Sie sind auf Seite 1von 29

NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESEDIAAN MEMBAYAR PELANGGAN RUMAH


TANGGA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS AIR PDAM
(STUDI PADA PDAM TIRTAMARTA YOGYAKARTA
TAHUN 2009)

Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan


Bidang Ilmu-ilmu Sosial

diajukan oleh

Muhammad Jalu Wredo Aribowo


20581/PS/MEP/06

Kepada
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009
Analisis Kesediaan Membayar Pelanggan Rumah Tangga Terhadap
Peningkatan Kualitas Air PDAM
(Studi Pada PDAM Tirtamarta Yogyakarta Tahun 2009)

Household Willingness to Pay Analysis for Improvement in PDAM’s Water


Quality (Case Study on PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta 2009)

M. Jalu W. Aribowo1 dan M. Edhie Purnawan2


Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universtas Gajah Mada

ABSTRACT

This study conducted estimates of Willingness to Pay (WTP) of improved


water service in Kota Yogyakarta in the year of 2009. The WTP was estimated
through questionnaire survey on PDAM’s household customer in the line of
Contingent Valuation Method (CVM) using Random Utility Model. Its also
investigates what aspects that influenced household customer decision on improved
water service.
The WTP estimate was about 4.68 percent of household customer monthly
income or in the range between Rp35,075.47 to Rp467,672.95 with median value
Rp90,000.00. The model in this study revealed that income, the ownership of
private water source, perception on improved water service, and the cost of
improvement are statistically significant. The analysis shows that increasing income
foster the probability of the willingness to pay, while the ownership of private water
source reduce the probability of the willingness to pay. The estimation of WTP also
yielded an marginal effect on income as amount 0.166 on improved water service.

Keywords: Contingent Valuation Method, Willingness to Pay, Random Utility


Model

1)
Mahasiswa Magister Ekonomika Pembangunan UGM
2)
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM
1. PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia.

Tanpa air manusia tidak mungkin dapat bertahan hidup. Di sisi lain, kita sering

bersikap menerima air begitu saja tanpa mempertanyakannya. Bahkan dalam ilmu

ekonomi dikenal adanya istilah water-diamond paradox atau paradoks air dan

berlian di mana air yang begitu esensial dinilai begitu murah sementara berlian yang

hanya sebatas perhiasan dinilai begitu mahal.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota

Yogyakarta Tahun 2005 – 2025 diprediksikan bahwa dalam jangka waktu 20 tahun

ke depan orang yang beraktivitas di Kota Yogyakarta akan semakin meningkat. Hal

itu dapat menimbulkan konsekuensi meningkatnya penurunan kualitas dan kuantitas

air tanah. Menurut Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, pada Tahun 2007, 90

persen sumber air baku di Kota Yogyakarta diperkirakan telah tercemar oleh bakteri

E coli (www2.kompas.com). Lebih lanjut dalam RPJPD Kota Yogyakarta Tahun

2005 -2025 dinyatakan bahwa jika kontinuitas pelayanan air bersih dari PDAM

Tirta Marta dan kondisi lingkungan tidak terjaga dengan baik, maka masyarakat

akan cenderung menggunakan air tanah yang bisa mengancam kesehatan karena

mengandung bakteri coli.

Jumlah sumur gali dan sumur pompa yang didata oleh Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta sampai dengan tahun 2006 sebanyak 34.280 sumur gali dan 2.805

sumur pompa. Jumlah sumber air yang dimiliki oleh penduduk Kota Yogyakarta

hampir sebanding dengan jumlah pelanggan PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta

1
yang sampai dengan akhir Desember 2008 sebanyak 33.973 pelanggan yang 91,43

persen merupakan pelanggan rumah tangga atau sebesar 31.062 pelanggan.

Sementara itu PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta memiliki 3 buah sumber mata air

permukaan, 1 sumber sungai, 10 sumber sumur dangkal dan 30 buah sumur dalam.

Jangkauan pelayanan PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta sampai dengan

akhir tahun 2008 sebesar 40,79 persen atau penduduk yang terlayani oleh PDAM

Tirtamarta sebanyak 186.378 orang dari 456.915 orang penduduk yang berada pada

wilayah teknis PDAM. Tingkat kualitas air yang dimiliki oleh PDAM Tirtamarta

Kota Yogyakarta dan disistribusikan kepada pelanggan saat ini baru memenuhi

syarat kualitas air bersih.

Memenuhi target kesepuluh pembangunan millennium (MDG’s) yakni

mengurangi sampai setengah jumlah penduduk yang tidak memiliki akses kepada

air bersih yang layak minum, Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 2003

merencanakan peningkatan sambungan rumah tangga dari 17 persen pada tahun

2004 menjadi 62 persen pada tahun 2015. Selain itu, sesuai dengan PP 16 Tahun

2005 tentang Air Minum, pada tahun 2008, seluruh PDAM sudah harus dapat

mengalirkan air yang langsung dapat diminum (potable water) dan bukan hanya air

bersih (clean water). Pada kenyataannya sampai dengan akhir tahun 2008 baru

beberapa PDAM yang telah memiliki jaringan pelanggan dengan kualitas air minum

di antaranya PDAM Bandung, PDAM Buleleng, PDAM Malang, PDAM Bogor,

PDAM Batam, PDAM Medan. Dan PDAM Padang (www.ciptakarya.pu.go.id).

Berkaitan dengan hal terebut Direktur PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta

menyatakan bahwa perlu dilakukan analisis ekonomi yang cermat sebelum

memasang alat instalasi penyulingan air minum. Wedgwood dan Sansom (2003: 8)

2
menyatakan bahwa survei mengenai kesediaan membayar pelanggan (Willingness to

Pay) telah banyak dilakukan dan memberikan informasi yang cukup berarti bagi

perencanaan investasi dalam pelayanan air minum. Lebih lanjut, Wedgwood dan

Sansom (2003: 8) menyatakan bahwa jika terdapat investasi yang signifikan dalam

pelayanan air minum maka direkomendasikan untuk melakukan WTP survei. Hasil

dari survei WTP tidak saja menghasilkan informasi yang signifikan untuk membuat

proyeksi keuangan namun juga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

menentukan tingkat pelayanan dan pilihan teknis.

