Sie sind auf Seite 1von 18

ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS

Apendisitis adalh peradangan pada apendiks vermiformis

Tinjauan Anatomi dan Fisiologi

Apendiks (umbai cacing) merupakan perluasan sekum yang rata-rat panjangnya


adalah 10cm. ujung apendiks dapat terletak berbagai lokasi, terutama dibelakang sekum.
Arteri apendisialis mengalirkan darah ke apendiks dan merupakan cabang dari arteri
ileokolika (Gruendemann, 2006)

Secara fisiologis apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir tersebut
normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir kesekum. Hambatan aliran
lender di muata apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis. Imunoglobilin
sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat di
sepanjang saluran cerna termasuk apendiks adalah IgA. Imunoglobulin tersebut sangan
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendks tidak
mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe di sini sangat kecil jika
dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh (Katz, 2009)

Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus
yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalam sistem imun
sekretorit di saluuran pencernaan: namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan defek
fungsi sitem imun yang jelas (sjamsuhidayat, 2015). Peradangan pada apendiks selain
medapat intervensi farmakologik juga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah
komplikasi dan memberikan implikasi pada perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.

Epidemiologi

Insidens apendisitis di negara maju lebih tinggi dari pada di negara berkembang.
Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini
diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat pada diet harian.
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun
jarang terjadi. insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun.
Insidens pada pria dengan perbandingan 1.4 lebih banyak dari pada wanita (Santacroce,
2009).
Etologi dan Patofisiologi

Penyebab dari apendisitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal oleh
apendikolit, hiperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit (material garam kalsium, debris
fekal), atau parasit (Katz, 2009).

Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasan makan makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa (Sjamsuhidayat. 2005).

Kondisi obstruksi akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan


perkembangan bakteri. Hal lain akin terjadi peningkatan kongesti dan penurunan perfut pada
dinding apendiks yang berianjut pada nekrosis dan inflamasi apendiks (Atassi, 2002)

Pada fase ini, pasien akan mengalami nyeri pada area periumbilical. Dengan
berlanjutnya proses inflamasi, maka pembentukan eksudat akan terjadi pada permukaan
serosa apendiks, Ketika eksudat ini berhubungan dengan parietal peritoneum. maka intensitas
nyeri yang khas akan terjadi (Santacroce, 2009).

Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri akan berprolifcrasi dan meningkatkan


tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa dinding apendiks yang disebut
dengan apendisitis mukosa, dengan manifestasi ketidaknyamanan abdomen. Adanya
penurunan perfusi pada dinding akan menimbulkan iskemia dan nekrosis disertai peningkatan
tekanan intraluminal yang disebut apendisitis nekrosis, juga akan meningkatkan risiko
perforasi dari apendiks. Proses fagositosis terhadap respons perlawanan pada bakteri
memberikan manifestasi pembentukan nanah atau abses yang terakumulasi pada lumen
apendiks yang disebut dengan apendisitis supuratif.

Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses


peradangan ini dengan cara menutup aperdiks dengan omentum dan usus halus sehingga
terbentuk massa periapendikular yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks.
Pada bagian dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami
perforas. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa
periapendikular akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan risiko terjadinya perforasi dan
mebentukan massa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masul ke
rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi
peritonitis. Apabila perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan
memberikan manifestasi nyeri lokal akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan
memberikan respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah nyeri
hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakls, 2005).

Kondisi apendisitis dengen atau tanpa komplikasi memberikan berbagai masalah


keperawatan (Gambar 7.6)

Pengkajian

Pengkajian keperawatan pasien apendisitis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik


pengkajian diagnostik, dan pengkajian penetalaksanaan medik. Hasil dari pengkajian selalu
berhubungan dengan manifestasi dari progrestivitas ganggian darı peradangan apendiks.

