Sie sind auf Seite 1von 49

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR merupakan bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

kehamilannya yang dapat terjadi akibat dari prematuritas (persalinan kurang

bulan atau prematur) atau persalinan dengan bayi kecil masa kehamilan.

Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama

dengan 2500 gram disebut prematur. Pembagian menurut berat badan ini

sangat mudah tetapi tidak memuaskan sehingga, lambat laun diketahui bahwa

tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada

berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri

(Proverawati, dkk, 2010).

Prevalensi BBLR menurut WHO (2010) diperkirakan 15% dari

seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan lebih sering terjadi

di negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Secara statistik

menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan

angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat

badan lahir lebih dari 2500 gram. Hal ini dapat terjadi dan dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti ibu mempunyai penyakityang langsung

berhubungan dengan kehamilan, dan usia ibu (WHO,2011).

Salah satu sasaran utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah

tahun 2010-2014 Negara Republik Indonesia adalah menurunkan angka

kematian bayi dari 34 per 1000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1000.

1
Prevalensi kematian neonatus di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 66.000

kelahiran atau 15 orang per 1000 kelahiran hidup. Jumlah neonates yang

meninggal yang disebabkan oleh berat lahir rendah sebanyak 32.342

kelahiran atau sebanyak 29% dari jumlah seluruh kematian neonatus.

Insidensi BBLR di rumah sakit di Indonesia berkisar 20%. Distribusi

penyebab kematian bayi karena BBLR di Indonesia meningkat dari 24% pada

tahun 2009 menjadi 25% pada tahun 2010. (DepKes RI, 2011).

Hasil riskesdas tahun 2013, prevalensi bayi dengan berat badan lahir

rendah (BBLR) berkurang dari 11,1 persen tahun 2010 menjadi 10,2 % tahun

2013. Presentase BBLR di provinsi Jawa Tengah sebanyak 10% (Badan

Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013). Bayi BBLR dapat berakibat

jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak di masa yang akan datang.

Dampak dari bayi lahir dengan berat badan rendah ini adalah

pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki penampilan

intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya normal. Bayi

BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh

kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.

Peningkatan berat badan merupakan proses yang sangat penting dalam

tatalaksanaan BBLR disamping pencegahan terjadinya penyulit. Proses

peningkatan berat badan bayi tidak terjadi secara segera dan otomatis,

melainkan terjadi secara bertahap sesuai dengan umur bayi. Peningkatan berat

yang adekuat akan sangat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi

2
secara normal dimasa depan sehingga akan sama dengan perkembangan bayi

berat badan lahir normal (Putra,2012).

1.2 Tujuan

1.2.1 Umum

a. Untuk melakukan asuhan keperawatan pada Bayi Berat Lahir

Rendah.

1.2.2 Khusus

a. Mengetahui teoritis medis Bayi Berat Lahir Rendah.

b. Mengetahui teoritis keperawatan Bayi Berat Lahir Rendah.

c. Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada Bayi Berat

Lahir Rendah.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Instansi Rumah Sakit

a. Meningkatkan pelayanan mutu baik secara kualitas maupun

kuantitas terutama pada bayi dengan masalah berat lahir rendah.

b. Sebagai tambahan informasi untuk meningkatkan dan menerapkan

asuhan keperawatan sesuai standar serta memberikan perubahan

positif bagi tenaga kesehatan khususnya memberi asuhan

keperawatan pada Bayi Berat Lahir Rendah.

1.3.2 Bagi Instansi Pendidikan

a. Sebagai sumber kepustakaan bagi mahasiswa.

b. Agar dapat digunakan sebagai wacana dari ilmu keperawatan

terutama pada Bayi Berat Lahir Rendah.

3
1.3.3 Bagi Ilmu Pengetahuan

a. Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan

dalam merawat klien dengan Bayi Berat Lahir Rendah.

b. Menambah keilmuan baru yang dapat dijadikan pedoman untuk

ilmu selanjutnya terutama berkaitan dengan Bayi Berat Lahir

Rendah.

1.3.4 Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan pengetahuan asuhan keperawatan Bayi Berat Lahir

Rendah.

b. Menambah keterampilan mahasiswa dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada klien dengan Bayi Berat Lahir Rendah.

4
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis Medis

2.1.1 Defenisi

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir

kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur

(sebelum 37 minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah

sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga akan

menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakit kronis

di kemudian hari (WHO, 2004). Menurut Hasan & Alatas (2005), bayi yang

berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram dengan batas maksimal 2499

gram.

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian

besar dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia

kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali

lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi yang berat badan

lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009). Bayi berat badan lahir rendah

(BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram, tanpa

memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi kurang

bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan

(intrauterine growth retriction) (Wong, 2008).

