Sie sind auf Seite 1von 53

1

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY. M DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HEMOROID GRADE IV DILAKUKAN TINDAKAN
HEMOROIDEKTOMY RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL

RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH

OLEH :

Ratih Dwi Nugraheni S.Kep., Ners

PELATIHANKETERAMPILAN DASAR BAGI PERAWAT KAMAR BEDAH

PENGURUS DAERAH HIPKABI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANGKATAN X

2018
1

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pelatihan perawat instrument di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota


Yogyakarta periode 11 Januari samapai 10 April 2018 dengan judul :“Asuhan Keperawatan
Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Hemoroid Grade IV Dilakukan Tindakan
HemoroidektomyDi Ruang Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Nur Hidayah”, telah
dilaksanakan dan dinyatakan selesai serta telah mendapat persetujuan.

Mengetahui

Yogyakarta, 10 April 2018

Disusun oleh :

Ratih Dwi Nugraheni, S.Kep.,Ners

Telah disahkan pada tanggal :

Yogyakarta, 10 Januari 2018

Ketua Panitia Pelatihan Bedah Dasar Pembimbing klinik

Tri Subekti, S. Kep., Ns Hariyanto AMK


Mengetahui,
Ketua PD HIPKABI Yogjakarta

Eko Teguh Bagiono, S.ST


2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan progam pendidikan dan pelatihan perawat instrumen di
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Nur Hidayahselama 3 bulan mulai 11 Januari 2018
s/d10 April 2018. Pada penulisan laporan ini penulis mengambil Asuhan Keperawatan
Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Hemoroid Grade IV Dilakukan Tindakan
HemoroidektomyDi Ruang Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Nur Hidayah”.

Laporan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas dan kewajiban bagi setiap
peserta pelatihan perawatan instrumen di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Nur Hidayah.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan baik teori, metode maupun cara penulisan.

Dalam mengikuti program pendidikan dan pelatihan perawat instrumen, penulis telah
mendapat bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu yaitu :

1. Eko Teguh Bagiono, SST, selaku ketua Pengurus Daerah Hipkabi Yogyakarta.
2. Hariyanto, AMK selaku kepala ruang serta pembimbing klinik Instalasi Bedah Rumah
Sakit Nur Hidayah.
3. Suwadi, AMK selaku pembimbing klinik di Rumah Sakit Nur Hidayah.
4. Seluruh perawat dan staf di ruang Instalasi Bedah Rumah Sakit Nur Hidayah yang
memberikan motivasi, informasi, dan mendukung penyusunan laporan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Penulis
3

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 4

RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 6

RUANG LINGKUP ................................................................................................................... 6

TUJUAN .................................................................................................................................... 6

MANFAAT ................................................................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 8

PENGERTIAN .......................................................................................................................... 8

ANATOMI FISIOLOGI ............................................................................................................ 8

ETIOLOGI ............................................................................................................................... 10

PATOFISIOLOGI.................................................................................................................... 10

TANDA DAN GEJALA .......................................................................................................... 11

PENATALAKSANAAN ......................................................................................................... 11

DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................................................. 12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF ...................................................... 13

ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERATIF ..................................................................... 13

ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF ................................................................ 30

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI ..................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 51


4

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Hemorroid atau yang lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien bukan
merupakan suatu keadaan yang patologi, namun bila sudah menimbulkan keluhan harus
segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Hemorroid dari kata “haima” dan ‘’rheo’’.
dalam medis berarti pelebaran pembuluh darah vena didalam pleksus hemorroidalis yang ada
di daerah anus. dibedakan menjadi dua yaitu hemorroid interna dan hemorroid eksterna yang
pembagiannya berdasarkan letak pleksus hemorroidalis yang terkena. (Murbawani, 2006)

Hemorroid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran (dilatasi)


vena. Pelebaran pembuluh vena yang terjadi di daerah anus memang sering terjadi. Pelebaran
tersebut disebut venecsia atau varises daerah anus dan perianus. Pelebaran tersebut
disebabkan oleh bendungan darah dalam susunan pembuluh vena. pelebaran pembuluh vena
didaerah anus sering disebut wasir, ambeien, atau hemorroid. hemoroid dibagi atas hemorroid
interna dan hemorroid eksternal. Hemoroid dapat disebabkan karena bendungan sentral sepeti
bendungan sentral pada serosis hepatik, herediter, serta pembesaran kelenjar prostat pada pri
tua atau tumor pada rektum. (Patologi, F.K.UI, 1999)

Hemorroid interna pleksus vena hemorroidalis superior diatas mukokuta dan


merupakan ditutupi oleh mukosa. Hemorroid interna ini merupakan bantalan vaskuler dalam
jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Hemorroid interna sering terletak dikanan
depan, kanan belakang dan kiri lateral. Hemorroid eksterna merupakan penonjolan dan
pelebaran pleksus hemorroidalis inferior, terdapat disebelah distal pada mukokutan didalam
jaringan di bawah epitel anus (Sjamsuhidajat, 1998)

Hemorroid dapat menyebabkan kesulitan untuk defekasi. Hemoroid tidak hana terjadi
pada pri usia tua, tetapi wanita bisa terjadi hemorroid. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa,tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Hemoroid
umum diderita oleh umur 50, sekitar separuh orang dewasa dengan yang menimbulkan rasa
gatal, terbakar, pendarahan dan terasa menyakitkan. Dalam banyak kesempatan kondisi boleh
memerlukan hanya selfcare perawatan sendiri dan lifestyle gaya hidup.

Dewasa ini pola makan masyarakat semakin berubah sesuai dengan tuntutan keadaan.
padahal mengkosumsi makanan rendah serat dapat menyebakan susah buang air besar. bila
sudah mengalami sulit buang air besar, maka pada akhirnya faeses harus dengan mengejan.
hal ini menyebabkan pembuluh darah di bagian anus, yakni pleksus hemorroidalis akan
merenggang, membesar karena adanya tekanan yang tingi dari dalam. Bila hal ini terjadi
terjadi teus menerus maka pembuluh darah tidak akan mampu kembali ke bentuk semula.
Kejadian ini dialami pula oleh wanita yang sedang hamil dan seseorang yang obesitas. Lama
kelamaan, akan terjadipenonjolan hemorroid yang tidah dapat dimasukkan kembali kedalam
anus sehingga harus dilakukan tindakan pembedahan. Hemorroid yang membesar dapat
disertai prolaps yang melalui anus. Bila prolaps tidak segera diobati dapat menjadi kronik dan
5

bisa terinfeksi atau mengalam trombosis. Bila prolaps sudah terinfeksi akan menimbulkan
rasa nyeri yang hebat dan akan mengalami pendarahan yang banyak. Penderita hemorroid
yang sudah prolaps pada saat defekasi akan keluar darah yang banyak dan rasa nyeri
(Isselbacher,dkk,2000)

Hemorroid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan sayur dan buah
yang cukup sehingga mebuat feces tidak mengeras. Selain itu hemorroid dapat dicegah degan
cara olahraga yang cukup, tidak duduk terlalu lama dan tidak berdiri terlalu lama
(Merdikoputro, 2006)

Menurut data dari badan kesehatan dunia (WHO), angka kejadian hemorroid terjadi
diseluruh negara dengan persentase 54%mengalami gangguan hemorroid. Di Amerika Serikat
angka kejadian hemorroid sekitar 4,4% pada wanita maupun pria. Angka kejadian tertinggi
antara 45-65 tahun dan jarang sekali terjadi pada usia dibawah 20 tahaun. Di Indonesia
berasarkan data kementrian kesehatan yang diperoleh ari rumah sakit di 33 provinsi, terdapat
335 pasien yang menderita hemorroid baik hemorroid interna maupun eksterna (Kemenkes,
2009)

Kejadian hemorroid di Rumah Sakit Nur Hidayah selama tiga bulan terakhir yaitu
sebanyak 23 pasien. Sebagian besar kasus hemorroid dilakukan tindakan hemorroidektomy.