Pada anamnesis, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah nyeri. Penkajian nyeri
dengan pendekatan PQRST dapat membantu perawat dalam menentukan rencana intervensi
yang sesuai (Tabel 7.9). Perbedaan kualitas dan skala nyeri yang bertambah berat
menandakan adanya proses infamasi lokal yang berat dan atau kemungkinan adanya kondisi
perforasi apendiks

PATHWAY

Terlampir

Tabel 7.9 Pengkajian nyeri peradangan apendiks dengan pendekataan PQRST


Variabel Deskripsi dan Pertanyaan Hasil Pengkajian
Provoking Pengkajian untuk Apendisitis akut sering muncul dengan gejala
Incident mengidentifikasi faktor yang khas yang didasari oleh radang mendadak yang
menjadi predisposisi nyeri memberikan tanda setempat, disertai maupun
 Bagaimana peristiwa tidak disertai rangsang periotenium local.
sehingga terjadi nyeri? Gejala apendisitis akut pada anak tidak
 Faktor apa saja yang bisa spesifik. Gejala awalnya sering hanya rewel
menurunkan nyeri? dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa
melukiskan rasa nyerinya. Dalam beberapa jam
kemudian akan timbul muntah-muntah dan
anak menjadi lemah dan letargik. Oleh karena
gejala yang tidak khas tadi, apendisitis sering
diketahui setelah perforasi. Pada bayi, 80-90%
apendisitisbaru diketahui setelah terjadi
perforasi (Sjamsuhidayat, 2015)
Quality of Pengkajian untuk menilai Keluhan Klasikapendisitis ialah nyeri samar-
Pain bagaimana rasa nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri
dirasakan secara subjektif. visceral di daerah epigastrium di sekitar
Ingat sebagian besar deskripsi umbilicus. Keluhan ini sering disertai mual dan
sifat dari nyeri sulit kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan
ditafsirkan. menurun. Dalam beberapa jam, nyeri akan
 Seperti apa rasanya nyeri berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney
yang dirasakan pasien? (lihat pemeriksaan fisik). Pada bagian ini nyeri
 Bagaimana sifat nyeri dirasakan lebih tajam dan letaknya lebih jelas
yang digambarkan sehingga merupakan nyeri somatic setempat.
pasien? Terkadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi
terdapat konstipasi sehingga pasien merasa
memerlukan obat pencahar. Tindakan itu
dianggap berbahaya karena bisa mempermudah
terjadinya perforasi. Bila terdapat
perangsangan peritoneum, biasanyanya pasien
mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk.
Region Pengkajian untuk Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal,
radiation, mengidentifikasi letak nyeri karena letaknya terlindung oleh sekum, tanda
relief secara tepat, adanya radiasi nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan
letak nyeri secara tepat, tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa
adanya radiasi dan nyeri timbul pada saat berjalan karena
penyebaran nyeri kontraksi otot panas (lihat Gambar 7.5) yang
 Di mana (dan tunjukan menegang dari dorsal.
dengan satu jari) rasa Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila
nyeri paling hebat mulai meradang dapat menimbulkan gejala dan tanda
dirasakan? rangsangan sigmoid atau rectum sehingga
 Apakah rasa nyeri peristalsis meningkat, serta pengosongan
menyebabkan pada area rectum akan menjadi lebih cepat dan berulang-
sekitar nyeri? ulang. Jika apendiks tadi menempel ke
kandung kemih, dapat terjadi peningkatan
frequensi BAK karena adanya rangsangan pada
dindingnya.
Severity Pengkajian untuk menentukan Skala nyeri pada pasien ulkus peptikum
(Scale) of seberapa jauh rasa nyeri yang bervariasi pada rentang 3-4 nyeri berat sampai
Pain dirasakan pasien. Pengkajian nyeri tak tertahankan). Perbedaan skala nyeri
ini dapat dilakukaii ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi :
berdasarkan skala tingkat kerusakan mukosa akibat peradangan
nyeri/gradasi dan pasien apendiks dan bagaimana pola pasien dalam
menerangkan seberapa jauh menurunkan respons nyeri.
rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya. Berat
ringannya suatu keluhan nyeri
bersifat subjektif.
 Seberapa berat keluhan
nyeri yang dirasakan.
 Dengan menggunakan
rentang 0-4 biarkan
pasien akan menilai
seberapa jauh rasa nyeri
yang dirasakan.
Keterangan:
0 = Tidak ada nyeri
1 = Nyeri ringan
2 = nyeri sedang
3 = Nyeri berat
4 = Nyeri berat sekali/tidak
tertahankan.
Time Pengkajian untuk mendeteksi Keluhan nyeri terjadi pada beberapa pasien
berapa lama nyeri bervariasi. Onset nyeri mulanya samar-samar
berlangsung, kapan, apakah seperti perasaan tidak nyaman pada abdomen
bertambah buruk pada malam dan pasien sulit memprediksi keluhan samar-
hari atau siang hari. samar mulai dirasakan.
 Kapan nyeri muncul Pada keluhan nyeri akut, pasien dapat
(onset)? menjelaskan kapan mulai dirasakan.
 Tanyakan apakah gejala Keluhan nyeri akut biasanys mendadak, nyeri
timbul mendadak, hebat pada paraumbilikal tanpa ada batasan
perlahan-lahan atau waktu.
seketika itu juga?
 Tanyakan apakah gejala-
gejala timbul secara
terus-menerus atau
hilang timbul
intermiten).
 Tanyakan kapan terakir
kali pasien merasa
nyaman atau merasa
sangat sehat?

Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang didapatkan adanya keluhan lain yaitu efek
skunder dari peradangan apendiks, berupa gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah,
ketidaknyamanan abdomen, diare, dan anoreksia. Kondisi muntah dihubungkan dengan
inflamasi dan iritasi dari apendiks dengan nyeri menyebar ke bagian dekat doudenum, yang
menghasilkan mual dan muntah (Atassi, 2002). Keluhan sistemik biasanya berhubungan ngan
kondisi inflamasi di mana didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh.

Pengkajian riwayat penyakit dahulu diperlukan sebagai sarana dalam pengkajian


preoperatif untuk menurunkan risiko pembedahan, seperti pengkajian adanya penyakit DM
hipertensi, tuberkulosis, atau kelainan hematologis.

Pengkajian psikososial biasanya didapatkan kecemasan akan nyeri hebat atau akibat
respons pembedahan. Pada beberapa pasien juga didapatkan mengaiami ketidakefektifan
koping berhubungan dengan perubahan peran dalam keluarga.
Pada pemeriksan fisik, survei umum akan didapaikan adanya aktivitas kesakitan hebat
Sunder dari ketidaknyamanan abdominal. Pada pemeriksaan TTV didapatkan takikardia dan
peningkatan rekuensi napas. Sementar itu, pada kondisi pediatrik didapatkan perubahan fisik
yang lebih berat daripada orang dewasa.

Pada pengkajian abdominal, hal yang mehdasar adalah mengklarifikasi keluhan nyeri
pada regio kanan bawah atau pada titik McBurney. Pada inspeksi perut tidak ditemukan
gambar spesifik. Kembung sering terlihat pada pasien dengan komplikasi perforasi.
Penonjolan perut kanan bawah dapat dilihat pada massa atau abses periapendikular.

