Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
diajukan oleh
Kepada
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009
Analisis Kesediaan Membayar Pelanggan Rumah Tangga Terhadap
Peningkatan Kualitas Air PDAM
(Studi Pada PDAM Tirtamarta Yogyakarta Tahun 2009)
ABSTRACT
1)
Mahasiswa Magister Ekonomika Pembangunan UGM
2)
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM
1. PENGANTAR
Tanpa air manusia tidak mungkin dapat bertahan hidup. Di sisi lain, kita sering
bersikap menerima air begitu saja tanpa mempertanyakannya. Bahkan dalam ilmu
ekonomi dikenal adanya istilah water-diamond paradox atau paradoks air dan
berlian di mana air yang begitu esensial dinilai begitu murah sementara berlian yang
Yogyakarta Tahun 2005 – 2025 diprediksikan bahwa dalam jangka waktu 20 tahun
ke depan orang yang beraktivitas di Kota Yogyakarta akan semakin meningkat. Hal
air tanah. Menurut Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, pada Tahun 2007, 90
persen sumber air baku di Kota Yogyakarta diperkirakan telah tercemar oleh bakteri
2005 -2025 dinyatakan bahwa jika kontinuitas pelayanan air bersih dari PDAM
Tirta Marta dan kondisi lingkungan tidak terjaga dengan baik, maka masyarakat
akan cenderung menggunakan air tanah yang bisa mengancam kesehatan karena
Jumlah sumur gali dan sumur pompa yang didata oleh Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta sampai dengan tahun 2006 sebanyak 34.280 sumur gali dan 2.805
sumur pompa. Jumlah sumber air yang dimiliki oleh penduduk Kota Yogyakarta
1
yang sampai dengan akhir Desember 2008 sebanyak 33.973 pelanggan yang 91,43
Sementara itu PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta memiliki 3 buah sumber mata air
permukaan, 1 sumber sungai, 10 sumber sumur dangkal dan 30 buah sumur dalam.
akhir tahun 2008 sebesar 40,79 persen atau penduduk yang terlayani oleh PDAM
Tirtamarta sebanyak 186.378 orang dari 456.915 orang penduduk yang berada pada
wilayah teknis PDAM. Tingkat kualitas air yang dimiliki oleh PDAM Tirtamarta
Kota Yogyakarta dan disistribusikan kepada pelanggan saat ini baru memenuhi
mengurangi sampai setengah jumlah penduduk yang tidak memiliki akses kepada
air bersih yang layak minum, Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 2003
2004 menjadi 62 persen pada tahun 2015. Selain itu, sesuai dengan PP 16 Tahun
2005 tentang Air Minum, pada tahun 2008, seluruh PDAM sudah harus dapat
mengalirkan air yang langsung dapat diminum (potable water) dan bukan hanya air
bersih (clean water). Pada kenyataannya sampai dengan akhir tahun 2008 baru
beberapa PDAM yang telah memiliki jaringan pelanggan dengan kualitas air minum
Berkaitan dengan hal terebut Direktur PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta
memasang alat instalasi penyulingan air minum. Wedgwood dan Sansom (2003: 8)
2
menyatakan bahwa survei mengenai kesediaan membayar pelanggan (Willingness to
Pay) telah banyak dilakukan dan memberikan informasi yang cukup berarti bagi
perencanaan investasi dalam pelayanan air minum. Lebih lanjut, Wedgwood dan
Sansom (2003: 8) menyatakan bahwa jika terdapat investasi yang signifikan dalam
pelayanan air minum maka direkomendasikan untuk melakukan WTP survei. Hasil
dari survei WTP tidak saja menghasilkan informasi yang signifikan untuk membuat
Untuk meningkatkan kualitas air minum menjadi air siap minum diperlukan
tentang kemampuan masyarakat dalam membayar air minum. Di samping itu, perlu
pula diketahui determinan preferensi pelanggan tentang air siap minum, yaitu faktor
peningkatan kualitas air siap minum pada PDAM Tirta Marta Yogyakarta, perlu
Penelitian ini merupakan salah satu analisis ekonomi yang dapat digunakan sebagai
Secara spesifik, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk.
