Sie sind auf Seite 1von 19

Dinas Pertanian Kabupaten Buru

“PETANI MANDIRI DAN SEJAHTERA DI


TAHUN 2022

RENCANA AKSI
PENGEMBANGAN KAWASAN PADI
DI KECAMATAN WAEPO, WAELATA DAN
LOLONG GUBA KABUPATEN BURU PROVINSI
MALUKU
RINGKASAN KATA PENCANTAR
DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Konsep Dasar Rencana Aksi
1.2. Kerangka Dasar
1.3. Alur Penyusunan Rencana Aksi
II. MATRIKS PROGRAM RENCANA AKSI
2.1. Sasaran Program dan Kegiatan
2.2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
a. Lokasi (Kec/Desa)
b. Waktu
c. Satker Pelaksana
d. Rencana Pembiayaan
2.3. Indikator Ouput dan Outcome

III. MANAJEMEN PENGEMBANGAN KAWASAN


3.1. Implementasi/Operasionalisasi
3.2. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

LAMPIRAN
Matrik Program Rencana Aksi Rekapitulasi Matrik Program Rencana
PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, karena atas perkenannya sehingga kami
dapat menyelesaikan Action Plan Pengembangan Kawasan Padi di Kabupaten Buru Provinsi Maluku.

Penyusunan Dokumen Action Plan ini ini pada dasarnya merupakan amanat Permentan 50/2012
untuk mendukung penguatan perencanaan pengembangan kawasan pertanian nasional adalah bahwa
daerah diwajibkan untuk menindaklanjutinya dengan menyusun master plan di tingkat provinsi
dan action plan di tingkat kabupaten. Dokumen ini tersusun berkat bantuan, bimbingan dan masukan
yang melibatkan semua pihak.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada pihak-pihak yang
telah membantu sehingga laporan ini dapat terwujud. disadari sungguh bahwa dokumen ini masih kurang
sempurna sehingga saran pendapat konstruktif sangat kami harapkan.

Namlea, 10 januari 2017

Plt. Kepala Dinas Pertanian


Kabupaten Buru

Imran Makatita, SP
Pembina IV/a
Nip. 19670727 200003 1 003
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. KONSEP DASAR RENCANA AKSI


Garis-garis besar arahan manajemen dan teknis dari Permentan 50/2012 untuk mendukung
penguatan perencanaan pengembangan kawasan pertanian nasional adalah bahwa daerah
diwajibkan untuk menindaklanjutinya dengan menyusun master plan di tingkat provinsi
dan action plan di tingkat kabupaten.
Action Plan adalah adalah dokumen perencanaan operasional yang lebih rinci di tingkat
Kabupaten untuk melaksanakan kegiatan pengembangan kawasan. Action Plan disusun
dengan mengacu pada arahan kebijakan dan strategi yang tertuang di dalam Master Plan
kawasan pertanian di tingkat provinsi. Action Plan merupakan acuan teknis dalam menyusun
kegiatan pengembangan kawasan pertanian yang spesifik lokasisesuai agroekosistem dan kondisi
sosial ekonomi setempat. Dengan demikian, posisi Action Plan adalah bagian dari kerangka dasar
perencanaan pengembangan kawasan pertanian
Kawasan Pertanian Berdasarkan Kelompok Komoditas terdiri dari: (1) kawasan tanaman pangan;
(2) kawasan hortikultura; (3) kawasan perkebunan; dan (4) kawasan peternakan dengan kriteria
sebagai berikut :
a) Tanaman pangan
Kawasan tanaman pangan adalah kawasan usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor
alamiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem
yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen
usaha tanaman pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang telah eksis
atau calon lokasi baru dan lokasinya dapat berupa hamparan atau spot partial namun
terhubung dengan aksesibilitas memadai. Kriteria khusus kawasan tanaman pangan dalam
aspek luas agregat kawasan untuk masing-masing komoditas unggulan tanaman pangan
adalah: padi, jagung, dan ubi kayu minimal 5.000 hektar; kedelai minimal 2.000 hektar;
kacang tanah minimal 1.000 hektar; serta kacang hijau dan ubi jalar minimal 500 hektar.
Disamping aspek luas agregat, kriteria khusus kawasan tanaman pangan juga mencakup
berbagai aspek teknis lainnya yang bersifat spesifik komoditas. Aspek-aspek teknis tersebut
akan diatur dalam pedoman teknis kawasan tanaman pangan yang menjabarkan lebih lanjut
pedoman ini.
b) Hortikultura
Kawasan hortikultura adalah sebaran usaha hortikultura yang disatukan oleh faktor alamiah,
sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama
sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha
hortikultura. Kawasan hortikultura Kementerian Pertanian RI13 Pedoman Pengembangan
Kawasan Pertanian dapat meliputi kawasan yang telah eksis maupun lokasi baru yang
memiliki potensi SDA yang sesuai dengan agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa
hamparan dan/atau spot partial (luasan terpisah) dalam satu kawasan yang terhubung
dengan aksesibilitas memadai. Kriteria khusus kawasan hortikultura mencakup berbagai
aspek teknis yang bersifat spesifik komoditas baik untuk tanaman buah, sayuran, tanaman
obat maupun tanaman hias. Aspek-aspek teknis tersebut akan diatur dalam pedoman teknis
kawasan hortikultura yang menjabarkan lebih lanjut pedoman ini.
c) Perkebunan
Kawasan perkebunan atau kawasan pengembangan perkebunan adalah wilayah
pembangunan perkebunan sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan dan usaha
agribisnis perkebunan yang berkelanjutan (sesuai UU No. 18/2004). Kawasan tersebut
disatukan oleh faktor alamiah, kegiatan ekonomi, sosial budaya dan berbagai infrastruktur
pertanian, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sehingga mencapai skala ekonomi
dan efektivitas manajemen usaha perkebunan. Kawasan perkebunan dapat berupa kawasan
yang telah ada maupun lokasi baru yang sesuai dengan persyaratan bagi masing-masing jenis
budidaya tanaman perkebunan, dan lokasinya disatukan oleh agroekosistem yang sama.

