Sie sind auf Seite 1von 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

ULKUS PEPTIKUM

Akhmad sya’bani alwi abdillah (PO.62.20.1.17.202)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

POLIKTEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


PALANGKARAYA

2018
ULKUS PEPTIKUM
1. Pengertian
Ulkus peptikum adalah ekskavasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding
mukosa lambung, pylorus, duodenum atau esophagus.
Ulkus terjadi karena erosi area terbatas dari membran mukosa, dapat meluas dalam
lapisan otot atau seluruh otot peritoneum. Ulkus peptikum sering terjadi di duodenum dari
pada lambung. Ulkus peptikum kronis cenderung pada kurvatura minor lambung dekat
pylorus. Ulkus peptikum pada corpus lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan.

2. Etiologi
1. Faktor penyebab: bakteri gram negatif h. Pylori
2. Area saluran g.i terpajan asam hidroklorida dan pepsin. Ini terjadi hormon gastrin
diproduksi berlebih oleh tumor (gastrinomas-sindrom zollinger-ellison) jarang terjadi
3. Terjadi pada individu usia 40-60 tahun, jarang pada wanita menyusui, perbandingan
laki-laki:perempuan= 3:1
4. Predisposisi
 Psikis: rangsangan seperti pandangan, bau, rasa.
 Stres atau marah, cenderung emosional.
 Penggunaan obat anti inflamasi non steroid (nsaid) minum alcohol, rokok
berlebihan.
 Herediter : terdapat pada golongan darah O.

3. Manifestasi klinik
1. Nyeri: nyeri tumpul seperti tertusuk dan sensasi terbakar di epigastric karena hcl
meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpanjan. Nyeri
hilang dengan makan karena dapat menetralisir asam lambung.
2. Pirosis (nyeri ulu hati): klien mengalami sesasi luka bakar pada esofagus dan lambung
yang naik ke mulut disertai eruktasi asam bila lambung pasien kosong.
3. Muntah: dihubungkan dengan obstruksi jalan keluar lambung oleh spasme mukosa
lambung pilorus atau oleh obstruksi mekanik pembentukan jaringan parut atau
pembengkakan akut membran yang ter inflamasi.
4. Konstipasi dan perdarahan: akibat diit dan obat-obatan.

4. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang
terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan
dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat
mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :

1.Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang
saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit
efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara
konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli
gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada
keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama
malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
2.Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan
mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam
sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.

3.Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon(dianggap menjadi
gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein
yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi
pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara
kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang
dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan
tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam
hidroklorida bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak
hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya
dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung.
Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh
sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai
darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena
itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini :

1. hipersekresi asam pepsin


2. kelemahan barier mukosa lambung

Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa
lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan
obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.
Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus
peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini
diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan
gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle
yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan
leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini
dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya dapat
menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik.
Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau
area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress
seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat
menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera
menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple
terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya.
Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya
ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung.
Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin
menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan
dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus
cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada
esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi
daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Tn. A berumur 45 tahun, Pasien merasa sakit/nyeri pada ulu hati, merasa tidak enak dan
kurang berselera terhadap makanan, perasaan selalu kenyang dan kadang disertai dengan
muntah dan lemah. Pasien sudah mengalami nyeri pada ulu hati sejak 2 tahun yang lalu dan
pernah dirawat di rumah sakit. Hal ini dapat timbul secara terputus-putus, biasanya 2 sampai
dengan 3 jam setelah makan atau pada waktu lambung kosong dan meredah setelah menelan
obat atau makanan. Pasien juga mengatakan bahwa nyeri dapat berkurang pada saat pasien
beristirahat yang cukup atau rileks dan kontrol ke rumah sakit kira-kira satu bulan terakhir
pasien tidak lagi kontrol ke rumah sakit sebab tidak ada lagi gejala yang timbul. Biasanya
obat yang dikonsumsi adalah antasida dan beberapa obat lainnya.

