Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
OLEH :
ANGKATAN X
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan progam pendidikan dan pelatihan perawat instrumen di
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Nur Hidayahselama 3 bulan mulai 11 Januari 2018
s/d10 April 2018. Pada penulisan laporan ini penulis mengambil Asuhan Keperawatan
Perioperatif Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Hemoroid Grade IV Dilakukan Tindakan
HemoroidektomyDi Ruang Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Nur Hidayah”.
Laporan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas dan kewajiban bagi setiap
peserta pelatihan perawatan instrumen di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Nur Hidayah.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan baik teori, metode maupun cara penulisan.
Dalam mengikuti program pendidikan dan pelatihan perawat instrumen, penulis telah
mendapat bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu yaitu :
1. Eko Teguh Bagiono, SST, selaku ketua Pengurus Daerah Hipkabi Yogyakarta.
2. Hariyanto, AMK selaku kepala ruang serta pembimbing klinik Instalasi Bedah Rumah
Sakit Nur Hidayah.
3. Suwadi, AMK selaku pembimbing klinik di Rumah Sakit Nur Hidayah.
4. Seluruh perawat dan staf di ruang Instalasi Bedah Rumah Sakit Nur Hidayah yang
memberikan motivasi, informasi, dan mendukung penyusunan laporan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... 1
TUJUAN .................................................................................................................................... 6
MANFAAT ................................................................................................................................ 6
PENGERTIAN .......................................................................................................................... 8
ETIOLOGI ............................................................................................................................... 10
PATOFISIOLOGI.................................................................................................................... 10
PENATALAKSANAAN ......................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hemorroid atau yang lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien bukan
merupakan suatu keadaan yang patologi, namun bila sudah menimbulkan keluhan harus
segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Hemorroid dari kata “haima” dan ‘’rheo’’.
dalam medis berarti pelebaran pembuluh darah vena didalam pleksus hemorroidalis yang ada
di daerah anus. dibedakan menjadi dua yaitu hemorroid interna dan hemorroid eksterna yang
pembagiannya berdasarkan letak pleksus hemorroidalis yang terkena. (Murbawani, 2006)
Hemorroid dapat menyebabkan kesulitan untuk defekasi. Hemoroid tidak hana terjadi
pada pri usia tua, tetapi wanita bisa terjadi hemorroid. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa,tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Hemoroid
umum diderita oleh umur 50, sekitar separuh orang dewasa dengan yang menimbulkan rasa
gatal, terbakar, pendarahan dan terasa menyakitkan. Dalam banyak kesempatan kondisi boleh
memerlukan hanya selfcare perawatan sendiri dan lifestyle gaya hidup.
Dewasa ini pola makan masyarakat semakin berubah sesuai dengan tuntutan keadaan.
padahal mengkosumsi makanan rendah serat dapat menyebakan susah buang air besar. bila
sudah mengalami sulit buang air besar, maka pada akhirnya faeses harus dengan mengejan.
hal ini menyebabkan pembuluh darah di bagian anus, yakni pleksus hemorroidalis akan
merenggang, membesar karena adanya tekanan yang tingi dari dalam. Bila hal ini terjadi
terjadi teus menerus maka pembuluh darah tidak akan mampu kembali ke bentuk semula.