5
Menurut Saputra (2014), bayi berat lahir rendah ialah berat badan bayi

yang lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi atau usia

kehamilan. Berdasarkan Ikatan Dokter Indonesia / IDI (2014), BBLR yaitu

bayi berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi

dengan catatan berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam

setelah lahir.

2.1.2 Klasifikasi

A. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) :

1. Prematuritas murni

Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan

berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang

bulan sesuai dengan masa kehamilan.

2. Baby small for gestational age (SGA)

Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri

dari tiga jenis.

a. Simetris (intrauterus for gestational age)

Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu

yang lama.

b. Asimetris (intrauterus growth retardation)

Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.

6
c. Dismaturitas

Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk

masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan

intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan

B. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :

1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat

badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.

2. Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi yang

berat badannya kurang dari 1000 gram.

3. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi yang

berat badannya kurang dari 1500 gram.

4. Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat

badannya 1501 sampai 2500 gram.

5. Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat

badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva

pertumbuhan intrauterin.

6. Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya

merupakan bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan

yang berat badan lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva

pertumbuhan intrauterin.

7. Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi yang

pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang

7
digunakan istilah pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil untuk

usia gestasinya).

8. Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan

lahirnya diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.

2.1.3 Etiologi

Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):

A. Faktor ibu

1. Penyakit

a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan

antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.

b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.

c. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2. Ibu

a. Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia <

20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1

tahun).

c. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3. Keadaan sosial ekonomi

a. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini

dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.

b. Aktivitas fisik yang berlebihan.

8
B. Faktor janin

Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi

sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

C. Faktor plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio

plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban

pecah dini.

D. Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran

tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir

rendah (Mitayani, 2009):

a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,

lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.

b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.

c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.

d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.

e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.

f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur

dan sering mendapatkan serangan apnea.

g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan

belum sempurna.

9
2.1.5 Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan

yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan

dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),

tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu

tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan

pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh

penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan

keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi

berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan

janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi

dengan berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem

reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada

masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar

dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.

Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan

bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi

bila ibu menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau

penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang

dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat

menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel

tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin

didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini

10
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara

bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan

prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).

11
PATHWAY

Faktor ibu, faktor


janin, faktor
plasenta, faktor
lingkungan

BBLR

Organ pencernaan Perubahan dinding dada belum sempurna Sedikitnya lemak Sistem imun
imatur dibawah jaringan kulit yang tidak
adekuat
Peningkatan kerja nafas
Peristaltik belum Kehilangan panas
sempurna melalui kulit Penurunan
Veskuler paru imatur daya tubuh

Peningkatan
Kurangnya
Tidak adekuatnya ekspansi paru kebutuhan kalori Resti infeksi
kemampuan untuk
mencerna makanan
Sistem termoregulasi
Ketidakefektifan yang imatur
Reflek menghisap dan
pola nafas
menelan belum
berkembang dengan baik Termoregulasi tubuh
Sumber : Mitayani, (2009), Wong, (2008), Nelson, yang tidak efektif
(2010), Proverawati dan Ismawati, (2010)
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
12
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :

a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 1224gr/dL), Ht

(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.

b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).

c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres

pernafasan bila ada.

Rentang nilai normal:

1. pH : 7,35-7,45

2. TCO2 : 23-27 mmol/L

3. PCO2 : 35-45 mmHg

4. PO2 : 80-100 mmHg

5. Saturasi O2 : 95 % atau lebih

d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.

e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.

Bilirubin normal:

1. Bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.

2. Bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.

f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.

g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):

Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.

h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

13
2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah

(Mitayani, 2009) :

a. Sindrom aspirasi mekonium

Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada

bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke

paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan

bernafas pada bayi).

b. Hipoglikemi simptomatik

Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa

serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar

glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR,

karena cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.

c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan

belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi

mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga

dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.

d. Asfiksia neonatorum

Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang

gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

14
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)

Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya

kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit,

konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan

menerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu :

a. Pemberian posisi

Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat

mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan

abduksi bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi

batang tubuh dengan leher dan punggung melengkung. Sehingga pada

bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi telungkup (Wong,

2008).

b. Minimal handling

1. Dukungan Respirasi

Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan

ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan

mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini

diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen

diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.

15
2. Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah

pemberian kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi

BBLR memiliki masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat

lebih sedikit untuk menghasilkan panas, kekurangan isolasi jaringan

lemak subkutan, dan control reflek yang buruk pada kapiler kulitnya.

Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera ditempatkan

dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda

terjadinya efek stres dingin.

3. Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu

penatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk

mencegah terkena penyakit. Lingkungan perilindungan dalam

inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti merupakan

isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui

udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan

dengan jumlah personel dan peralatan yang berkontak langsung

dengan bayi.

4. Hidrasi

Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk

asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat

sangat penting pada bayi preterm, karena kandungan air

ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai

16
90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya

lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi

preterm yang belum berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut

sangat peka terhadap kehilangan cairan.

5. Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi

BBLR, tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan

belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode

pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi

dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan

kombinasi keduanya. Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan

pemeliharaan harian harus dipenuhi dalam keadaan adanya banyak

kekurangan anatomi dan fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas

menghisap dan menelan sudah ada sejak sebelu lahir, namun

koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai kurang lebih 32

sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam

36 sampai 37 minggu.

c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)

1. Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru

Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu

alternatif cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk

merawat bayi BBLR. Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan

17
bayinya agar tidak kedinginan yang membuat bayi BBLR mengalami

bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi

BBLR belum dapat mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan

lemak dibawah kulitnya. PMK dapat melindungi bayi dari infeksi,

pemberian makanan yang sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat

naik, memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan perkembangan

kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu

lebih percaya diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).

2. Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR

Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi BBLR (Perinansia,

2008).

a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi

menempel pada kulit ibu.

b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.

c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher

sampai punggung bayi.

d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau kaos

dalam (laki-laki) selama PMK.

e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari

lainnya, agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran

napas ketika bayi berada pada posisi tegak.

f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudianlekatkan antara kulit

dada ibu dan bayi seluas luasnya.

18
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu

memakai baju yang longgar dan berkancing depan.

h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan

baik.

i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat,

memakai popok dan memakai kaus kaki.

j) Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah

nenek, dll), dapat juga menolong melakukan kontak kulit langsung

ibu dengan bayi dalam posisi kanguru.

2.2 Tinjauan Teori Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Data Dasar

Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun

seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan

mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan

ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis.

Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly

congenital yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2008).

1. Pengkajian umum

a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan

menggunakan timbangan elektronik.

b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.

c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat,

kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.

19
d. Observasi adanya deformitas yang tampak.

e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak

responsive, dan apnea.

2. Pengkajian respirasi

a. Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang

dada, atau devisiasi lainnya.

b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping

hidung atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.

c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.

d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi,

suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting), berkurangnya

masukan udara, dan kesamaan suara napas.

e. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.

3. Pengkajian kardiovaskuler

a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.

b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.

c. Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/

d. PMI), titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan

teraba (perubahan PMI menunjukkan adanya pergeseran

imediastinum).

e. Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau

hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercak-bercak.

f. Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.

20
g. Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.

4. Pengkajian gastrointestinal

a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen,

tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.

b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan

pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar,

jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan

haluaran (warna, konsistensi, pH).

c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).

d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.

e. Jelaskan bising usus.

5. Pengkajian genitourinaria

a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.

b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH,

temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan

hidrasi).

c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji

hidrasi).

6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal

a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap

rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.

b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).

21
c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick

neck, palmar).

d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.

7. Suhu tubuh

a. Tentukan suhu kulit dan aksilar.

b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.

8. Pengkajian kulit

a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda

iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana

peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit.

b. Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,

povidone-jodine).

c. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas

dan lain-lain.

d. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan BBLR, menurut NIC NOC (2016)

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pertumbuhan dinding

dada yang tudak sempurna.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

organ pencernaan imatur.

c. Termoregulasi tubuh tidak efektif berhubungan dengan sedikitnya lemak

dibawah jaringan kulit.

22
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sistem imun yang tidak

adekuat.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pertumbuhan dinding

dada yang tidak sempurna.

Tujuan : Pola nafas efektif

Kriteria Hasil :

 Nafas spontan adekuat

 Tidak sesak

 Tidak ada retraksi

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital pada bayi

R/ Untuk mengetahui keadaan umum klien

2) Beri posisi semi fowler

R/ Mengurangi sesak dan memberikan rasa nyaman

3) Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan

memperberat depresi pernafasan pada bayi

R/ Mengetahui obat-obatan yang akan memperberat depresi

pernafasan pada bayi

4) Observasi irama, kedalaman, dan frekuensi pernafasan

R/ Mengetahui irama, kedalaman, dan frekuensi pernafasan

5) Kolaborasi pemberian oksigen dengan metode yang sesuai

R/ Memenuhi kecukupan oksigen dalam tubuh

23
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

organ pencernaan imatur.