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melaksanakan dan menyusun
laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M Dengan
Diagnosa Medis Hemorroid Grade IV Dilakukan Tindakan Hemoroidektomy Di Ruang
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Nur Hidayah
6

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah bagaimanakah asuhan
keperawatan perioperatif pada Ny. M dengan Diagnosa Medis Hemorroid Grade IV
Dilakukan Tindakan Hemorroidektomy?

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup laporan kasus ini adalah ilmu keperawatan perioperatif pada Ny.M dengan
Diagnosa Hemorroid Dilakukan Tindakan Hemorroidektomy Di Ruang Instalasi Bedah
Sentral Rumah Sakit Nur Hidayah. Laporan kasus ini dilakukan pada tanggal 7 Februari
2018.

TUJUAN
a. Tujuan Umum
Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada klien
dengan diagnosa medis hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan hemorrodektomy
b. Tujuan Khusus
1. Peserta mampu mengetahui dan melakukan pengkajian perioperatif pada klien
dengandiagnosa medis hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan hemorroidektomy.
2. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan peri operatif pada klien
dengan diagnosa hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan hemorroidektomy.
3. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan peri operatif pada klien dengan
diagnosa medis hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan hemorroidektomy.
4. Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan peri operatif pada
klien dengan diagnosa medis hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan
hemorroidektomy

MANFAAT
a. Bagi Keluarga
Membantu memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang dapat membantu dalam
proses penyembuhan klien dan menurunkan kecemasan keluarga klien.
b. Bagi Pelayanan Rumah Sakit
7

Memberikan gambaran pada pihak rumah sakit terkait asuhan keperawatan perioperatif
pada klien dengan diagnosa medis hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan
hemorroidektomy.
c. Bagi Bidang Keperawata
Masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tentang asuhan
keperawatan perioperatif pada klien dengan diagnosa medishemorroid grade IV yang
dilakukan tindakan hemorroidektomy
d. Bagi Profesi Keperawatan
Memberi gambaran secara lebih luas tentang area kerja perawat yang bersifat holistik
dan komprehensif, dimana perawat mempunyai peran yang luas dalam mendukung
kesembuhan dan peningkatan derajat kesehatan klien melalui asuhan keperawatan
perioperatif.
e. Bagi Penulis
Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan asuhan keperawatan
perioperatif khususnya pada klien dengan diagnosa medis hemorroid grade IV yang
dilakukan tindakan hemorroidektomy
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, 50% individu diantaranya mengalami
berbagai tipe hemoroidberdaarkan luasnya vena terkena. Kehamilan diketahui
mengawali atau memperberat adanya hemoroid(Smeltzer, 2002)
Hemoroid merupakkan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. dibawah atau diluar linea
dentante pelebaran vena yang berada di bawah kulit (sub kutan) disebut hemoroid
eksterna. sedangkan diatas atau didalam linea dentate, pelebaran vena yang berada
dibawah mukosa (sub mukosa) disebut hemoroid interna
Hemoroid adalah vena – vena yang berdilatasi membengkak dilapsan rektum.
(Potter, 2006)

ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi
Bagian utama dari usus besar yang terakhir disebut sebagia rektum dan
membentang dari colon sigmoid sampai anus (muara kebagian luar tubuh).
Satu inchi terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh
otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah
sekitar 15 cm (5,9 inci). Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan
dan belhan kiri berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteri
mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asenden, dan
duapertiga colon transversum) dan arteri mesenteria inferior mendarahi
belahan kiri (sepertiga distal colon transversum, kolon asenden dan colon
sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rektum
berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari
arteri iliaka iterna dan aorta abdominalis
b. Fisiologi
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalu vena
mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis
9

superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena


hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga
merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena
hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang
meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan
mengakibatkan hemoroid.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lambat dan tidak
teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak kedepan dan menyumbat
haustra;dan (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melbatkan
segmen colon. gerakan peristaltik ini menggerakan massa feses kedepan,
akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari
dan dirangsang oleh reflek gastrokolik setelah makan, terutama setelah makan
yang pertama kali setelah makanan yang pertama dimakan.
Propulasi feses kedalam rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding
rektum dan merangsang reflek defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter
ani internal dan eksternal. Sfingter ani interna dikendalikan oleh sistem saraf
otonom, sedangkan sfingter ani eksterna dikendalikan oleh sistem saraf
voluntari. Reflek defekasi terintergrasi pada medula spinalis segmen sakral
kedua dan keempat. Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf
splangnikus panggul dan menyebabkan kontraksi rektum dan relaksasi sfingter
interna. pada waktu rektum yang tertegangberkontraksi, otot elevator ani
berelaksasi, sehingga menebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang.
Otot sfingter interna sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada
waktu anus tertarik keatas melebihi tinggi massa feses.Defekasi dipercepat
dngan tekanan intra abdomen yang meningkat akibat kontraksi voluntar otot
dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot abdomen secara terus
menerus (manuver dan perenggangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh
kontraksi volintar otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum
secara bertahap menjadi relaks dan keinginan defekasi menghilang.
Rektum dan anus merupakan lokasi sebagian penyakit yang sering ditemukan
pada manusia. Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan pengosongan
rektum pada saat terjadi peristaltik massa. Bila defekasi tidak sempurna,
rektum menjadi relaks dan keinginan defekasi menghilang. Air tetap terus
diabsorsi ari massa feses, sehingga feses menjadi keras dan menyebabkan
10

sukarnya defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul
disuatu tempat dan tidak dapat dikeluarkan, maka disebut impaksi feses.
Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongest
vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini merupakan salah satu
penyebab hemoroid (vena varikosa rektum).

ETIOLOGI
Faktor resiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air
besar yang sulit, pola buang air besar yang salah, peningkatan tekanan intra abdomen,
karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin
pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kroni, diare kronik atau
akut yang berlebiha, hubungan seks perianal, kurang minu, kurang makan makanan
berserat, kurang olahraga.
Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi akibat buang air besar tidak teratur
dan setiap kali buang air besar mengedan terlalu keras, telalu lama duduk sepanjang
tahun, infeksi, kehamilan dapat merupakan faktor – faktor penyebab hemoroid.
Faktor predeposisi tewrjadinya hemoroid adlah herediter, anatomi, makanan,
pekerjaan, psikis. Sedangkan faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan
sirkulasiparsial dan peningkatan tekanan intra abdomen), fisiologis, dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salaing berkaitan.

PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Telah disebutka beberapa faktor etoliologi yaitu
konstipasi, diare, sering mengejan, kangesti pelvis pada kehamilan, pembesaran
prostat, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang sering disertai hipertensi
portalsering mengakibatkan hemoroid,karana ven hemoroidalis superior mengalirkan
darah kesistem portal. Selain itu sistem portal tidak memiliki katup, sehingga mudah
teradi aliran balik.
Hemorid dapat dibedakan atas hemoroid eksternal dan interna. Hemoroid
eksterna dibedakan menjadi bentuk hemoroid akut dan kronis. Bentuk akut berupa
bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya suatu hematom, walapun disebut
sebagai hemoroid trombosis akut eksternal. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan
11

gatal, karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang –
kadang perlu membuang trombus dengan anastesi lokal, atau dapat diobati dengan
kompres duduk panas analgesik. Hemoroid eksternal kronis atau sering disebut
skintag biasanya meruakan sekuel dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau
lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah.
Hemorid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat 1, bila
terjadi pembesaranhemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat dilihat
dengan anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang
atau masuk sendiri kedalam anus secara spontan. Derajat 3, pembesaran hemoroid
yang prolaps dan masuk lagi kedalam anus dengan bantuan dorongan jari. Derajat 4,
prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung akan mengalami trombisis
dan infrak.