Untuk meningkatkan kualitas air minum menjadi air siap minum diperlukan

investasi. Dalam meningkatkan pengembalian investasi diperlukan informasi

tentang kemampuan masyarakat dalam membayar air minum. Di samping itu, perlu

pula diketahui determinan preferensi pelanggan tentang air siap minum, yaitu faktor

sosial ekonomi rumah tangga. Dengan mengetahui determinannya, dapat dilakukan

intervensi untuk meningkatkan determinan tersebut.

Dengan belum dilakukannya analisis ekonomi dalam perencanaan investasi

peningkatan kualitas air siap minum pada PDAM Tirta Marta Yogyakarta, perlu

dilakukan penelitian mengenai kesediaan membayar pelanggan rumah tangga

PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian ini merupakan salah satu analisis ekonomi yang dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam perencanaan investasi peningkatan kualitas air PDAM

menjadi air siap minum untuk memenuhi PP Nomor 16 Tahun 2005.

1.2 Tujuan Penelitian

Secara spesifik, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk.

3
1. Mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi pelanggan

rumah tangga terhadap peningkatan kualitas air PDAM menjadi air siap minum.

2. Mengidentifikasikan nilai rata-rata kesediaan membayar (Willingness to Pay)

pelanggan rumah tangga terhadap peningkatan kualitas air PDAM menjadi air

siap minum.

1.3 Tinjauan Pustaka

1.3.1 Penelitian dalam negeri

Studi Oleh Lokasi Variabel Metode Hasil Penelitian


Nugroho Kabupate Pendapatan, pekerjaan, Qualitative Variabel pendidikan,
dan n Tulung luas tanah, kepemilikan Choice fasilitas telepon,
Widayati Agung rumah, saluran telepon, pendapatan dan
(2003) pendidikan, jumlah perubahan wilayah kota
keluarga, kedalaman berkorelasi positif
sumur dengan pilihan sumber
air PDAM.
Harahap dan Indonesia Variabel dependen Hedonic Kondisi sosial rumah
Hartono sewa rumah per bulan, Pricing Model tangga dan pengeluaran
(2007) independen perkapita
karakteristik sumber air mempengaruhi
minum, karakteristik kemungkinan
struktur rumah, kepemilikan fasilitas
Aksesibilitas, Dummy air minum.
Provinsi

1.3.2 Penelitian luar negeri


Studi Oleh Lokasi Variabel Metode Hasil Penelitian
de Oca et.all Mexico Tagihan air, penge- Dichotomous Rumah tangga miskin
(2003) City tahuan tentang tagihan Choice mempertimbangkan
air, kualitas air, tekanan pelayanan yang dapat
air, pendidikan, jenis diandalkan sementara
kelamin, zona, jumlah rumah tangga yang
keluarga, jumlah anak, lebih sejahtera bersedia
pekerjaan, umur membayar lebih besar
untuk menghindari
penurunan kualitas dari
pada perbaikan
kualitas.
Nam dan Ho Chi Faktor sosioekonomi, Random Rumah tangga yang
Son (2004) Minh profil penggunaan air, Utility telah memiliki
City, persepsi pada tingkat Modeling sambungan water

4
Studi Oleh Lokasi Variabel Metode Hasil Penelitian
Vietnam pelayanan. service bersedia
membayar lebih untuk
peningkatan kualitas.
Fujita et.all. Iquitos Pendapatan, umur, Weibull WTP diperkirakan
(2005) City, jumlah keluarga, Model adalah dua kali dari
Peru tabungan bulanan, tagihan bulanan dan
volume pemakaian air, ATP sebesar 10 persen
tarif air bulanan, tarif s.d 20 persen dari
kebersihan bulanan, pembayaran bulanan.
tarif listrik
Casey, Manaus, Karakteristik Ordinary Variabel pendapatan
Kahn, dan Amazona demografi, karakteristik Least Square tidak berkorelasi positif
Rivas s, Brazil perumahan, dengan WTP,
(2006) karakteristik pelayanan, sementara variabelnya
karakteristik kesehatan tandanya sesuai dengan
yang diharapkan.
Bilgic et.all Anatolian Jumlah tagihan air, Random Pendidikan, persepsi
(2008) , Turkey harga sumber air, nilai Utility Model tingkat pelayanan,
lelang, pendapatan, kondisi rumah tangga,
kesehatan, persepsi pendapatan dan
terhadap layanan, wilayah berpengaruh
jumlah anggota secara signifikan.
keluarga, jumlah orang
bekerja di rumah, umur,
pendidikan, status,
wilayah tempat tinggal
Zapata et.all Loja, WTP, umur, pekerjaan, Tobit Model Gender, tagihan bulan-
(2009) Equador gender, pendidikan, an, persepsi tarif, akses
jumlah keluarga, 24 jam air berpengaruh
pendapatan, penge- secara signifikan.
luaran rumah tangga,
akses terhadap air,
persepsi tingkat
pelayanan, tagihan
bulanan

Dari beberapa penelitian terdahulu, terdapat perbedaan dengan penelitian ini,

baik menyangkut lokasi penelitian, kurun waktu, pendekatan, variabel dan alat

analisis yang digunakan. Dalam penelitian yang mengambil lokasi di Kota

Yogyakarta, variabel yang digunakan merupakan gabungan dari beberapa penelitian

sebelumnya dan pendekatan serta alat analisisnya menggunakan Random Utility

5
Model mengikuti penelitian Nam dan Son (2004).

1.4 Landasan Teori

1.4.1 Permintaan dan harga

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah

permintaan dan harga. Permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu

barang ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah:

1. harga barang itu sendiri;

2. harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut;

3. pendapatan rumah tangga;

4. corak distribusi pendapatan dalam masyarakat;

5. cita rasa masyarakat;

6. jumlah penduduk;

7. ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang (Sukirno, 2002: 75-76).