Kejadian ini dialami pula oleh wanita yang sedang hamil dan seseorang yang obesitas. Lama
kelamaan, akan terjadipenonjolan hemorroid yang tidah dapat dimasukkan kembali kedalam
anus sehingga harus dilakukan tindakan pembedahan. Hemorroid yang membesar dapat
disertai prolaps yang melalui anus. Bila prolaps tidak segera diobati dapat menjadi kronik dan
5
bisa terinfeksi atau mengalam trombosis. Bila prolaps sudah terinfeksi akan menimbulkan
rasa nyeri yang hebat dan akan mengalami pendarahan yang banyak. Penderita hemorroid
yang sudah prolaps pada saat defekasi akan keluar darah yang banyak dan rasa nyeri
(Isselbacher,dkk,2000)
Hemorroid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan sayur dan buah
yang cukup sehingga mebuat feces tidak mengeras. Selain itu hemorroid dapat dicegah degan
cara olahraga yang cukup, tidak duduk terlalu lama dan tidak berdiri terlalu lama
(Merdikoputro, 2006)
Menurut data dari badan kesehatan dunia (WHO), angka kejadian hemorroid terjadi
diseluruh negara dengan persentase 54%mengalami gangguan hemorroid. Di Amerika Serikat
angka kejadian hemorroid sekitar 4,4% pada wanita maupun pria. Angka kejadian tertinggi
antara 45-65 tahun dan jarang sekali terjadi pada usia dibawah 20 tahaun. Di Indonesia
berasarkan data kementrian kesehatan yang diperoleh ari rumah sakit di 33 provinsi, terdapat
335 pasien yang menderita hemorroid baik hemorroid interna maupun eksterna (Kemenkes,
2009)
Kejadian hemorroid di Rumah Sakit Nur Hidayah selama tiga bulan terakhir yaitu
sebanyak 23 pasien. Sebagian besar kasus hemorroid dilakukan tindakan hemorroidektomy.
Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melaksanakan dan menyusun
laporan kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. M Dengan
Diagnosa Medis Hemorroid Grade IV Dilakukan Tindakan Hemoroidektomy Di Ruang
Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Nur Hidayah
6
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah bagaimanakah asuhan
keperawatan perioperatif pada Ny. M dengan Diagnosa Medis Hemorroid Grade IV
Dilakukan Tindakan Hemorroidektomy?
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup laporan kasus ini adalah ilmu keperawatan perioperatif pada Ny.M dengan
Diagnosa Hemorroid Dilakukan Tindakan Hemorroidektomy Di Ruang Instalasi Bedah
Sentral Rumah Sakit Nur Hidayah. Laporan kasus ini dilakukan pada tanggal 7 Februari
2018.
TUJUAN
a. Tujuan Umum
Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif pada klien
dengan diagnosa medis hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan hemorrodektomy
b. Tujuan Khusus
1. Peserta mampu mengetahui dan melakukan pengkajian perioperatif pada klien
dengandiagnosa medis hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan hemorroidektomy.
2. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan peri operatif pada klien
dengan diagnosa hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan hemorroidektomy.
3. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan peri operatif pada klien dengan
diagnosa medis hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan hemorroidektomy.
4. Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan peri operatif pada
klien dengan diagnosa medis hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan
hemorroidektomy
MANFAAT
a. Bagi Keluarga
Membantu memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang dapat membantu dalam
proses penyembuhan klien dan menurunkan kecemasan keluarga klien.
b. Bagi Pelayanan Rumah Sakit
7
Memberikan gambaran pada pihak rumah sakit terkait asuhan keperawatan perioperatif
pada klien dengan diagnosa medis hemorroid grade IV yang dilakukan tindakan
hemorroidektomy.
c. Bagi Bidang Keperawata
Masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tentang asuhan
keperawatan perioperatif pada klien dengan diagnosa medishemorroid grade IV yang
dilakukan tindakan hemorroidektomy
d. Bagi Profesi Keperawatan
Memberi gambaran secara lebih luas tentang area kerja perawat yang bersifat holistik
dan komprehensif, dimana perawat mempunyai peran yang luas dalam mendukung
kesembuhan dan peningkatan derajat kesehatan klien melalui asuhan keperawatan
perioperatif.
e. Bagi Penulis
Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan asuhan keperawatan
perioperatif khususnya pada klien dengan diagnosa medis hemorroid grade IV yang
dilakukan tindakan hemorroidektomy
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi. Pada usia lima puluhan, 50% individu diantaranya mengalami
berbagai tipe hemoroidberdaarkan luasnya vena terkena. Kehamilan diketahui
mengawali atau memperberat adanya hemoroid(Smeltzer, 2002)
Hemoroid merupakkan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. dibawah atau diluar linea
dentante pelebaran vena yang berada di bawah kulit (sub kutan) disebut hemoroid
eksterna. sedangkan diatas atau didalam linea dentate, pelebaran vena yang berada
dibawah mukosa (sub mukosa) disebut hemoroid interna
Hemoroid adalah vena – vena yang berdilatasi membengkak dilapsan rektum.