TANDA DAN GEJALA


Hemoroid dapat meneyebakan rasa nyeri dan gatal, sering menyebabkan
pendarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal
dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan
trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat
menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid interna tidak selalu
menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini memebesar dan pendarahan atau prolaps.

PENATALAKSANAAN
Gejala hemoroid dan ketidaknyaman dapat dihilangkan hygene personal yang
baik dan menhindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang
mengandung buah dan serat satu- satunya tindakan yang diperlukan, bila tindakan ini
gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat melewati usus untuk dapat
membantu. Rendam duduk dengan salep, dan supositoria yang mengandung anastesi,
dan tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid.
Fotokoagulasiinframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang
digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya. Injeksi larutan
sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini
membantu mencegah prolaps.
12

Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombus luas, yang
harus diatasi dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomy atau insisi bedah, dapat
dilakukan dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringansisa yang terlibat dalam
jaringan ini. Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan
hemoroid diangkat egan klem dan kauter atau dengan ligasi kemudian dieksisi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Perioperatif
 Nyeri akut b.d agen cidera biologis
 Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi.

b. Diagnosa Intraoperatif
 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau
luka
 Risiko gangguan integritas kulit dengan faktor risiko faktor mekanik (alat
yang dapat menimbulkan luka
 Risiko perdarahan dengan faktor risiko dilakukannya pembedahan
c.Diagnosa post operatif
 Nyeri akut b.d agen cidera fisik (Post operasi hemoroidektomy)
 Perubahan suhu tubuh b.d Perubahan suhu lingkungan
 Risiko jatuh berhubungan dengan faktor periode pemulihan post operatif
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

ASUHAN KEPERAWATAN PRE-OPERATIF


a. Pengkajian
1). Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan terakir : SD/Sederajat
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Karang nangka RT 04 Sumber agung
Tanggal Masuk : 6 Februari 2018
Tanggal Pengkajian : 7 Februari 2018
No. Register : 129392
Diagnosa Medis : Hemoroid grade IV

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. R
Hubungan : Suami
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Karang nangka RT 04 Sumber agung

2). Status Kesehatan


a) Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada anus dan benjolan tidak dapat dimasuk kembali
kedalam anus
P : Pasien mengatakan nyeri diperparah saat buang air besar, melakukan aktifitas
dan duduk
14

Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam


R : nyeri pada anus
S : skala 6
T : Nyeri hilang timbul
b). Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk tanggal 6 februari 2018 melalui poli bedah Rumah Sakit Nur Hidayah
dengan keluhan nyeri pada anus serta benjolan pada anus keluar dan tidak bisa
dimasukkan kembali, nyeri bertambah parah saat buang air besar, melakukan
aktifitas dan duduk terlalu lama, nyeri seperti ditusk- tusuk benda tajam dengan
skala nyeri saat masuk 6, nyeri hilang timbul. Pada saat pengakjian tanggal 7
Februari 2018klien masih mengeluhkan nyeri pada anus. Nyeri dirasakan seperti
ditusu- tusuk benda tajam. Sesaat dirawat nyeri terkontrol. Klien mengatakan
rentang kuantitas nyeri 5 (sedang). Klien tampak cemas sebelum menjalani operasi.
c). Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang
mengharuskan dirawat di rumah sakit.
d). Riwayat Kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada satupun anggota keluarga yang mengalami penyakit
yang sama dengannya

3). Pola Kesehatan


a). Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengetahui kondisi sakitnya saat ini dan berusaha mencara kesembuhan
dengan cara berobat ke rumah sakit.
b). Pola Nutrisi
- Makan : Pasien makan 3 kali sehari dengan porsi setengah porsi
- Minum : Pasien minum ± 8 gelas sehari
Klien mengatakan sudah tidak makan dan minum sebelum operasi mulai jam
01.00 WIB pada tanggal 6 Februari 2018.
c). Pola Eliminasi
- Klien BAB 1x sehari dengan konsistensi keras, warna kuning, kadang sering
disertai dengan darah, terasa nyeri setiap BAB.
15

- Klien mengatakan sering BAK, ± 8-9 kali sehari


d). Pola Aktivitas dan Latihan
Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilisasi di tempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi ROM 
Keterangan : 0 : Mandiri, 1 : Alat Bantu, 2 : Dibantu Orang lain, 3 : Dibantu
Orang lain dan alat, 4 : Tergantung Total
e). Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidur malam kurang lebih 4-5 jam dan jarang tidur siang. Saat di rumah
sakit klien mengatakan susah tidur, tidur tidak nyenyak, sering terbangun pada
malam hari karena cemas dengan operasi yang akan dijalani.
f). Pola Persepsi Kognitif
Klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat, maupun orang. Klien
komunikatif dan tidak tampak mengalami gangguan persepsi ketika menjawab
pertanyaan.
g). Pola Seksual dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan, belum menopause, memiliki 4 anak.
h). Pola Peran dan Hubungan
Klien adalah seorang istri dan ibu. Klien dapat berkomunikasi dengan lancar,
kooperatif, dan hubungan dengan keluarga maupun petugas baik. Selama di
rumah sakit aktifitasnya dibantu anak dan suaminya.
i). Pola Mekanisme Koping dan Pemecahan Masalah
Saat pengkajian wajah klien tampak tegang untuk menghadapi operasi. Klien
nampak gelisah. Klien mengatakan dalam memecahkan masalah dan
pengambilan keputusan sehari-hari pasien lebih banyak membicarakan kepada
suaminya.
16

j). Sistem Nilai dan Keyakinan


Dalam keadaan sakit klien tetap melaksanakan sholat dan berdoa untuk
kesembuhan penyakitnya.

4). Pemeriksaan Fisik


a).KeadaanUmum

Berat Badan : 58 kg
Tinggi badan : 158 cm
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : TD : 120 / 70 mmHg
Nadi : 80 x /mnt
R : 20 x /mnt
S : 36,7 °C
Ambang penilaian nyeri :
Klien mengeluh nyeri pada anus dan benjolan tidak dapat dimasukkan lagi kedalam
anus.
P : Klien mengatakan nyeri diperparah saat buang air besar,melakukan aktifitas dan
saat duduk teralu lama
Q : Nyeri seperti ditusuktusuk benda tajam
R : Nyeri pada perut bagian anus
S : Skala 6
T : Nyeri hilang timbul
b) Kepala : Simetris, bentuk mesocepal, kulit kepala bersih
c) Mata : Mata bentuk simetris, penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, pupil ka/ki 3 ml, reflek cahaya (+)
d) Telinga : Tidak menggunakan alat bantu dengar, pendengaran baik.
e) Hidung : cukup bersih, lubang hidung simetris.
f) Mulut : Bibir dan mukosa mulut lembab tidak menggunakan gigi palsu
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP tidak meningkat
h) Dada
Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : Iktus cordis teraba RIC 5 mid clavikularis sinistra
17

Perkusi : Redup
Auskultasi : Reguler
i) Paru-paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Simetris ekspansi dada
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
j). Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Palpasi : Nyeri tekan (+) di abdomen bagian bawah
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus 12 kali/ menit
k) Genitalia :Terpasang dower kateter no 16, tanggal 7 Februari 2018, pada
rektum terdapat benjolan yang tidak dapat dimasukkan kedalam anus
l) Ektremitas
- Ekstermitas atas : tidak ada oedem, tidak ada kesemutan, tidak ada baal, terpasang
IV line di lengan sebelah kanan
- Ekstermitas bawah : tidak ada oedem, reflek patella positif, tidak ada varises
18