Palpasi abdomen kanan bawah akan didapatkan peningkatan respons nyeri. Nyeri
pada palpasi terbatas pada region iliaka kanan, dapat disertai nyeri lepas. Kontraksi otot
menunjukkan adanya rangsangan peritoneunm parietale. Pada penekanan perut kiri bawah
akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut Tanda Rovsing (Gambar 7.6). Pada
apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa
nyeri (Sjamsuhidayat, 2005)

Gambar 7.7

Gejala dan tanda apeadisitis. akut (1) Perasaan kurang enak, nyeri dan mual; (2) nyeri tekan,
nyeri lepas dan defans muskular setempat di titk McBurney: (3) tanda Rovsing dan Blumberg
(Sjamsuhidayat R dan Wim de delans J, 2005)

Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan
untuk mengetahui letak apendiks. Untuk mengkaji tanda tahanan (defans muskular) otot
psoas, maka lakukan hiperekstensi pada ekstremitas kanan dan hip (lihat Gambar 7.8). Bila
didapatkan adanya respons dari otot psoas, maka disebut dengan tanda psoas positif yang
memberikan manifestasi adanya peradangan pada apendiks yang menempel pada otot psoas
(apendisitis retrosekum). Sementara itu, uji obturator digunakan untuk melihat apakah
apendiks yang meradang kontak dengan otot obturator internus yang merupakan dinda
panggul kecil dengan mengkaji tanda tahanan (defans muskular) otot obturator, perawat
melakukan fleksi hip dan rotasi eksternal pada ekstremitas kanan (Gambar 7.8). Adany
respons dari ruang obturator menandakan apendisitis pelvis (Craig, 2009).

Gambar 7.8
Kiri : Tanda Psoas. Nveri didapatkan pada saat ekstens pada ekstremitas kanan. Kanan.
Tanda Obturator. Nyeri pada saat fieksi ekstremitas dan rotas internal hip kanan (Willans, S.
M., Harned, R.G., Hultman S. A., 1985)

Tanda lainnya dari ependisitis adalah Tanda Dunphy (nyeri tajam pada kuadran kanan
bawah abdomen yang didapatkan setelah batuk yang tiba tiba). Tanda ini dapat membantu
menjadi tanda klinik penting yang berhubungan dengan peritonitis yang terlokalisasi.
Umumnya nyeri kanan bawah merupakan respons dari perkusi pada bagian kuadran lainnya
dan dijadikan sugesti terjadinya peradangan peritoneal (Katz, 2009)

Pemeriksaan colok dubur diperlukan untuk mengevaluasi adanya peradangan


apendiks. Pertama-tama tentukan diameter anus dengan mencocokkan jari. Apabila yang
diperiksa adalah pediatrik, maka jari kelingking diperlukan untuk melakukan colok dubur.
Pemeriksaan colok dubur dengan manifestasi nyeri pada saat palpasi mencapai area inflamasi
(Gambar 7.9), misalnya pada apendisitis pelvika (Sjamsuhidayat. 2005). Pemeriksaan juga
mendeteksi apakah feses atau massa inflamasi apendiks. Pada rectal toucher, apabila terdapat
nyeri pada rsh jam 10-11 merupakan petunjuk adanya perforasi (Craig, 2009)

Gambar 7.9

Pemeriksaan colak dubur pada orang dewasa (1) rongsa peritoneum; (2) peritoneum pariatale;
(3) sekum; (4) apendiks (apendisitis akut) (Sjamsuhidayat R dan Wim de J. 2005)

Pemeriksaan lain yang direkomendasikan oleh Salvarado (1986) dengan


menggunakan skor klinik yang disebut dengan skor MANTRELS (Tabel 7.10). Skor ini
merupakan hasil tabulasi dari migrasi penyebaran nyeri, anoreksia, mual dan atau muntah,
nyeri tekan kuadran bawah kanan, peningkatan suhu tubuh, lekositoss, dan perubahan sel
darah putih.

Tabel 7. 10 Skore mantreis pada pemeriksaan apendisitis


Karakteristik Skore
M = Migration of pain to the RLQ 1
A = Anorexia 1
N = Nausea and vomiting 1
T = Tenderness in RLQ 1
R = Rebound pain 2
E = Elevated temperature 1
L = Leukocytosis 2
S = Shift WBC to the left 1
Total 10
(Salvarado A., 1986)
Sistem skor klinik ini lebih atraktif karena sangat mudah dalam menentukan
diagnosiskem apendisitis. Walaupun pemeriksaan skor ini merupakan kompetensi medis,
tetapi dengan ikut serta mengetahui pemeriksaan ini. perawat dapat melakukan peran
kolaboratif dalan menentukan intervensi lainnya.