Hasil pemeriksaan ttv :


Berat dan menurun 2 kg dari 56 kg menjadi 54 kg
TD: 120/90 mmHg
HR 100 x/menit
RR 24 x/menit
Temperatur/suhu: 37 ºC
Skala nyeri : Skala nyeri 7

1. Analisa data
No. Kelompok Data (S & O) Kemungkinan Masalah Keperawatan
Penyebab
1. DS:  Gangguan rasa nyaman, nyeri
 Lemah  Ulkus peptikum
 Nyeri ulu hati  Kerusakan sekat
penghalang/saw
ar mukosa
DO:
 TD: 120/90 mmHg  Kontinuitas
 HR 100 x/menit mukosa lambung
 RR 24 x/menit terputus dan
 Temperatur/suhu: meluas sampai
37 ºC di epitel
 Skala nyeri : Skala  Erosi
nyeri 7  Stimulus zat-zat
perangsang
(alkohol, kafein,
aspirin, dsb)
 Merangsang
ujung saraf nyeri
2. DS:  Nutrisi kurang dari
 Selera makan  Ulkus peptikum kebutuhan tubuh
berkurang Peningkatan
DO: sekresi lambung
 Berat dan menurun
2 kg dari 56 kg  Terjadi
menjadi 54 kg peningkatan HCl
 Mual/muntah (asam lambung)
2. Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan data-data diatas

1) Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas mukosa


lambung yang ditandai dengan:
- Nyeri ulu hati
- Lemah
- Nadi 100 x/menit
- RR 24 x/menit
- Skala nyeri 7
- TD: 120/90 mmHg
- Temperatur/suhu: 37 ºC

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake oral ditandai
dengan: - Nafsu makan kurang
- Mual/Muntah
- BB menurun 2 kg dari 56 kg menjadi 54 kg
3. Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan data-data diatas
No Diagnosa Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa 1. Mengkaji rasa 1.Untuk mengetahui rasa
nyaman (nyeri) nyeri pasien nyeri yang dialami pasien
berdasarkan 2. Memberi rasa tersebut.
peningkatan asam nyaman 2.Supaya pasien bisa
lambung. 3. Pemeriksaan ttv mengurangi rasa nyeri
4. Kerjasama atau yang dirasakan nya.
kolaborasi dengan 3.Mengetahui ttv pasien.
ahli gizi 4.Supaya bisa mengontrol
makanan yang bisa
membuat rasa nyeri
berkurang
2. Gangguan 1.Memberikan 1.Dapat menigkatkan
pemenuhan nutrisi makanan porsi pemasukan dilambung.
kurang dari sedikit tetapi 2.Menambah nafsu makan
kebutuhan. sering 3.Untuk menambah
2.Memberikan pengetahuannpasien untuk
makan hangat pengetahuan tentang
3.Memberikan nutrisi
pengetahuan 4.Untuk memenuhi cairan
tentang nutrisi tubuh
4.Menganjurkan 5.Untuk menigkatkan status
minum 8 gelas kesehatan pasien
sehari
5.Kerjasama atau
kolaborasi dengan
ahli gizi
4. Evaluasi keperawatan yang diharapkan
Tgl. Diagnosa Evaluasi Keperawatan
1 S : Pasien merasa nyeri pada ulu hati pada skala 7
O: TD 120/90 mmHg
HR 100 x/menit
RR 24 x/menit
Temperatur/suhu: 37 ºC
A: Masalah belum teratasi
P : -Mengkaji rasa nyeri pasien
-Memberi rasa nyaman
-Pemeriksaan ttv
-Kerjasama atau kolaborasi dengan ahli gizi

2 S: Pasien merasa kurang nafsu makan


O: Merasa mual dan muntah
A: Masalah teratasi sebagian
P: -Memberikan makanan porsi sedikit tetapi sering
-Memberikan makan hangat
-Memberikan pengetahuan tentang nutrisi
-Menganjurkan minum 8 gelas sehari
-Kerjasama atau kolaborasi dengan ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA
- Dermawan, Deden dan Tutik Rahayuningsih.2010, Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Gosyon Publishing.

Das könnte Ihnen auch gefallen