5). Pemeriksaan Penunjang


a). Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 6 februari 2018
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal Kategori
HEMATOLOGI
Leukosit 6,6 103/mL 4,4-11,3 Normal
Eritrosit 4,06 106/ mL 4,10-5,10 Turun
Hemoglobin 11,4 g/dl 12,3-15,3 Turun
Hematokrit 35,5 % 35,0-47,0 Normal
Mean Corpusular Volume 87,4 fL 74-106 Normal
Mean Corpusular Hemoglobin 28,1 pg 28-33 Normal
Mean Corpusular Hemoglobin 32,1 g/dL 33-36 Turun
Consentration
RDW-CV 12,3 % 11-16 Normal
Trombosit 435 103/mL 150-450 Normal
DIFFERENTIAL TELLING
Neutrofil % 61,8 50-70 % Normal
Lymfosit% 31,6 25-60 % Normal
Monosit% 2,8 2-4 % Normal
Eosinofil% 3,1 2,1-4,0 % Normal
Basofil% 0,7 0-1 % Normal
Neutrofil 4,07 2-7 103/uL Normal
Lymfosit 2,08 0,8-4 103/uL Normal
Monosit 0,18 0,12-1,2 103/uL Normal
Eosinofil 0,21 0,02-0,50 103/uL Normal
Basofil 0,05 0-1 103/uL Normal
Golongan darah AB
Rhesus Positif (+)
Masa Pendarahan 2’30” Menit <6 Normal
Masa Penjendalan 9’00’’ Menit <12 Normal
19

GULA DARAH SEWAKTU


Glukosa Darah Sewaktu 119 mg/dl 70-140 Normal

Parameter Hasil Satuan Nilai Normal Kategori


KIMIA
HATI
Albumin 4,45 3,50-5,00 g/l Normal
EKTROLIT
Natrium 138 135-148 mmol/l Normal
Kalium 4,1 3,7-5,3 mmol/l Normal
Chlorida 104 98-109 mmol/l Normal
HBsAg Non Reaktif (-)
HIV Non Reaktif (-)
20

6). Persiapan Operasi


a) Fisik
Tekanan Darah : 120 / 70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7 OC
Skala Nyeri : 6 (Nyeri Sedang)
b). Psikis
- Klien bertanya bagaimana proses jalan operasi nantinya karena ini pertama
kalinya klien operasi.
- Klien sadar bahwa sekarang sudah berada di kamar operasi
- Skala Hamilton Anxiety Rating Score (HAM-S)
Skore
No Karakteristik
0 1 2 3 4
1 Perasaan Cemas 
2 Ketegangan 
3 Ketakutan 
4 Gangguan Pola Tidur 
5 Gangguan Kecerdasan 
6 Perasaan Depresi 
7 Gejala Somatic 
8 Gejala Sensorik 
9 Gejala Kardiovaskuler 
10 Gejala Pernafasan 
11 Gejala Gastrointestinal 
12 Gejala Urogenital 
13 Gejala Otonom 
14 Perilaku Sewaktu Wawancara 
Jumlah 10
21

Skore : 10
Ket :
0 : Tidak ada gejala
1 : Satu dari gejala yang ada
2 : sedang atau separuh dari gejala yang ada
3 : berat atau lebih dari setengah gejala yang ada
4 : sangat berat
Derajat Cemas
< 6 : Tidak ada kecemasan
7-14 : Kecemasan ringan
15-27 : Kecemasan sedang
.27 : Kecemasan berat
c). Penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 6 Februari 2018 (terlampir)
d). Administrasi
Persetujuan tindakan operasi telah ditanda tangani oleh keluarga, saksi, dan
dokter. (informed concent bedah dan anastesi
e). SIGN IN (Sebelum Induksi Anestesi)
Sebelum induksi anestesi (SIGN IN)
Diisi pukul : 10 : 10 WIB
Pasien telah dikonfirmasi Nama : Ny. M
Identifikasi Pasien RM : 129392
Gelang identitas : Merah Muda
Diagnosa : Hemoroid grade IV
1
Prosedur Memastikan kepada pasien terhadap prosedur
operasi
Informed consent Operasi Ada
Informed consent Anestesi Ada
Lokasi operasi sudah diberi -
2
tanda.
22

Mesin dan obat obat Sudah


3 anestesi sudah di cek Obat : Bupivacaine
lengkap Fentanyl 200 mg
Pulse oximeter sudah Sudah dan terpasang dengan baik
4
terpasang dan berfungsi.
Apakah pasien mempunyai Tidak
5
riwayat alergi?
Kesulitan bernafas/ Risiko Tidak
6 aspirasi? Dan mengguna-
kan peralatan bantuan
Risiko kehilangan darah Minimal
7 lebih dari 500ml (7ml/kg).
BB pada anak)
Dua akses intravena/akses Infus RL 20 tts/menit terpasang di tangan kanan
8 sentral dan rencana terapi
cairan.

2. Analisa Data Pre operatif


No Data Problem Etiologi
1 DS : Nyeri akut Agen cedera
- Klien mengatakannyeri anus dan benjolan biologis
tidak dapat dimasukkan kembali kedalam
anus
Ambang penilaian nyeri :
P : Klien mengatakan nyeri diperparah saat
BAB, melakukan aktifitas, duduk terlalu
lama
Q : Nyeri seperti ditusuk- tusuk benda tajam
R : Nyeri pada anus
23

S : Skala 6
T : Nyeri hilang timbul
- Klien mengatakan mengalami gangguan tidur

DO :
- Skala nyeri 6 (Sedang)
- Saat dilakukan palpasi terdapat
benjolan pada anus dan tidak dapat
dimasukkan
- Wajah tampak meringis menahan nyeri
- Vital Sign:
TD :120/80 mmHg
HR : 20 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,7 0C
2 DS : Ansietas Kurangnya
- Klien mengatakan takut untuk operasi dan informasi
pasrah dengan hasilnya tentang
- Klien mengatakan baru pertama kali prosedur
menjalani operasi pembedahan,
- Klien mengatakan semoga operasinya lancar penyembuhan
- Klien menanyakan bagaimana prosedur dan dan perawatan
lama operasi post operasi
- Klien mengatakan mengalami gangguan tidur

DO :
- Klien tampak tegang
- TD : 120/90 N: 80 x/m RR: 20 kali/menit
- Ekstremitas dingin
- Tampak memegang perut
24

2) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Ansietas b.d kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan, penyembuhan dan
perawatan post operasi
25

3) Rencana Keperawatan Pre Operatif


No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Tingkat nyeri: Manajemen nyeri:
agen cedera Setelah dilakukan asuhan  Lakukan pengkajian nyeri
biologis keperawatan selama 1x15 secara komprehensif
menit pertemuan nyeri termasuk lokasi,
pasien berkurang dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi
- Mampu mengontrol nyeri  Monitor vital sign
(tahu penyebab nyeri,  Pantau ekspresi wajah pasien
mampu menggunakan  Observasi reaksi non verbal
tehnik nonfarmakologi dari ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri)  Evaluasi pengalaman nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri masa lalu
berkurang dengan  Gunakan teknik komunikasi
menggunakan manajemen terapeutik untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri
- Mampu mengenali nyeri  Ajarkan teknik relaksasi nafas
(skala, intensitas, frekuensi dalam untuk mengurangi
dan tanda nyeri) nyeri
 Tentukan kebutuhan frekuensi
untuk melakukan pengkajian
ketidaknyamanan pasien
 Kendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
ketidak nyamanan
 Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
26

berapa lama nyeri akan


berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
 Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
pemberian obat analgetik.
2. Ansietas b.d Tingkat kecemasan: Pengurangan Kecemasan:
kurangnya Setelah dilakukan asuhan  Gunakan pendekatan yang
informasi keperawatan selama 1x15 menenangkan
tentang menit pasien menunjukan  Ciptakan hubungan saling
prosedur kecemasan terkontrol dengan percaya
pembedahan, kriteria hasil:  Jelaskan seluruh prosedur
penyembuhan - Klien mampu tindakan kepada pasien dan
dan perawatan mengidentifikasi dan perasaan yang mungkin
post operasi mengungkapkan gejala muncul pada saat melakukan
cemas tindakan
- Mengidentifikasi,  Pahami keadaan pasien
mengungkapkan dan  Berikan informasi tentang
menunjukan tehnik untuk diagnosa, prognosis dan
mengontrol cemas tindakan
- Vital sign dalam batas  Mendampingi pasien untuk
normal mengurangi kecemasan dan
- Postur tubuh, ekspresi meningkatkan kenyamanan
wajah, bahasa tubuh  Dorong pasien untuk
menunjukan berkurangnya menyampaikan tentang isi
kecemasan perasaannya
 Kaji tingkat kecemasan
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
27