Studi dari McKay (2007) dengan menggunakan skor MANTRELS pada pasien
apendists menyebutkan skors ≤ 3 memiliki insidensi 3,6% apendisitis, skor 4-6 insidensi 32%
apendistis, skor 7-10 insidensi 78 % apendisitis.

Pengkajian diagnostik pada apendisitis yang diperlukan, meliputi pemeriksan


laboratorium, USG, dan CT scan.

1. Hitung sel darah komplet.


Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ml
(leukositosis) dan neutrophil di atas 75%.
2. C-Reactive Protein (CRP).
C-Reactive Protein (CRP) adalah sintesis dari reaksi fase akut oleh hati sebagai
respors dari infeksi atau inflamasi. Pada apendisitis didapatkan peningkatan kadar
CRP.
3. Pemeriksaan USG
Pemeriksan USG dilakukan untuk menilai inflamasi dari apendiks

Gambar 7.10

USG apendiks. Kiri : sonogram secara sagital menggambarkan inflamasi apendiks. Kanan :
kompresi transabdominal secara transversal didapatkan akumulasi cairan dari apendisitis
(Abou-Nukta F, Bathos C, Arroyo K, et al, 2006).

4. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan pada abdomen untuk mendeteksi apendisitis dan adanya
kemungkinan perforasi (Rao, 1999).
Gambar 7.11

CT scan mengambarkan penipisan dinding aperdilks (Rao PM, Rhea JT, Rattner DW, et al
1999)

Pengkajian Penatalaksanaan Medis

Pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan medis berhubungan dengan intervensi


yang perawat lakukan pada pasien apendisitis. Penatalaksanaan medis pada apendisitis,
meliputi penatalaksanaan pada unit gawat darurat, terapi farmakologis, dan terapi bedah.

1. Intervensi pada unit gawat darurat.


a. Tujuan intervensi kedaruratan yang dilakukan pada pasien apendiks adalah
memberikan cairan untuk mencegah dehidrasi dan septikemia.
b. Pasien dipuasakan dan tidak ada asupan apa pun secara oral
c. Pemberian analgetuk dan antiblotik melalul intravena.
2. Terapi farmakologis
Preoperitif antibiotik untuk menurunkan risiko infeksi pascabedah.
3. Terapi bedah
Bila disgnosis klinis sudah jelas, maka tindakan paling tepat adalah
apendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik. Penundaan tindak bedah
sambil pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforast. Apendektomi
bisa dilakkan secara terbuka ataupun dengan cara laporoskopi. Pada apendisitis tanpa
komplikasi biasinya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali pada apendisitis
gangrenosa atad apendisitis perforata (Syamsuhidajat, 2005)

Gambar 7.12

Appendektomi. Proses intraoperasi pengangkataaan apendinks dengan cara terbuka.

Diagnosis Keperáwatan

1. Nyeri b.d. respons inflamasi apendinks, kerusakan jaringan lunak pascabedah.


2. Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi diagnostik, reneana pembedahan
apendektomi
3. Aktual/risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
kurangnya asupan makanan yang adekuat.
4. Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree luka pascabedah.
5. Hipertermi b.d. repons sisteml dari inflamasi gastrointestinal.
6. Kecemasan b.d. prognosis penyakit, rencana pembedahan.

Rencana Keperawatan

Nyeri b.d. respon inflamasi apendiks, kerusakan jaringan pascabedah


Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang/hilau atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi :
 Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang dapat diadaptasi.
 Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri;
pasien tidak gelisah.
Intervensi Rasional
Kaji respons nyeri dengan Pendekatan komprehensif untuk menentukan rencana
penderita PQRST. intervensi
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan :
 Istirahatkan pasien pada saat Istirahat secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan
nyeri muncul. oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolism basal.