usaha perkebunan rakyat dan/atau sebagai usaha perkebunan besar dengan pendekatan
nan besar bermitra dengan usaha perkebunan rakyat secara
berkelanjutan, baik melalui pola perusahaan inti – plasma, perkebunan rakyat dengan
perusahaan mitra (kemitraan), kerjasama pengolahan hasil dan bentuk-bentuk kerjasama
annya dilaksanakan dalam bingkai prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, diantaranya: kelapa sawit menerapkan system ISPO
(Indonesian Sustainable Palm Oil), kakao menerapkan sustainable cocoadan prinsip-prinsip
berkelanjutan lainnya. Kriteria khusus kawasan perkebunan mencakup berbagai aspek teknis
yang bersifat spesifik komoditas baik untuk tanaman tahunan, tanaman semusim, serta
tanaman rempah dan penyegar. Aspek-aspek teknis tersebut akan diatur dalam pedoman
teknis kawasan perkebunan yang menjabarkan lebih lanjut pedoman ini.
d) Peternakan
Kawasan peternakan adalah kawasan existingatau lokasi baru yang memiliki SDA sesuai
agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa hamparan dan atau spot partial(luasan terpisah)
yang terhubung secara fungsional melalui aksesibilitas yang baik dalam satu kawasan,
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pengembangan ternak yang memadai. Kawasan
peternakan Kementerian Pertanian RI14 Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian harus
memiliki lahan padang penggembalaan dan atau hijauan makanan ternak, serta dapat
dikembangkan dengan pola integrasi ternak-perkebunan, ternak-tanaman pangan, ternak-
hortikultura. Batasan minimal populasi ternak pada suatu kawasan peternakan dan aspek-
aspek teknis lainnya akan diatur lebih lanjut dalam pedoman teknis kawasan peternakan
yang menjabarkan lebih lanjut pedoman ini.
1.2. KERANGKA DASAR
Action Plan merupakan bagian dari rancang bangun pengembangan kawasan pertanian yang
bersifat scientific atau teknokratik untuk mengarahkan pengembangan dan pembinaan kawasan
pertanian.
Rancang bangun pengembangan kawasan pertanian disusun berdasarkan analisis teknokratis dan
rencana kerja melalui telaah kebijakan serta analisis pemeringkatan, klasifikasi dan pemetaan
kawasan, serta analisis data dan informasi tabular dan spasial.
Secara garis beras rancang bangun pengembangan kawasan pertanian mencakup :
1. simulasi skenario arahan dan tujuan kebijakan dan program makro-regional yang bersifat
strategis atau yang bersifat sebagai master plan
2. Simulasi skenario sasaran program dan kegiatan mikro-lokasional yang bersifat taktis dan
operasional atau yang bersifat sebagai action plan. Action plan merupakan penjabaran
operasional dari master plan sebagai upaya untuk menyusun rencana yang lebih rinci dalam
kurun waktu tahun jamak [multiyears)
1.3. ALUR PENYUSUNAN RENCANA AKSI
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan action plan adalah pendekatan yang sejalan
dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004, yai tu pendekatan: politik; teknokratis;
keterpaduan top down policy-bottom up planning; dan partisipatif.
1. Pendekatan politik, mendudukkan visi misi Kepala Daerah terpilih sebagai input dalam
perencanaan pengembangan kawasan pertanian. Dengan demikian, tujuan dan sasaran
pembangunan nasional melalui penetapan kawasan komoditas pertanian harus dapat
diintegrasikan dan diharmonisasikan dengan visi-misi Kepala Daerah ke dalam kebijakan
dan strategi pengembangan kawasan pertanian.
2. Pendekatan teknokratik, mendudukkan Action Plan pengembangan kawasan
pertanian sebagai instrumen perencanaan scientific yang disusun dengan menggunakan
metode dan kerangka pikir ilmiah oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai penjabaran operasional
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPjMD) dan Rencana Strategis
SKPD di lingkup pertanian di kabupaten/kota.