3
1. Mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi pelanggan
rumah tangga terhadap peningkatan kualitas air PDAM menjadi air siap minum.
pelanggan rumah tangga terhadap peningkatan kualitas air PDAM menjadi air
siap minum.
4
Studi Oleh Lokasi Variabel Metode Hasil Penelitian
Vietnam pelayanan. service bersedia
membayar lebih untuk
peningkatan kualitas.
Fujita et.all. Iquitos Pendapatan, umur, Weibull WTP diperkirakan
(2005) City, jumlah keluarga, Model adalah dua kali dari
Peru tabungan bulanan, tagihan bulanan dan
volume pemakaian air, ATP sebesar 10 persen
tarif air bulanan, tarif s.d 20 persen dari
kebersihan bulanan, pembayaran bulanan.
tarif listrik
Casey, Manaus, Karakteristik Ordinary Variabel pendapatan
Kahn, dan Amazona demografi, karakteristik Least Square tidak berkorelasi positif
Rivas s, Brazil perumahan, dengan WTP,
(2006) karakteristik pelayanan, sementara variabelnya
karakteristik kesehatan tandanya sesuai dengan
yang diharapkan.
Bilgic et.all Anatolian Jumlah tagihan air, Random Pendidikan, persepsi
(2008) , Turkey harga sumber air, nilai Utility Model tingkat pelayanan,
lelang, pendapatan, kondisi rumah tangga,
kesehatan, persepsi pendapatan dan
terhadap layanan, wilayah berpengaruh
jumlah anggota secara signifikan.
keluarga, jumlah orang
bekerja di rumah, umur,
pendidikan, status,
wilayah tempat tinggal
Zapata et.all Loja, WTP, umur, pekerjaan, Tobit Model Gender, tagihan bulan-
(2009) Equador gender, pendidikan, an, persepsi tarif, akses
jumlah keluarga, 24 jam air berpengaruh
pendapatan, penge- secara signifikan.
luaran rumah tangga,
akses terhadap air,
persepsi tingkat
pelayanan, tagihan
bulanan
baik menyangkut lokasi penelitian, kurun waktu, pendekatan, variabel dan alat
5
Model mengikuti penelitian Nam dan Son (2004).
permintaan dan harga. Permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu
barang ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah:
6. jumlah penduduk;
7. ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang (Sukirno, 2002: 75-76).
subyektif. Browning dan Zupan (1997: 75) mengatakan bahwa preferensi konsumen
yang berbeda-beda, perbedaan itu dapat diidikasikan dari bentuk kurva indiferen.
less maka konsumen akan lebih menyukai kurva indiferen yang lebih tinggi.
6
preferensinya terhadap suatu barang dan dibatasi oleh anggaran yang dimilikinya.
Konsumen akan memilih satu dari sekian banyak barang yang menghasilkan tingkat
seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa
(willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan (Harahap
yang tidak dapat dipasarkan (non market valuation) dapat digolongkan ke dalam 2
(dua) kelompok yakni teknik langsung dan teknik tidak langsung. Secara skematis
Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit di mana
7
willingness to pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini
disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan untuk membayar yang
terungkap). Beberapa teknik yang masuk kelompok ini adalah Travel Cost Method,
Hedonic Pricing, dan teknik yang relatif baru disebut Random Utility Model.
Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei di mana
keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung
diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Teknik penilaian yang cukup populer
Salah satu model Contingent Valuation Method (CVM) yang paling umum
digunakan adalah model dikotomus / Random Utility Model (RUM). Model RUM
dimulai dengan membangun Hipotesis bahwa ada dua kondisi alternatif sumber
daya alam, yaitu kondisi i =0 yang menggambarkan status quo dan kondisi i =1
yang menggambarkan perubahan sumber daya alam seperti yang ditawarkan dalam
terjadi pada kuesioner, dan menggambarkan preferensi yang bersifat random yang
hanya diketahui oleh responden tetapi tidak oleh peneliti. Dengan demikian fungsi
utilitas responden terhadap kondisi sumber daya alam dapat ditulis sebagai berikut:
diperoleh pada kondisi lingkungan yang baik setelah adanya keinginan membayar
8
persamaan sebagai berikut:
menjawab ya atau tidak. Jadi jika ui >u0, kemungkinan responden menjawab “ya”
adalah:
Pr (“ya”)= Pr {ui (Mj-pj, zj, εij) > u0 (Mj, zj, ε0j)} (3)
fungsi utilitas yang biasanya dibuat dalam bentuk linier dan aditif seperti berikut:
adalah fungsi utilitas yang teramati, atau sering dikenal dengan indirect utility
function. Salah satu bentuk fungsi ini dapat ditulis dalam bentuk :
persamaan berikut:
di mana α dan β adalah koefisien atau parameter yang diperoleh melalui pendugaan
dengan teknik regresi atau ekonometrik. Untuk memperoleh nilai WTP yang
9
α 1 z j + εj
WTP = (7)
β
2.1 Hipotesis
2. luas tanah yang dimiliki oleh pelanggan rumah tangga berkorelasi positif dan
6. kepemilikan atas sumber air lain seperti sumur berkorelasi negatif dan signifikan
7. tagihan bulanan rekening air berkorelasi negatif dan signifikan terhadap kesediaan
8. kepuasan pelanggan rumah tangga terhadap pelayanan PDAM berkorelasi positif dan
9. kualitas air siap minum berkorelasi positif dan signifikan terhadap kesediaan
10. biaya peningkatan kualitas yang bersedia dibayarkan oleh pelanggan rumah tangga
10
berkorelasi positif dan signifikan terhadap kesediaan membayar pada peningkatan
kualitas air.
Uji kelayakan model regresi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
data observasi dapat dianalisis menggunakan model regresi logit. Hipotesis yang
Ho: tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi
Ha: ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan
Dasar pengambilan keputusan adalah goodness of fit test yang diukur dengan
nilai chi-square pada uji Hosmer & lemeshow, apabila probabilitas > 0,05 maka Ho
⎛ Pi ⎞
Li = Ln⎜ ⎟ = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ........ + β 10 X 10 (8)
⎝ 1 − Pi ⎠
11
di mana:
X8= Kepuasan dengan pelayanan PDAM saat ini (Puas= 1, Tidak Puas = 0)
X9= Kualitas Air, apabila pelanggan memilih kualitas air minum = 1 dan jika tidak =0
X10= Biaya yang bersedia dikeluarkan jika memilih kualitas air minum (dalam rupiah)
Perhitungan WTP dalam penelitian ini mengikuti yang digunakan oleh Nam
dan Son (2004:17) yang menggunakan Random Utility Model dengan melakukan
regresi logistik atas indirect utility function. Kemudian untuk nilai WTP-nya
CS = −
1 (Vc − Vp) (9)
β M
merupakan fungsi dari utilitas pada kondisi status quo, dan Vp merupakan fungsi
12
sebagai berikut:
V c
=α +β Cost + β HighQ (10)
cos t HighQ
dan
V p
=β Cost + β HighQ (11)
cos t HighQ
3. ANALISIS DATA
tangga PDAM Tirta Marta Yogyakarta yang masih aktif (masih mendapatkan
2. Penelitian ini mengambil sampel pada Kota Yogyakarta dan pada Tahun 2009
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Metode
dengan jelas.
Sampling yakni memilih pelanggan rumah tangga PDAM yang mudah ditemukan.
Metode ini dipilih dengan asumsi bahwa pelanggan rumah tangga memiliki
kualitas air PDAM sehingga siapapun pelanggan rumah tangga PDAM memiliki
13
kesempatan yang sama untuk disampel dan cukup mewakili. Pertimbangan
dilakukan uji kelayakan model regresi dengan menggunakan uji Hosmer &
Ho: tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi
Ha: .....ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan
Uji Hosmer & Lemeshow goodness of fit test hanya dilakukan terhadap
variabel biner yakni variabel yang bernilai 0 dan 1. Hasil pengujian Hosmer &
Tabel 1
Hasil Uji Hosmer & Lemeshow goodness of fit test
Variabel H-L Statistic Probabilitas Andrew Statistic Probabilitas
Chi. Sq (8df) Chi. Sq (10df)
Preferensi 8,5943 0.3777 42.9562 * 0.0000
Kepemilikan 18.4182 * 0.0183 43.7196 * 0.0000
Sumber Air 11.4065 0.1797 15.1906 0.1253
Kepuasan 7.9573 0.4376 21.9483 * 0.0154
Kualitas Air 2.6873 0.9524 31.4382 * 0.0005
* probabilitas signifikan pada α = 0,05
Dari tabel tersebut probabilitas dari nilai H-L statistic untuk variabel
14
kepemilikan lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa
variabel tersebut tidak dapat dianalisis dengan menggunakan model regresi logit.
