Sie sind auf Seite 1von 25

MAKALAH

ANALISA MANAJEMEN RESIKO DENGAN PDCA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Manajemen

Disusun Oleh:

1. TYAS GITA LESTARI A11501213


2. WAHID PURWADI A11501214
3. WIWIT PURWANTI A11501216
4. YESIKA GARBELLA S. A11501217
5. YOVIN BETA FADHYLAA11501218
6. YULI PURWANTI A11501219
7. YUNUS YULIANA PUTRANTI A11501220
8. ZAENAB KARTIKA BAHARI A11501221
9. ZAIM AFIFUDIN FASYA A11501222
10. ZUL QOHAR A11501223
11. ARIF PRIYANTORO A11501224

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan berkat karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Makalah Manajemen Resiko Analisa PDCA”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas dalam pembelajaran mata kuliah
Manajemen. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan
dukungan, bimbingan dan bantuan baik di lapangan maupun secara teori, maka
dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu untuk
penunjang literatur.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kejanggalan, baik dari segi materi, tata bahasa maupun
penyusunan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, waktu yang
tersedia maupun keterbatasan sumber-sumber yang ada, maka penulis dengan
rendah hati mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Gombong, 11 Oktober 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat saat ini sangat kritis terhadap pelayanan kesehatan, karena
pengetahuan masyarakat tentang dunia kesehatan semakin meningkat. Hal ini
disebabkan karena arus informasi media cetak, elektronik dan internet
menimbulkan tingginya harapan pasien akan kepuasan pelayanan rumah
sakit. Selain dari itu dengan banyaknya pertumbuhan rumah sakit, pasien
memiliki banyak pilihan dalam menentukan rumah sakit.

Rumah sakit harus mampu bersaing agar pasien dan keluarganya


merasa aman nyaman dan puas terhadap pelayanan yang diterimanya. Salah
satu strategi yang paling tepat untuk mengimbangi hal tersebut adalah melalui
pendekatan mutu pelayanan yang harus dilaksanakan secara terpadu,
berkelanjutan dan menyeluruh sehingga stake holder maupun masyarakat
yang membutuhkan mendapatkan kepuasan dan memenuhi harapannya.
Di lingkungan rumah sakit upaya peningkatan mutu pelayanan telah
dilaksanakan sejak tahun 2008 dengan berbagai cara, baik mengikuti
akreditasi rumah sakit dari Depkes RI maupun program pengendalian mutu
pelayanan yang lalu dikembangkan menjadi program standar mutu pelayanan
yang mengikuti standar kemenkes maupun WHO serta standar lainnya.
Dengan dilaksanakannya standarisasi mutu pelayanan, diharapkan mutu
dapat terus di control (quality control) dan dikendalikan yang sangat
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien rumah sakit. Untuk
menyamakan persepsi terhadap mutu pelayanan dan agar upaya peningkatan
mutu dapat dilaksanakan sesuai PDCA (Plan-Do-Check-Action), diperlukan
suatu pedoman mutu pelayanan yang akan menjelaskan prinsip mutu
pelayanan, langkah pelaksanaannya, penentuan indikator, penilaian dan
sebagainya. Pemanfaatan pedoman ini akan melibatkan seluruh unit kerja di
bidang atau bagian dalam mengendalikan dan meningkatkan pengelolaan
mutu secara terpadu.
A. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup peningkatan mutu pelayanan yang disusun meliputi pengertian
dasar mutu pelayanan, definisi dan terminologi, pengorganisasian di rumah
sakit, kebijakan, program dan SOP, pelaksanaan upaya peningkatan mutu
pelayanan, pencatatan dan pelaporan, selain daripada itu ditambah dengan
tata cara melaksanakan survey.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tercapainya kepuasan, harapan dan kebutuhan pasien terhadap pelayanan
rumah sakit

2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya upaya peningkatan mutu yang menunjang
keselamatan pasien
b. Terselenggaranya pelayanan sesuai dengan standar profesi
c. Tercapaianya profesionalisme dalam mutu pelayanan
d. Tercapainya indikator mutu
e. Terselenggararanya survey yang berkaitan dengan mutu
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI
Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas
kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang
dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di Rumah Sakit.

Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus


pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus “Plan-Do-Check-
Action” (P-D-C-A). Pola P-D-C-A ini dikenal sebagai “siklus Shewhart”,
karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewhart, yang
perkembangannya, metodologi analisis P-D-C-A lebih sering disebuit “siklus
Deming”. Konsep ini melakukan perbaikan secara terus menerus (continous
improvement) tanpa berhenti.

Konsep P-D-C-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk


proses perbaikan kualitas (quality improvement) secara rerus menerus tanpa
berhenti tetapi meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di
seluruh bagian organisasi. Ada 6 langkah dalam PDCA.

A P PENINGKATAN

C Pemecahan
D Masalah
dan Peningkatan
A P STANDAR

C D Pemecahan Masalah
dan Peningkatan
STANDAR

Gambar 2. 1
Siklus dan Proses Peningkatan PDCA
Dalam gambar 2.1 tersebut, pengidentifikasian masalah yang akan
dipecahkan dan pencarian sebab-sebabnya serta penetuan tindakan
koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan pengambilan keputusan yang
terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional. Selain itu, untuk
memudahkan identifikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai patokan
perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar pelayanan.

Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan perbaikan


berdasarkan siklus P-D-C-A (Relationship between Control and Improvement
under P-D-C-A Cycle) diperlihatkan dalam gambar 2.2.

Plan Do Check Action

Follow-up

Corrective
Improvement
Action

Gambar 2.2
Relationship Between Control and Improvement Under P-D-C-A Cycle
Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-C-A hanya dapat berfungsi jika
sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat dijabarkan
dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam Gambar 3.

Plan

Action (6) (1)


Mengambil Menentukan
tindakan Tujuan dan sasaran
yang tepat (2)
Menetapkan
Metode untuk
Mencapai Tujuan

(3)
Menyelenggarakan
Pendidikan dan
(5) latihan
Memeriksa akibat
Check pelaksanaan
(4)
Melaksanakan
pekerjaan
Do

Gambar 2. 3 Siklus PDCA

Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat


dijelaskan sebagai berikut :
a. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Direktur Rumah
Sakit. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis
informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula
diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua
karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh
penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci informasi.
b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan → Plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil
dicapai tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode
yang ditetapkan harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak
menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalam
menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan
penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua
karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja.
Agar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan
para karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang
ditetapkan.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan → Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi
dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat
berubah. Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan
dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam
pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah
ditetapkan.
e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan → Check
Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan
dengan baik atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dan mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan
dapat diabaikan. Hal yang harus disampaikan kepada karyawan adalah
atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah
penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan
dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami
dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui
penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan
pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.
f. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat → Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab
timbulnya penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang
tepat agar tidak terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor
penyebab yang telah mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi
yang penting dalam pengendalian kualitas pelayanan.

Konsep PDCA dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang


efektif untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas
pelayanan yang akan dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua
bagian dan semua proses. Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian
kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang
menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri
atau menolak cara berfikir dan berbuat yang semata-mata bersifat pragmatis.
Dalam sikap kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya sasaran
yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk mencapai
sasaran tersebut.

Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup


semua jenis kelompok karyawan yang secara bersama-sama merasa
bertanggung jawab atas kualitas pelayanan dalam kelompoknya. Partisipasi
semua proses dalam pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan adalah
pengendalian tidak hanya terhadap output, tetapi terhadap hasil setiap
proses. Proses pelayanan akan menghasilkan suatu pelayanan berkualitas
tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas
dalam setiap tahapan dari proses. Dimana dalam setiap tahapan proses
dapat dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok
karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama untuk
menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari
suatu proses.

Dimensi Mutu atau aspeknya adalah :


a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek Sosial Budaya

BAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1 Penilaian Mutu


Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman,
yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang
telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam
Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan (Saifudin, 2006).