1.4.2 Teori preferensi konsumen

Teori preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera individu yang

subyektif. Browning dan Zupan (1997: 75) mengatakan bahwa preferensi konsumen

dapat digambarkan memalui kurva indeferren. Konsumen mempunyai preferensi

yang berbeda-beda, perbedaan itu dapat diidikasikan dari bentuk kurva indiferen.

Kurva indeferen menggambarkan semua kondisi yang menurut konsumen dapat

memberikan tingkat kepuasan yang sama. Untuk menunjukkan rangking preferensi

perlu sekumpulan kurva indeferen (indifference map). Karena more is preferred to

less maka konsumen akan lebih menyukai kurva indiferen yang lebih tinggi.

Konsumen dalam melakukan pembelian suatu barang dipengaruhi oleh

6
preferensinya terhadap suatu barang dan dibatasi oleh anggaran yang dimilikinya.

Konsumen akan memilih satu dari sekian banyak barang yang menghasilkan tingkat

kepuasan yang optimal.

1.4.3 Pengukuran nilai ekonomi

Nilai ekonomi juga didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum

seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa

lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan/kesediaan membayar

(willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan (Harahap

dan Hartono, 2007:3).

Menurut Fauzi (2006:212) secara umum teknik valuasi ekonomi sumberdaya

yang tidak dapat dipasarkan (non market valuation) dapat digolongkan ke dalam 2

(dua) kelompok yakni teknik langsung dan teknik tidak langsung. Secara skematis

teknik valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Valuasi Non Market

Tidak Langsung (Revealed Langsung / Survei


Willingness to Pay/WTP) (Expressed WTP)

Hedonic Pricing, Contingent Valuation,


Travel Cost, Random Utility Model,
Random Utility Model. Contingent Choice.

Sumber : Fauzi (2006:213)


Gambar 1
Teknik Valuasi Non-Market

Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit di mana

7
willingness to pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini

disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan untuk membayar yang

terungkap). Beberapa teknik yang masuk kelompok ini adalah Travel Cost Method,

Hedonic Pricing, dan teknik yang relatif baru disebut Random Utility Model.

Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei di mana

keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung

diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Teknik penilaian yang cukup populer

adalah Contingent Valuation Method (CVM) dan Discrete Choice Model.

1.4.4 Random Utility Model

Salah satu model Contingent Valuation Method (CVM) yang paling umum

digunakan adalah model dikotomus / Random Utility Model (RUM). Model RUM

dimulai dengan membangun Hipotesis bahwa ada dua kondisi alternatif sumber

daya alam, yaitu kondisi i =0 yang menggambarkan status quo dan kondisi i =1

yang menggambarkan perubahan sumber daya alam seperti yang ditawarkan dalam

survei CVM. Misalnya M j menggambarkan pendapatan responden j pada kondisi i,

kemudian zj menggambarkan karakteristik responden ke j, termasuk variasi yang

terjadi pada kuesioner, dan menggambarkan preferensi yang bersifat random yang

hanya diketahui oleh responden tetapi tidak oleh peneliti. Dengan demikian fungsi

utilitas responden terhadap kondisi sumber daya alam dapat ditulis sebagai berikut:

uij = u (Mj, zj, εij) (1)

Jika responden kemudian diminta untuk membayar sebesar p, utilitas yang

diperoleh pada kondisi lingkungan yang baik setelah adanya keinginan membayar

dari responden dibandingkan dengan status quo dapat digambarkan dengan

8
persamaan sebagai berikut:

ui (Mj-pj, zj, εij) > u0 (Mj, zj, ε0j) (2)


Namun demikian karena peneliti tidak mengetahui preferensi responden

yang bersifat acak, peneliti hanya mengetahui kemungkinan (probabilitas)

menjawab ya atau tidak. Jadi jika ui >u0, kemungkinan responden menjawab “ya”

adalah:

Pr (“ya”)= Pr {ui (Mj-pj, zj, εij) > u0 (Mj, zj, ε0j)} (3)

Tahap berikutnya dalam permodelan RUM ini adalah menspesifikasikan

fungsi utilitas yang biasanya dibuat dalam bentuk linier dan aditif seperti berikut:

ui (Mj, zj, εij) = vi (Mj, zj) + εij (4)

di mana u i adalah fungsi utilitas yang tidak teramati (unobservable), sementara vi

adalah fungsi utilitas yang teramati, atau sering dikenal dengan indirect utility

function. Salah satu bentuk fungsi ini dapat ditulis dalam bentuk :

vi= α0+ α1Zi1+ α2Zi2+ α3Zi3+ αmZin (5)

di mana Zi adalah variabel sosio ekonomi.

