Sie sind auf Seite 1von 21

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. N

Umur : 22 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia

Pekerjaan : Mahasiswi

Alamat : Enrekang

Tanggal Pemeriksaan : 02 Juli 2018

Nomor RM : 121695

II. ANAMNESIS

A. Keluhan Utama :

Terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyarakat

Makassar dengan keluhan terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas

dialami ± 2 minggu sebelum datang ke rumah sakit. Sebelumnya benjolan

kecil menyerupai jerawat dan terasa mengganjal, benjolan semakin hari

1
mulai membesar dan terasa nyeri. Keluhan lain air mata berlebih dan

terasa sedikit gatal.

Keluhan pertamakalinya dialami pasien dan sudah pernah berobat atas

keluhan tersebut.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat keluhan yang sama (-). Riwayat hipertensi disangkal, riwayat

diabetes mellitus disangkal.

D. Riwayat Keluhan Yang Sama Dalam Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa.

E. Riwayat trauma :

Riwayat trauma, kontak dengan benda asing, dan bahan kimia pada

mata disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK (Status Generalis)

- Keadaan umum : Sakit ringan

- Kesadaran : Compos Mentis

- Tanda Vital :

o Tekanan darah : 120/80 mmHg

o Nadi : 82 x/menit

o Suhu : 36,2º C

2
o Frekuansi pernafasan : 20 x/menit

- Kepala : Normocephal

- Telinga, Hidung, Tenggorok : Dalam batas normal

- Gigi gegili : Dalam batas normal

- Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

- Thoraks dan abdomen : Dalam batas normal

- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

A. Inspeksi

Pemeriksaan OD OS

Palpebra

Sekret (-), edemaa (+), Sekret (-),edema (-), massa

Massa tumor (+) tumor (-), hiperemis (-)

berdiameter 0,2 cm,

hiperemis (+)

3
Apparatus lakrimalis Hiperlakrimasi (-) Hiperlakrimasi (+)

Silia Normal Normal

Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Bola Mata Normal Normal

Mekanisme

muscular

Kornea Jernih Jernih

Bilik mata depan Kesan normal Kesan normal

Iris Coklat Coklat

Pupil Bulat, diameter 0,3 cm Bulat, diameter 0,3 cm

Lensa Jernih Jernih

B. Palpasi

Pemeriksaan OD OS

Tekanan Okular T (N) T (N)

Nyeri tekan (+) (-)

Massa Tumor (+) (-)

Glandula pre-aurikular Pembesaran (-) Pembesaran (-)

C. Tonometri

Tidak dilakukan pemeriksaan

4
D. Visus

VOD : 20/20

VOS : 20/20

E. Penyinaran Oblik

Pemeriksaan OD OS

Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Kornea Jernih Jernih

BMD Normal Normal

Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)

Pupil Bulat, isokor, RC (+) Bulat, isokor, RC (+)

Lensa Jernih Jernih

F. Funduscopi

Tidak dilakukan pemeriksaan

5
V. RESUME

Pasien datang ke RS Ibnu Sina dengan keluhan terdapat benjolan pada kel

Pasien datang ke poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar

dengan keluhan terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas dialami ± 2

minggu sebelum datang ke rumah sakit. Sebelumnya benjolan kecil

menyerupai jerawat dan terasa mengganjal, benjolan semakin hari mulai

membesar dan terasa nyeri. Keluhan lain air mata berlebih dan terasa sedikit

gatal.

Keluhan pertamakalinya dialami pasien dan sudah pernah berobat atas

keluhan tersebut.

Pada inspeksi kelopak mata kiri bawah ditemukan, massa tumor

berdiameter 0,2 cm, hiperemis.

Pada palpasi kelopak mata kanan atas teraba massa tumor, konsistensi

padat, dan nyeri tekan.

VI. DIAGNOSA KERJA

Hordeolum Eksterna Oculi Dextra

VII. DIAGNOSA BANDING

Calazion, blefaritis, dan CA glandula sebacea

VIII. PENATALAKASANAAN

A. Edukatif

- Cuci tangan rutin dan tidak mengkucek mata yang sakit.