Tujuan : Nutrisi yang adekuat

Kriteria Hasil :

 Berat badan naik

 Tidak ada edema

 Protein dan albumin darah dalam batas normal

Intervensi :

1) Kaji Tanda-tanda vital bayi

R/ Untuk mengetahui keadaan umum klien

2) Catat intake dan output

R/ Memantau jumlah cairan yang masuk dan keluar

3) Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat

R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh

4) Timbang berat badan setiap hari

R/ Mengetahui berat badan klien

5) Kolaborasi pemberian parenteral nutrition kalau perlu

R/ Memenuhi kebutuhan caran dan nutrisi

c. Termoregulasi tubuh tidak efektif berhubungan dengan sedikitnya lemak

dibawah jaringan kulit.

Tujuan : Termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan

Kriteria Hasil :

 Dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal

24
 Tidak terjadi hipotermia maupun hipertermia

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital bayi

R/ Mengetahui keadaan umum klien

2) Ukur suhu setiap 2 jam, gunakan termometer elektronik di ketiak pada

bayi di bawah usia 4 minggu

R/ Memantau apakah adanya peningkatan atau penurunan suhu tubuh

3) Catat apakah ada tanda-tanda hipertermi dan hipotermi.

R/ Hipertermi dengan peningkatan laju metabolisme kebutuhan

oksigen dan glukosa serta kehilangan air dapat terjadi bila suhu

lingkungan terlalu tinggi.

4) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.

R/ Untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

5) Lakukan tepid sponge.

R/ Dapat menurunkan suhu tubuh bayi.

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sistem imun yang tidak

adekuat.

Tujuan : Tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi

Kriteria Hasil :

 Suhu tubuh normal

 Tidak ada tanda-tanda infeksi

25
Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital bayi

R/ Mengetahui keadaan umum klien

2) Kaji adanya tanda-tanda infeksi

R/ Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi

3) Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi sesuai kebijakan

institusi

R/ Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya infeksi

yang lebih luas

4) Sebelum dan sesudah menangani bayi, lakukan pencucian tangan

R/ Untuk mencegah adanya infeksi

5) Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan bayi bersih dan steril

R/ Untuk mencegah adanya infeksi

6) Cegah personal yang mengalami infeksi menular untuk tidak kontak

langsung dengan bayi

R/ Untuk mencegah adanya infeksi

7) Kolaborasi pemberian antibiotik

R/ Untuk mencegah infeksi menyebar luas ketempat lain

2.2.4 Evaluasi

Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil

dan tujuan yang hendak dicapai.

26
BAB 3
KASUS

NAMA MAHASISWA : FRANSISKA NOVRIYANTI SIMANJUNTAK

RUANGAN PRAKTIK : PICU/NICU

TANGGAL PRAKTIK : 09 JULI 2018

I. IDENTITAS DATA

1. Nama : By. D

2. Tempat/Tgl lahir/Usia : Pandan, 11 Juli 2018

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Nama Ayah/Ibu : Tn. F

5. Pekerjaan ayah : Nelayan

6. Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga

7. Agama : Islam

8. Pendidkan : SMP

9. Alamat : Lopian

10. Tanggal masuk : 11 Juli 2018, 17.05 WIB

11. Tanggal pengkajian : 12 Juli 2018

12. Diagnosa medik : Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

13. Rencana terapi :

- IVFD Dextrose 10 %

- Inj. Ceftazidime

- Inj. Gentamycin

- ASI/PASI

27
II. KELUHAN UTAMA

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN ANAK

1. Pre Natal Care

Ibu By. D mengatakan selama kehamilan itu merasa mual dan muntah

yang berlebihan (hiperemesis) pada usia kandungan 1-4 bulan. Selama itu

ibu hanya mengkonsumsi susu ibu hamil saja, dan ibu tidak dapat

beraktifitas (bedrest total).

2. Natal

- Melahirkan secara sectio cesarea

- Persalinan dibatu oleh bidan

- Kehamilan 32 minggu

- BBL 1600 gram

- Panjang badan 40 cm

3. Post Natal

Berat badan bayi kurang dari normal, tidak menangis saat lahir, saat

ini bayi diberi susu formula, ekstremitas sianosis dan dingin.

IV. RIWAYAT MASA LAMPAU

V. RIWAYAT KELUARGA

Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan seperti stroke, DM,

TBC, hipertensi, dan penyakit lainnya yang membahayakan.