Pendugaan Willingness To Pay dalam persamaan di atas dapat ditulis dengan

persamaan berikut:

α1zj+ β (Mj – WTPj) + εij = α0zj+ β Mj+ εij (6)

di mana α dan β adalah koefisien atau parameter yang diperoleh melalui pendugaan

dengan teknik regresi atau ekonometrik. Untuk memperoleh nilai WTP yang

diinginkan persamaan tersebut dapat dipecah menjadi:

9
α 1 z j + εj
WTP = (7)
β

2. HIPOTESIS DAN ALAT ANALISIS

2.1 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini diformulasikan sebagai berikut:

1. pendapatan rumah tangga berkorelasi positif dan signifikan terhadap kesediaan

membayar pada peningkatan kualitas air;

2. luas tanah yang dimiliki oleh pelanggan rumah tangga berkorelasi positif dan

signifikan terhadap kesediaan membayar pada peningkatan kualitas air;

3. tingkat pendidikan berkorelasi positif dan signifikan terhadap keputusan pelanggan

rumah tangga untuk bersedia membayar pada peningkatan kualitas air;

4. jumlah anggota keluarga berkorelasi positif dan signifikan terhadap kesediaan

membayar pada peningkatan kualitas air;

5. status kepemilikan rumah berkorelasi positif dan signifikan terhadap kesediaan

membayar pada peningkatan kualitas air;

6. kepemilikan atas sumber air lain seperti sumur berkorelasi negatif dan signifikan

terhadap kesediaan membayar pada peningkatan kualitas air;

7. tagihan bulanan rekening air berkorelasi negatif dan signifikan terhadap kesediaan

membayar pada peningkatan kualitas air;

8. kepuasan pelanggan rumah tangga terhadap pelayanan PDAM berkorelasi positif dan

signifikan terhadap kesediaan membayar pada peningkatan kualitas air;

9. kualitas air siap minum berkorelasi positif dan signifikan terhadap kesediaan

membayar pada peningkatan kualitas air;

10. biaya peningkatan kualitas yang bersedia dibayarkan oleh pelanggan rumah tangga

10
berkorelasi positif dan signifikan terhadap kesediaan membayar pada peningkatan

kualitas air.

2.2 Alat Analisis

Untuk mengukur dan menghitung variabel yang akan diteliti, digunakan

pendekatan analisis kuantitatif yang bersifat deskriptif, dengan menggunakan tiga

(3) alat analisis yaitu. sebagai berikut.

2.2.1 Uji kelayakan model regresi

Uji kelayakan model regresi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

data observasi dapat dianalisis menggunakan model regresi logit. Hipotesis yang

dikemukakan dengan menggunakan Hosmer & Lemeshow goodness of fit test

adalah sebagai berikut:

Ho: tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi

dengan klasifikasi yang diamati

Ha: ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan

klasifikasi yang diamati

Dasar pengambilan keputusan adalah goodness of fit test yang diukur dengan

nilai chi-square pada uji Hosmer & lemeshow, apabila probabilitas > 0,05 maka Ho

tidak ditolak dan bila probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.

2.3.1 Analisis logit

Pendugaan parameter yang digunakan untuk memperoleh nilai WTP dalam

penelitian ini menggunakan model regresi logaritmik (Logit) sebagai berikut:

⎛ Pi ⎞
Li = Ln⎜ ⎟ = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + ........ + β 10 X 10 (8)
⎝ 1 − Pi ⎠

11
di mana:

Li = jawaban responden terhadap kesediaan membayar, jika ya = 1 dan tidak = 0

X1= Pendapatan pelanggan dalam rupiah

X2= Luas Tanah dalam m2

X3= Status kepemilikan rumah (milik sendiri = 1 dan lainnya= 0)

X4= Pendidikan (tahun lamanya sekolah)

X5= Jumlah anggota keluarga (orang)

X6= Kepemilikan sumber air lain (Ada = 1, Tidak Ada = 0)

X7= Jumlah pembayaran rekening air perbulan (rupiah)

X8= Kepuasan dengan pelayanan PDAM saat ini (Puas= 1, Tidak Puas = 0)

X9= Kualitas Air, apabila pelanggan memilih kualitas air minum = 1 dan jika tidak =0

X10= Biaya yang bersedia dikeluarkan jika memilih kualitas air minum (dalam rupiah)

2.3.2 Analisis WTP dengan Random Utility Model

Perhitungan WTP dalam penelitian ini mengikuti yang digunakan oleh Nam

dan Son (2004:17) yang menggunakan Random Utility Model dengan melakukan

regresi logistik atas indirect utility function. Kemudian untuk nilai WTP-nya

menggunakan konsep Compensating Surplus (CS) yang merupakan adopsi dari

Hicksian Compensating Surplus. Adapun penghitungan CS dihitung dengan rumus

sebagai berikut (Nam dan Son, 2004:17):

CS = −
1 (Vc − Vp) (9)
β M

di mana βM merupakan koefisien dari atribut uang (Marginal Utility of Income), Vc

merupakan fungsi dari utilitas pada kondisi status quo, dan Vp merupakan fungsi

utilitas dari adanya perbaikan kualitas. Rumus perhitungan Vc dan Vp adalah

12
sebagai berikut:

V c
=α +β Cost + β HighQ (10)
cos t HighQ

dan

V p
=β Cost + β HighQ (11)
cos t HighQ

3. ANALISIS DATA

3.1 Batasan Penelitian

Beberapa batasan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Penelitian ini menggunakan data primer dengan responden pelanggan rumah

tangga PDAM Tirta Marta Yogyakarta yang masih aktif (masih mendapatkan

pelayanan PDAM) tanpa membedakan golongan tarif pelanggan.

2. Penelitian ini mengambil sampel pada Kota Yogyakarta dan pada Tahun 2009

3.2 Jenis dan sumber data/bahan atau materi penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara berstruktur,

yaitu wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dirumuskan

dengan jelas.

Teknik sampling yang dipilih adalah Convenience Sampling / Accidental

Sampling yakni memilih pelanggan rumah tangga PDAM yang mudah ditemukan.

Metode ini dipilih dengan asumsi bahwa pelanggan rumah tangga memiliki

pengalaman yang sama terhadap pelayanan, penggunaan air, pemahaman terhadap

kualitas air PDAM sehingga siapapun pelanggan rumah tangga PDAM memiliki

13
kesempatan yang sama untuk disampel dan cukup mewakili. Pertimbangan

selanjutnya dalam memilih metode sampling tersebut adalah adanya keterbatasan

waktu, biaya dan tenaga penulis dalam melakukan penelitian.

