Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Dari hasil belajar field report dapat dirangkum soal-soal yang memiliki kata kunci yang sama. Agar lebih
mudah dipelajari, saya mencoba merangkum hasil field report yang telah saya dapat berdasarkan kategori
soal yang diujikan saat tes CPNS:
TWK
Tata Negara
Era Reformasi
1. Terjadi pergeseran kewenangan pengangkatan pejabat sejak era reformasi dari executive heavy
(didominasi Presiden) menjadi legislative heavy (DPR turut serta ambil bagian).
2. Daftar pejabat yang pengangkatannya menjadi kewenangan bersama Presiden dan DPR
diantaranya
a. Duta
1. Ketentuan diatur dalam UUD 1945 pasal 13
2. Duta diangkat Presiden dengan mempertimbangkan DPR
b. Anggota BPK
1. Ketentuan diatur dalam UUD 1945 pasal 23F Ayat 1, UU No. 15/2006
2. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan pertimbangan DPD dan diersmkan oleh Presiden
c. Hakim Agung
1. Ketentuan diatur dalam UUD 1945 pasal 24A Ayat 3, UU No.3/2009 pasal 8 Ayat 1, UU No.
48/2009 pasal 30 ayat 2, UU No. 5/2004 pasal 8 Ayat 1.
2. Calon Hakim Agung diusulkan oleh KY kepada DPR untuk selanjutnya ditetapkan Presiden.
d. Anggota Komisi Yudisial
1. Ketentuan diatur dalam UUD 1945 pasal 24B ayat 3, UU No. 22/2004.
2. Anggota KY diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
e. Anggota KPU dan Bawaslu
1. Ketentuan diatur dalam UU No. 15/2011
2. anggota KPU dan Bawaslu dipilih oleh DPR
f. Kepala BIN
1. Ketentuan diatur dalam UU No. 1/2011 pasal 36 ayat 1
2. Kepala BIN diangkat dan diberhentikan Presiden dengan pertimbangan DPR
g. Anggota Dewan Komisioner OJK
1. Ketentuan diatur dalam UU No. 21/2011 pasal 11 ayat 1
2. Anggota Dewan Komisioner dipilih oleh DPR atas usulan dari Presiden
h. Anggota Baznas
1. Ketentuan diatur dalam UU No.23/2011 pasal 10 ayat 2
2. Anggota Baznas diangkat oleh Presiden atas usul Menteri dengan pertimbangan DPR.
i. Dewan Pengawas BPJS
1. Ketentuan diatur dalam UU No. 24/2011 pasal 30 ayat 3
2. Dewan Pengawas BPJS dipilih DPR atas usulan Presiden.
j. Anggota Lembaga Sensor FIlm
1. Ketentuan diatur dalam UU No. 33/2009pasal 64 ayat 3
2. Anggota lembaga sensor film diangkat Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR.
k. Pejabat lain yang diangkat dengan kewenangan bersama oleh Presiden dan DPR diantaranya
1. Anggota Komisi Pengawas Haji Indonesia
2. Anggota Komisi Informasi Pusat
3. Ketua, Wakil dan Anggota Ombudsman.
4. Pengaruh Penanggulangan Bencana
5. Anggota Dewan Energi Nasional
6. Anggota LPSK
7. Gubernur Deputi, GUbernur Senior, dan Deputi Gubernur BI
8. Paglima TNI
9. Kapolri
10. Anggota Komisi Perlindungan Anak
11. Pimpinan KPK
12. Anggota Komisi Penyiaran Indonesia
13. Dewan Pengawas RRI dan TVRI
14. Kepala Badan Pelaksana Migas
15. Ketua dan Anggota Komite Badan Pengatur Migas
16. Hakim Ad-Hoc MA
17. Anggota Komnas HAM
UU terbaru
3. Politik bebas yang tidak terikat pada suatu blog Negara adikuasa tertentu serta aktif dalam
pergaulan internasional
4. Pelaksanaannya dilandasi oleh Aline ke-1 dan ke-4 Pembukaan UUD 1945 dan pasal 11 UUD 1945
5. Contoh :
a. Membantu negara yang tertimpa musibah
b. Mengembangkan hub. Diplomatic dengan negara lain
c. Mengakui kedaulatan dan kemerdekaan negara lain
d. Mengirim tentara/pasukan perdamaian untuk meredakan konflik.
d. MA : 60
1. Diatur dalam UU No. 5/2004.
2. Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR, dan ditetapkan/disetujui oleh
Presiden.