28
Genogram

X X X

VI. RIWAYAT SOSIAL

VII. KEBUTUHAN DASAR

VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

1. Diagnosa medis : Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

2. Tindakan operasi :-

3. Status cairan : Dextrose 10 %

4. Status nutrisi : Susu formula

5. Obat-obatan : Inj. Ceftazidime, dan inj. Gentamycin

6. Aktivitas : Terbaring lemah di dalam inkubator

7. Tindakan keperawatan :

- Pemberian posisi semi fowler

- Pemberian Susu formula 5cc/2jam melalui OGT

- Pemberian Oksigen 0,5 liter/menit

29
8. Hasil lab :-

9. Foto rontgen :-

10. MRI/CT-Scan :-

IX. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum klien : Lemah

2. Tanda-tanda Vital

 Suhu : 36ºC

 Nadi : 104 x/mnt

 Respirasi : 45 x/mnt

 Tekanan darah :-

3. Antropometri

 Panjang Badan 40 cm Berat Badan 1600 gram

 Lingkar Lengan Atas 9 cm Lingkar Kepala 29 cm

 Lingkar dada 24 cm

4. Mata

Bentuk simetris, warna sklera agak kuning, bersih, gerakan bola mata

normal.

5. Leher

Tidak ada pembengkakan, warna kulit normal, dan tidak ada lesi.

6. Telinga

Bentuk simetris, tidak ada lesi yang terlihat, tidak ada tanda

prematuritas pinna.

30
7. Hidung

Glabela reflek +, terdapat secret, tidak terdapat lesi, tampak cuping

hidung.

8. Mulut

Bersih, mukosa bibir kering, bibir tampak merah, tidak tampak

stomatitis dan terpasang OGT.

9. Dada

Inspeksi : Penggunaan nafas dada dan perut, dan tidak terdapat jejas

Palpasi : Tidak ada benjolan

Perkusi : Sonor

10. Paru-paru

Pengembangan paru kanan dan kiri sama, bunyi nafas vesikuler, dan

tidak ada bunyi nafas tambahan

11. Jantung

Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak

Palpasi : Ictus kordis teraba di intrakosta 5 pada linex midclavicula

sinistra

Perkusi : -

Auskultasi : Terdengar bunyi jantung S1 dan S2 reguler

12. Abdomen

Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan

Palpasi : Tidak ada pembesaran organ lain ( hati dan ginjal)

Perkusi : -

31
Auskultasi : Peristaltik usus 16 kali/menit

13. Punggung

Warna kulit normal, dan tidak ada pembengkakan

14. Genitalia

Genetalia tampak bersih, tidak ada kelainan yang tampak, dan warna

kulit gelap dari warna kulit sekitar

15. Ekstremitas

 Ekstremitas Atas

Dingin, dan warna kulit normal

 Ekstremitas Bawah

Dingin, dan warna kulit normal

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

XI. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

XII. MASALAH KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Resiko tinggi infeksi

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pertumbuhan dinding

dada yang tudak sempurna ditandai dengan RR 45 kali/menit, sesak

nafas, dan terpasang oksigen 0,5 lt/menit.

32
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

organ pencernaan imatur ditandai dengan berat badan 1600 gram.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sistem imun yang tidak

adekuat ditandai dengan bayi terpasang infus dan perawatan tali pusat.

33
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Perubahan dinding dada Ketidakefektifan

DO : belum sempurna pola nafas

- RR 45 kali/menit Peningkatan kerja nafas

- Sesak nafas Tidak adekuatnya

- Terpasang oksigen ekspansi paru

0,5 lt/m

2 DS : Organ pencernaan imatur Perubahan nutrisi

DO : BB 1600 gram Peristaltik belum kurang dari

sempurna kebutuhan tubuh

Kurangnya kemampuan

untuk mencerna

makanan

Reflek menghisap dan

menelan belum

berkembang dengan baik

3 DS : Sistem imun yang tidak Resiko tinggi

DO : adekuat infeksi

- Bayi terpasang infus Penurunan daya tubuh

- Perawatan tali pusat

34
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : By. D. N Umur : 1 Hari

Jenis Kelamin : Laki-laki

NO.
Dx Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Kep
a Tujuan : Pola nafas efektif 1) Kaji tanda-tanda vital pada bayi 1) Untuk mengetahui keadaan

Kriteria Hasil : 2) Beri posisi semi fowler umum klien

 Nafas spontan adekuat 3) Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat- 2) Mengurangi sesak dan

 Tidak sesak obatan yang akan memperberat depresi memberikan rasa nyaman

 Tidak ada retraksi pernafasan pada bayi 3) Mengetahui obat-obatan yang

4) Observasi irama, kedalaman, dan frekuensi akan memperberat depresi

pernafasan pernafasan pada bayi

5) Kolaborasi pemberian oksigen dengan 4) Mengetahui irama, kedalaman,

metode yang sesuai dan frekuensi pernafasan

35
5) Memenuhi kecukupan oksigen

dalam tubuh

b Tujuan : Nutrisi yang adekuat 1) Kaji Tanda-tanda vital bayi 1) Untuk mengetahui keadaan