3.3 Uji kelayakan model regresi

Sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan regresi logit

dilakukan uji kelayakan model regresi dengan menggunakan uji Hosmer &

Lemeshow goodness of fit test. Hipotesis yang dikemukakan dengan menggunakan

Hosmer & Lemeshow goodness of fit test adalah sebagai berikut:

Ho: tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi

dengan klasifikasi yang diamati

Ha: .....ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan

klasifikasi yang diamati

Uji Hosmer & Lemeshow goodness of fit test hanya dilakukan terhadap

variabel biner yakni variabel yang bernilai 0 dan 1. Hasil pengujian Hosmer &

Lemeshow goodness of fit test dengan menggunakan software E-views disajikan

dalam tabel 1 berikut:

Tabel 1
Hasil Uji Hosmer & Lemeshow goodness of fit test
Variabel H-L Statistic Probabilitas Andrew Statistic Probabilitas
Chi. Sq (8df) Chi. Sq (10df)
Preferensi 8,5943 0.3777 42.9562 * 0.0000
Kepemilikan 18.4182 * 0.0183 43.7196 * 0.0000
Sumber Air 11.4065 0.1797 15.1906 0.1253
Kepuasan 7.9573 0.4376 21.9483 * 0.0154
Kualitas Air 2.6873 0.9524 31.4382 * 0.0005
* probabilitas signifikan pada α = 0,05

Dari tabel tersebut probabilitas dari nilai H-L statistic untuk variabel

14
kepemilikan lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa

variabel tersebut tidak dapat dianalisis dengan menggunakan model regresi logit.

Kemudian probabilitas nilai H-L statistic empat variabel lainnya lebih besar

dari 0,05 sehingga Ho tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa data penelitian dapat

dianalisis dengan menggunakan model regresi logit. Namun demikian terdapat

probabilitas dari nilai Andrew statistic dalam dua variabel yakni variabel WTP dan

Kepemilikan yang di bawah < 0,05 atau signifikan. Hal ini berarti untuk dua

variabel tersebut penulis harus berhati-hati dalam menginterpretasikan hasil analisis

regresinya. Dari hasil pengujian Hosmer-Lemeshow ini, dapat disimpulkan bahwa

variabel kepemilikan (X3) dikeluarkan dari model regresi logit.

3.4 Analisis model regresi logit

Dari hasil regresi model logit model awal dapat dijelaskan Dari delapan

variabel yang digunakan hanya dua variabel independen yang signifikan yakni

variabel sumber air dengan koefisien sebesar -2.688474 dengan probabilitas sebesar

0,0479 (signifikan pada α=0,05); dan variabel persepsi terhadap peningkatan

kualitas dengan koefisien sebesar 4,263026 dengan probabilitas sebesar 0,0194

(signifikan pada α=0,00). Hal ini menandakan terdapat kemungkinan kesalahan

dalam spesifikasi model yakni terdapat variabel yang seharusnya tidak dimasukkan,

atau terdapat variabel lain yang signifikan yang tidak dimasukkan dalam model,

juga terdapat kemungkinan gejala multikolinieritas. Kondisi tersebut terlihat dari

nilai LR Statistik yang tinggi namun hanya sedikit variabel yang signifikan. Dari

hasil korelasi parsial antarvariabel serta korelasi antara variabel independen dengan

variabel pengganggu tidak terdapat korelasi yang signifikan. Dengan pengujian

15
tersebut, dapat diasumsikan bahwa tidak terdapat gejala multikolinieritas pada

model. Dari model regresi tersebut terdapat kemungkinan salah memasukkan

variabel yang seharusnya dikeluarkan, sehingga diperlukan pengujian untuk

pengurangan variabel yang tidak signifikan misalnya dengan melakukan uji Wald

Coefficient Test (Widarjono, 2007:120).

3.5 Uji Wald Coefficient

Wald coefficient test dilakukan untuk mengeluarkan variabel yang tidak

signifikan dari model. Jika pengujian menunjukkan bahwa dengan dikeluarkannya

variabel tersebut tidak mengubah secara signifikan model awal maka variabel

tersebut bisa dikeluarkan (Insukindro et.all., 2004:210). Jika probabilitas F dari

variabel X dalam uji wald coefficient test tidak signifikan, berarti variabel tersebut

bisa dikeluarkan dari model. Dalam pengujian ini dari hasil regresi logit diuji

dengan dikeluarkan variabel independen yang paling tidak signifikan dari regresi

logit awal yakni variabel tagihan air (X7), variabel luas tanah (X2), dan variabel

pendidikan (X4). Estimasi regresi logit dengan mengeluarkan variabel X2, X7 dan

X4 menghasilkan empat variabel yang signifikan pada α=0,05 yakni variabel

pendapatan, sumber air, kualitas air, dan variabel biaya. Adapun hasil estimasinya

adalah sesuai dengan tabel 3 berikut:

Tabel 3
Hasil Estimasi Logit Akhir

Dependent Variable: Preferensi


Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
PENDAPATAN__X1_ 0.74032 0.33702 2.19664 * 0.0280
JML_KELG__X5_ 0.77601 0.48224 1.60917 0.1076
SUMBER_AIR__X6_ -2.47586 1.18652 -2.08667 * 0.0369
KEPUASAN__X8_ 1.11723 1.19698 0.93337 0.3506

16
KUALITAS__X9_ 3.79833 1.39772 2.71751 * 0.0066
BIAYA__X10_ 0.00003 0.00001 2.03620 * 0.0417
C -8.436750 3.213723 -2.625226 0.0087
LR statistic (6 df) 52.76075 McFadden R-squared 0.638040
Probability(LR stat) 1.31E-09

Obs with Dep=0 40 Total obs 63


Obs with Dep=1 23

* probabilitas signifikan pada α = 0,05


** probabilitas signifikan pada α = 0,10

Dari hasil regresi model logit tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa dengan

nilai LR statistic dengan 6 df sebesar 52,76075 jauh lebih besar dari nilai tabel Chi-

square dengan 6 df dan probabilitas 0,05 sebesar 18,5476 (nilai LR statistik

signifikan) maka dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel independen yang

digunakan dalam analisis regresi tersebut secara-bersama mempengaruhi variabel

independen. Dengan nilai McFadden R-squared sebesar 0,638040 dapat diartikan

bahwa model tersebut dapat menjelaskan variasi-variasi perubahan dalam variabel

dependen sebesar 63,80 persen.