3. Pendekatan keterpaduan top down policy -bottom up planning mendudukan forum
koordinasi Musrenbang dan forum koordinasi teknis lainnya yang dilaksanakan menurut
jenjang pemerintahan mulai di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten/kota sebagai
arena ntuk negosiasi dan konsensus penetapan tujuan dan sasaran pengembangan
kawasan pertanian di daerah.
4. Pendekatan partisipatif mendudukkan bahwa pemilihan dan penetepatan jenis dan
volume kegiatan disesuaikan dengan kebutuhan, permasalahan dan aspirasi petani
sebagai pelaku usaha serta pembiayaan dan pembinaan pengembangan kawasan
pertanian didorong untuk meningkatkan keswadayaan masyarakat.
Untuk menyusun action plan maka diperlukan tim kerja atau kelompok kerja yang di dalamnya
beranggotakan atau melibatkan para tenaga ahli sesuai pada bidang kepakarannya, baik
dibidang teknis, sosial dan ekonomi, sehingga hasilnya akan komprehensif. Model penyusunan
action plan adalah tidak baku, karena masing-masing komoditas unggulan bersifat unik dan
sspesifik, secara umum ruang lingkup untuk penyusunan action plan dapat disampaikan sebagai
berikut:
1. Dibuat di setiap kabupaten/kota lokasi kawasan komoditas unggulan pertanian yang idealnya
disusun oleh Tim Penyusun Rencana Aksi yang dikoordinir oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota
yang keanggotaannya melibatkan pemangku kepentingan yang ada di tingkat
kabupaten/kota.
2. Penyusunannya memperhatikan master plan komoditas unggulan di setiap provinsi dan
dokumen perencanaan jangka menengah daerah di bidang pertanian seperti RPJMD, Renstra
SKPD bidang pertanian dan SKPD penunjangnya dan idealnya didampingi oleh Tim Teknis
Provinsi agar sejalan dengan Master Plan yang telah dibuat.
Setelah mempelajari indikasi program dan kegiatan yang tertuang di dalam master plan dan
road map untuk dilaksanakan di suatu kabupaten, maka contoh langkah-langkah penyusunan rencana
aksi dengan menggunakan metode analisis pohon masalah (problem tree analysis) yang prores
penyusunannya dilakukan secara partisipatif adalah sebagai berikut:
1. Menentukan lokasi desa sentra untuk pengambilan data dan informasi yang dipilih secara
purposive sampling berdasarkan karakteristik yang mewakili tipologi agroekosistem dan
kondisi sosial ekonomi serta perbedaan tingkat perkembangan agribisnis. Output utama dari
tahap ini adalah kerangka sampling lokasi dan kelompok, semakin beragam kondisi desa-desa
sentra, maka jumlah sampling akan semakin banyak.
2. Melakukan pendekatan perencanaan partisipatif, seperti PRA dan FGD di tingkat desa yang
melibatkan kelompok tani dan pemangku kepentingan lainnya yang didahului dengan
penyusunan kuesioner semi terstruktur dan semi terbuka serta pembekalan kepada tim yang
akan melaksanakan PRA dan FGD. Output utama dari PRA dan FGD ini adalah pengenalan
karakteristik wilayah dan indikasi kegiatan pengungkit yang dihasilkan dari penyusunan
analisis pohon masalah, analisis kerangka kerja logis atau hasil analisis metode 1PA.
3. Menyusun laporan hasil pelaksanaan PRA di berbagai lokasi pelaksanaan serta melakukan
rekonfirmasi data dan informasi apabila terdapat kesimpulan yang masih perlu diperjelas.
4. FGD di tingkat kabupaten dengan melibatkan instansi lintas sektor untuk menganalisis laporan
hasil pelaksanaan PRA dan memetapkan kegiatan terpilih, indikator, Satker penanggung
jawab dan prakiraan rencana anggarannya yang akan dituangkan ke dalam matrik rencana
aksi.
5. Menyusun rencana aksi final dengan matrik-matrik dengan isi pokok :
1. Program dan sasaran kegiatan,
2. Jenis dan volume kegiatan,
3. Lokasi kegiatan di kecamatan dan desa,
4. Jadwal pelaksanaan kegiatan,
5. Satuan kerja pelaksana kegiatan,
6. Rencana kebutuhan dan sumber pendanaan,
7. Indikator ouput dan outcome.
Bagan Alur Tahapan Penyusunan Rencana Aksi /Action Plan