Kriteria Hasil : 2) Catat intake dan output umum klien

 Berat badan naik 3) Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat 2) Memantau jumlah cairan yang

 Tidak ada edema 4) Timbang berat badan setiap hari masuk dan keluar

 Protein dan albumin darah 5) Kolaborasi pemberian parenteral nutrition 3) Memenuhi kebutuhan nutrisi

dalam batas normal kalau perlu tubuh

4) Mengetahui berat badan klien

5) Memenuhi kebutuhan caran dan

nutrisi

c Tujuan : Tidak 1) Kaji tanda-tanda vital bayi 1) Mengetahui keadaan umum

memperlihatkan tanda-tanda 2) Kaji adanya tanda-tanda infeksi klien

infeksi 3) Lakukan isolasi bayi lain yang menderita 2) Mengetahui adanya tanda-tanda

36
Kriteria Hasil : infeksi sesuai kebijakan institusi infeksi

 Suhu tubuh normal 4) Sebelum dan sesudah menangani bayi, 3) Tindakan yang dilakukan untuk

 Tidak ada tanda-tanda lakukan pencucian tangan meminimalkan terjadinya

infeksi 5) Yakinkan semua peralatan yang kontak infeksi yang lebih luas

dengan bayi bersih dan steril 4) Untuk mencegah adanya infeksi

6) Cegah personal yang mengalami infeksi 5) Untuk mencegah adanya infeksi

menular untuk tidak kontak langsung dengan 6) Untuk mencegah adanya infeksi

bayi 7) Untuk mencegah infeksi

7) Kolaborasi pemberian antibiotik menyebar luas ketempat lain

37
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : By. D. N Diagnosa Medis : BBLR

Ruang : PICU/NICU Hari pertama : Kamis, 12 Juli 2018

No Dx Kep Jam Tujuan/ Kriteria Hasil Implementasi Evaluasi

a Ketidakefektifan 20.15 WIB Tujuan : Pola nafas 1) Mengkaji tanda-tanda vital S :

pola nafas efektif pada bayi O:

berhubungan Kriteria Hasil : 2) Memberi posisi semi fowler - SpO2 93, HR 123,

dengan  Nafas spontan 3) Mengobservasi irama, RR 44, Suhu 36,6 0C

pertumbuhan adekuat kedalaman, dan frekuensi - Tampak sesak

dinding dada yang  Tidak sesak pernafasan - Oksigen 0,5 lt/menit

tudak sempurna  Tidak ada retraksi 4) Mengkolaborasikan pemberian masih terpasang

ditandai dengan RR oksigen sebanyak 0,5 lt/menit A : Masalah

45 kali/menit, sesak ketidakefektifan pola

nafas, dan nafas belum teratasi

38
terpasang oksigen P : Intervensi

0,5 lt/menit. dilanjutkan

1, 2, 3, dan 4

b Perubahan nutrisi 21.30 WIB Tujuan : Nutrisi yang 1) Mengkaji Tanda-tanda vital S :

kurang dari adekuat bayi O:

kebutuhan tubuh Kriteria Hasil : 2) Mencatat intake dan output - SpO2 95, HR 111,

berhubungan  Berat badan naik 3) Memberikan ASI/PASI 5 cc RR 44, Suhu 36,7 0C

dengan organ  Tidak ada edema melalui NGT - Terpasangnya infus

pencernaan imatur Protein dan albumin 4) Mengkolaborasi pemberian A : Masalah

ditandai dengan darah dalam batas parenteral nutrition perubahan nutrisi

berat badan 1600 normal belum teratasi

gram. P : Intervensi

dilanjutkan

1,2,3, dan 4

39
Nama Pasien : By. D. N Diagnosa Medis : BBLR

Ruang : PICU/NICU Hari pertama : Jumat, 13 Juli 2018

Tujuan/ Kriteria
No Dx Kep Jam Implementasi Evaluasi
Hasil

a Ketidakefektifan 06.00 WIB Tujuan : Pola nafas 1) Mengkaji tanda-tanda vital pada S :

pola nafas efektif bayi O:

berhubungan Kriteria Hasil : 2) Memberi posisi semi fowler - SpO2 194, HR 115,

dengan  Nafas spontan 3) Mengobservasi irama, kedalaman, RR 42, Suhu 36,2 0C

pertumbuhan adekuat dan frekuensi pernafasan - Tampak sesak

dinding dada yang  Tidak sesak 4) Mengkolaborasikan pemberian - Oksigen 0,5 lt/menit