(Potter, 2006)
ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi
Bagian utama dari usus besar yang terakhir disebut sebagia rektum dan
membentang dari colon sigmoid sampai anus (muara kebagian luar tubuh).
Satu inchi terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh
otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah
sekitar 15 cm (5,9 inci). Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan
dan belhan kiri berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteri
mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asenden, dan
duapertiga colon transversum) dan arteri mesenteria inferior mendarahi
belahan kiri (sepertiga distal colon transversum, kolon asenden dan colon
sigmoid dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rektum
berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari
arteri iliaka iterna dan aorta abdominalis
b. Fisiologi
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalu vena
mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis
9
sukarnya defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul
disuatu tempat dan tidak dapat dikeluarkan, maka disebut impaksi feses.
Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongest
vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini merupakan salah satu
penyebab hemoroid (vena varikosa rektum).
ETIOLOGI
Faktor resiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air
besar yang sulit, pola buang air besar yang salah, peningkatan tekanan intra abdomen,
karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin
pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kroni, diare kronik atau
akut yang berlebiha, hubungan seks perianal, kurang minu, kurang makan makanan
berserat, kurang olahraga.
Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi akibat buang air besar tidak teratur
dan setiap kali buang air besar mengedan terlalu keras, telalu lama duduk sepanjang
tahun, infeksi, kehamilan dapat merupakan faktor – faktor penyebab hemoroid.
Faktor predeposisi tewrjadinya hemoroid adlah herediter, anatomi, makanan,
pekerjaan, psikis. Sedangkan faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan
sirkulasiparsial dan peningkatan tekanan intra abdomen), fisiologis, dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salaing berkaitan.
PATOFISIOLOGI
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Telah disebutka beberapa faktor etoliologi yaitu
konstipasi, diare, sering mengejan, kangesti pelvis pada kehamilan, pembesaran
prostat, dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang sering disertai hipertensi
portalsering mengakibatkan hemoroid,karana ven hemoroidalis superior mengalirkan
darah kesistem portal. Selain itu sistem portal tidak memiliki katup, sehingga mudah
teradi aliran balik.
Hemorid dapat dibedakan atas hemoroid eksternal dan interna. Hemoroid
eksterna dibedakan menjadi bentuk hemoroid akut dan kronis. Bentuk akut berupa
bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya suatu hematom, walapun disebut
sebagai hemoroid trombosis akut eksternal. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan
11
gatal, karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang –
kadang perlu membuang trombus dengan anastesi lokal, atau dapat diobati dengan
kompres duduk panas analgesik. Hemoroid eksternal kronis atau sering disebut
skintag biasanya meruakan sekuel dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau
lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah.
Hemorid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat 1, bila
terjadi pembesaranhemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat dilihat
dengan anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang
atau masuk sendiri kedalam anus secara spontan. Derajat 3, pembesaran hemoroid
yang prolaps dan masuk lagi kedalam anus dengan bantuan dorongan jari. Derajat 4,
prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung akan mengalami trombisis
dan infrak.
PENATALAKSANAAN
Gejala hemoroid dan ketidaknyaman dapat dihilangkan hygene personal yang
baik dan menhindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang
mengandung buah dan serat satu- satunya tindakan yang diperlukan, bila tindakan ini
gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat melewati usus untuk dapat
membantu. Rendam duduk dengan salep, dan supositoria yang mengandung anastesi,
dan tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid.
Fotokoagulasiinframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang
digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya. Injeksi larutan
sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini
membantu mencegah prolaps.