e. KY : 7
1. Diatur dalam UU No. 22/2004
2. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
f. MK : 9
1. Diatur dalam UUD 1945 pasal 24C ayat 3
2. Anggota MK ditetapkan oleh Presiden yang diajukan masing-masing t3 orang oleh Mahkamah
Agung, 3 orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden
g. BPK : 9
1. Diatur dalam UU No. 15/2006
2. Anggota MK ditetapkan oleh Presiden yang diajukan masing-masing 3 orang oleh Mahkamah
Agung, 3 orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan 3 orang oleh Presiden
UUD 1945
PANCASILA
1. Sila ke-1
a. Bangsa Indonesia percaya kepada Tuhan YME
b. Percaya, taqwa sesuai agama masing2
c. Menghormasi dan kerja sama antar pemelk agama
d. Kerukunan hidup antar umat beragama
e. Agama/kepercayaan hub. Pribadi manusia dengan Tuhan
f. Bebas menjalankan ibadah
g. Tidak memaksakan agama
2. Sila ke-2
a. Memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabat
b. Kesamaan derajat, hak kewajiban asasi tanpa membedakan
c. Saling mencintai sesama
d. Tenggang rasa
e. Tidak semena2 ke orang lain
f. Menjunjung nilai kemanusiaan
g. Kegiatan kemanusiaan
h. Membela kebenaran dan keadilan
i. Bangsa Indonesia bagian dari seluruh umat manusia
j. Menghormati seluruh kerjasam dengan bangsa lain
Sila ke-3
3. Sila ke-4
a. Kedudukan hak dan kewajiban sama
b. Tidak memaksakan kehendak
c. Musyawarah kepentingan bersama
d. Musyawarah mufakat kekeluargaan
e. Menghormati, menjunjung keputusan musyawarah
f. Menerima malaksanakan hasil musyawarah
g. Dalam musyawarah kepentingan bersama
h. Musyawarah akal sehat dan hati nurani
i. Keputusan musyawarah tanggung jawab moral, benar, adil, persatuan
j. Wakil rakyat permusyawaratan
4. Sila ke-5
a. Perbuatan luhur kekeluargaan dan gotong royon,
b. Adil terhadap sesame
c. Keseimbangan hak dan kewajiban
d. Menghormati hak orang lain.
e. Memberi pertolongan
f. Hak milik tidak untuk pemerasan
g. Hak milik tidak untuk pemborosan
h. Hak milik tidak bertentangan/rugikan kepentingan umum
i. Bekerja keras
j. Menghargai hasil karya orang lain untuk kemajuan dan kesejahteraan
k. Kegiatan kemajuan merata dan keadilan social.
1. Masa kerajaan
2. Masa Pra-Kemerdekaan
a. Sistem Tanam Paksa
i. Terjadi pada tahun 1830
ii. Dalam Bahasa Belanda disebut Culture Stelsel
iii. Dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch
iv. Mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi
ekspor, khususnya kopi, tebu, dan tarum (nila).
v. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada
kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam pajak.
b. Politik Etis
i. Digagas oleh Douwes Dekker tahun 1860
ii. Beliau menulisnya dalam sebuah novel berjudul Max Havelaar
iii. Digagas oleh C. Th. Van Deventer tahun 1899
iv. Beliau menerbitkannya dalam sebuah artikel berjudul Een Eereschuld
v. Baru dipraktekkan oleh Alexander W.F. Idenburg (Menteri Urusan Daerah Jajahan) tahun
1902
vi. Gagasan politik etis ini timbul pasca banyak kaum humanis yang melihat adanya
eksploitasi dan penindasan kepada rakyat Indonesia akibat system tanam paksa.
d. BPUPKI
i. Ketua : Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wedyodiningrat
ii. Berdiri : 1 Maret 1945/29 April 1945
iii. Nama Jepang : Dokuritsu Junbii Chosakai
iv. Tugas : mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang bersifat politik ekonomi, tata
pemerintahan dan hal lain yang dibutuhkan untuk persiapan Kemerdekaan Indonesia.
v. Sub-Organisasi
a. Panitia delapan dan Panitia Sembilan.
b. Dibentuk karena belum ada titik temu kesepakatan mengenai rumusan dasar negara
pada siding ke-1 BPUPKI
c. Secara garis besar tugas panitia ini adalah merumuskan secara sistematika gagasan
dasar negara (cikal bakal pancasila) yang sebelumnya diproklamirkan oleh Ir. Soekarno
pada 1 Juni 1945 yaitu Piagam Jakarta.
d. Alasan Bung Karno membentuk lagi panitia Sembilan karena ingin membantah
tuduhan terhadapnya bahwa Bung Karno hanya memandang sebelah mata kaum
muslim, maka dibentuklah panitia sembilan yang beranggotakan 9 orang, dimana 4
diantaranya merupakan perwakilan islam, dan sisanya adalah kaum Nasionalis.