Kemudian probabilitas nilai H-L statistic empat variabel lainnya lebih besar
dari 0,05 sehingga Ho tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa data penelitian dapat
probabilitas dari nilai Andrew statistic dalam dua variabel yakni variabel WTP dan
Kepemilikan yang di bawah < 0,05 atau signifikan. Hal ini berarti untuk dua
Dari hasil regresi model logit model awal dapat dijelaskan Dari delapan
variabel yang digunakan hanya dua variabel independen yang signifikan yakni
variabel sumber air dengan koefisien sebesar -2.688474 dengan probabilitas sebesar
dalam spesifikasi model yakni terdapat variabel yang seharusnya tidak dimasukkan,
atau terdapat variabel lain yang signifikan yang tidak dimasukkan dalam model,
nilai LR Statistik yang tinggi namun hanya sedikit variabel yang signifikan. Dari
hasil korelasi parsial antarvariabel serta korelasi antara variabel independen dengan
15
tersebut, dapat diasumsikan bahwa tidak terdapat gejala multikolinieritas pada
pengurangan variabel yang tidak signifikan misalnya dengan melakukan uji Wald
variabel tersebut tidak mengubah secara signifikan model awal maka variabel
variabel X dalam uji wald coefficient test tidak signifikan, berarti variabel tersebut
bisa dikeluarkan dari model. Dalam pengujian ini dari hasil regresi logit diuji
dengan dikeluarkan variabel independen yang paling tidak signifikan dari regresi
logit awal yakni variabel tagihan air (X7), variabel luas tanah (X2), dan variabel
pendidikan (X4). Estimasi regresi logit dengan mengeluarkan variabel X2, X7 dan
pendapatan, sumber air, kualitas air, dan variabel biaya. Adapun hasil estimasinya
Tabel 3
Hasil Estimasi Logit Akhir
16
KUALITAS__X9_ 3.79833 1.39772 2.71751 * 0.0066
BIAYA__X10_ 0.00003 0.00001 2.03620 * 0.0417
C -8.436750 3.213723 -2.625226 0.0087
LR statistic (6 df) 52.76075 McFadden R-squared 0.638040
Probability(LR stat) 1.31E-09
Dari hasil regresi model logit tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa dengan
nilai LR statistic dengan 6 df sebesar 52,76075 jauh lebih besar dari nilai tabel Chi-
Dari hasil pengujian tanda pada hasil estimasi logit akhir, seperti terlihat
dalam tabel 3.7 berikut, terdapat empat variabel yang tanda dan tingkat signifikansi
Tabel 4
Uji Tanda Variabel Independen (Hasil Estimasi Akhir)
Variabel Harapan Hasil Estimasi Keterangan
PENDAPATAN__X1_ + / signifikan + / signifikan α=0,05
JML_KELG__X5_ + / signifikan + / tidak signifikan
SUMBER_AIR__X6_ - / signifikan - / signifikan α=0,05
KEPUASAN__X8_ + / signifikan + / tidak signifikan -
KUALITAS__X9_ + / signifikan + / signifikan α=0,05
BIAYA__X10_ + / signifikan + / signifikan α=0,05
Konstanta (C) (-) - / signifikan α=0,05
17
Adapun koefisien dari hasil regresi logit tersebut dapat diinterpretasikan
sebagai berikut.
tanpa dipengaruhi oleh faktor lain menyatakan bersedia untuk membayar sebesar
2. Variabel pendapatan memiliki nilai koefisien sebesar 0,740318 hal ini berarti
apabila terdapat peningkatan pendapatan sebesar Rp1 juta rupiah maka akan
membayar dapat sebesar 0,166. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa dengan
4. Variabel sumber air memiliki koefisien sebesar -2,475864, hal ini berarti bahwa
kepemilikan atas sumber air lain akan mengurangi probabilitas untuk bersedia
yang mempunyai harapan akan kualitas air PDAM sebagai kualitas air minum
18
6. Variabel biaya memiliki koefisien sebesar 0,00003 berarti bahwa setiap
model regresi logit maka dilakukan perhitungan nilai WTP dengan model
function atas perubahan kualitas yakni dengan meregresikan WTP dengan variabel
Tabel 5
Hasil Estimasi Logit Kualitas dan Biaya
Dependent Variable: Preferensi
Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)
Coefficien
Variable t Std. Error z-Statistic Prob.