Pendekatan
politik
VISI MISI KEPALA DAERAH
TERPILIH

Pendekatan teknokratik
 RPJMD
 RENSTRA PROVINSI
 RENSTRA KABUPATEN
 MASTER PLAN

PENENTUAN PENENTUAN PENENTUAN LOKASI PELAKSANAAN FGD /PRA


KOMODITAS PROGRAM/KEGIATAN DAN PEMBIAYAAN DI TINGKAT DESA
TIM PENYUSUN ACTION PLAN UNGGULAN

PENGESAHAN
PENYUSUNAN MATRIKS PELAKSANAAN FGD
DOKUMEN ACTION PENYUSUNAN LAPORAN PRA
RENCANA AKSI FINAL DI TINGKAT KABUPATEN
PLAN
PELAKSANAAN FGD
Pendekatan
keterpaduan
Hasil musrembang dan Forum
Teknis Lainnya MONITORING DAN
PELAKSANAAN
EVALUASI

Pendekatan
Partisipatif
Usulan masyarakt (kelompok
tani, paguyuban dll)
BAB II
MATRIKS PROGRAM RENCANA AKSI

2.1.Sasaran Program dan Kegiatan


Indikasi program dan kegiatan yang telah ditetapkan di dalam master plan secara
umum masih bersifat generik dan indikatif, seperti: pengembangan usaha
perbenihan/perbibitan, peningkatan produktivitas budidaya, pengembangan pasca
panen dan pengolahan hasil atau kerja sama pemasaran. Kegiatan yang masih bersifat
generik dan indikatif ini harus dirinci ke dalam sub kegiatan atau komponen kegiatan
yang lebih unik dan spesifik sesuai permasalahan, kebutuhan dan aspirasi aktual
masyarakat petani di lapangan.
Untuk memilih sub kegiatan atau komponen kegiatan yang akan dituangkan ke
dalam rencana aksi harus dilakukan suatu survey atau obsevasi dengan menggunakan
prinsip pendekatan perencanaan partisipatif seperti Parcipatory Rural Appraisal (PRA).
Pemilihan desa sebagai lokasi PRA dilakukan dengan metode purposive sampling yang
mewakili tipologi agroekosistem dan tingkat perkembangan agribisnis di masing-masing
wilayah. Di dalam proses PRA dilakukan proses Focus Group Discussion (FGD) yang
melibatkan semua unsur pelaku utama yang terlibat dalam aktivitas aktual di dalam
kawasan.
Proses FGD dilakukan dengan melibatkan fasilitator yang benar-benar memahami
rangkaian aktivitas di kawasan serta didukung dengan metode yang bersifat praktis dan
sederhana, sehingga mudah diterapkan, seperti metode Importance Performance
Analysis (IPA). Metode lain yang dapat dipakai adalah berbagai metode analisis
pemecahan masalah, seperti Problem Tree Analysis atau Fishbone Analysis yang
dilanjutkan dengan Logical Framework Analysis.Apabila menggunakan metode I PA,
seyogyanya kuesioner yang digunakan dalam pelaksanaannya adalah dalam bentuk semi
terstruktur dan bentuk pertanyaan yang semi terbuka agar dapat dilakukan penggalian
data dan informasi yang lebih mendalam dan obyektif. Dengan menggunakan metode
1PA ini akan diperoleh: (1) persepsi petani terhadap kebutuhan prioritas jenis kegiatan,
misalnya untuk meningkatkan produktivitas akan dapat digambarkan secara jelas dan
lebih mudah dalam bentuk quadrant analysis, dan (2) hasil analisis akan lebih mudah
dijadikan usulan untuk meperbaiki kinerja program atau kegiatan. Rumusan sub kegiatan
atau komponen kegiatan yang dihasilkan dari metode 1PA selanjutnya dibuat volume
sasaran dan anggaran tahunannya untuk selama 5 tahun serta rumusan indikator ouput
dan outcome keberhasilan pelaksanaannya serta lokasi kegiatan, satuan kerja
penanggung jawab pelaksanaannya dan tahun rencana pelaksanaannya lebih mudah
dalam bentuk quadrant analysis, dan (2) hasil analisis akan lebih mudah dijadikan usulan
untuk meperbaiki kinerja program atau kegiatan. Rumusan sub kegiatan atau komponen
kegiatan yang dihasilkan dari metode 1PA selanjutnya dibuat volume sasaran dan
anggaran tahunannya untuk selama 5 tahun serta rumusan indikator ouput dan outcome
keberhasilan pelaksanaannya serta lokasi kegiatan, satuan kerja penanggung jawab
pelaksanaannya dan tahun rencana pelaksanaannya
2.2.Rencana Pelaksanaan Kegiatan
a. Lokasi (Kecamatan/ Desa)
Berkenaan dengan peran anggaran pemerintah dan pemerintah daerah jumlahnya
sangat terbatas dalam mendukung percepatan pengembangan kawasan pertanian,
maka pemilihan lokasi kegiatan (sekurang-kurangnya berada di desa) harus dilakukan
dengan pertimbangan rasional untuk menciptakan berbagai keterpaduan, seperti: [a]
keterpaduan komoditas dan jenis usaha (misal crop livestock system atau multiple
cropping), (b) keterpaduan kegiatan lintas sektor atau sub sektor (misal pertanian-
jalan-irigasi-industri-koperasi), dan (c) keterpaduan sumber pembiayaan (APBN-APBD,
Provinsi-APBD, Kabupaten/Kota-swadaya masyarakat).
Di samping itu, pemilihan lokasi (desa) juga ditentukan dengan pertimbangan: (1)
pemilihan lokasi yang paling responsif terhadap penambahan input dan penerapan
teknologi (misal lokasi yang masih rendah produktivitasnya berdasarkan analisis
kesenjangan/c/ap), (2) kesinambungan dengan program dan kegiatan yang pernah
dialokasikan sebelumnya yang masih membutuhkan pengutuhan atau penguatan
kapasitas, dan (3) jaminan keberhasilan, karena didukung dengan keberadaan aparatur
kelembagaan pembinaan yang dapat menjadi pendamping teknis.
Rencana lokasi harus didasarkan pada hasil analisis situasi wilayah, analisis tata ruang
dan analisis permasalahan yang telah dilakukan dalam penyusunan Master Plan.
Rencana lokasi sudah harus spesifik mengarah pada kecamatan atau bahkan desa.
Dengan demikian penetapan rencana lokasi akan merujuk pada sasaran penerima
manfaat (target beneficiaries) yang akan dijadikan lokasi pengembangan, sehingga
proses penetapan calon petani dan calon lokasi (CP/CL) dalam pelaksanaan kegiatan
yang selama ini menjadi salah satu faktor keterlambatan pelaksanaan kegiatan akan
dapat diminimalkan.
b. Waktu