Sebelumnya (2 orang Islam, sisanya Nasionalis).
e. Sidang BPUPKI
Sidang Pertama
a. Tanggal (29 Mei 1945 – 1Juni 1945)
b. Bertempat di Gedung Chuo Sangi In
c. Pembentukan lima asas Dasar Negara Indonesia, dikemukakan oleh:
1. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan Rakyat
2. Prof. Dr. M. Soepomo
a. Persatuan
b. Mufakat dan Demokrasi
c. Keadilan Sosial
d. Kekeluargaan
e. Musyawarah
3. Ir. Soekarno
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan
c. Mufakat atau Demokrasi
d. Kesejahteraan Sosial
e. Ketuhanan Yang Maha Esa
4. Gagasan Soekarno bisa diperas lagi menjadi Trisula (tiga sila) yaitu
1. sosionasionalisme,
2. sosiodemokrasi
3. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Soekarno mengatakan lagi bahwa jika ingin diperas lagi, maka bisa dibuat
menjadi Ekasila (satu sila) yaitu gotong royong.
Sidang Kedua
a. Tanggal 10-17 Juli 1945
b. Topic yang dibahas yakni bentuk Negara, wilayah Negara, kewarganegaraan,
rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
Negara, pendidikan serta pengajaran.
c. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah:
i. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno),
a. Panitia kecil dibentuk dibawah Panitia Perancang UUD (diketuai Prof. Dr.
Soepomo).
ii. Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai olehRaden Abikusno Tjokrosoejoso),
iii. Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).
iv. Menghasilkan keputusan diantaranya
a. Pernyataan Indonesia Merdeka
b. Pembukaan UUD
c. Batang Tubuh dari UUD
f. Masa Pasca Kemerdekaan
a. PPKI
i. SIDANG 1 : 18 AGUSTUS 1945
HASIL :
a. PENETAPAN UUD 1945 (TERMASUK PANCASILA)
b. PENETAPAN PRESIDEN-WAPRES
c. PENETAPAN KOMITE NASIONAL
ii. SIDANG 2 : 19 AGUSTUS 1945
HASIL :
a. PENETAPAN 12 KEMENTERIAN
b. PENETAPAN 8 PROVINSI
iii. SIDANG 3 : 22 AGUSTUS 1945
HASIL :
1. Pembentukan KNIP
2. Membentuk Partai Nasional Indonesia
3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
4. Perdana Menteri
a. Pada masa perang kemerdekaan (1945-1949) diantaranya :
1. Sutan Syahrir (14 Nov 1945 – 3 Juli 1947)
a. Maklumat Wakil Presiden 14 Nov 1945
b. Perundingan Linggarjati 25 Maret 1947
c. Penculikan Sutan Sjahrir 28 Juni 1946
2. Amir Syarifudin (3 Juli 1947 – 29 Jan 1948)
a. Perundingan Renville 17 Januari 1948
b. Agresi Militer Belanda 1 20 Juli 947.
3. Muh. Hatta (29 Januari 1948-20 Desember 1949)
a. Pemberontakan PKI di Madiun 19 September 148 (Muso dan Amir Syarifudin)
b. Agresi Militer Belanda 2 19 Desember 1948
c. Konferensi Meja Bundar 2 November 1949
e. Bentuk-bentuk penyimpangan UUD 1945
i. Orde Lama (1945-1966)
1. Kekuasaan Presiden dijalankan secara sewenang-wenang; hal ini terjadi karena
kekuasaan MPR, DPR, dan DPA yang pada waktu itu belum dibentuk dilaksanakan oleh
Presiden.
2. MPRS menetapkan Presiden menjadi Presiden seumur hidup; hal ini tidak sesuai dengan
ketentuan mengenai masa jabatan Presiden.
3. Pimpinan MPRS dan DPR diberi status sebagai menteri; dengan demikian , MPR dan DPR
berada di bawah Presiden.
4. Pimpinan MA diberi status menteri; ini merupakan penyelewengan terhadap prinsip
bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka.
5. Presiden membuat penetapan yang isinya semestinya diatur dengan undang-undang
(yang harus dibuat bersama DPR); dengan demikian Presiden melampaui
kewenangannya.
6. Pembentukan lembaga negara yang tidak diatur dalam konstitusi, yaitu Front Nasional.
7. Presiden membubarkan DPR; padahal menurut konstitusi, Presiden tidak bias
membubarkan DPR.