KUALITAS__X9_ 3.003074 0.816097 3.679800 0.0002
BIAYA__X10_ 2.01E-05 8.55E-06 2.349561 0.0188
C -3.462267 0.930661 -3.720222 0.0002
LR statistic (2 df) 38.09604 McFadden R-squared 0.460699
Probability(LR stat) 5.34E-09
Obs with Dep=0 40 Total obs 63
Obs with Dep=1 23
Dari hasil Estimasi di atas diperoleh fungsi indirect utility untuk status quo
19
sebagai berikut:
V c
= −3,46227 + 0,00002 Biaya + 3,003074 Kualitas
V p
= 0,00002 Biaya + 3,003074 Kualitas
dengan menggunakan nilai rata-rata dari variabel tersebut maka nilai Vc dan Vp
nilai compensating surplus atas peningkatan kualitas tersebut dapat dihitung sebagai
berikut:
1
CS = − (−0,7120 − 2,7502) = 4,6767
0.74032
Dari hasil perhitungan compensating surplus dapat diartikan bahwa untuk
peningkatan kualitas air PDAM menjadi air minum pelanggan rumah tangga
bersedia untuk dikurangi pendapatannya setiap bulan sebesar 4,68 persen. Dengan
pay dari peningkatan kualitas air PDAM menjadi air minum sebesar Rp35.075,47
pendapatan responden maka nilai willingness to pay dari peningkatan kualitas air
4,68%). Apabila dihitung dengan nilai median pendapatan responden maka nilai
willingness to pay dari peningkatan kualitas air PDAM menjadi air minum sebesar
3.7 Diskusi/pembahasan
Dari hasil analisis dengan metode regresi logit tersebut, ternyata determinan
atas kesediaan membayar pelanggan rumah tangga terhadap peningkatan kualitas air
20
PDAM adalah variabel pendapatan, kepemilikan sumber air lainnya, persepsi
pelanggan tentang kualitas air minum serta besarnya biaya yang pelanggan sedia
bayarkan untuk peningkatan kualitas. Untuk variabel pendapatan hasil penelitian ini
merupakan salah satu faktor yang signifikan yang mempengaruhi pelanggan untuk
pelanggan rumah tangga terhadap peningkatan kualitas air minum PDAM adalah
kepemilikan sumber air lainnya yang merupakan barang subtitusi. Variabel ini
memiliki koefisien sebesar – 2,47. Hal ini berarti bahwa pelanggan rumah tangga
yang memiliki sumber air lainnya cenderung untuk tidak bersedia terhadap
peningkatan kualitas PDAM menjadi kualitas air minum. Alasan pelanggan lebih
memilih sumber lainnya pertama adalah pengalaman pelanggan terhadap air PDAM
yang sering berkualitas buruk yakni berwarna kecoklatan serta berbau kaporit.
Alasan kedua karena pelanggan PDAM yang menjadi responden beranggapan air
sumur yang dimilikinya lebih jernih dan lebih murah dibanding dengan air PDAM.
keluarga, kepuasan responden terhadap pelayanan PDAM saat ini, jumlah tagihan
air bulanan, luas tanah dan kepemilikan rumah secara bersama-sama mempengaruhi
WTP yang diestimasi dalam penelitian ini adalah sebesar 4,68 persen dari
21
penghasilan responden per bulan atau sebesar Rp90.000,00 per bulan jika dihitung
dengan rata-rata tagihan bulanan air PDAM sebesar Rp63.285,71 maka pelanggan
rumah tangga bersedia jika tagihan bulanannya meningkat rata-rata sebesar 42.21
persen jika kualitas air PDAM menjadi kualitas air minum. Hal ini menandakan
penghargaan yang cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas air PDAM. Namun