tudak sempurna  Tidak ada retraksi oksigen sebanyak 0,5 lt/menit masih terpasang

ditandai dengan A : Masalah

RR 45 kali/menit, ketidakefektifan pola

sesak nafas, dan nafas belum teratasi

40
terpasang oksigen P : Intervensi

0,5 lt/menit. dilanjutkan

1, 2, 3, dan 4

b Perubahan nutrisi 07.30 WIB Tujuan : Nutrisi 1) Mengkaji Tanda-tanda vital bayi S:

kurang dari yang adekuat 2) Mencatat intake dan output O:

kebutuhan tubuh Kriteria Hasil : 3) Memberikan ASI/PASI 5 cc - SpO2 194, HR 115,

berhubungan  Berat badan naik melalui NGT RR 42, Suhu 36,2 0C

dengan organ  Tidak ada edema 4) Mengkolaborasi pemberian - Terpasangnya infus

pencernaan imatur Protein dan albumin parenteral nutrition A : Masalah perubahan

ditandai dengan darah dalam batas nutrisi belum teratasi

berat badan 1600 normal P : Intervensi

gram. dilanjutkan

1,2, dan 3

41
c Resiko tinggi 08.00 WIB Tujuan : Tidak 1) Mengkaji tanda-tanda vital bayi S:

infeksi memperlihatkan 2) Mengkaji adanya tanda-tanda O :

berhubungan tanda-tanda infeksi infeksi - Terpasang infus

dengan sistem Kriteria Hasil : 3) Melakukan pencucian tangan - suhu 36, 2 0C

imun yang tidak  Suhu tubuh sebelum dan sesudah menangani A : Masalah resiko

adekuat ditandai normal bayi, tinggi infeksi teratasi

dengan bayi  Tidak ada tanda- 4) Peralatan yang kontak dengan bayi P : Intervensi

terpasang infus dan tanda infeksi bersih dan steril dihentikan

perawatan tali 5) Mencegah personal yang

pusat. mengalami infeksi menular untuk

tidak kontak langsung dengan bayi

6) Mengkolaborasi pemberian

antibiotik

42
Nama Pasien : By. D. N Diagnosa Medis : BBLR

Ruang : PICU/NICU Hari pertama : Sabtu, 14 Juli 2018

No Dx Kep Jam Tujuan/ Kriteria Implementasi Evaluasi

Hasil

a Ketidakefektifan 05.15 WIB Tujuan : Pola nafas 1) Mengkaji tanda-tanda S :

pola nafas efektif vital pada bayi O:

berhubungan Kriteria Hasil : 2) Memberi posisi semi - SpO2 97, HR 125, RR 41,

dengan  Nafas spontan fowler Suhu 36,5 0C

pertumbuhan adekuat 3) Mengobservasi irama, - Oksigen 0,5 lt/menit masih

dinding dada yang  Tidak sesak kedalaman, dan frekuensi terpasang

tudak sempurna  Tidak ada pernafasan A : Masalah ketidakefektifan

ditandai dengan RR retraksi 4) Mengkolaborasikan pola nafas belum teratasi

45 kali/menit, sesak pemberian oksigen P : Intervensi dilanjutkan

nafas, dan sebanyak 0,5 lt/menit 1, 2, 3, dan 4

43
terpasang oksigen

0,5 lt/menit.

b Perubahan nutrisi 07.30 WIB Tujuan : Nutrisi 1) Mengkaji Tanda-tanda S :

kurang dari yang adekuat vital bayi O:

kebutuhan tubuh Kriteria Hasil : 2) Mencatat intake dan - SpO2 97, HR 125, RR 41,

berhubungan  Berat badan naik output Suhu 36,5 0C

dengan organ  Tidak ada 3) Memberikan ASI/PASI 5 - Terpasangnya infus

pencernaan imatur edema cc melalui NGT A : Masalah perubahan nutrisi

ditandai dengan Protein dan belum teratasi

berat badan 1600 albumin darah P : Intervensi dilanjutkan

gram. dalam batas normal 1,2, dan 3

44
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah selesai melakukan Asuhan keperawatan pada By. D. N Dengan

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Diruang PICU/NICU Di Rumah Sakit Umum

Daerah Pandan Kabuaten Tapanuli Tengah Tahun 2018. Disini penulis akan

membahas kesenjangan yang terdapat pada teoritas medis dengan tinjauan kasus.

Pembahasan akan mencakup pengkajiaan, diagnosa, intervensi, implementasi dan

evaluasi.