 Atur posisi semifowler. Posisi ini mengurangi tegangan pada insisi dan organ
abdomen yang membantu mengurangi nyeri.
Meningkatkan normalisasi fungsi organ (merangsang
 Dorong ambulasi dini. peristaltik dan flatus) dan menurunkan
kotidaknyamanan abdomen.

 Beri oksigen nasal. Pada fase nyeri hebat skala nyeri 3 (0-4), pemberian
oksigen nasal 3 liter/menit dapat meningkatkan intake
oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari

 Ajarkan teknik distraksi pada iskemia pada intestinal.


saat nyeri. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan
stimulus internal.
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu
meningkatkah kondis oksigen ruangan yang akan
berkurang apabila banyak pengunjung yano berada di
ruangan. Istiahat aka menurunkan kebutuhan oksigen
 Manajement lingkungan jaringan perifer
tenang, batasi pengunjung, Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan
dan istirahatkan pasien. dukungan pisiologis dapat membantu menuruakan nyeri
Tingkatkan pengetahuan tentang : Pengetanuan yang akan dirasakan membantu
sebab-sebab nyeri dan mengurangi nyerinya dan dapat membantu
menghubungkan berapa lama mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana
nyeri akan berlangsung. terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nveri akan
pemberian analgetik. berkuran.

Pemenuhan informasi b.d. adanya rencana pembedahan dan rencana perawatan


rumah
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.
- Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien Tingkat pengetahuan dipengaruhi kondisi sosial
tentang pembedahan apendiktomi ekonomi pasien. Perawat menggunakan pendekatan
dan rencana perawatan rumah. yang sesua dangan kondisi individu pasien. Dengar
mengetahui tingkat pengetahuan tersebut perawat dapat
lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai
dengan pengetahuan pasien secara efisien dan efektif.
Cari sumber yang meningkatkan Keluarga terdekat dengan pasien perlu dilibatkan dalam
penerimaan informasi. pemenuhan informasi untuk menurunkan risiko
misinterpretasi terhadap informasi yang diberikan
khususnya pada pasien yang mengalami perdarahan
sekunder dari perforasi ulkus pepetikum.
Jelaskan dan lakukan pemenuhan
atau persiapan pembedahan,
meliputi:
 Jelaskan tentang Apendiktomi merupakan suatu intervensi bedah yang
pembedahan apendektomi mempunyai tujuan bedah ablatif atau melakukan
pengang bagian tubuh yang mengalamí masalah atau
mempunyai penyakit.
 Diskusikan jadwal Pasien dan keluarga harus diberitahu waktu dirmulain
pembedahan. pembedahan. Apabila rumah sakit mempunyai jadwal
kamar operasi yang padat, lebih baik pasien dan keluarg
diberitahukan tentang banyaknya jadwal operasi yang
tela ditetapkan sebelum pasien.
 Lakukan pendidikan Setiap pasien diajarkan sebagai seorang individu,
kesehatan preoperative dengan mempertimbangkan segala keunikan ansietas,
kebutuhan, dan harapan-harapannya
Beritahu persiapan pembedahan,
meliputi :
 Pencukuran area operasi. Pencukuran area operasi dilakukan apabila protokol
lembaga atau ahli bedah mengharuskan kulit untuk
dicukur, pasient diberitahukan tentang prosedur
mencukur, dibaringkan dalam posisi yang nyaman dan
tidak memajan bagiar yang tidak perlu.
 Persiapan puasa Puasa preoperative idealnya 6-8 jam sebelum intervensi
bedah.
 Persiepan istirahat dan Istirahat merupakan hal yang penting untuk
tidur penyembuhan normal.
Perawat harus memberi lingkungan yang tenang dan
nyaman untuk pesien.