 Bantu pasien menjelaskan


keadaan yang bisa
menimbulkan kecemasan
 Ajarkan pasien teknik
relaksasi

4) Pelaksanaan dan Evaluasi


Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Tgl 7 Februari 2018 jam Tgl 7 Februari 2018 jam 10.15
agen cedera 10.10 S:
biologis Manajemen nyeri - Klien masih mengeluh nyeri pada
 Melakukan pengkajian bagian anus
nyeri secara - Klien mengatakan dapat menggunakan
komprehensif termasuk teknik relaksasi nafas dalam untuk
lokasi, karakteristik, mengurangi nyeri
durasi, frekuensi - Klien mengatakan posisi berbaring
 Memonitor vital sign membuat nyeri yang dirasakan
 Memantau ekspresi wajah berkurang
pasien - Klien mengatakan nyeri berkurang

 Mengobservasi reaksi saat melakukan relaksasi nafas dalam

non verbal dari O:

ketidaknyamanan - Ekspresi wajah pasien tampak lebih

 Mengevaluasi rileks

pengalaman nyeri masa - Ekspresi wajah pasien tampak meringis

lalu - Klien menyebutkan skala, intensitas,

 Menggunakan teknik frekuensi dan tanda nyeri

komunikasi terapeutik - Vital Sign

untuk mengetahui TD : 120/ 80 mmHg


28

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
pengalaman nyeri N : 80 x/ m
 Mengajarkan teknik P : 20 x/ m
relaksasi nafas dalam - Skala nyeri : 3 (ringan)
untuk mengurangi nyeri A: Masalah teratasi sebagian
 Menentukan kebutuhan P: Lanjutkan Intervensi
frekuensi untuk - Kolaborasi dilakukan
melakukan pengkajian hemoroidektomy
ketidaknyamanan pasien - Anjurkan pasien untuk melakukan
 Mengendalikan faktor teknik relaksasi nafas dalam untuk
lingkungan yang dapat mengurangi nyeri
mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidak
nyamanan
 Memberikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
2 Ansietas b.d Tgl 7 Februari 2018 jam Tgl 7 Februari 2018 jam 10.10
kurangnya 10.10 S:
informasi Pengurangan - Klien mengatakan lebih siap untuk
tentang Kecemasan: menjalani operasi
prosedur  Menggali pengalaman - Klien mengatakan cemas berkurang
pembedahan, operasi sebelumnya dengan menggunakan teknik relaksasi
penyembuhan  Membantu pasien nafas dalam
dan perawatan untuk mengungkapkan O:
29

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
post operasi perasaan, ketakutan - Ekspresi wajah klien tampak lebih
terkait rencana operasi rileks
yang akan dijalani. - Tampak menggunakan teknik relaksasi
 Mendengarkan dengan nafas dalam
penuh perhatian - Vital Sign
 Menjelaskan prosedur TD : 120/ 80 mmHg
yang pasien belum N : 80 x/ m
memahami P : 20 x/ m
 Menemani pasien A: Masalah teratasi
untuk memberikan P: Intervensi dihentikan
keamanan dan
mengurangi takut
 Mengajarkan teknik
relaksasi dengan tarik
nafas dalam
 Mendampingi pasien
untuk mengurangi
kecemasan dan
meningkatkan
kenyamanan
 Mengkaji tingkat
kecemasan
30

ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF


Pengkajian
Operasi dilakukan pada tanggal 7 Februari 2018 jam 10.10 Wib, klien dibawa
keruangan operasi I dan dipindahkankemeja operasi dengan posisi supinasi
1. Tanda-tanda vital:
TD :120/80 mmHg
HR : 20 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,7 0C
Jenis operasi : kotor
Tim Bedah :
Operator : dr.Tri Gunawan Sp.B
Anastesi :dr. Basuki Sp An
Penata : P. Slamet
Asisten 1 : P. Tarsudi
Instrumen : Ratih
Sirkulasi : Isnawan
a. Persiapan Ruangan
1) Mengatur meja operasi
2) Mengecek nyala dan mengatur lampu operasi
3) Menyiapkan linen, perlak dan under pad di atas meja operasi
4) Menyiapkan ESU (Elektro Surgical Unit), suction, Oksigen
5) Menyiapkan trolley mayo instrument
6) Menyiapkan dan memastikan instrument dan linen dalam keadaan steril
7) Menyiapkan tempat sampah medis, non medis dan tajam
8) Menyiapkan tempat jas dan duk kotor
b.Menyiapkan suhu ruangan 19-24˚C, kelembapan ruangan 45-60%
c. Persiapan Linen
1) Jas operasi : 4 potong
2) Duk sedang : 2 lembar
31

3) Duk kecil : 3 lembar


4) Duk lobang : 1 lembar
5) Sarung meja mayo : 1 lembar
6) Perlak alas meja mayo : 1 lembar
7) Handuk kecil : 4 lembar
d.Persiapan Instrumen Hemoroidektomy
1. Sponge holding forcep : 1 buah
2. Kidney tray (bengkok) : 1 buah
3. Bowl (Kom) : 2 buah
4. Scapel handle : 1 buah
5. Dressing forceps (Duk klem) : 4 buah
6. Dissecting forceps (Pinset anatomis ) : 1 buah
7. Tissue forceps (Pinset chirugis) : 1 buah
8. Ligature scssors (Gunting benang ) : 1 buah
9. Metzenbaum (Gunting jaringan ) : 1 buah
10. Hemoestatik forcep (Pean) : 6 buah
11. Hemoestatik forcep kocher : 2 buah
12. Needle holder : 1 buah

e. Persiapan Bahan Habis Pakai


1. Handscone Steril no 7,5/6,5 : 2 / 1 buah
2. Bisturi no 20 : 1 buah
3. Povidone Iodine 10% : 50 cc
4. Alkohol 70% : 50 cc
5. Benang chromik no 0 round tapper : 1 buah
6. Kassa steril : 20 lembar
7. Urine bag : 1 buah
8. Faley cateter no 16 : 1 buah
9. Spuit 10 cc : 1 buah
10. Kemicitin salep kulit : Secukupnya
32

11. Plester : Secukupnya


f. Persiapan pasien
1. Perawat sirkuler melakukan serah terima pasien dengan perawat bangsal
(konfirmasi identitas klien, prosedur operasi, marking site, inform consent
tindakan bedah dan anastesi, alergi dan riwayat pernyakitnya)
2. Perawat melakukan sign in yang meliputi mengkomfirmasi ulang identitas klie
meliputi nama klien, umur, No. RM,tanggal lahir yang dicocokkan dengan
gelang klien. Perawat memastikan pasien mengetahui tindakan operasi pada
pasien. Perawat menanyakan kepada klien apakan memiliki riwayat alergi.
Perawat menanyakan kepada perawat bangsal apakah klien sudah di berikan
antibiotic profilaksis atau belum. Kemudian perawat menanyakan kepada
dokter anastesi apakah alat dan mesin anastesi sudah siap untuk digunakan.
Serta perawat menanyakan kepada dokter anastesi apakah klien memiliki
resiko pendarahan
3. Memindahkan pasien ke kamar operasi dan mengatur pasien supine
4. Selanjutnya memasang monitor saturasi, tensi dan nadi pada lengan,
selanjutnya dilakukan spinal anastesi
5. Pakaian dan selimut pasien sambil untuk dilakukan tindakan pemasangan
catheterno 16,
6. Pasien diposisikan lithotomi, dan pasang negative plate pada kaki kanan dan
dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
g. Persiapan perawat
1) Memastikan kebenaran pasien dan rencana tindakan yang akan dilakukan
2) Perawat menyiapkan instrument steril, linen steril, dan bahan habis pakai
3) Perawat Instrumen (scrubnurse) melakukan cuci tangan dengan air mengalir
dengan antiseptik Clorhecxydine 4%selama 5 menit diikuti asisten operator
dan operator.
4) Setelah cuci tangan, menggunakan gown steril yang sudah disiapkan
oleh circulating nurse.
33