Dari hasil pengujian tanda pada hasil estimasi logit akhir, seperti terlihat

dalam tabel 3.7 berikut, terdapat empat variabel yang tanda dan tingkat signifikansi

sesuai dengan yang diharapkan.

Tabel 4
Uji Tanda Variabel Independen (Hasil Estimasi Akhir)
Variabel Harapan Hasil Estimasi Keterangan
PENDAPATAN__X1_ + / signifikan + / signifikan α=0,05
JML_KELG__X5_ + / signifikan + / tidak signifikan
SUMBER_AIR__X6_ - / signifikan - / signifikan α=0,05
KEPUASAN__X8_ + / signifikan + / tidak signifikan -
KUALITAS__X9_ + / signifikan + / signifikan α=0,05
BIAYA__X10_ + / signifikan + / signifikan α=0,05
Konstanta (C) (-) - / signifikan α=0,05

17
Adapun koefisien dari hasil regresi logit tersebut dapat diinterpretasikan

sebagai berikut.

1. Konstanta sebesar -8,436750 berarti besarnya probabilitas seorang pelanggan

tanpa dipengaruhi oleh faktor lain menyatakan bersedia untuk membayar sebesar

-8,44 persen. Artinya tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seluruh

responden tidak bersedia untuk membayar.

2. Variabel pendapatan memiliki nilai koefisien sebesar 0,740318 hal ini berarti

apabila terdapat peningkatan pendapatan sebesar Rp1 juta rupiah maka akan

meningkatkan probabilitas bersedia membayar sebesar 0,74 persen.

Marginal effect dari variable pendapatan terhadap probabilitas kesediaan

membayar dapat sebesar 0,166. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa dengan

adanya peningkatan pendapatan sebesar 1 persen maka akan meningkatkan

probabilitas bersedia membayar sebesar 0,166 persen.

3. Variabel jumlah keluarga dengan koefisien sebesar 0,776014 berarti apabila

terdapat penambahan jumlah anggota keluarga sebesar satu orang akan

meningkatkan probabilitas untuk bersedia membayar sebesar 0,77 persen.

4. Variabel sumber air memiliki koefisien sebesar -2,475864, hal ini berarti bahwa

kepemilikan atas sumber air lain akan mengurangi probabilitas untuk bersedia

membayar sebesar 2,47 persen.

5. Variabel Kualitas memiliki koefisien sebesar 3,79833 berarti bahwa responden

yang mempunyai harapan akan kualitas air PDAM sebagai kualitas air minum

akan meningkatkan probabilitas untuk membayar sebesar 3,80 persen.

18
6. Variabel biaya memiliki koefisien sebesar 0,00003 berarti bahwa setiap

Rp1.000,00 yang responden sedia untuk bayarkan akan meningkatkan

probabilitas pelanggan menjawab bersedia untuk membayar sebesar 0,03 persen.

Hasil regresi model logit tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

WTP = 1-@LOGIT(-(- 8.436750194+0.7403179344X1+ 0.7760144286 X5 -

2.475864028 X6 + 1.117226357 X8 + 3.798330462 X9 + 0,00003 X10))

3.6. Estimasi WTP

Setelah melakukan estimasi parameter untuk indirect utility function dengan

model regresi logit maka dilakukan perhitungan nilai WTP dengan model

compensating surplus (CS) dengan menggunakan rumus 10 dan 11. Sebelum

melakukan perhitungan WTP terlebih dahulu mendefinisikan indirect utility

function atas perubahan kualitas yakni dengan meregresikan WTP dengan variabel

biaya dan peningkatan kualitas.

Tabel 5
Hasil Estimasi Logit Kualitas dan Biaya
Dependent Variable: Preferensi
Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)
Coefficien
Variable t Std. Error z-Statistic Prob.
KUALITAS__X9_ 3.003074 0.816097 3.679800 0.0002
BIAYA__X10_ 2.01E-05 8.55E-06 2.349561 0.0188
C -3.462267 0.930661 -3.720222 0.0002
LR statistic (2 df) 38.09604 McFadden R-squared 0.460699
Probability(LR stat) 5.34E-09
Obs with Dep=0 40 Total obs 63
Obs with Dep=1 23

Dari hasil Estimasi di atas diperoleh fungsi indirect utility untuk status quo

dan perbaikan kualitas dengan menggunakan rumus 10 dan 11 dapat dirumuskan

19
sebagai berikut:

V c
= −3,46227 + 0,00002 Biaya + 3,003074 Kualitas

V p
= 0,00002 Biaya + 3,003074 Kualitas

dengan menggunakan nilai rata-rata dari variabel tersebut maka nilai Vc dan Vp

masing-masing sebesar -0,7120 dan 2,7502. Dengan menggunakan rumus 9 maka

nilai compensating surplus atas peningkatan kualitas tersebut dapat dihitung sebagai

berikut:

1
CS = − (−0,7120 − 2,7502) = 4,6767
0.74032
Dari hasil perhitungan compensating surplus dapat diartikan bahwa untuk

peningkatan kualitas air PDAM menjadi air minum pelanggan rumah tangga

bersedia untuk dikurangi pendapatannya setiap bulan sebesar 4,68 persen. Dengan

menggunakan nilai terendah dari pendapatan responden maka nilai willingness to

pay dari peningkatan kualitas air PDAM menjadi air minum sebesar Rp35.075,47

per bulan (Rp750.000,00 X 4,68%). Dengan menggunakan nilai tertinggi dari

pendapatan responden maka nilai willingness to pay dari peningkatan kualitas air

PDAM menjadi air minum sebesar Rp467.672,95 per bulan (Rp10.000.000,00 X

4,68%). Apabila dihitung dengan nilai median pendapatan responden maka nilai

willingness to pay dari peningkatan kualitas air PDAM menjadi air minum sebesar

Rp90.000,00 per bulan (Rp2.000.000,00 X 4,68%)

3.7 Diskusi/pembahasan

Dari hasil analisis dengan metode regresi logit tersebut, ternyata determinan

atas kesediaan membayar pelanggan rumah tangga terhadap peningkatan kualitas air

20
PDAM adalah variabel pendapatan, kepemilikan sumber air lainnya, persepsi

pelanggan tentang kualitas air minum serta besarnya biaya yang pelanggan sedia

bayarkan untuk peningkatan kualitas. Untuk variabel pendapatan hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya di mana variabel pendapatan

merupakan salah satu faktor yang signifikan yang mempengaruhi pelanggan untuk

memilih perbaikan kualitas air PDAM menjadi kualitas air minum.

Variabel lain yang berpengaruh secara signifikan terhadap kesediaan

pelanggan rumah tangga terhadap peningkatan kualitas air minum PDAM adalah

kepemilikan sumber air lainnya yang merupakan barang subtitusi. Variabel ini

memiliki koefisien sebesar – 2,47. Hal ini berarti bahwa pelanggan rumah tangga

yang memiliki sumber air lainnya cenderung untuk tidak bersedia terhadap

peningkatan kualitas PDAM menjadi kualitas air minum. Alasan pelanggan lebih

memilih sumber lainnya pertama adalah pengalaman pelanggan terhadap air PDAM

yang sering berkualitas buruk yakni berwarna kecoklatan serta berbau kaporit.

Alasan kedua karena pelanggan PDAM yang menjadi responden beranggapan air

sumur yang dimilikinya lebih jernih dan lebih murah dibanding dengan air PDAM.

Variabel sosio-ekonomik lainnya yakni tingkat pendidikan, jumlah anggota

keluarga, kepuasan responden terhadap pelayanan PDAM saat ini, jumlah tagihan

air bulanan, luas tanah dan kepemilikan rumah secara bersama-sama mempengaruhi

secara signifikan kesediaan membayar pelanggan terhadap peningkatan kualitas air

PDAM. Namun pada penelitian ini tidak menunjukkan pengaruh masing-masing

variabel tersebut terhadap probabilitas WTP.

WTP yang diestimasi dalam penelitian ini adalah sebesar 4,68 persen dari

21
penghasilan responden per bulan atau sebesar Rp90.000,00 per bulan jika dihitung

dengan menggunakan nilai median pendapatan responden. Jika dibandingkan

dengan rata-rata tagihan bulanan air PDAM sebesar Rp63.285,71 maka pelanggan

rumah tangga bersedia jika tagihan bulanannya meningkat rata-rata sebesar 42.21

persen jika kualitas air PDAM menjadi kualitas air minum. Hal ini menandakan

penghargaan yang cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas air PDAM. Namun

demikian jika dibandingkan dengan tarif tertinggi yang saat ini diterapkan oleh

PDAM yaitu Rp6.500 per M3 untuk pemakaian air di atas 50 M3, misalnya

diasumsikan bahwa WTP sebesar Rp90.000,00 adalah dengan pemakaian air sebesar

30 M3 maka nilai WTP per M3 peningkatan kualitas air hanya sebesar Rp3.000,00.

Nilai WTP per M3 tersebut jika dibandingkan dengan tarif rata-rata PDAM yang

berlaku sekarang yakni sebesar Rp2.700,00 hanya naik sebesar 10 persen. Hal ini

terjadi karena asumsi strategis responden dalam menyikapi perubahan kualitas air

menjadi air siap minum, sehingga responden berpendapat dengan perubahan

kualitas air menjadi air siap minum berarti tidak perlu lagi membeli air dalam

kemasan. Dengan asumsi tersebut, jumlah yang bersedia dibayar oleh responden

adalah maksimal sebesar pengeluaran yang biasa dilakukan untuk membeli air

minum dalam kemasan setiap bulannya.

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan dan

hipotesis yang diajukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Determinan atas kesediaan membayar pelanggan rumah tangga terhadap

peningkatan kualitas air PDAM adalah variabel pendapatan, kepemilikan

22
sumber air lainnya, persepsi pelanggan tentang kualitas air minum serta

besarnya biaya yang pelanggan sedia bayarkan untuk peningkatan kualitas.

Variable pendapatan, persepsi pelanggan tentang kualitas air minum dan

besarnya biaya yang pelanggan sedia bayarkan untuk peningkatan kualitas

berpengaruh positif dan signifikan pada level α = 0,05. Sementara untuk variabel

kepemilikan sumber air lainnya memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada

level α = 0,05.

Variabel sosio-ekonomik lainnya yakni tingkat pendidikan, jumlah anggota

keluarga, kepuasan responden terhadap pelayanan PDAM saat ini, jumlah

tagihan air bulanan, luas tanah dan kepemilikan rumah secara bersama-sama

mempengaruhi secara signifikan terhadap kesediaan membayar pelanggan

terhadap peningkatan kualitas air PDAM. Namun pada penelitian ini tidak

menunjukkan pengaruh masing-masing variabel tersebut secara individu

terhadap WTP Variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan serta

memiliki nilai Marginal effect terhadap probabilitas kesediaan membayar

sebesar 0,166.