 Persiapan administrasi dan Pasien sudah mernyelesaikan administrasi dan


informed consent mengetahui secara finansial biaya pembedahan. Pasien
sudah mendapat penjelasan dan menandatangani
informed consernt
Beritahu pasien dan keluarga Pasien akan mendapatkan manfaat bila mengetahui
kapan pasien sudah bisa kapan keluarga dan temannya dapat berkunjung setelah
dikunjungi. pembedahan.
Beri informasi tentang Manajement nyeri dilakukan untuk peningkatan kontrol
manajemen nyeri keperawatan. nyeri pada pasien.
Berikan informasi pada pasien
yang akan menjalani perawatan
rumah, meliputi :
 Hindari merokok. Pasien yang sebelum pembedahan telah terbiasa
merokok setelah pulang ke rumah akan mengulangi
kebiasaan ini. Penjelasan bahwa darmpak dari asap
rokok akan rnemperberat proses penyembuhan mungkin
akan dapat diterima oleh pasien.
 Beri penyuluhan pada Apabila apendiktomi tidak mengalami komplikasi,
pasien pasca apendektomi pasien dapat dipulangkan pada hari itu juga bila suhu
tanpa komplikasi. dalam batas normal dan area operasi terasa nyaman.
Penyuluhan saat pulang untuk pasien dan keluarga
sangat penting. Pasien dinstruksikan untuk membuat
janji menemui ahli bedah yang akan mengangkat jahitan
antara hari kelima dan ketujuh. Perawatan insisi dan
pedoman aktivitas didiskusikan. Aktvitas normal
biasanya dapat dilakukan dalam 2-4 minggu
 Ajarkan pasien dan Apabila pasien siap untuk pulang, pasien dan keluarga
keluarga untuk melakukan dapat diajarkan untuk merawat luka dan melakukan
pergantian balutan penggantia balutan, serta irigasi sesuai program.
pascabedah. Perawat kesehatan di rumah mungkin diperlukan untuk
membantu perawatan ini dan memantau pasien terhadap
adanya komplikasi dan penyembuhan luka.
Beberapa agen nyeri farmakologik biasanya
memberikan reaksi negatif pada gastrointestinal.

 Anjurkan untuk PaSca-apendiktomi tanpa komplikasi. pasien akan


semampunya melakukan langsung pulang setelah fungsi usus dan kesadaran
manajemen nyeri normal. Pasien dan keluarga diajarkan untuk memeriksa
nonfarmakologik pada saat sendiri mencari nadi dan kondisi balutan di rurnah.
nyeri muncul.
 Beritahu pasien dan Apabila ada perubahan pada denyut nadi perubahan
keluarga apabila didapatkan warna pada balutan ini merupakan suatu tanda
perubahan klinik atau konflikasi yang harus segera mendapatkan intervensi
komplikasi untuk segera medis.
merneriksakan diri. Komplikasi pasca –apendiktomi utama adalah infeksi
luka bedah ditandai dengan kemerahan sekitar luka,
nyeri abdomen, muntah peningkatan denyut nadi