c. Satker Pelaksana
Berkenaan dengan peran anggaran pemerintah dan pemerintah daerah jumlahnya
sangat terbatas dalam mendukung percepatan pengembangan kawasan pertanian,
maka di dalam lokasi potensial yang sama (misal desa) seringkali terdapat kelompok
calon penerima manfaat (kelompok tani) yang menginginkan dan layak memperoleh
fasilitasi dari pemerintah. Dengan kondisi tersebut, untuk fasilitasi kegiatan yang
berbentuk fasilitasi langsung, baik natura atau tranfer tunai, maka pemilihan calon
kelompok sekurang-kurangnya harus dilandasi oleh beberapa aspek, yaitu: (a)
perubahan sikap dan prilaku, (b) peningkatan keterampilan, (c) peningkatan
produktivitas, dan (d) keberlanjutan program/kegiatan.
Kelompok yang dipilih harus kelompok yang dinilai mau belajar dan siap bekerja sama
dengan kelompok lain, sehingga diyakini akan berubah sikap prilakunya dalam
menerapkan teknologi dan manajemen, meningkat keterampilannya dan pada akhirnya
meningkat produktivitas usahanya serta tetap menjaga keberlangsungan usaha
produktifnya secara swadaya setelah fasilitasi pemerintah telah berakhir. Kelompok
yang berhasil diharapkan nantinya bisa menjadi cikal bakal champion yang berperan
sebagai perekat jaringan kelembagaan usaha produksi di pedesaan.
Satuan kerja pelaksana ditetapkan menurut tugas pokok dan fungsi masing- masing
sesuai jenis kegiatan yang akan dituangkan ke dalam rencana aksi. Sebagaimana
dijelaskan di depan, maka instansi lintas sektor di kabupaten/kota harus dilibatkan
dalam proses penyusunan rencana aksi ini, sehingga perlu dilakukan analisis peran
terhadap para pemangku kepentingan. Rencana Satuan Kerja yang diharapkan berfungsi
sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan maupun yang diharapkan berperan
sebagai instansi penunjang yang mendukung pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan
tugas pokok dan fungsi masing-masing. Namun berkenaan dengan kegiatan penunjang
yang dibutuhkan harus dijamin keberadaannya, maka Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) dan satuan kerja yang diharapkan berperan harus terlibat secara dini
dalam proses penyusunan Action Plan
d. Rencana Pembiayaan
Rencana aksi adalah acuan bersama para pemangku kepentingan milik yang
"bertanggung jawab" dalam mendukung keberhasilan kawasan pertanian, sehingga
anggaran yang disusun harus memasukkan aspek keswadayaan masyarakat petani
memperhitungkan kemampuan anggaran pemerintah, baik APBN dan APBD sesuai
kewenangan dan urusannya masing-masing. Hal penting yang harus dipahami adalah
bahwa penyusunan skenario anggaran seyogyanya menggunakan skenario moderat yang
mempertimbangkan kemampuan anggaran pemerintah.
Prinsip Rencana pembiayaan kegiatan yang akan difasilitasi dengan anggaran
pemerintah disusun secara jangka menengah 5 tahunan yang dirinci menurut sumber
pembiayaan, yaitu APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota. Aspek mendasar
yang harus diperhatikan adalah disiplin tata pemerintahan, sehingga pembiayaan
kegiatan harus benar-benar dapat disusun dengan mempertimbangkan peta
kewenangan/urusan masing-masing jenjang pemerintahan serta disiplin azas
pembiayaan Konsentrasi, Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Desentralisasi
(DAU/DAK).
Berkenaan dengan keterbatasan sumber daya anggaran pemerintah yang dimiliki, maka
penyusunan rencana pembiayaan kegiatan dilakukan secara terarah (fokus) dan terpilih
sesuai skala prioritas (selektif]. Dengan demikian, rencana pembiayaan kegiatan yang
akan dilkakukan difokuskan pada faktor kritis yang dapat mendorong percepatan
pengembangan (leveraging factor) dan diprioritaskan pada aspek peran pemerintah
sebagai akselelator, dinamisator dan fasilitator pembangunan, yaitu : (1) penyediaan
sarana dan prasarana yang tidak mampu dibangun oleh masyarakat dan tidak tidak
diminati oleh swasta, (2) upaya mengatasi kegagalan pemasaran produk yang
dihasilkan petani (market failure), dan (3) meningkatkan kapasitas sumberdaya
manusia petani dan mendorong berfungsinya kelembagaan pembinaan pemerintah
(capacity building). Dengan kata lain, penyusunan anggaran dalam rencana aksi harus
dirancang secara rasional, sehingga pemilihan volume kegiatan di masing-masing lokasi
harus dilakukan secara seselektif mungkin untuk membiayai kegiatan-kegiatan
pengungkit yang telah dianalisis berfungsi sebagai faktor penentu keberhasilan
pengembangan kawasan pertanian.
2.3. Indikator Out Put dan Out Come
Indikator program dan kegiatan dari rencana aksi yang dutuangkan ke dalam matriks
rencana aksi adalah indikator output kegiatan yang penyusunannya memenuhi kriteria
indikator yang SMART. Di samping itu indikator output yang ditetapkan adalah
indikator yang langsung mendukung pencapaian sasaran strategis (outcome) yang telah
ditetapkan road map di dalam master plan di tingkat provinsi.
Akan terdapat banyak output dari kegiatan-kegiatan yang saling mendukung
pencapaian outcome, maka yang indikator output yang dituangkan ke dalam matrik
rencana aksi adalah output terpenting. Pencapaian indikator didukung dengan asumsi-
asumsi penting yang menentukan tercapainya sasaran kegiatan. Asumsi terpenting
tersebut adalah pada pengaruh faktor luar yang tidak bisa dikontrol atau diantisipasi
sebelumnya. Sebaikanya asumsi-asumsi penting tersebut dimasukkan sebagai suatu
analisis resiko.
Sejalan dengan prinsip tata kelola dalam perencanaan program dan penganggaran yang
berbasis kinerja, maka masing-masing kegiatan dan komponen/detail kegiatan yang
tertuang dalam Matrik Program Rencana Aksi ditetapkan indikator output. Berdasarkan
analisis perencanaan pengembangan komoditas unggulan dan kawasan pertanian yang
tertuang dalam Master Plan, maka yang dimaksud dengan indicator output dalam
Matrik Program Rencana Aksi ini adalah merupakan indicator hasil-hasil kerja dari
komponen/detail kegiatan.
Hasil kelima analisis di atas selanjutnya dituangkan ke dalam matrik rencana aksi.
Jumlah matrik ini akan menjadi banyak, karena masing-masing jenis kegiatan dalam
satu program diformulasikan ke dalam satu matrik.
BAB III
MANAJEMEN PENGEMBANGAN KAWASAN