2. Nilai Willingness to Pay terhadap peningkatan kualitas air PDAM menjadi

kualitas air minum diestimasi sebesar 4,68 persen dari pendapatan pelanggan

rumah tangga perbulan atau berkisar antara Rp35.075,47 sampai dengan

Rp467.672,95 dengan nilai median sebesar Rp90.000,00. Nilai willingness to

pay secara agregat adalah sebesar Rp 2.795.553.592,00 per bulan (Rp90.000,00

x 31.062 pelanggan rumah tangga).

23
4.2 S a r a n

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini maka dapat

diajukan saran-saran sebagai berikut.

1. Bagi pengambil kebijakan di PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta, pertama

hasil perhitungan willingness to pay dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

perencanaan investasi peningkatan kualitas air PDAM menjadi air siap minum

yakni estimasi tingkat pengembalian investasi berdasarkan nilai willingness to

pay adalah sebesar Rp 2.795.553.592,00 per bulan.

2. Kedua berdasarkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhinya ternyata faktor

kepemilikan sumber air lainnya sangat mempengaruhi keputusan pelanggan

terhadap keinginan membayar terhadap peningkatan kualitas. Hal ini dapat

dianggap sebagai tantangan dan sebagai hal penting yang harus dipertimbangkan

bagi PDAM dalam keputusan pengembangan layanan dan keputusan investasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bilgic, Abdulbaki, Gunes Eren, and Wojciech J. Florkowski. 2008, “Willingness to


Pay for Potable Water in Southeastern Turkey: An Application of both
Stated and Revealed Preferences Valuation Method”, Selected Paper
prepared for presentation at the Southern Agricultural Economics
Association Annual Meeting, Dallas, TX, February 2-6 2008

Briscoe, J, Paulo Furtado de Castro, Charles Griffin, James North, dan Orjan Olsen.
1990, “Toward Equitable and Sustainable Rural Water Supplies: A
Contingent Valuation Studi in Brazil”, The World Bank Economic Review, 4
(2), 113-134

Browning, Edgar. K and Zupan, Mark A., 1997. Microeconomic Theory and
Aplications, Fifth Edition, Harper Collins College Publisher

Casey, James F., James R. Kahn, and Alexandre Rivas. 2006, “Willingness to Pay
for Improve Water Service in Manaus, Amazonas, Brazil”, Ecological

24
Economic, Vol. 58, 365-372

FAO. 2000. ”Applications of Contingent Valuation Methods in Developing


Countries”, Economic and Social Development Paper 146.

Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Teori dan
Aplikasi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Fujita, Yasou, Ayumi Fujii, Shigeki Furukawa, dan Takehiko Ogawa. 2005.
“Estimation of Willingness to Pay (WTP) for Water and Sanitation Services
through Contingent Valuation Method (CVM): A Case Study in Iquitos City,
The Republic of Peru”, JBICI Review, No.10, 59-87

Gunatilake, Herath, Jui-Chen Yang, Subhrendu Pattanayak, and Kyeong Ae Choe ,


2007. “Good Practice for Estimating Reliable Willingness to Pay Values in
The Water Supply and Sanitation Sector”, ERD Technical Note No.23, Asian
Development Bank.

Hadad, Nadia, 2003, “Privatisasi Air di Indonesia”, INFID Annual Lobby

Harahap, Bilang Nauli dan Djoni Hartono. 2007. “Analisis Kesediaan Membayar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Fasilitas Air Minum
dan Sanitasi di Indonesia”, Makalah pada Parallel Session IIIC: Poverty,
Population & Health, Kampus UI-Depok, 13 Desember 2007

Insukindro, R. Maryatmo, Aliman, Sri Yani Kusumastuti, dan A. Ika Rahutami,


2004, Modul Ekonometrika Dasar, Kerjasama BI dan FE-UGM, Yogyakarta

Kuncoro, M. 2001, Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta

de Oca, Gloria Soto Montes, Ian J. Bateman, Robert Tinch dan Peter G. Moffatt.
2003, “Assessing The Willingness to Pay for Maintained and Improved
Water Supply in Mexico City”, CSERGE Working Paper , ECM 03-11

Nam, Pham Khanh, dan Tran Vo Hun Son. 2004, “Household Demand for
Improved Water Service in Ho Chi Minh City: A Comparison of Contingent
Valuation and Choice Modeling Estimate”, Research Paper funded by
EEPSEA

Nugroho, Iwan dan Wahyu Anny Widayati. 2003,”Willingness to Pay for PDAM’s
Pipe Connection: a Case Study in Kabupaten Tulung Agung, East Java
Province, Indonesia”, Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Vol. 51 (4), 421-
431

Sigit, Soehardi. 2003, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial – Bisnis –


Manajemen, BPFE – UST, Yogyakarta

25
Soeratno, dan Lincolin Arsyad, 2003, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi
dan Bisnis, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Sukirno, Sadono, 2002, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi ketiga, PT.
Raja Grafindo Perkasa, Jakarta

Wedgwood, Alison and Kevin Sansom, (2003) Willingness-to-pay surveys – A


streamlined approach: Guidance notes for small town water services, Water,
Engineering and Development Centre, Loughborough University, UK.

Widarjono, Agus. 2007, Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk ekonomi dan bisnis,
Ekonisia FE UII, Yogyakarta

Zapata, Samuel D, Holger M. Benavides, Carlos E. Carpio David B. Willis. 2009.


“The Economic Value of Basin Protection to Improve the Quality and
Reliability of Potable Water Supply: Some Evidence from Ecuador”,
Selected Paper prepared for presentation at the Southern Agricultural
Economics Association Annual Meeting, Atlanta, GA, January 31-February 3
_____________

26

Das könnte Ihnen auch gefallen