Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENEGAKAN HUKUM
2. Penyidikan
2.1.Pengertian Penyidikan
Istilah penyidikan dipakai sebagai istilah hukum pada Tahun 1961, yaitu sejak
dimuatnya dalam Undang-Undang pokok kepolisian No. 13 Tahun 1961.
Sebelumnya dipakai istilah pengusutan yang merupakan terjemah dari bahasa
Belanda, yaitu opsporin. Pasal 1 butir 2 (Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana) KUHAP diuraikan bahwa : “penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang, mencari
dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak
pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya” Berbicara mengenai
penyidikan tidak lain dari membicarakan masalah pengusutan kejahatan atau
pelanggaran, orang Inggris lazim menyebutnya dengan istilah ”criminal
investigation"
1|Page
2.2. Tujuan Penyidikan
g) Siapa pembuatnya
2|Page
Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan wewenang khusus yang diberikan
oleh undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam
pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik pejabat
Polisi Negara Republik Indonesia. Serta melaksanakan tugasnya penyidik tersebut
wajib menjunjung tinggi hukum yang telah ditetapkan dimana dalam hal ini terkutip
didalam Pasal 7 Ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
3|Page
9. Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung jawab.
4|Page
2.4. Prosedur Penilangan
Ada sebagian pelanggar peraturan memilih untuk menyuap polisi dengan uang
berlipat-lipat dari denda yang akan dijatuhkan karena adanya anggapan bahwa
mengurus tilang itu sangatlah sulit. Ada pula kalanya polisilah yang meminta uang
kepada pelanggar agar pelanggar bisa segera pergi dari lokasi pelanggaran tanpa
mengikuti prosedur hukum. Bila penyuapan ini terbukti maka bisa membuat polisi
dan penyuap dihukum penjara karena menyuap polisi/pegawai negeri adalah sebuah
perbuatan melanggar hukum.
5|Page
2.6. Metode Baru Dalam Penegakan Hukum
Pendekatan baru dalam penegakan hukum berdasarkan pasal 249 ayat (3) huruf
d. Undang-undang No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
berbunyi : dukungan penegakan hukum dengan alat elektronik dan secara langsung;
serta pasal 272 ayat (1) Untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaran di
bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dapat digunakan peralatan elektronik, dan
pada ayat (2) Hasil penggunaan peralatan elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
6|Page
II. KESELAMATAN BERLALU LINTAS
1. Tahap Pertama
7|Page
adalah identifikasi dari permasalahan keselamatan lalu lintas termasuk
meninjau kembali program keselamatan yang telah dan sedang
dilaksanakan.
2. Tahap Kedua
3. Tahap Ketiga
8|Page
Pengembangan sistem pangkalan data kecelakaan lalu lintas yang
mudah diakses oleh instansi pemerintah, akademisi atau pun masyarakat
sebagai masukan dalam mempersiapkan langkah peningkatan
keselamatan lalu lintas.
9|Page
mereka melakukan pelanggaran dapat berakibat fatal terhadap dirinya atau orang
lain.
Anak-anak
Remaja
Orang tua
Pesepeda
Penumpang
Wartawan
10 | P a g e