3.1.Implementasi/Operasionalisasi
Dalam Dokumen Action Plan Kawasan Padi ini, arah pengembangan yang diharapkan adalah
adanya suatu konsep pengembangan kawasan padi yang mengacu pada konsep
Pemberdayaan Petani ; Meningkatkan agrobisnis komoditi unggulan;Pengembangan pusat-
pusat pertumbuhan agrobisnis dan industri pertanian; Meningkatkan pembangunan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana umum yang bersifat strategis
Implementasi /Operasionalisasi mencakup :
Merumuskan strategi pengembangan kawasan
1. Pembagian zoning kawasan berdasarkan potensi dominan yang dimiliki oleh
masing-masing kawasan.
2. Menjabarkan secara sistematis mengenai hubungan antar zoning dalam
mendukung fungsi wilayah sebagai kawasan agropolitan;
3. Penentuan pola dan struktur ruang kawasan;
4. Penentuan strategi pengembangan dan pemenuhan kebutuhan prasarana
terutama untuk mendukung fungsi wilayah sebagai kawasan Padi;
5. Penentuan srategi penatagunaan tanah, air dan udara yang mencakup unsur
penguasaan lahan, perencanaan–pemanfaatanpengendalian rencana tata ruang;
6. Strategi penanganan permasalahan lingkungan

Merumuskan rencana tata ruang kawasan agropolitan


1. Memetakan sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk
mengembangkan komoditi pertanian yang dapat dipasarkan (komoditi unggulan
atau potensial) atau telah berkembang diversifikasi usaha komoditi unggulannya;
2. Rencana penyediaan sarana dan prasarana agrobisnis yang memadai untuk
mendukung perkembangan sistem dan usaha agrobisnis;
3. Memformulasikan rencana kelestarian lingkungan hidup, baik sumberdaya alam,
sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa supaya lebih
terjamin;
4. Rencana pemanfaatan lahan;
5. Rencana pengembangan utilitas dalam kawasan agropolitan;
6. Perangkat administratif pengendalian program dan rencana, berupa perangkat
administratif unuk mengendalikan pelaksanaan rencana yang bersifat
mengantisipasi terjadinya perubahan pada tahap pelaksanaan, karena berbagai
hal tetapi masih dapat memenuhi persyaratan daya dukung dan daya tampung
lahan, kapasitas prasarana lingkungan, dan masih sejalan dengan rencana dan
program penataan kawasan. Perangkat tersebut misalnya penerapan insentif
dan disinsentif, pengalihan hak membangun dalam batas tertentu dsb;

3.2.Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan


Monitoring dan Evaluasi dilakukan oleh tim Penyusun Action Plan, Tim Teknis dan Dinas
Pertanian untuk mendapatkan gambaran progress pelaksanaan serta kendala yang dihadapi,
pengendalian pelaksanaan setiap kegiatan dilaksanakan secara periodik kemudian
dilaporkan kepada Bupati
BAB. IV
PENUTUP
Tahapan dan proses penyusunan action plan ini membutuhkan rencana kerja yang terukur dan
tim penyusun yang melibatkan para pemangku kepentingan mulai dari pengambil kebijakan di tingkat
kabupaten/kota hingga aparatur teknis di lapangan. Di samping itu, keterlibatan petani sebagai pelaku
utama pengembangan kawasan pertanian melalui pendekatan partisipatif akan sangat dibutuhkan untuk
menetapkan rencana kegiatan yang paling sesuai dengan permasalahan, aspirasi dan kebutuhan pelaku
usaha di lapangan.
Rancangan matrik action plan harus dilakukan proses pendalaman dan kaji ulang yang
mendalam dalam proses penyusunannya serta harus dilakukan negoisasi dan konsensus dengan instansi
lintas sektor di daerah untuk mendapatkan dukungan regulasi serta anggaran yang dibutuhkan untuk
mendukung pengembangan kawasan pertanian.
Akhirnya action plan perlu ditetapkan oleh Kepala Daerah atau Peraturan Daerah untuk
menjadikan dokumen perencanaan pengembangan kawasan pertanian mendapat dukungan kebijakan
yang dapat membangkitkan peluang dan potensi pembangunan pertanian sebagai motor penggerak
pembangunan ekonomi di wilayah yang berskala regional
MATRIK TAHUNAN KEGIATAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN PADI
Tahun : 2017

Rencana pembiayaan (000.000)


Satker
No Jenis kegiatan Volume/ Sasaran Lokasi/kec/desa Indikator outcome APBD
pelaksana APBN APBD kab/kota
PROV