12
Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombus luas, yang
harus diatasi dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomy atau insisi bedah, dapat
dilakukan dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringansisa yang terlibat dalam
jaringan ini. Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan
hemoroid diangkat egan klem dan kauter atau dengan ligasi kemudian dieksisi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Diagnosa Perioperatif
Nyeri akut b.d agen cidera biologis
Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi.
b. Diagnosa Intraoperatif
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau
luka
Risiko gangguan integritas kulit dengan faktor risiko faktor mekanik (alat
yang dapat menimbulkan luka
Risiko perdarahan dengan faktor risiko dilakukannya pembedahan
c.Diagnosa post operatif
Nyeri akut b.d agen cidera fisik (Post operasi hemoroidektomy)
Perubahan suhu tubuh b.d Perubahan suhu lingkungan
Risiko jatuh berhubungan dengan faktor periode pemulihan post operatif
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Berat Badan : 58 kg
Tinggi badan : 158 cm
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : TD : 120 / 70 mmHg
Nadi : 80 x /mnt
R : 20 x /mnt
S : 36,7 °C
Ambang penilaian nyeri :
Klien mengeluh nyeri pada anus dan benjolan tidak dapat dimasukkan lagi kedalam
anus.
P : Klien mengatakan nyeri diperparah saat buang air besar,melakukan aktifitas dan
saat duduk teralu lama
Q : Nyeri seperti ditusuktusuk benda tajam
R : Nyeri pada perut bagian anus
S : Skala 6
T : Nyeri hilang timbul
b) Kepala : Simetris, bentuk mesocepal, kulit kepala bersih
c) Mata : Mata bentuk simetris, penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, pupil ka/ki 3 ml, reflek cahaya (+)
d) Telinga : Tidak menggunakan alat bantu dengar, pendengaran baik.
e) Hidung : cukup bersih, lubang hidung simetris.
f) Mulut : Bibir dan mukosa mulut lembab tidak menggunakan gigi palsu
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP tidak meningkat
h) Dada
Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : Iktus cordis teraba RIC 5 mid clavikularis sinistra
17
Perkusi : Redup
Auskultasi : Reguler
i) Paru-paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Simetris ekspansi dada
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
j). Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Palpasi : Nyeri tekan (+) di abdomen bagian bawah
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus 12 kali/ menit
k) Genitalia :Terpasang dower kateter no 16, tanggal 7 Februari 2018, pada
rektum terdapat benjolan yang tidak dapat dimasukkan kedalam anus
l) Ektremitas
- Ekstermitas atas : tidak ada oedem, tidak ada kesemutan, tidak ada baal, terpasang
IV line di lengan sebelah kanan
- Ekstermitas bawah : tidak ada oedem, reflek patella positif, tidak ada varises
18
Skore : 10
Ket :
0 : Tidak ada gejala
1 : Satu dari gejala yang ada
2 : sedang atau separuh dari gejala yang ada
3 : berat atau lebih dari setengah gejala yang ada
4 : sangat berat
Derajat Cemas
< 6 : Tidak ada kecemasan
7-14 : Kecemasan ringan
15-27 : Kecemasan sedang
.27 : Kecemasan berat
c). Penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 6 Februari 2018 (terlampir)
d). Administrasi
Persetujuan tindakan operasi telah ditanda tangani oleh keluarga, saksi, dan
dokter. (informed concent bedah dan anastesi
e). SIGN IN (Sebelum Induksi Anestesi)
Sebelum induksi anestesi (SIGN IN)
Diisi pukul : 10 : 10 WIB
Pasien telah dikonfirmasi Nama : Ny. M
Identifikasi Pasien RM : 129392
Gelang identitas : Merah Muda
Diagnosa : Hemoroid grade IV
1
Prosedur Memastikan kepada pasien terhadap prosedur
operasi
Informed consent Operasi Ada
Informed consent Anestesi Ada
Lokasi operasi sudah diberi -
2
tanda.