5) Memakai gloving (sarung tangan) yang sudah disiapkan oleh circulating


nurse.
6) Circulating nursemembuka pembungkus instrumen dengan tidak menyentuh
bagian yang steril.

h. Prosedur Operasi
1) Perawat scrub nurse menyiapkan instrumen operasi menghitung dan menata
sesuai urutan yang mau dipakai serta menghitung kassa yang dibutuhkan dan
memasang bisturi no 20 di skapel no 4
2) Menyiapkan Povidone Iodine 10% dan alkohol 70% di dalam kom dibantu
circulating nurse.
3) Setelah siap asisten operasi dan scrub nurse, dan pasien sudah dalam posisi
lithotomi. Selanjutnyascrub nurse melakukan skin preparation didaerah anus,
Desinfektan yang pertama menggunakan cairan alkohol 70% dengan cara
melingkar sesuai arah jarum jam dari luar ke dalam dilakukan berulang ulang
4) Desinfeksi yang ke dua menggunakan kassa Povidone iodine 10% dengan cara
melingkar dari luar ke kedalam dan dilakukan berulang - ulang.
5) Melakukan pemasangan doek steril dibawah gluteal
6) Melakukan drepping dengan 4 duk sedang, 3 kecil dan duk lubang Pasang
monopolar cauter (ESU Monopolar). Lalu jepit dengan doekklem.
7) Mendekatkan meja mayo dengan bed operasi
8) Circulating nurse melakukan Time out
9) Sebelum insisi, perawat sirkuler membacakan Time Out
TIME OUT JAM 10 : 20
No Tindakan Sudah Belum
1 Seluruh anggota tim memperkenalkan nama dan √
perannya
- Operator : dr.TriGunawan Sp.B
- Anastesi : dr Basuki Sp An
- Asisten anastesi: P. Slamet
34

- Asisten : Tarsudi, AMK


- Scrub Nurse : Ratih Dwi Nugraheni S.Kep., Ns
- Sirculating Nurse : Isnawan
2 Dokter bedah, dokter anestesi dan perawat
melakukan konfirmasi seacara verbal
- Nama pasien √
- Prosedur √
- Lokasi dimana insisi akan dibuat √
3 Apakah antibiotic profilaksis sudah diberikan √
- Nama antibiotk yang diberikan? Ceftriaxone
- Dosis antibiotic yang diberikan? 1 gram
4 Antisipasi kejadian kritis :
a. Review dokterbedah :
- Langkah apa yang akan diakukan bila Stop Operasi,
kondisi kritis atau kejadian yang Lapor anesthesia
tidakdiharapkan?
- Lama operasi? 60 Menit
- Antisipasi kehilangan darah? Transfusi
b. Review timanastesia :
- Apakah ada hal khusus yang perlu di TTV
perhatikan pada pasien?
- Langkah apa yang dilakukan bila ada kondisi Resusitasi
kritis atau kejadian tidak diharapkan?
c. Review tim perawat :
- Apakah peralatan sudah steril? Steril
- Adakah alat-alat yang perlu diperhatikan ?
 Jumlah instrument? 22
 Jumlah kassa? 20 lembar
 Jumlah jarum? 1 buah
35

10) Operasi dimulai dengan memberikan pinset chirurgie untuk mengecek spinal
anastesi apakah sudah bereaksi apa belum.
11) Memberikan klem untuk memegang hemoroid
12) Memberikan mess untuk melakukan incisi di dasar hemorroid exsterna
13) Muscosa dasar hemoroid diklem lalu diantara kedua klem digunting setahap demi
setahap sampai hemoroid diangkat
14) Dilakukan heating hemoroidalis dengan benang cromic no 0
15) Dilakukan heating kulit dengan mukosa dengan cromic no 0 mengelilingi anus.
16) Kontrol perdarahan lagi bila masih ada diheacting lagi.
17) Circulating nurse melakukan sign out
No SIGN OUT (Jam : 11.15) Sudah Belum
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal pada tim:

a. Prosedur bedah telah di catat, √ -


b. Peralatan, kasa, dan jarum telah dihitung dengan benar. √ -
Item Pra Intra +an Pasca
Instrumen 22 22 - 22
Kasa 20 20 - 20
Jarum 1 1 - 1
c. Spesimen telah diberikan label (termasuk nama pasien dan
√ -
asal jaringan specimen)
d. Adakah masalah dengan peralatan selama operasi - √
2, Operator dokter bedah, dokter anastesi, perawat mereview
masalah utama apa yang harus di perhatikan untuk - √
penyembuhan dan managemen pasien selanjutnya.

18) Memasang tampon yang diolesi bethadin dan salep kulit kemicitin
19) Membersihkan luka dengan providon iodin 10%
20) Kemudian dibersihkan dengan kassa yang diberikan NaCl dan dikeringkan
disekitar anus dengan kassa kering.
21) Kemudian ditutup dengan kassa kering dan ditutup dengan plester.
36

22) Mengambil duk klem,duk lubang, duk sedang dan duk kecil.
23) Mengembalikan posisi pasien supinasi
24) Operasi dinyatakan selesai, pasien dirapikan kembali.
25) Pasien di pindah ke recovery room
b. Analisa Data Intra Operasi
No Data Problem Etiologi
1 DS: - Risiko infeksi Prosedur Invasif
DO :
 Pembedahan dilakukan ± 25 menit.
 Terpasang infus RL ditangan kanan
 Turgor kulit elastis (tidak anemis)
 Lokasi anus
 jenis operasi bersih terkontaminasi
 Terpasang foley kateter no 16, dipasang
tanggal 7 februari 2018
2 DS : - Risiko gangguan faktor mekanik
DO : integritas kulit (alat yang
 Klien terpasang alat yang terhubung dapat
sumber energi menimbulkan
 Prosedur pembedahan pada klien luka
menggunakan mess

c. Diagnosa Keperawatan Intra operatif


1) Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur invasive
2) Risiko gangguan integritas kulit dengan faktor risiko faktor mekanik (alat yang
dapat menimbulkan luka
d. Rencana keperawatan
No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1 Risiko infeksi Kontrol Infeksi: Kontrol infeksi: intra
37

dengan factor Setelah dilakukan tindakan operatif


risiko keperawatan selama 1x60 menit 1. Monitor dan jaga suhu ruangan
prosedur diharapkan Risiko cidera tidak antara 210 C
invasif terjadi dengan kriteria hasil : 2. Batasi dan kontrol jumlah
- Perawat melakukan cuci tangan orang yang berada di ruang
bedah sesuai prosedur operasi
- Perawat menggunakan alat 3. Verifikasi bahwa antibiotik
pelindung diri profilaksis telah diberikan
- Perawat mampu mempraktekan dengan tepat
strategi untuk mengontrol 4. Lakukan tindakan-tindakan
infeksi pencegahan precaution
- Perawat mampu menggunakan 5. Pastikan personil operasi
prinsip steril pada instrument menggunakan pakaian yang
- Perawat mampu sesuai
mempertahankan lingkungan 6. Verifikasi keutuhan kemasan
yang bersih steril
7. Verifikasi indikator-indikator
sterilisasi
8. Buka persediaan peralatan
steril dengan tehnik aseptik
9. Bantu pemakaian jas operasi.
10. Pisahkan alat-alat yang steril
dan non steril.
11. Periksa kulit dan jaringan
sekitar pembedahan.
12. Jaga ruangan tetap rapi dan
teratur untuk membatasi
kontaminasi.
13. Bersihkan instrumen setelah
digunakan dengan melakukan
38