HULU
1. Penyediaan alsin pengolahan beras 5 pkt 1. Kecamatan Waelata – Desa 1. Peningkatan Kapasitas dan Dinas 3.000 300. 100.
kwalitas premium unit usaha Parbulu dan Waelo kompetensi Unit Usaha Pertanian
pengolahan beras 2. Kecamatan Lolong Guba Desa Pengolahan Beras Kabupaten
Waegeren Buru
3. Kecamatan Waeapo – Desa 2. Tersedianya Beras Bupolo
Waenetat dan Waekasar kwalitas Premium

Penyediaan sarana prasarana unit desa 6 pkt 1. Kecamatan Waelata – Desa 1. Peningkatan Kapasitas dan Dinas 1.800 200 100
2. mandiri benih 6 Unit Desa Mandiri Parbulu kompetensi Unit Usaha Pertanian
Benih 2. Kecamatan Lolong Guba Desa Perbenihan Kabupaten
Wanakarta Buru
3. Kecamatan Waeapo – Desa 2. Tersedianya Benih Unggul
Savana Jaya, Waekerta, berkualitas
Waekasar, Waenetat.
3. Penangkaran Benih sumber dan Benih 60 ha 1. Kecamatan Waelata – Desa, 1. Terpenuhinya stok benih Dinas 360.
Sebar 55 orang petani Debowae, Parbulu,Waelo, unggul bermutu pada setiap Pertanian
penangkar benih Waetina, Waeleman musim tanam Kabupaten
1 Unit Balai Benih 2. Kecamatan Lolong Guba Desa 2. Tersediany benih sumber di Buru
tanaman pangan Wanakarta, Waegeren, Balai Benih Tanaman
Grandeng Pangan
3. Kecamatan Waeapo – Desa 3. Optimalisasi penggunaan
Savana Jaya, Waekerta, benih unggul
Waetele, Waekasar, 4. Optimalisasi fungsi Balai
Waenetat. Wanareja Benih
Perluasan dan Perlindungan Lahan 1000 ha Kecamatan Waeapo, Terbuka dan tertananya Dinas 30.000
4. Pertanian Petani Padi Sawah Lolonguba dan Waelata lahan sawah baru Pertanian 300. 100
Kab.Buru
Rencana pembiayaan (000.000)
Satker
No Jenis kegiatan Volume/ Sasaran Lokasi/kec/desa Indikator outcome APBD
pelaksana APBN APBD kab/kota
PROV
Penyediaan sarana prasarana Unit 12 paket 1. Kecamatan Waelata – Desa, 1. Tersedianya Pupuk Organik Dinas 2.400 100 100
5. Pengolahan Pupuk Organik 12 Unit Rumah Debowae, Parbulu,Waelo, dan Pestisida Botani pada Pertanian
Produksi Pupuk Waetina, Waeleman setiap Desa Kab.Buru
Organik 2. Kecamatan Lolong Guba Desa 2. Terlaksananya Gerakan
Wanakarta, Waegeren, Pertanian Organik di sentra
Grandeng produksi padi
3. Kecamatan Waeapo – Desa 3. Berfungsinya Rumah
Savana Jaya, Waekerta, Produksi Pupuk Organik
Waetele, Waekasar, yang telah dibangun
Waenetat. Wanareja Pemerintah Daerah

6. Penyediaan sarana prasarana Tim 4 pkt Home Base Barigade Proteksi 1. Peningkatan sarana dan Dinas 160 200 100
pengendali hama penyakit/ Barigade Barigade Proteksi Kecamatan Waeapo prasarana Barigade Proteksi Pertanian
Proteksi 2. Efektifitas gerakan Kab.Buru
pengendalian OPT
3. Menurunya tingkat serangan
hama penyakit

7. Penyediaan perlengkapan rice trans 100.000 box Kecamatan Waeapo, Waelata 1. Optimalisasi pemanfaatan Dinas 5.000 5.000 1.000
planter (box persemaian) 8.500 ha lahan dan lolong Guba alat dan mesin tanam yang Pertanian
di miliki petani atau Kab.Buru
barigade alsintan
2. Menjawab masalah tidak
maksimalnya penafaatan
rice trans planter karena
terbatasnya box
persemaian

8. Penyediaan traktor roda 2 200 unit Kecamatan Waeapo, Waelata Terlaksananya Pengolahan Dinas 10.000 200. 100
60 kelompok tani dan lolong Guba tanah dan Penanaman Pertanian
serempak Kab.Buru

Penyediaan traktor roda 4 20 unit Kecamatan Waeapo, Waelata Terlaksananya Pengolahan Dinas 15.000 200. 100
9 150 kelompok tani dan lolong Guba tanah dan Penanaman Pertanian
serempak Kab.Buru

Pembangunan/ Rehabilitasi jalan Usaha 100 km Kecamatan Waeapo, Waelata Lancarnay akses petani Dinas 20.000
10. Tani Lahan Usaha Tani lolong Guba, Fena Leisela, dalam memobilisasi saprodi Pertanian
Padi Sawah Lililali dan hasil dari dan ke lahan Kab.Buru
usaha tani
Rencana pembiayaan (000.000)
Satker
No Jenis kegiatan Volume/ Sasaran Lokasi/kec/desa Indikator outcome APBD
pelaksana APBN APBD kab/kota
PROV
Pembangunan/perbaikan Jaringan Irigasi 60 ha Kecamatan Waeapo, Waelata 1. Tersedianya air pada lahan Dinas 6.000
11. Lahan Padi Sawah dan lolong Guba dalam jumlah yang cukup dan Pertanian
tepat waktu Kab.Buru
2. Peningkatan IP dan Ketepatan
waktu pengolahan tanah dan
tanam