22
S : Skala 6
T : Nyeri hilang timbul
- Klien mengatakan mengalami gangguan tidur
DO :
- Skala nyeri 6 (Sedang)
- Saat dilakukan palpasi terdapat
benjolan pada anus dan tidak dapat
dimasukkan
- Wajah tampak meringis menahan nyeri
- Vital Sign:
TD :120/80 mmHg
HR : 20 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,7 0C
2 DS : Ansietas Kurangnya
- Klien mengatakan takut untuk operasi dan informasi
pasrah dengan hasilnya tentang
- Klien mengatakan baru pertama kali prosedur
menjalani operasi pembedahan,
- Klien mengatakan semoga operasinya lancar penyembuhan
- Klien menanyakan bagaimana prosedur dan dan perawatan
lama operasi post operasi
- Klien mengatakan mengalami gangguan tidur
DO :
- Klien tampak tegang
- TD : 120/90 N: 80 x/m RR: 20 kali/menit
- Ekstremitas dingin
- Tampak memegang perut
24
2) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Ansietas b.d kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan, penyembuhan dan
perawatan post operasi
25
Mengevaluasi rileks
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
pengalaman nyeri N : 80 x/ m
Mengajarkan teknik P : 20 x/ m
relaksasi nafas dalam - Skala nyeri : 3 (ringan)
untuk mengurangi nyeri A: Masalah teratasi sebagian
Menentukan kebutuhan P: Lanjutkan Intervensi
frekuensi untuk - Kolaborasi dilakukan
melakukan pengkajian hemoroidektomy
ketidaknyamanan pasien - Anjurkan pasien untuk melakukan
Mengendalikan faktor teknik relaksasi nafas dalam untuk
lingkungan yang dapat mengurangi nyeri
mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidak
nyamanan
Memberikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
2 Ansietas b.d Tgl 7 Februari 2018 jam Tgl 7 Februari 2018 jam 10.10
kurangnya 10.10 S:
informasi Pengurangan - Klien mengatakan lebih siap untuk
tentang Kecemasan: menjalani operasi
prosedur Menggali pengalaman - Klien mengatakan cemas berkurang
pembedahan, operasi sebelumnya dengan menggunakan teknik relaksasi
penyembuhan Membantu pasien nafas dalam
dan perawatan untuk mengungkapkan O:
29
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
post operasi perasaan, ketakutan - Ekspresi wajah klien tampak lebih
terkait rencana operasi rileks
yang akan dijalani. - Tampak menggunakan teknik relaksasi
Mendengarkan dengan nafas dalam
penuh perhatian - Vital Sign
Menjelaskan prosedur TD : 120/ 80 mmHg
yang pasien belum N : 80 x/ m
memahami P : 20 x/ m
Menemani pasien A: Masalah teratasi
untuk memberikan P: Intervensi dihentikan
keamanan dan
mengurangi takut
Mengajarkan teknik
relaksasi dengan tarik
nafas dalam
Mendampingi pasien
untuk mengurangi
kecemasan dan
meningkatkan
kenyamanan
Mengkaji tingkat
kecemasan
30
h. Prosedur Operasi
1) Perawat scrub nurse menyiapkan instrumen operasi menghitung dan menata
sesuai urutan yang mau dipakai serta menghitung kassa yang dibutuhkan dan
memasang bisturi no 20 di skapel no 4
2) Menyiapkan Povidone Iodine 10% dan alkohol 70% di dalam kom dibantu
circulating nurse.
3) Setelah siap asisten operasi dan scrub nurse, dan pasien sudah dalam posisi
lithotomi. Selanjutnyascrub nurse melakukan skin preparation didaerah anus,
Desinfektan yang pertama menggunakan cairan alkohol 70% dengan cara
melingkar sesuai arah jarum jam dari luar ke dalam dilakukan berulang ulang
4) Desinfeksi yang ke dua menggunakan kassa Povidone iodine 10% dengan cara
melingkar dari luar ke kedalam dan dilakukan berulang - ulang.
5) Melakukan pemasangan doek steril dibawah gluteal
6) Melakukan drepping dengan 4 duk sedang, 3 kecil dan duk lubang Pasang
monopolar cauter (ESU Monopolar). Lalu jepit dengan doekklem.