demikian jika dibandingkan dengan tarif tertinggi yang saat ini diterapkan oleh
PDAM yaitu Rp6.500 per M3 untuk pemakaian air di atas 50 M3, misalnya
diasumsikan bahwa WTP sebesar Rp90.000,00 adalah dengan pemakaian air sebesar
30 M3 maka nilai WTP per M3 peningkatan kualitas air hanya sebesar Rp3.000,00.
Nilai WTP per M3 tersebut jika dibandingkan dengan tarif rata-rata PDAM yang
berlaku sekarang yakni sebesar Rp2.700,00 hanya naik sebesar 10 persen. Hal ini
terjadi karena asumsi strategis responden dalam menyikapi perubahan kualitas air
kualitas air menjadi air siap minum berarti tidak perlu lagi membeli air dalam
kemasan. Dengan asumsi tersebut, jumlah yang bersedia dibayar oleh responden
adalah maksimal sebesar pengeluaran yang biasa dilakukan untuk membeli air
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan dan
22
sumber air lainnya, persepsi pelanggan tentang kualitas air minum serta
berpengaruh positif dan signifikan pada level α = 0,05. Sementara untuk variabel
kepemilikan sumber air lainnya memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada
level α = 0,05.
tagihan air bulanan, luas tanah dan kepemilikan rumah secara bersama-sama
terhadap peningkatan kualitas air PDAM. Namun pada penelitian ini tidak
sebesar 0,166.
kualitas air minum diestimasi sebesar 4,68 persen dari pendapatan pelanggan
23
4.2 S a r a n
perencanaan investasi peningkatan kualitas air PDAM menjadi air siap minum
dianggap sebagai tantangan dan sebagai hal penting yang harus dipertimbangkan
DAFTAR PUSTAKA
Briscoe, J, Paulo Furtado de Castro, Charles Griffin, James North, dan Orjan Olsen.
1990, “Toward Equitable and Sustainable Rural Water Supplies: A
Contingent Valuation Studi in Brazil”, The World Bank Economic Review, 4
(2), 113-134
Browning, Edgar. K and Zupan, Mark A., 1997. Microeconomic Theory and
Aplications, Fifth Edition, Harper Collins College Publisher
Casey, James F., James R. Kahn, and Alexandre Rivas. 2006, “Willingness to Pay
for Improve Water Service in Manaus, Amazonas, Brazil”, Ecological
24
Economic, Vol. 58, 365-372
Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Teori dan
Aplikasi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Fujita, Yasou, Ayumi Fujii, Shigeki Furukawa, dan Takehiko Ogawa. 2005.
“Estimation of Willingness to Pay (WTP) for Water and Sanitation Services
through Contingent Valuation Method (CVM): A Case Study in Iquitos City,
The Republic of Peru”, JBICI Review, No.10, 59-87
Harahap, Bilang Nauli dan Djoni Hartono. 2007. “Analisis Kesediaan Membayar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Fasilitas Air Minum
dan Sanitasi di Indonesia”, Makalah pada Parallel Session IIIC: Poverty,
Population & Health, Kampus UI-Depok, 13 Desember 2007
Kuncoro, M. 2001, Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta
de Oca, Gloria Soto Montes, Ian J. Bateman, Robert Tinch dan Peter G. Moffatt.
2003, “Assessing The Willingness to Pay for Maintained and Improved
Water Supply in Mexico City”, CSERGE Working Paper , ECM 03-11
Nam, Pham Khanh, dan Tran Vo Hun Son. 2004, “Household Demand for
Improved Water Service in Ho Chi Minh City: A Comparison of Contingent
Valuation and Choice Modeling Estimate”, Research Paper funded by
EEPSEA
Nugroho, Iwan dan Wahyu Anny Widayati. 2003,”Willingness to Pay for PDAM’s
Pipe Connection: a Case Study in Kabupaten Tulung Agung, East Java
Province, Indonesia”, Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Vol. 51 (4), 421-
431
25
Soeratno, dan Lincolin Arsyad, 2003, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi
dan Bisnis, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Sukirno, Sadono, 2002, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi ketiga, PT.
Raja Grafindo Perkasa, Jakarta
Widarjono, Agus. 2007, Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk ekonomi dan bisnis,
Ekonisia FE UII, Yogyakarta
26