Dimensi mutu pelayanan adalah :

a. Kompetensi Teknis (Technical competence)

b. Akses terhadap pelayanan (Access to service)

c. Efektivitas (Effectiveness)

d. Efisiensi (Efficiency)

e. Kontinuitas (Continuity)

f. Keamanan (Safety)

g. Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)

h. Kenyamanan (Amenities

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan


penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu
dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat
berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi


penilaian yaitu :

a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas
memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan
keramahtamahan petugas terhadap klien
b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan
kebutuhan klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana,
kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian
mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan (health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila
berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan
kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien.
Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu


kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda.
Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak
ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik.
Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:

a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien

Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai


adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat
memuaskan rata-rata klien

b. Pembatasan pada upayan yang dilakukan

Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan
standar pelayanan kebidanan.

Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat


memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.

Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan
penilaian mutu, yaitu :

1. Struktur

a. Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan


manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
b. Struktur = input

c. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :

1) Jumlah, besarnya input

2) Mutu struktur atau mutu input

3) Besarnya anggaran atau biaya

4) Kewajaran

2. Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh


tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya
dengan klien

a. Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur


dan penanganan kasus.

b. Baik tidaknya proses dapat diukur dari :

1) Relevan tidaknya proses itu bagi klien

2) Fleksibilitas dan efektifitas

3) Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya

4) Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

3. Outcomes

a. Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan


profesional terhadap klien

b. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif
maupun negatif.

c. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau
prosedur tertentu.
d. Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional
klien

2.2 Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada
tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa
Inggris dari ‘Plan, Do, Check, Act‘ (‘Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti’),
adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum
digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan
oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming
Wheel”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap


sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut
dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus
Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam
perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,


pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam
pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai
berikut :

UNSUR PDCA LANGKAH-LANGKAH

1. Identifikasi masalah

PLAN 2. Identifikasi penyebab masalah

3. Menentukan faktor penyebab yang dominant.


4. Menentukan rencana perbaikan dan target
yang akan dicapai.
5. Melaksanakan sepenuhnya rencana perbaikan.

DO

6. memeriksa hasil pelaksanaan perbaikan.

CHEK

7. mencegah timbulnya persoalan yang sama


(menetapkan standarisasi).
ACTION
8. Menyelesaikan problem lain yang masih belum
terselesaikan (menetapkan rencana berikutnya).

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Perencanaan ( Plan )

Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan


merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan
ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu
sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian
masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana
kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur
rencana yaitu:

a. Judul rencana kerja (topic),


b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi
(problem statement),
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin
dicapai (goal, objective, and target),
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e. Metode penilaian dan kriteria penilaian
f. Waktu pelaksanaan
g. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
h. Biaya yang diperlukan (budget),
i. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2. Pelaksanaan ( Do )

Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun.
Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar
anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf
pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan
dilaksanakan.

Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan
manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan
pokok manajerial, yaitu :

a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian


staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia
menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan
cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang
dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check )

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan
hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari
pemeriksaan untuk mengetahui :

a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai


dengan rencana yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan
dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan
atau

Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat
bantu yang sering dipergunakan yakni

a. Lembaran pemeriksaan (check list)


Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara
periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar
pemeriksan adalah:

1) Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati


2) Tetapkan jangka waktu pengamatan
3) Lakukan perhitungan penyimpangan
b. Peta kontrol (control diagram)

Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya


penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat
bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembuatan peta kontrol adalah :

a. Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum


b. Tentukan prosentase penyimpangan
c. Buat grafik penyimpangan
d. Nilai grafik

4. Perbaikan (Action)

Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja.


Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan
pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana
kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk
memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari
kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
BAB 3

TINJAUAN KASUS

MATRIX
KONTROL RESIKO
CONTROL
ACUAN SUMBER
EFEK DARI
AREA IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA UU/PP PIC
BAHAYA PENGENDALIAN PENGENDALIAN
BAHAYA BAHAYA
K P SR YANG DILAKUKAN RESIKO YANG
SAAT INI DIBUTUHKAN

Rawat Inap 1. Pemeriksaan Biological Infeksi Penularan 2 5 10 Cuci Tangan 6 langkah Monitoring Pemakaian Ka.
Pasien Nosokomial Langsung Kontak S dan 5 moment APD Poliklinik Ruangan
Pasien
SPO untuk cuci tangan SPO Audit Pemakaian
dan SPO 5 moment APD Poliklinik

2. Melakukan Biological Infeksi Terpapar Cairan 5 5 25 Pemakaian APD Kamar Monitoring pemakaian
terapi dengan Nosokomial tubuh pasien B Tindakan APD Ruang Tindakan
suntikan Tertusuk/ Teriris Penyediaan APD di SPO Audit Pemakaian
Instrumen Tajam ruang tindakan APD
SPO tertusuk jarum Monitoring Penyediaan
APD di ruang tindakan
Monitoring dan
penanganan pegawai
tertusuk jarum secara
tuntas

3. Memandikan Biological Infeksi Penularan Kontak 3 5 15 Pemakaian APD Rawat Monitoring pemakaian
pasien Nosokomial Langsung B Inap APD rawat inap
Terpapar cairan Penyediaan APD di SPO Audit Pemakaian
tubuh rawat inap APD
Penyediaan APD di rawat
inap

4. Membersihkan Biological Infeksi Terpapar cairan 3 5 15 Pemakaian APD Rawat SPO Pembersihan linen
linen dan Nosokomial tubuh B Inap dan tempat tidur
tempat tidur Monitoring pemakaian
pasien APD Rawat Inap

5. Melakukan Biological Infeksi Penularan melalui 3 5 15 Pemakaian APD Rawat SPO Cleaning Lingkungan
Cleaning Nosokomial udara B Inap Pasien
Lingkungan Penularan dengan Monitoring pemakaian
Pasien kontak langsung APD Rawat Inap
lingkungan Pemeriksaan Kuman dan
pasien yang jenis kuman di ruang
tercemar rawat inap
1.2 Siklus PDCA

Perencanaan ( Plan )

Rencana kerja penyelesaian masalah pencegahan infeksi :

1. Judul rencana kerja (topic)


penilaiaan dan evaluasi Manajemene Resiko : Infeksi

2. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah yang dihadapi (problem


statement),

a. Di seluruh dunia, 10% pasien rawat inap di rumah sakit mengalami


infeksi yang baru selama dirawat, 1,4 juta infeksi setiap tahun.
b. Bila tindakan pencegahan infeksi tersebut tidak dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dikhawatirkan dapat menambah angka kesakitan dan
kematian pada pasien

c. Resiko infeksi tidak dapat dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi
sekecil mungkin dengan menerapkan pencegahan infeksi yang
benar untuk menurunkan resiko penularan penyakit antar klien atau tenaga
kesehatan sendiri.

3. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang
ingin dicapai (goal, objective, and target)

Tujuan umum :

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu di tempat pelayanan


kesehatan.

Tujuan Khusus :

a. Untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit yang ditularkan melalui


darah di lingkungan rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya.

b. Untuk meminimalkan kejadian infeksi nosokomial pada klien dan tenaga


kesehatan.
Target :

Dapat mengurangi terjadinya infeksi pada pasien, keluarga pasien, tenaga


kesehatan, karyawan, dan lingkungan kesehatan.

4. Kegiatan yang akan dilakukan (activities)


a. Melakukan pengumpulan pendapat pasien mengenai pelayanan yang
diberikan
b. Mencari penyebab dengan melakukan evaluasi kinerja petugas kesehatan
c. Meningkatkan kesadaran tentang keharusan petugas kesehatan mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
d. Saat memberikan pelayanan kesehatan menggunakan alat pelindung diri
(sarung tangan, apron, masker, kaca mata)
e. Perlindungan terhadap klien jika kemungkinannya terkena percikan, berhati-
hati saat menangani benda tajam.
f. Melakukan penggantian bahan kain yang digunakan pasien
g. Memperhatikan cara penyeterilan alat, etiket alat, cara pemakaiannya
h. Memperhatikan alat yang habis pakai dengan mengelola pembuangan yang
benar
i. Memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan
infeksi dipelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien
j. Melengkapi sarana dan prasarana di tempat pelayanan kesehatan.
k. Melakukan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisiensi.

