasi atau transaksi lainnya sesuai dengan
kebutuhannya.
Kedua, sertifikat deposito bisa dipindahtangankan karena diterbitkan atas unjuk bukan atas
nama seseorang. Jadi sertifikat deposito ini bisa diperjualbelikan kepada pihak lain. Dan
bagi yang memegang sertifikat deposito tersebut berhak untuk mencairkannya saat jatuh
tempo. Hal ini memberikan fleksibilitas dan likuiditas bagi seseorang untuk melakukan
transaksi menggunakan sertifikat deposito, atau bisa digunakan sebagai pemberian atau
Riska Wulandari (2016310409)
hadiah dan digunakan sesuai dengan keinginan sipemegangnya. Tentunya harga jual-
belinya harus diperhitungkan dengan tingkat bunga (tingkat diskonto) yang berlaku dan
sisa waktu jatuh tempo sertifikat deposito tersebut. Ibid, hal 80.
Ketiga, sertifikat deposito tidak bisa diperpanjang secara otomatis (auto rollover)
seperti deposito berjangka. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki deposito berjangka
dengan jangka waktu 1 (satu) bulan dengan fitur auto rollover. Maka ketika deposito
berjangka tersebut jatuh tempo, pihak bank bisa segera memperpanjang deposito tersebut
untuk satu bulan ke depan tanpa harus dikonfirmasi terlebih dahulu. Sedangkan ketika
sertifikat deposito jatuh tempo maka sipemegang harus segera mencairkannya atau
mengkonfirmasikan kepada bank untuk memperpanjang jangka waktunya.
Keempat, sertfikat deposito diterbitkan atas unjuk dan bukan atas nama sehingga bank
tidak akan menerima klaim apabila sipemegang sertifikat deposito kehilangan sertifikat
deposito tersebut. Jadi sipemegang harus sangat hati-hati menyimpannya, karena apabila
sertifikat deposito itu berpindah tangan maka pihak yang memegang sertifikat deposito
inilah yang bisa mencairkan deposito tersebut.
Dari Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 21/48/KEP/DIR tertanggal 27 Oktober 1988
serta Surat Edaran Bank Indonesia No. 21/27/UPG tertanggal 27 Oktober 1989 dapat diketahui
pula pengertian sertifikat deposito, yaitu surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang merupakan
surat pengakuan hutang dari bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan dapat
diperjualbelikan dalam pasar uang. SK DBI No. 21/48/KEP/DIR tanggal 27 Oktober 1988 dan SE
BI No. 21/27/UPG tanggal 27 Oktober 1989
Menurut Pasal 1 angka 9 Undang-undang No. 7 Tahun 1992, yang disebut sertifikat deposito
adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan.
Maka dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa sertifikat deposito merupakan suatu surat
hutang untuk suatu jangka waktu tertentu, dan setelah jatuh tempo bank yang bersangkutan wajib
melunasi kepada pemegangnya sejumlah nilai nominalnya. Adapun bunga sertifikat deposito
dibayar di muka, yakni dipotong dari harga nominalnya pada waktu pengambilan sertifikat
deposito.
Dari pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa sifat umum
dari sertifikat deposito yang dikeluarkan di Indonesia, yaitu antara lain : Abdulkadir Muhammad,
op.cit, hal 88.
Riska Wulandari (2016310409)
1. Pada dasarnya merupakan surat sanggup (promissory note) yang dikeluarkan oleh bank;
2. Berbentuk atas unjuk (aan toonder) dan tidak ada yang berbentuk atas nama (op naam) atau
atas tunjuk / atas pengganti (aan order);
3. Karena bentuknya atas unjuk (aan toonder) maka dapat diperdagangkan;
4. Sesuai dengan bentuknya seperti di atas maka pengalihannya mudah / sederhana, yaitu
pengalihan di bawah tangan (dari tangan ke tangan);
5. Memperhatikan bentuk sertifikat deposito yang demikian, maka berbeda dari deposito
berjangka yang bentuknya atas nama (op naam) sehingga tidak dapat diperdagangkan;
6. Terikat kepada suatu jangka waktu tertentu;
7. Dapat dijadikan jaminan suatu perjanjian kredit;
8. Tidak dilakukan pengusutan fiskal terhadap asal usul uang pembeliannya;
9. Sebagai halnya pihak yang mempunyai hutang, maka bank sebagai debitur menjamin
pengeluaran sertifikat deposito dengan seluruh harta kekayaannya (sesuai Pasal 1131 KUH
Perdata);
10. Dibebaskan dari pajak atas bunga, deviden dan royalti (PBDR).
Mengenai surat berharga ini, Pasal 1 angka 9 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, menyebutkan bahwa sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti
simpanannya dapat diperdagangkan.