dekontaminasidan sterilkan
instrumen dengan baik.
14. Koordinasikan pembersihan
ruang operasi untuk pasien
berikutnya.
2 Risiko Setelah dilakukan tindakan Tindakan Pencegahan dalam
gangguan keperawatan selama 1x60 menit Pembedahan
integritas kulit diharapkan Risiko gangguan 1. Periksa prosedur dan area
dengan faktor integritas kulit tidak terjadi pembedahan.
risiko faktor dengan kriteria hasil : 2. Periksa keutuhan kabel listrik.
mekanik (alat - Tidak terjadi lecet pada kulit 3. Periksa ketepatan unit
yang dapat yang tepasang elektroda. pembedahan elektronik.
menimbulkan - Tidak terjadi luka bakar pada 4. Inspeksi kulit pasien di area
luka kulit yang terpasang ground alas lapang pembedahan.
elektroda/ negative. 5. Pasang negative plate pada
lapang pembedahan pada area
yang kering, utuh dengan
perumbuhan rambut yang
minimal, masa otot yang
besar dan sedekat mungkin
dengan area pembedahan.
6. Sesuaikan koagualasi dan arus
pemotong sesuai intruksi
dokter
7. Hitung kassa perban, alat
tajam dan instrument,
sebelum, pada saat, dan
setelah pembedahan serta
catat hasil penghitungan.
39

e. Pelaksanaan dan evaluasi


Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Risiko Tgl 7 Februari jam 10.20 WIB Tgl 7 Februari 2017 jam 09.15 WIB
infeksi - Memonitor dan jaga suhu S :
dengan ruangan antara 210 C O:
factor risiko - Membatasi dan mengontrol - Terpasang infus RL ditangan kanan
prosedur jumlah orang yang berada di - Perawat melakukan cuci tangan bedah
invasif ruang operasi sesuai prosedur
- Memverifikasi bahwa antibiotik - Perawat menggunakan alat pelindung
profilaksis telah diberikan diri
dengan tepat - Perawat menggunakan strategi untuk
- Melakukan tindakan-tindakan mengontrol infeksi
pencegahan precaution - Perawat menerapkan prinsip steril
- Memastikan personil operasi pada instrument
menggunakan pakaian yang - Perawat mempertahankan lingkungan
sesuai yang bersih
- Memverifikasi keutuhan A :Masalah risiko infeksi teratasi
kemasan steril P : Intervensi dilanjutkan di ruang
- Memverifikasi indikator- perawatan
indikator sterilisasi - Lakukan perawatan luka pada luka
- Membuka persediaan peralatan operasi
steril dengan tehnik aseptik - Kolaborasi pemberian injeksi
- Membantu pemakaian jas profilaksis
operasi.
- Memisahkan alat-alat yang steril
dan non steril.
- Memeriksa kulit dan jaringan
sekitar pembedahan.
40

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
- Menjaga ruangan tetap rapi dan
teratur untuk membatasi
kontaminasi.
- Membersihkan instrumen
setelah digunakan dengan
melakukan dekontaminasi dan
sterilkan instrumen dengan baik.
- Melakukan koordinasi
pembersihan ruang operasi
untuk pasien berikutnya.
2 Risiko Tgl 7 Februari 2019 jam 10.20 Tgl 7 Februari 2018 jam 10.20 WIB
gangguan WIB : S:
integritas Tindakan Pencegahan dalam O :
kulit dengan Pembedahan - Tampak terpasang alat yang terhubung
faktor risiko - Memeriksa prosedur dan area dengan sumber energi.
faktor pembedahan. - Tampak terpasang negative plate pada
mekanik (alat - Memeriksa keutuhan kabel ekstremitas bawah dekstra
yang dapat listrik. - Kekuatan koagulasi dan arus pemotong
menimbulkan - Memeriksa ketepatan unit 50 : 50
luka pembedahan elektronik. A :Masalah risiko cidera teratasi
- Memasang negative plate pada P : Intervensi dihentikan
lapang pembedahan pada area
yang kering, utuh dengan
perumbuhan rambut yang
minimal, masa otot yang besar
dan sedekat mungkin dengan
area pembedahan.
- Menyesuaikan koagualasi dan
41

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
arus pemotong sesuai instruksi
dokter
- Hitung kassa perban, alat tajam
dan instrument, sebelum, pada
saat, dan setelah pembedahan
serta catat hasil penghitungan.
42

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI


a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan terakir : SD/Sederajat
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Karang nangka RT 04 Sumber agung
No. Register : 129392
Diagnosa Medis : Hemoroid grade IV
Ruang : Recovery Room IBS
Jam/ tanggal : 10.45 / 7 Februari 2018
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, dengan tingkat kesadaran compos
mentis. Klien terpasang oksigen 2 liter/ menit, infus RLdan dower kateter no 16.
Perban luka tampak bersih, kering, dan tidak rembes
Tanda- tanda vital
TD : 130/ 87 mmhg
N : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
System pernafasan : Irama nafas teratur, tidak tampak retraksi dinding dada,
suara nafas vesikuler,penurunan suara nafas membran
mukosa tidak sianosis, pasien terpasang oksigen 2 liter/
menit.
Sirkulasi : Capillary refill time 2 detik, kesadaran compos mentis
43

Standar score
BROMAGE SCORE
No Kriteria Score 15’ 15’ 15’
I II III

1 Tidak mampu menggerakkan kaki 3 3


2 Mampu menggerakkan jari kaki 2 2
3 Mampu memfleksikan lutut 1 1
4 Mampu menggerakkan kaki secara bebas 0

b. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1 DS : Nyeri akut Agen cidera fisik (post
- Klien mengatakan nyeri pada operasi
daerah operasi hemoroidektomy)
P : Post op hemoroidektomy
Q : Nyeri terasa ditusuk-tusuk
R : anus
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul
44

DO :
- Ekspresi klien terlihat menahan
nyeri
- Klien tampak meringis kesakitan
- TD : 130/87 mmHg
- Nadi : 98 kali/menit
- Suhu : 35,5 oC
- RR : 20x/menit
2 DS : Perubahan suhu Pajanan suhu
- Klien mengatakan kedinginan. tubuh lingkungan
DO :
- Klien tampak menggigil
- Akral teraba dingin
- Kulit klien tampak pucat
- TD : 130/87 mmHg
- Nadi : 98 kali/menit
- Suhu : 35,5oC
- RR : 20x/menit
- SpO2 : 99%
3 DS : Risiko jatuh Faktor periode
- Ny. W mengatakan merasa ngantuk pemulihan post
dan pusing operasi
DO :
 Masih terdapat efek spinal
anasthesi
 Kaki masih belm bisa digerakan
 Keadaan umum pasien lemah
 Pasien di pindahkan ke ruangan
recovery room dengan brankard
 TD : 130/87 mmHg
45