5. Metode dan Kriteria Penilaian


Proses perbaikan dari pelayanan kesehatan yang menyeluruh terhadap pencegahan
infeksi.

6. Waktu Pelaksana
Terlampir

7. Pelaksana
Petugas Kesehatan (perawat dan bidan)

8. Biaya yang diperlukan (budget)

Biayanya + Rp. 10.000.000,00 untuk sarana serta alat dan bahan yang diperlukan
pada tempat pelayanan kesehatan seperti :

a. Tempat cuci tangan.


b. perlengkapan pelindung (sarung tangan, celemek/baju penutup, kacamata,
sepatu tertutup).

c. Pada pemrosesan alat bekas pakai menggunakan alat yaitu oven, otoklaf,
dan sebagainya.

d. Tempat pembuangan sampah.

e. Keperluan saat KIE

Pelaksanaan ( Do )

Pada tahap ini melakukan rencana yang telah disusun berdasarkan penyelesaian
masalah pencegahan infeksi :

a. Melakukan pengumpulan pendapat pasien mengenai pelayanan yang


diberikan

b. Mencari penyebab dengan melakukan evaluasi kinerja petugas kesehatan

c. Meningkatkan kesadaran tentang keharusan petugas kesehatan mencuci


tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
d. Saat memberikan pelayanan kesehatan menggunakan alat pelindung diri
(sarung tangan, apron, masker, kaca mata)
e. Perlindungan terhadap klien jika kemungkinannya terkena percikan,
berhati-hati saat menangani benda tajam.

f. Melakukan penggantian bahan kain yang digunakan pasien

g. Memperhatikan cara penyeterilan alat, etiket alat, cara pemakaiannya

h. Memperhatikan alat yang habis pakai dengan mengelola pembuangan yang


benar

i. Memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan


infeksi dipelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien

j. Melengkapi sarana dan prasarana di tempat pelayanan kesehatan.

k. Melakukan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisiensi.


Pemeriksaan ( Check )

Pada tahap ini secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan
pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Pemeriksaan dilakukan 1 bulan
setelah perencanaan, pada tanggal 10 Januari 2013 – 10 Februari 2013. Dari hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan, semua berjalan dengan perencanaan yang telah
ditetapkan.

Faktor pendukung terlaksananya perencanaan adalah :

a. Dari segi manusianya ( pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan, dan


karyawan ), biaya, serta fasilitas untuk memenuhi terlaksananya
pencegahan infeksi ini terpenuhi dan saling mendukung.
b. Adanya kebijakan yang dibuat oleh pihak pelayanan kesehatan

c. Semua tindakan yang dilakukan oleh pihak pelayanan kesehatan didukung


oleh masyarakat yang ada di pelayanan kesehatan ( pasien, keluarga
pasien, tenaga kesehatan, dan karyawan )

d. Pencegahan infeksi sudah lebih diperhatikan dan meningkat di pelayanan


kesehatan.

e. Pelayanan yang direncanakan berjalan efektif dan efisien.

Tindak Lanjut ( Action )

a. Dari pemeriksaan di atas, ada beberapa faktor-faktor pendukung yang


dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masalah pencegahan
infeksi di tempat pelayanan kesehatan ini, namun harus selalu ada
perbaikan yang dilakukan agar dapat menjaga mutu ditempat pelayanan
tersebut. Hal ini berarti memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
dibutuhkan tersedianya tenaga yang terampil dan didukung dengan sarana
dan prasarana yang memadai.
b. Pemberi layanan kesehatan seharusnya terus berupaya memberikan
pelayanan kesehatan pada masalah pencegahan infeksi ini dengan efektif,
efisien serta merata dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.
BAB 4

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,
pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan
dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.PDCA terdiri dari:

1. Planing
2. Do (pelaksanaan)
3. Check (penilaian)
4. Action (perbaikan)

3.2 Saran

Bagi Petugas Kesehatan

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan.


2. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan dengan menjujung tinggi
mutu pelayanan sesuai standart.

Das könnte Ihnen auch gefallen