Pengaturan ketentuan-ketentuan mengenai sertifikat deposito terdapat pada : Joni Emerzon, op.
cit, hal 159.
Sesuai dengan ketentuan di atas, sertifkat deposito sebagai sarana usaha pengerahan dana dari
masyarakat dan piranti uang bersama-sama dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU), dapat diterbitkan oleh bank atau lembaga keuangan bukan bank
tanpa meminta persetujuan dari Bank Indonesia.
Karena sertifikat deposito ini dapat diperjualbelikan dalam pasar uang, maka untuk melindungi
pemegangnya diperlukan keseragaman bentuk, isi, dan redaksinya. Untuk itu warkat sertifikat
deposito hendaknya memenuhi persyaratan berikut ini : Ibid, hal 160.
Riska Wulandari (2016310409)
Keuntungan
Diperhitungan bunga dimuka, sehingga bunga yang anda dapat bisa diinvestasikan lagi ke
tempat lain.
Tingkat suku bungan yang cukup menarik, umumna lebih tinggi dibandingkan dengan
deposito biasa.
Biasa dipakai untuk jaminan kredit serta bisa diperjual belikan dengan bebas
Mendapat jaminan Dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai dengan ketentuan yang
ada (berlaku).
Riska Wulandari (2016310409)
Kerugian
Jika dana dicairkan sebelum jatuh tempo, maka akan terkena pinalti dengan jumlah tertentu
Jika sertifikat deposito hilang, maka penemunya dapat mencairkan dana tersebut dengan
mudah
Riska Wulandari (2016310409)
E. Contoh Kasus
Transaksi sertifikat Deposito, nasabah setor tunai
Pada tanggal 14 April 2010, seorang nasabah membeli sertifikat deposit di Bank XYZ dengan
nominal Rp. 20.000.000 dengan jangka waktu 1 bulan dan suku bunga 6%. Nasabah dikenakan
biaya materai Rp. 6.000. Pada tanggal 14 Mei 2010, sertifikat deposito tersebut jatuh tempo dan
nasabah mencairkan sertifikat deposito tersebut.
Suku bunga pasar saat itu adalah 5,5% p.a.
Kebijakan bank membukukan giro/tabungan sebagai kategori kewajiban yang diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi
Jumlah transaksi
a. Tanggal 14 April 2010, pada saat penerbitan sertifikat deposito
Db. Kas Rp. 19.927.297
Kr. Sertifikat deposito Rp. 19.901.621
Kr. Kewajiban segera-pajak nasabah Rp. 19.676
Kr. Persediaan materai Rp. 6.000
Perhitungan:
Total hari bunga dari tgl 14 April 2010 sampai 14 Mei 2010 adalah 30 hari
Nominal Rp. 20.000.000
(20.000.000)
Nilai tunai= = Rp. 19.901.621
(1+(6%/365) 30
Bunga (diskonto) Rp. 98.379
Pajak atas bunga = 20% x Rp. 98.379 Rp. 19.676
Total yang dibayar oleh nasabah
= Rp. 19.901.621 + Rp. 19.676 + Rp. 6.000 Rp. 19.927.297
b. Tanggal 14 April 2010, pada saat menyesuaikan nilai wajar dengan transaksi sejenis yang
memiliki tingkat suku bunga 5,50%.
Perhitungan:
Present value dengan bunga 5,50% (sisa hari bunga 29 hari)
20.000.000
Nilai tunai = = Rp. 19.909.800
(1+(5,5%/365) 30
Penyesuaian harga pasar = Rp. 19.909.800 – Rp. 19.901.621 Rp. 8.179
Riska Wulandari (2016310409)
d. Tanggal 15 April 2010, transaksi sejenis ini mempunyai tingkat suku bunga 5,50%.
Perhitungan:
Present value (nilai tunai) dengan bunga 5,50% (sisa hari bunga 28 hari)
20.000.000
Nilai tunai = = Rp. 19.912.800
(1+(5,5%/365) 29
Penyesuaian nilai wajar = Rp. 19.912.800 – Rp. 19.901.621 Rp. 11.179