Resiko tinggi infeksi b.d. adanya port den entrée dari luka pembedahan
Tujuan : dalam waktu 12 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi pembaikan pada
jaringan lunak
Kriteria Hasil :
- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradanga pada area luka pembedahan, leukositdalam batas normal, TTV
dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji jenis pembedahan, hari Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari
pembedahan dan apakah ada tujuan yang diharapkan.
order khusus dari tim dokter
bedah dalam melakukakan
perawatan luka.
Buat kondisi balutan dalam Kondisi ersih dan kering akan menghindari kontaminasi
keadaan bersih dan kering. komensal dan akan menyebabkan respons inflamasi
local dan akan memperlama penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka:
 Lakukan perawatan luka Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari urtuk
steril pada hari kedua menurunkan kontak tindakan dengan luka yang dalam
pascabedah dan diulang kondisi steril sehingga mencegah kontaminasi kuman ke
setiap 2 hari. luka bedah.
 Bersihkan luka dan drainase Pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan mati) dan
dengan cairan antiseptik kuman sekitar luka dengan mengoptimalkan kelebihan
jenis iodine providum dari iodine providum sebagai antiseptik dan dengan arah
dengan cara swabbing dari dari dalam ke luar dapat mencegah kontaminasi kuman
ke jaringan luka.
arah dalam ke luar.
Antiseptik iodine providum mempunyai kelemahan
 Bersihkan bekas sisa iodine dalam menurunkan proses epitalisasi jaringan sehingga
providum dengarn alkohol memperlambat pertumbuhan luka, maka harus
70 % atau normal salin dibersihkan dengan alkohol atau normal salin.
dengan cara swabbing dari
arah dalam ke luar.
 Tutup luka dengan kasa Penutupan secara menyeluruh dapat menghindari
steri dan tutup dengan kontami dari benda atau udara yang bersentuhan dengan
plester adhesif yang luka bedah.
menyeluruh menutupi kasa.
Gambar 7.13
Penutupan luka pascabedah apendektomi secara menyeluruh untuk menurunkan resiko
infeksi.
Kolaborasi penggunaan Antibiotik injeksi diberikan selama satu hari pascabedah
antibiotic. yang kemudian dilanjutkan antibiotic oral sampai
jahitan dilepas. Peran perawat mengkaji adanya reaksi
dan riwayat alergi antibiotic serta antibiotic sesuai
instrruksi dokter.

Kecemasan b.d. adanya nyeri dan rencana pembedahan.


Tujuan : Secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang.
Kriteria Hasil :
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat.
- Pasien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalahnya dan
perubahan koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi.
- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah standar.
- Pasien dapat rileks dan tidur/istirahat dengan baik.
Intervensi Rasional
Monitor respons fisik seperti: Digunakan dalam mengevalivasi derajat/tingkat
kelemahan, perubahan tanda vital, kesadarary konsentrasi, khosusnya ketika
gerakan yang berulang-ulang, catat melakukan komunikesi verbal
kesesuaian respons verbal dan
nonverbal selama komunikasi.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk Memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi,
mengungkapkan dan mengekspresikan kejelasan dari rasa takut dan mengurangi cemas
rasa takutnya. yang berlebihan.
Catat reaksi dari pasien/keluarga. Anggota keluarga dengan responsnya pada apa
Berikan kesempatan untuk yang teradi dan kecermasannya dapat disampaikan
mendiskusikan perasaannya / kepada pasien.
konsentrasinya, dan harapan masa
depan.
Anjürkan aktivitas pengalihan perhatian Sejumlah aktivitas atau keterampilan baik sendiri
sesuai kemampuan individu, seperti: maupun dibantu selama melakukan rawat inap
menulis, nonton TV dan kerampilan dapat menurunkan tingkat kebosanan yang dapat
tangan menjadi stimulus kecemasan.

Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah mendapat intervensi keperawatan pada pasien gastratis akut
adalah sebagai berikut.

1. Tidak terjadi syok hipovolemik.


2. Informasi kesehatan terpenuhi.
3. Nyeri episgatrium berkurang atau teradaptasi.
4. Asupan nutrisi harian terpenuhi.
5. Tidak terjadi infeksi luka pascabedah.
6. Tingkat kecemasan berkurang.
Material Hiperpiasia folikel Kebiasaan diet
Parasit
Apendikolit limfoid submukosa rendah serat dan
pengaruh
Obstruksi pada konstipasi
Fekalit (material
lumen apendekeal garam kalsium,
debris fekal)

Iskemia dan nekrosis


Apendisitis nekrosis Peningkatan tekanan intraluminal dan
didnding disertai
apendisitis supuratif peningkatan perkembangan bakteri
peningkatan tekanan
intralumial
Peningkatan kongesti dan penurunan
perfusi pada dinding apendiks

Das könnte Ihnen auch gefallen