7) Mendekatkan meja mayo dengan bed operasi
8) Circulating nurse melakukan Time out
9) Sebelum insisi, perawat sirkuler membacakan Time Out
TIME OUT JAM 10 : 20
No Tindakan Sudah Belum
1 Seluruh anggota tim memperkenalkan nama dan √
perannya
- Operator : dr.TriGunawan Sp.B
- Anastesi : dr Basuki Sp An
- Asisten anastesi: P. Slamet
34
10) Operasi dimulai dengan memberikan pinset chirurgie untuk mengecek spinal
anastesi apakah sudah bereaksi apa belum.
11) Memberikan klem untuk memegang hemoroid
12) Memberikan mess untuk melakukan incisi di dasar hemorroid exsterna
13) Muscosa dasar hemoroid diklem lalu diantara kedua klem digunting setahap demi
setahap sampai hemoroid diangkat
14) Dilakukan heating hemoroidalis dengan benang cromic no 0
15) Dilakukan heating kulit dengan mukosa dengan cromic no 0 mengelilingi anus.
16) Kontrol perdarahan lagi bila masih ada diheacting lagi.
17) Circulating nurse melakukan sign out
No SIGN OUT (Jam : 11.15) Sudah Belum
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal pada tim:
18) Memasang tampon yang diolesi bethadin dan salep kulit kemicitin
19) Membersihkan luka dengan providon iodin 10%
20) Kemudian dibersihkan dengan kassa yang diberikan NaCl dan dikeringkan
disekitar anus dengan kassa kering.
21) Kemudian ditutup dengan kassa kering dan ditutup dengan plester.
36
22) Mengambil duk klem,duk lubang, duk sedang dan duk kecil.
23) Mengembalikan posisi pasien supinasi
24) Operasi dinyatakan selesai, pasien dirapikan kembali.
25) Pasien di pindah ke recovery room
b. Analisa Data Intra Operasi
No Data Problem Etiologi
1 DS: - Risiko infeksi Prosedur Invasif
DO :
Pembedahan dilakukan ± 25 menit.
Terpasang infus RL ditangan kanan
Turgor kulit elastis (tidak anemis)
Lokasi anus
jenis operasi bersih terkontaminasi
Terpasang foley kateter no 16, dipasang
tanggal 7 februari 2018
2 DS : - Risiko gangguan faktor mekanik
DO : integritas kulit (alat yang
Klien terpasang alat yang terhubung dapat
sumber energi menimbulkan
Prosedur pembedahan pada klien luka
menggunakan mess
dekontaminasidan sterilkan
instrumen dengan baik.
14. Koordinasikan pembersihan
ruang operasi untuk pasien
berikutnya.
2 Risiko Setelah dilakukan tindakan Tindakan Pencegahan dalam
gangguan keperawatan selama 1x60 menit Pembedahan
integritas kulit diharapkan Risiko gangguan 1. Periksa prosedur dan area
dengan faktor integritas kulit tidak terjadi pembedahan.
risiko faktor dengan kriteria hasil : 2. Periksa keutuhan kabel listrik.
mekanik (alat - Tidak terjadi lecet pada kulit 3. Periksa ketepatan unit
yang dapat yang tepasang elektroda. pembedahan elektronik.
menimbulkan - Tidak terjadi luka bakar pada 4. Inspeksi kulit pasien di area
luka kulit yang terpasang ground alas lapang pembedahan.
elektroda/ negative. 5. Pasang negative plate pada
lapang pembedahan pada area
yang kering, utuh dengan
perumbuhan rambut yang
minimal, masa otot yang
besar dan sedekat mungkin
dengan area pembedahan.
6. Sesuaikan koagualasi dan arus
pemotong sesuai intruksi
dokter
7. Hitung kassa perban, alat
tajam dan instrument,
sebelum, pada saat, dan
setelah pembedahan serta
catat hasil penghitungan.