PRODUKSI
12. Gerakan Usaha Tani Padi Organik 1 keg Kecamatan Waeapo, Waelata 1. Peningkatan bahan organik Dinas 3.000 250 100
2.000 Lahan usaha dan lolong Guba tanah Pertanian
tani padi sawah 2. Menjawab masalah rendahnya Kab.Buru
bahan organik lahan sawah di
dataran Waeapo
13. Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia 1 keg Kecamatan Waeapo, Waelata Peningkatan Produktivitas Dinas 10.000 200 150
mendukung peningkatan produksi dan 2000 Lahan usaha dan lolong Guba Tanaman Padi Pertanian
mutu tani padi sawah Kab.Buru
beras – beras premium

14. Demplot (Demplot, Dem farm, Dem 400 ha Kecamatan Waeapo, Waelata 1. Dihasilkannya teknologi Dinas 4.000 500 50
Area) Penerapatan Teknologi Standar 100 orang penyuluh lolong Guba, Fena Leisela, standar spesifik lokalita Pertanian
Spesifik Lokalita Lililali Kab.Buru
2. Peningkatan kapasitas dann
kompetensi penyuluh, petani
dan poktan

HILIR
Pembentukan Industri Perberasan Skala 4 unit Kecamatan Waeapo, Waelata 1. Dihasilkannya beras premiium Dinas 10.000 150 100
15. Desa Unit unit dan lolong Guba BUPOLO Pertanian
pengolahan beras di 2. Peningkatan Mutu dan Nilai Kab.Buru
tingkat Desa Tambah Beras BUPOLO
3. Peningkatan Pendapatan
Petani
4. Terarahnya sistim pengolahan
beras

PENUNJANG
Rencana pembiayaan (000.000)
Satker
No Jenis kegiatan Volume/ Sasaran Lokasi/kec/desa Indikator outcome APBD
pelaksana APBN APBD kab/kota
PROV
Pembentukan Lembaga Asosiasi Petani 1 lembaga Kecamatan Waeapo, Waelata 1. Sinergitas visi, misi dan Dinas
16. Padi Bupolo Petani padi lolong Guba, Fena Leisela, Liliali strategi kebijakan Perberasan Pertanian 250
2. Kuatnya Implemetasi Kab.Buru
kebijakan perberasan

JUMLAH KEBUTUHAN ANGGARAN 110.970 11.072 5.536


MATRIK REKAPITULASI RENCANA PEMBIAYAAN KAWASAN PADI SELAMA 5 TAHUN

Total kebutuhan anggaran tahun I s/d tahun V (000.000)


Total sasaran
No Program APBN APBD Prof APBD Kab.
program
I II III IV V I II III IV V I II III IV V

HULU

1. Penyediaan alsin pengolahan beras kwalitas premium 20 pkt


3.000 2.400 2.400 2.400 1.800 300 240 240 240 180 150 120 120 120 90

2. Penyediaan sarana prasarana unit desa mandiri benih 18 Pkt


1.800 900 1.200 900 600 180 90 120 90 60 90 45 60 45 30

3. Penangkaran Benih sumber dan Benih Sebar 300 ha


360 360 360 360 360 36 36 36 36 36 18 18 18 18 18

4. Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian 1.000 ha


30.000 0 0 0 0 3.000 - - - - 1.500 - - - -

5. Penyediaan sarana prasarana Unit Pengolahan Pupuk Organik 18 pkt


2.400 400 400 400 200 240 40 40 40 20 120 20 20 20 10
Penyediaan sarana prasarana Tim pengendali hama penyakit/
6. 20 pkt
Barigade Proteksi 160 160 160 160 160 16 16 16 16 16 8 8 8 8 8

7. Penyediaan perlengkapan rice trans planter (box persemaian) 500.000 box


5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 500 500 500 500 500 250 250 250 250 250

8. Penyediaan traktor roda 2 1.000 unit


10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 500 500 500 500 500

9. Penyediaan traktor roda 4 100 unit


7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 700 700 700 700 700 350 350 350 350 350

10. Pembangunan/ Rehabilitasi jalan Usaha Tani 500 km


20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

11. Pembangunan/perbaikan Jaringan Irigasi 3.000 ha


6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 600 600 600 600 600 300 300 300 300 300

PRODUKSI

1. Gerakan Usaha Tani Padi Organik 10.000 ha


7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 700 700 700 700 700 350 350 350 350 350

Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia mendukung peningkatan


2. produksi dan mutu 10.000 ha 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 500 500 500 500 500
beras – beras premium
Total kebutuhan anggaran tahun I s/d tahun V (000.000)
Total sasaran
No Program APBN APBD Prof APBD Kab.
program
I II III IV V I II III IV V I II III IV V
Demplot (Demplot, Dem farm, Dem Area) Penerapatan Teknologi
3. 2.000 ha 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 400 400 400 400 400 200 200 200 200 200
Standar Spesifik Lokalita

HILIR

1. Pembentukan Industri Perberasan Skala Desa 20 unit 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 400 400 400 400 400 200 200 200 200 200

PENUNJANG

1. Pembentukan Lembaga Asosiasi Petani Padi Bupolo 1 lembaga 250

TOTAL 110.970 77.220 77.520 77.220 76.120 11.072 7.722 7.752 7.722 7.612 5.536 3.861 4.126 3.861 3.806

Das könnte Ihnen auch gefallen