4.1 PENGKAJIAN

Selama melakukan pengkajian penulis tidak mengalami kesulitan

dalam hal penggumpulan data. Adapun pengkajian pada landasan teoritis dan

kasus ditemukan tidak ada perbedaan, karena didapatnya data pada tinjauan

teoritis, namun ditemukan pada tinjauan kasus yaitu :

a. Keadaan umum lemah

b. Berat badan klien 1600 gram, tidak sesuai dengan normal

c. Panjang badan klien 40 cm, tidak sesuai dengan normal

d. Lingkar lengan atas klien 9 cm, tidak sesuai normal

e. Lingkar kepala klien 29 cm, tidak sesuai dengan normal

f. Lingkar dada klien 24 cm, tidak sesuai dengan normal

g. Suhu tubuh klien 36 0C sesuai dengan normal

h. Nadi klien 104 x/menit sesuai dengan normal

i. Pernafasan klien 45 x/menit tidak sesuai dengan normal, klien tampak

sesak

45
j. Klien terbaring ditabung inkubator

k. Ekstremitas atas dan bawah klien teraba dingin

l. Klien makan dan minum melalui OGT

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dalam tahap ini penulis menemukan perbedaan antara tinjauan

teoritas dan tinjauan kasus, adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada

tinjauan teori, :

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pertumbuhan dinding

dada yang tudak sempurna ditandai dengan RR 45 kali/menit, sesak nafas,

dan terpasang oksigen 0,5 lt/menit.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan organ

pencernaan imatur ditandai dengan berat badan 1600 gram.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sistem imun yang tidak adekuat

ditandai dengan bayi terpasang infus dan perawatan tali pusat.

4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Pada perencanaan tidak ada perbedaan antara tinjauan teoritis dan

tinjauan kasus, karena apa yang ada diteori dapat diterapkan dengan baik

pada kasus.

4.4 IMPLEMETASI KEPERAWATAN

Pada tahap implementasi ini, semua intervensi keperawatan yang ada

pada kasus dapat di implementasikan dengan baik dan sesuai dengan

intervensi yang ada.

46
4.5 EVALUASI

Hasil evaluasi terhadap Ny. H yang dilakukan pada hari ketiga

masalah belum dapat teratasi seluruhnya dengan diagnosa:

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pertumbuhan dinding

dada yang tudak sempurna ditandai dengan RR 45 kali/menit, sesak nafas,

dan terpasang oksigen 0,5 lt/menit.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan organ

pencernaan imatur ditandai dengan berat badan 1600 gram.

47
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

pada By. D. N diruang PICU/NICU RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli

Tengah selama tiga hari, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut :

a. Saat dilakukan pengkajian tanggal 12 Juli 2018 pukul 20.15 WIB

didapatkan data objektif yang ditemukan yaitu, keadaan umum lemah,

berat badan klien 1600 gram, panjang badan klien 40 cm, lingkar lengan

atas klien 9 cm, lingkar kepala klien 29 cm, lingkar dada klien 24 cm,

Suhu tubuh klien 36 0C, nadi klien 104 x/menit, pernafasan klien 45

x/menit, klien tampak sesak, klien terbaring ditabung inkubator,

ekstremitas atas dan bawah klien teraba dingin, dan klien makan dan

minum melalui OGT.

b. Saat pengkajian penulis merumuskan 3 (tiga) diagnosa, yaitu

ketidakefektifan pola nafas, perubahan nutrisi kurang dari tubuh, dan

resiko tinggi infeksi.

c. Intervensi yang disusun untuk menguasai masalah pada klien dengan

ketidakefektifan pola nafas, perubahan nutrisi kurang dari tubuh, dan

resiko tinggi sesuai dengan prioritas masalah.

d. Implementasi yang dilakukan pada klien dengan ketidakefektifan pola

nafas, perubahan nutrisi kurang dari tubuh, dan resiko tinggi dengan

intervensi yang telah disusun.

48
e. Evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 12 Juli 2018

sampai tanggal 14 Juli 2018 diagnosa yang teratasi meliputi meliputi

resiko tinggi infeksi dan belum teratasi ketidakefektifan pola nafas, dan

nutrisi kurang dari tubuh.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi institusi dapat menyediakan sumber-sumber buku

maupun jurnal untuk mendukung penulisan Laporan Mahasiswa.

5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan bagi profesi keperawatan lebih memperhatikan nutrisi dan

kesterilan alat ketika melakukan tindakan terhadap Berat Bayi Lahir

Rendah (BBLR).

3.2.3 Bagi Lahan Praktik

Diharapkan ruang perawatan bayi pada penderita Berat Bayi Lahir

Rendah (BBLR) suhu ruangan tidak terlalu dingin. Ruangan juga harus

cukup cahaya sinar matahari yang masuk agar ruangan tidak lembab

sehingga bakteri tidak bisa berkembangbiak.

49

Das könnte Ihnen auch gefallen