39
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
- Menjaga ruangan tetap rapi dan
teratur untuk membatasi
kontaminasi.
- Membersihkan instrumen
setelah digunakan dengan
melakukan dekontaminasi dan
sterilkan instrumen dengan baik.
- Melakukan koordinasi
pembersihan ruang operasi
untuk pasien berikutnya.
2 Risiko Tgl 7 Februari 2019 jam 10.20 Tgl 7 Februari 2018 jam 10.20 WIB
gangguan WIB : S:
integritas Tindakan Pencegahan dalam O :
kulit dengan Pembedahan - Tampak terpasang alat yang terhubung
faktor risiko - Memeriksa prosedur dan area dengan sumber energi.
faktor pembedahan. - Tampak terpasang negative plate pada
mekanik (alat - Memeriksa keutuhan kabel ekstremitas bawah dekstra
yang dapat listrik. - Kekuatan koagulasi dan arus pemotong
menimbulkan - Memeriksa ketepatan unit 50 : 50
luka pembedahan elektronik. A :Masalah risiko cidera teratasi
- Memasang negative plate pada P : Intervensi dihentikan
lapang pembedahan pada area
yang kering, utuh dengan
perumbuhan rambut yang
minimal, masa otot yang besar
dan sedekat mungkin dengan
area pembedahan.
- Menyesuaikan koagualasi dan
41
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
arus pemotong sesuai instruksi
dokter
- Hitung kassa perban, alat tajam
dan instrument, sebelum, pada
saat, dan setelah pembedahan
serta catat hasil penghitungan.
42
Standar score
BROMAGE SCORE
No Kriteria Score 15’ 15’ 15’
I II III
b. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1 DS : Nyeri akut Agen cidera fisik (post
- Klien mengatakan nyeri pada operasi
daerah operasi hemoroidektomy)
P : Post op hemoroidektomy
Q : Nyeri terasa ditusuk-tusuk
R : anus
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul
44
DO :
- Ekspresi klien terlihat menahan
nyeri
- Klien tampak meringis kesakitan
- TD : 130/87 mmHg
- Nadi : 98 kali/menit
- Suhu : 35,5 oC
- RR : 20x/menit
2 DS : Perubahan suhu Pajanan suhu
- Klien mengatakan kedinginan. tubuh lingkungan
DO :
- Klien tampak menggigil
- Akral teraba dingin
- Kulit klien tampak pucat
- TD : 130/87 mmHg
- Nadi : 98 kali/menit
- Suhu : 35,5oC
- RR : 20x/menit
- SpO2 : 99%
3 DS : Risiko jatuh Faktor periode
- Ny. W mengatakan merasa ngantuk pemulihan post
dan pusing operasi
DO :
Masih terdapat efek spinal
anasthesi
Kaki masih belm bisa digerakan
Keadaan umum pasien lemah
Pasien di pindahkan ke ruangan
recovery room dengan brankard
TD : 130/87 mmHg
45
Nadi : 98 kali/menit
Suhu : 35,5oC
RR : 20x/menit
c. Diagnosa Keperawatan
1). Nyeri akut b.d agen cidera fisik (Post operasi hemoroidektomi)
2) Perubahan suhu tubuh b.d Perubahan suhu lingkungan
3) Risiko jatuh berhubungan dengan faktor periode pemulihan post operatif
d. Rencana keperawatan
No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Pemulihan pembedahan Manajemen Nyeri
agen cidera fisik Setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan pengkajian nyeri secara
(Post operasi keperawatan selama 1x15 menit komprehensif (lokasi,
hemoroidektomy) diharapkan masalah klien karakteristik, durasi, frekuensi,
teratasi dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas)
- Mampu mengontrol nyeri 2) Berikan informasi mengenai
(tahu penyebab nyeri, nyeri, seperti penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik berapa lama nyeri akan dirasakan
nonfarmakologi untuk dan antisipasi dari
mengurangi nyeri) ketidaknyamanan akibat prosedur.