 Nadi : 98 kali/menit
 Suhu : 35,5oC
 RR : 20x/menit

c. Diagnosa Keperawatan
1). Nyeri akut b.d agen cidera fisik (Post operasi hemoroidektomi)
2) Perubahan suhu tubuh b.d Perubahan suhu lingkungan
3) Risiko jatuh berhubungan dengan faktor periode pemulihan post operatif
d. Rencana keperawatan
No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Pemulihan pembedahan Manajemen Nyeri
agen cidera fisik Setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan pengkajian nyeri secara
(Post operasi keperawatan selama 1x15 menit komprehensif (lokasi,
hemoroidektomy) diharapkan masalah klien karakteristik, durasi, frekuensi,
teratasi dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas)
- Mampu mengontrol nyeri 2) Berikan informasi mengenai
(tahu penyebab nyeri, nyeri, seperti penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik berapa lama nyeri akan dirasakan
nonfarmakologi untuk dan antisipasi dari
mengurangi nyeri) ketidaknyamanan akibat prosedur.
- Melaporkan bahwa nyeri 3) Ajarkan tekhnik secara non
berkurang dengan farmakologi (relaksasi nafas
menggunakan manajemen dalam)
nyeri 4) Kolaborasi dengan tim kesehatan
- Mampu mengenali nyeri lain untuk pemberian obat
(skala, intensitas, frekuensi analgetik.
dan tanda nyeri)

2 Perubahan suhu Thermoregulation Temperature Regulation :


46

tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan 1) Identifikasi faktor resiko pasien


perubahan suhu keperawatan selama 1x 15 menit apakah mengalami
lingkungan diharapkan masalah hipotermi ketidaknormalan pada suhu tubuh
teratasi dengan kriteria hasil : (general anastesi.
- TTV normal 2) Jaga temperatur tubuh pasien agar
- Tidak terjadi perubahan tetap hangat dengn perangkat
warna kulit pemanasan aktif selama setidaknya
- Tidak terdapat tanda-tanda 15 menit sebelum dimulai
dehidrasi. diberikan anestesi
3) Sesuaikan temperatur ruangan
sekitar untuk meminimalisir resiko
terjadinya hipotermi
4) Monitor tanda-tanda vital termasuk
suhu tubuh secara berkala.
5) Monitor untuk ketidakanormalan
kenaikan atau penurunan pada suhu
tubuh.
3 Risiko jatuh Pemulihan pasca bedah: Transportasi: antar fasilitas
dengan faktor Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi keterbatasan fisik
risiko periode keperawatan selama 1x 45 dan kognitif yang dapat
pemulihan menit diharapkan kejadian meningkatkan potensi jatuh
postoperatif jatuh tidak terjadi dengan :  Gunakan transportasi yang
- Menempatkan dibutuhkan sesuai kondisi pasien
penghalang untuk  Pastikan bahwa pasien telah
mencegah jatuh stabil dan mampu untuk
- Menggunakan prosedur dipindahkan antar fasilitas/ telah
berpindah yang aman memenuhi persyaratan penilaian
- Mengkompensasi bromage score
keterbatasan fisik  Berikan laporan klinis antar
perawat mengenai pasien ke
47

fasilitas penerima dan


dokumentasikan laporannya
 Gunakan side rail pada bagian
kiri dan kanan untuk mencegah
jatuh dari tempat tidur

Perawatan Paska Anastesi


 Monitor dan catat tanda vital
meliputi pengkajian nyeri setiap
15 menit
 Monitor tingkat kesadaran
 Monitor kembalinya fungsi
sensori dan motorik
 Sediakan selimut hangat dengan
tepat
 Atur tempat tidur dengan tepat

e. Pelaksanaan dan evaluasi


Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Tgl 7 Februari 2018 jam Tgl 7 Februari 2018 jam 10.45 WIB
agen cidera fisik 10.45 WIB S:
(Post operasi Manajemen Nyeri - Klien mengatakan nyeri pada daerah
hemoroidektomy) - Melakukan pengkajian operasi
nyeri secara P : Post op hemoroidektomy
komprehensif (lokasi, Q : Nyeri terasa ditusuk-tusuk
karakteristik, durasi, R : area anus
frekuensi, kualitas, S : Skala nyeri 3
intensitas) T : Nyeri hilang timbul
- Memberikan informasi - Klien mengatakan nyeri berkurang
48

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
mengenai nyeri, seperti O :
penyebab nyeri, berapa - Klien mengetahui peyebab nyeri
lama nyeri akan dirasakan - Klien mampu menggunakan tehnik
dan antisipasi dari nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
ketidaknyamanan akibat (Teknik relaksasi nafas dalam)
prosedur. - Klien mampu mengenali nyeri (skala,
- Mengajarkan tekhnik intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
secara non – farmakologi - TTV
(relaksasi nafas dalam) TD : 120/80 mmHg
- Melakukan kolaborasi Nadi : 90 kali/menit
dengan tim kesehatan Suhu : 36,5oC
lain untuk pemberian RR : 20x/menit
obat analgetik. SpO2 : 99%
A :Masalah nyeri teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan di ruangan
- Lakukan kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk pemberian obat
analgetik.
2 Perubahan suhu Tgl 7 Februari 2018 jam Tgl 7 Februari 2018 jam 10.45 WIB
tubuh b.d 10.45 WIB S:
perubahan suhu Temperature Regulation : - Klien mengatakan dingin berkurang
lingkungan - Mengidentifikasi faktor O :
resiko pasien apakah - Klien tampak menggigil berkurang
mengalami - Klien tidak tampak sianosis
ketidaknormalan pada - TTV
suhu tubuh (general TD : 120/80 mmHg
anastesi. Nadi : 90 kali/menit
- Menjaga temperatur Suhu : 36,5oC
49

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
tubuh pasien agar tetap RR : 20x/menit
hangat dengn perangkat SpO2 : 99%
pemanasan aktif selama - Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi.
setidaknya 15 menit A :Masalah teratasi
sebelum dimulai P : Intervensi dihentikan
diberikan anestesi
- Menyesuaikan temperatur
ruangan sekitar untuk
meminimalisir resiko
terjadinya hipotermi
- Memonitor tanda-tanda
vital termasuk suhu tubuh
secara berkala.
- Memonitor untuk
ketidakanormalan
kenaikan atau penurunan
pada suhu tubuh.
3 Risiko jatuh Tgl 7 Februari 2018 jam Tgl 7 Februari 2018 jam 10.45 WIB
dengan faktor 10.45 WIB S:
risiko faktor Transportasi: antar - Ny. M mengatakan merasa pusing
periode fasilitas O:
pemulihan  Mengidentifikasi - Pasien tampak berada di atas brankar
postoperatif keterbatasan fisik dan dengan posisi semifowler
kognitif yang dapat - Penyangga tempat tidur (side
meningkatkan potensi trail)terpasang dengan baik
jatuh - Brankar terkunci dengan baik
 Memindahkan pasien - Pasien berada di atas brankar dengan
dengan teknik yang aman
50

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
benar dan aman - Bromage Score : 3
 Menggunakan side rail A : Masalah teratasi
pada bagian kiri dan P : Intervensi dihentikan
kanan untuk mencegah
jatuh dari tempat tidur
 Melakukan penilaian
skala bromage

Perawatan Paska
Anastesi
 Monitor dan catat tanda
vital, tingkat kesadaran
meliputi pengkajian
nyeri setiap 15 menit
 Monitor kembalinya
fungsi sensori dan
motorik
 Memberikan selimut
hangat kepada pasien
dan atur tempat tidur
dengan tepat
51

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3,
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005 . Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta : Sahabat Setia

Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 . Jakarta : EGC

Instalasi Bedah Sentral. 2006. Manajemen Kamar Bedah. RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.

Jitowiyono, Sugeng & Kristiyanasari, Weni. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi.
Yogyakarta: Nuha Medika.

J. Gruendemann Barbara, Fernsebner Billie. (2005). Buku AjarKeperawatan Perioperatif


Volume 1. Jakarta. EGC

Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta: EGC.

Rendy, M. Clevo & TH Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3, Edisi 8.


Jakarta: EGC.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi, Jakarta :
EGC.
52

Das könnte Ihnen auch gefallen