- Kompres hangat.

6
B. Farmakoterapi

- Asam Mefenamat tablet 500 mg/8 jam/oral

- Amoxicilin 500 mg/8 jam/oral (selama 5 hari)

- Cendolyters tetes mata/8 jam/gtt OS

IX. PROGNOSIS

Dubia

X. PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan

oftalmologi. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan dalam mendiagnosis

hordeolum.(5)

Dari anamnesis informasi berupa adanya benjolan pada kelopak mata

kanan atas. Sebelumnya benjolan kecil menyerupai jerawat dan terasa

mengganjal,, benjolan semakin hari mulai membesar dan terasa nyeri.

Keluhan lain air mata berlebih dan terasa sedikit gatal. Informasi ini sesuai

dengan kepustakaan yang menyatakan keluhan utama pada hordeolum yaitu

nyeri, bengkak, dan merah. Intensitas nyeri menandakan hebatnya

pembengkakan palpebra. Gejala dan tanda yang lain pada hordeolum yaitu:

eritema, terasa panas dan tidak nyaman, sakit bila ditekan serta ada rasa yang

mengganjal.(1,6)

Hasil pemeriksaan didapatkan tanda peradangan berupa edema, hiperemis

dan nyeri tekan. Gejala ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan

peradangan umumnya disebabkan infeksi bakteri staphylococcus aureus pada

kelenjar Zeis dan Moll.(1,3,5)

7
Pemilihan terapi didasarkan penyebab dan gejala yang dialami pasien.

Pada pasien ini diberikan antibiotik sitemik yaitu amoxicillin sesuai yang

dinyatakan pada kepustakaan, secara umum hordeolum disebabkan oleh

infeksi bakteri stapyilococcus aureus, merupakan bakteri gram positif.

Amoxicilin salahsatu antibiotik golongan beta laktam berspektrum sedang

yang sensitif terhadap bakteri gram postif dan gram negatif.(3,5)

Terapi lain untuk mengatasi gejala diberikan NSAID Asam mefenamat

untuk mengatasi gejala peradangan berupa nyeri dan edema..Artificial tear

cendolyters untuk mengatasi mata kering. Bila tersedia boleh diberikan tetes

mata antibiotik.

Tindakan opertif belum dilakukan sesuai kepustakaan menyatakan

tindakan operatif dilakukan apabila tatalaksana farmakoterapi tidak efektif

atau keluhan yang dialami berulang.(5)

Sebagai langkah pencegahan, dianjurkan untuk menghindari terlalu

banyak menyentuh daerah yang sakit, mencuci tangan rutin dan menjaga

kebersihan daerah mata.(4,5)

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata

melindungi kornea dan berfungsi dalam pendistribusian dan eliminasi air mata.

Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh

permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.(1)

Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang

jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun masalah struktur seperti

hordeolum, ektropion, entropion dan blepharoptosis. Kebanyakan dari kelainan

kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.(1,2)

Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak

mata. Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi

kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri.

Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar

kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll. Bila

kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila

kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. (2,4)

Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi

pada semua umur, terutama orang-orang dengan kesehatan yang kurang baik.

Mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis

menahun. (3)

9
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri Streptococcus dan

Staphylococcus, terutama Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan

inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Hordeolum externum timbul dari blokade

dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi

pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-

kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.(1,2)

Gejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah. Intensitas

nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala dan tanda yang lain

pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak nyaman, sakit bila ditekan

serta ada rasa yang mengganjal. (2,3)

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan klinis yang mucul

pada pasien dan pemeriksaan mata yang sederhana. Pemeriksaan penunjang tidak

diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.(5)

Penatalaksanaan yang dilakukan pada hordeolum yaitu pada stadium infiltrate

dilakukan kompres hangat, diberikan salep mata antibiotika (seperti: polimiksin,

kloramfenikol, dan gentamisisn), diberikan oral antibiotika (seperti: amoksisilin,

cephalosporin, dan eritromisin), dan analgetika (seperti asam mefenamat,

paracetamol). Stadium supuratif dilakukan insisi jika sudah ada fluktuasi atau

sudah 2 minggu tidak membaik. (6)

Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan atau ditusuk karena infeksi

dapat menyebar ke jaringan sekitar.(5)

10
II. ANATOMI PALPEBRA

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat

menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea

dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata,

palpebra inferior menyatu dengan pipi. (2,7)

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam

terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan

fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). Kulit pada

palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis,

dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. Muskulus orbikularis okuli

berfungsi untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra

secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat

berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal

sebagai bagian pratarsal, bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.

Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh

nervus facialis.(1,2)

Jaringan Areolar terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan

degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. Tarsus merupakan struktur

penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut

tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata

dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak

bawah).(2)

11
Konjungtiva palpebra, bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran

mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra

dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan

posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.

Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam

folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar

keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior

berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil

dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). (1,2)

Gambar1. Anatomi Kelopak Mata

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.

Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus

terkait ke sakus lakrimalis. (2,7)

12
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.

Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5

cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah

fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian

orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum

orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus

superior, septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.(2,8)

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,

bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks

orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan

bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus

Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus

rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus

obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan

orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.

Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.(2)

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah A. Palpebra. Persarafan

sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang

kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. (2)

13
Gambar 2. Potongan Sagital Palpebra Superior

III. DEFENISI

Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak

mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri. Hordeolum dapat

timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut

meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll.(1,2,9)

Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: hordeolum

interna terjadi peradangan pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini

benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam).

Hordeolum eksterna terjadi peradangan pada kelenjar Zies dan kelenjar Moll.

Benjolan ini Nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra). (2,4)

14
Gambar 3. Hordeolum Interna Gambar 4. Hordeolum Eksterna

IV. ETIOLOGI

Hordeolum merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus

dan Streptoccocus pada kelenjar sebasea kelopak mata. Staphylococcus aureus

merupakan agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.(3,9)

V. PATOFISIOLOGI

Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri Staphylococcus

aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar kelopak mata.

Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau

Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang

terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi

pada tarsus dan jaringan sekitarnya.

Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila infeksi

pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat

menyebabkan komplikasi konjungtiva. (2)

15
VI. GAMBARAN KLINIS

Gejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah. Intensitas

nyeri menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala dan tanda yang lain

pada hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak nyaman, sakit bila ditekan

serta ada rasa yang mengganjal. Biasanya disertai dengan adanya konjungtivitis

yang menahun. (1,2,4)

Ada 2 stadium pada hordeolum, yaitu: stadium infiltrat yang ditandai dengan

kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri tekan dan keluar sedikit kotoran.

Stadium supuratif yang ditandai dengan adanya benjolan yang berisi pus (core).
(1,6)

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis yang

muncul pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan mata yang sederhana.

Karena kekhasan dari manifestasi klinis penyakit ini pemeriksaan penunjang tidak

diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.(3)

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari hordeolum, yaitu: kalazion, selulitis preseptal, tumor

palpebra. Kalazion merupakan suatu peradangan granulomatosa kelenjar Meibom

yang tersumbat. Kalazion memberikan gejala benjolan pada kelopak mata, tidak

hiperemi, dan tidak ada nyeri tekan, serta adanya pseudoptosis. Hal yang

membedakan antara kalazion dan hordeolum adalah pada hordeolum terdapat

hiperemi palpebra dan nyeri tekan. (1,6)

16
Selulitis preseptal merupakan infeksi umum pada kelopak mata dan

jaringan lunak periorbital yang dikarakteristikkan denan adanya eritema pada

kelopak mata yang akut dan edema. Yang membedakan selulitis preseptal dengan

hodeolum adalah perjalanan penyakitnya, yang ditandai dengan adanya demam

yang diikuti oleh pembengkakan. (5)

Tumor palpebra merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal pada

kelopak mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor palpebra dengan

hordeolum adalah tidak adanya tanda-tanda peradangan seperti hiperemi dan

hangat. Tumor palpebra harus ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan

biopsy. (5)

IX. PENATALAKSANAAN

Pada umumnya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7

hari. Penatalaksaan pada hordeolum dilakukan dengan terapi medikamentosa pada

stadium infiltrate dan pembedahan untuk fase supuratif atau tidak sembuh dengan

menggunakan terapi medikamentosa.(2,10)

Untuk terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan memberikan kompres

hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase,

kemudian bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau

sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. menghindari menekan

atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang lebih serius.

Menghindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi

penyebab infeksi, menghindari memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan

infeksi ke kornea.(2,10)

17
Terapi dengan menggunakan antibiotik topikal diindikasikan bila dengan

kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan

menyebar ke sekitar daerah hordeolum. Bacitracin atau tobramicin salep mata

diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. Dapat juga diberikan eritromicin salep

mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna ringan. Antibiotik

sistemik diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda

pembesaran kelenjar limfe di preauricular, pada kasus hordeolum internum

dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau

dicloxacillin 500 mg (dewasa) per oral 4 kali sehari selama 7 hari, <40kg : 12,5-

25 mg/kg/BB pada infeksi berat : 50-100 mg/kg/BB/ per oral selama 6 hari, >40

kg: 125-500 mg per oral selama 6 hari (anak). Bila alergi penisilin atau

cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari

atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. Analgetika seperti asam

mefenamat atau paracetamol dapat juga diberikan. (4)

Pembedahan dilakukan apabila dengan terapi medikamentosa tidak berespon

dengan baik dan hordeolum tersebut sudah masuk dalam stadium supuratif, maka

prosedur pembedahan diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.(9,10)

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan

pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di

daerah hordeolum. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus,

tegak lurus (vertikal) pada margo palpebral dan pada hordeolum eksternum dibuat

insisi sejajar (horizontal) dengan margo palpebra. (2,4,10)

18
X. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hordeolum adalah selulitis palpebral

yang merupakan radang jaringan ikat longgar palpebral di depan septum orbita,

serta abses palpebral. (2)

Lesi yang luas dari kelopak mata atas dilaporkan dapat menurunkan

penglihatan secara sekunder hingga mampu menyebabkan astigmatisma ataupun

hyperopia yang disebabkan mendatarnya kornea sentral. Jaringan bergranulasi

terkadang dapat ditemui setelah hordeolum yang mulai pulih.(11)

XI. PROGNOSIS

Walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat jarang, tetapi

hordeolum sangat mudah kambuh. Hordeolum biasanya sembuh sendiri atau

pecah dalam beberapa hari sampai minggu. Dengan pengobatan yang baik

hordeolum cenderung sembuh dengan cepat dan tanpa komplikasi. Prognosis baik

apabila hordeolum tidak ditekan atau ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke

jaringan sekitar. (2,4)

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Bessette M. Hordeolum and Stye.2010. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview.

2. Vaughan, D.G. 2015. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

3. Khurana AK. 2011. Comprehensive Ophtalmology. Fourth Edition. New

Delhi. New Age International Publishers.

4. Sidarta, I. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi IV. Jakarta. Balai Penerbit FK UI.

5. Sidarta, I, dkk. 2008. Penuntun Sari Ilmu Penyakit Mata. edisi III. Jakarta.

Balai Penerbit FK UI

6. Marinopaulus, S. Spyridon. 2014. “John hopkins ABX guide : Hordeolum (stye)/

chalazion” .Available from :

http://www.prod.hopkinsabxguide.org/diagnosis/heent/hordeolum_stye_chalazion.ht

ml

7. Olver J, Cassisy L.2005. Ophtalmology at a Glance. First published. England.

Blackwell Science. Garsington Road, Oxford

8. Raftery AT., Lim, Eric., 2010. Churchill’s Pocketbook of Differential

Diagnosis. Elsevier’s.

9. Yanoff, M., Duker, J. 2010. Textbook Of Ophtalmology. Moaby Elsevier’s

10. Bessette M. 2010. “Hordeolum and Stye: Treatment & Medication”. Available

from: http://emedicine.medscape.com/article/798940-treatment

11. Michael P. 2017. Hordeolum Differential Diagnoses. Available from:

https://emedicine.medscape.com/article/1213080-differential

20
21

Das könnte Ihnen auch gefallen