- Melaporkan bahwa nyeri 3) Ajarkan tekhnik secara non
berkurang dengan farmakologi (relaksasi nafas
menggunakan manajemen dalam)
nyeri 4) Kolaborasi dengan tim kesehatan
- Mampu mengenali nyeri lain untuk pemberian obat
(skala, intensitas, frekuensi analgetik.
dan tanda nyeri)
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
mengenai nyeri, seperti O :
penyebab nyeri, berapa - Klien mengetahui peyebab nyeri
lama nyeri akan dirasakan - Klien mampu menggunakan tehnik
dan antisipasi dari nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
ketidaknyamanan akibat (Teknik relaksasi nafas dalam)
prosedur. - Klien mampu mengenali nyeri (skala,
- Mengajarkan tekhnik intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
secara non – farmakologi - TTV
(relaksasi nafas dalam) TD : 120/80 mmHg
- Melakukan kolaborasi Nadi : 90 kali/menit
dengan tim kesehatan Suhu : 36,5oC
lain untuk pemberian RR : 20x/menit
obat analgetik. SpO2 : 99%
A :Masalah nyeri teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan di ruangan
- Lakukan kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk pemberian obat
analgetik.
2 Perubahan suhu Tgl 7 Februari 2018 jam Tgl 7 Februari 2018 jam 10.45 WIB
tubuh b.d 10.45 WIB S:
perubahan suhu Temperature Regulation : - Klien mengatakan dingin berkurang
lingkungan - Mengidentifikasi faktor O :
resiko pasien apakah - Klien tampak menggigil berkurang
mengalami - Klien tidak tampak sianosis
ketidaknormalan pada - TTV
suhu tubuh (general TD : 120/80 mmHg
anastesi. Nadi : 90 kali/menit
- Menjaga temperatur Suhu : 36,5oC
49
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
tubuh pasien agar tetap RR : 20x/menit
hangat dengn perangkat SpO2 : 99%
pemanasan aktif selama - Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi.
setidaknya 15 menit A :Masalah teratasi
sebelum dimulai P : Intervensi dihentikan
diberikan anestesi
- Menyesuaikan temperatur
ruangan sekitar untuk
meminimalisir resiko
terjadinya hipotermi
- Memonitor tanda-tanda
vital termasuk suhu tubuh
secara berkala.
- Memonitor untuk
ketidakanormalan
kenaikan atau penurunan
pada suhu tubuh.
3 Risiko jatuh Tgl 7 Februari 2018 jam Tgl 7 Februari 2018 jam 10.45 WIB
dengan faktor 10.45 WIB S:
risiko faktor Transportasi: antar - Ny. M mengatakan merasa pusing
periode fasilitas O:
pemulihan Mengidentifikasi - Pasien tampak berada di atas brankar
postoperatif keterbatasan fisik dan dengan posisi semifowler
kognitif yang dapat - Penyangga tempat tidur (side
meningkatkan potensi trail)terpasang dengan baik
jatuh - Brankar terkunci dengan baik
Memindahkan pasien - Pasien berada di atas brankar dengan
dengan teknik yang aman
50
Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan
benar dan aman - Bromage Score : 3
Menggunakan side rail A : Masalah teratasi
pada bagian kiri dan P : Intervensi dihentikan
kanan untuk mencegah
jatuh dari tempat tidur
Melakukan penilaian
skala bromage
Perawatan Paska
Anastesi
Monitor dan catat tanda
vital, tingkat kesadaran
meliputi pengkajian
nyeri setiap 15 menit
Monitor kembalinya
fungsi sensori dan
motorik
Memberikan selimut
hangat kepada pasien
dan atur tempat tidur
dengan tepat
51
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3,
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005 . Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta : Sahabat Setia
Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 . Jakarta : EGC
Instalasi Bedah Sentral. 2006. Manajemen Kamar Bedah. RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.
Jitowiyono, Sugeng & Kristiyanasari, Weni. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Rendy, M. Clevo & TH Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi, Jakarta :
EGC.
52