Sie sind auf Seite 1von 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN SINUSITIS

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Penulisan Ilmiah

Oleh
Nama : Fredi H.S
NIM : 200401022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS
JUNI, 2007
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap syukur Ahamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah.

Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Biyanti Dwi, S.Kep, Ns selaku Dosen Pengampu Penelitian Ilmiah

2. Muhammad Syafi’i selaku Dosen Pengampu Penelitian Ilmiah

3. Rekan-rekan mahasiswa PSIK Reguler Pagi Semester VI dan semua pihak

yang terlibat dalam pembuatan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari apa yang diharapkan, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran atau himbauan demi kesempurnaan

makalah ini. Akhir kata penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat

mendukung profesi keperawatan dimasa mendatang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kudus, Juni 2007

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................1

B. Tujuan..................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian ...........................................................................................2

B. Etiologi................................................................................................2

C. Patofisiologi .......................................................................................3

D. Manifestasi Klinis ..............................................................................3

E. Komplikasi .........................................................................................6

F. Penatalaksanaan .................................................................................7

G. Pathway ..............................................................................................9

H. Fokus Pengkajian..............................................................................10

I. Diagnosa Keperawatan......................................................................10

J. Intervensi Keperawatan.....................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................15

B. Saran .................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa

sinusitis maksilaris atau sinusitis frentalis. Sinusitis dapat berlangsung akut

maupun kronik. Ia dapat mengenai anak yang sudah besar, saat sinus

paranasal sudah berkembang. Sinusitis pada anak tersering dijumpai pada

anak umur 6-11 tahun.

B. TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas perkuliahan.

2. Untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan sinusitis.

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada

pasien sinusitis.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Sinusitis adalah radang mukosa sinus para nasal, sesuai sinus yang

terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maxila, sinusitis etmoid, sinusitis

frontal dan sinusitis sphenoid. (Mangun Kusumo dan Rifki, 1990 : 120)

Sinusitis adalah peradangan pada membran mukosa sinus. (Long,

1996 : 393)

Sinusitis di definisikan sebagai inflamasi antara peradangan pada

satu atau lebih sinus paranasal (Reeves, 2001 : 27)

B. ETIOLOGI

a. Virus, bakteri atau jamur, paling sering adalah streptococcus pneumoniae

dan haemopilus influenzae (Mansjoer, 2001 : 102)

b. Infeksi apikal dari akar gigi yang menonjol kedalam dasar sinus maxila.

(Ballenger, 1994 : 232)

c. Berenang dan menyelam (Ballenger, 1994 : 234)

Faktor predisposisi

- Merokok dan polusi udara (Ballenger, 1994 : 234)

- Deviasi septum (Ballenger, 1995 : 234)

2
- Rhinitis kronis serta rhinitis alergi (Manun Kusumo dan Rifki, 1990 :

120) menyebabkan obstruksi ositum sinus serta menghasilkan lendir

yang banyak, yang merupakan media untuk tumbuh-tumbuhnya bakteri.

C. PATOFISIOLOGI

Bila terjadi edoma dikompleks ostio meatal, mukosa yang letaknya

berhadapan akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan

lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drenase dan ventilalsi

didalam sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk

tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi

hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul infeksi oleh bakteri anaerob.

Selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau

pembentukan polip dan kista.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Sinusitis akut

- Gejala berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu.

- Terdapat tanda radang akut

- Gejala sistematik : Demam dan rasa lesu.

- Gejala lokal : Pada hitung terdapat ingus kental yang

kadang-kadang berbau dan dirasa mengalir

ke nasofaring, dirasakan hidung tersumbat,

nyeri di daerah sinus yang terkena serta

kadang-kadang dirasakan juga ditempat lain

karena nyeri alih.

3
2. Sinusitis sub akut

- Berlangsung dari 4 minggu – 3 bulan

- Tanda akut sudah reda dan perubahan histologi mukosa sinus masih

reversibel.

- Gejala klinis sama dengan sinusitis akut hanya tanda radang akutnya

(demam, sakit kepala hebat, nyeri telan) sudah reda.

- Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen dimeatus medius atau

superior pada rinoskopi posterior tmpak secret purulen dinasofaring.

- Pada pemeriksaan transiluminasi tampak sinus yang sakit suram atau

gelap.

3. Sinusitis Kronis

- Lebih dari 3 bulan, perubahan histologi mukosa sinus sudah

irefersibel.

- Sekret dihidung ada sekret pascal nasal.

- Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman dan gatal ditenggorok.

- Pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba eustactius.

- Nyeri kepala.

- Batuk dan kadang-kadang terdapat komlikasi diparu berupa

bronchitis, asma, bronchial.

- Gejala disaluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat

menyebabkan gastroenteritis, sering pada anak.

- Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus

nasolaksimalis.

4
- Pada rinoskopi anterior, sekret kental purulen dimeatus medius atau

meatus superior pada rinoskopi posterior, sekret perulen dinasofaring

turun ke tenggorok.

Menurut letak (Hilger, 1997 : 241-246)

a. Sinusitis Maksilaris

- Demam.

- Malaise dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda pada

pemberian analgetik.

- Wajah terasa bengkak, penuh dan gigi terasa nyeri pada gerakan

kepala mendadak nyeri pipi khas yang timbul dan menusuk, serta

nyeri pada palpasi.

- Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau

busuk.

- Batuk iritatif non produktif.

b. Sinusitis etmoidalis

- Telah lazim pada anak, seringkali bermanifestasi sebagai selulitis

orbita. Pada orang dewasa, seringkali bersama-sama dengan sinusitis

maksilaris serta dianggap sebagai penyerta simusitis frontalis.

- Gejala berupa nyeri tekan di antara kedua mata diatas jembatan

hidung drainase, dan sumbatan hidung.

5
c. Sinusitis frontalis

- Nyeri kepala yang khas. Nyeri berlokasi diatas alis mata, biasanya

pada pagi hari dan buruk menjelang tengah hari kemudian perlahan-

lahan mereda menjelang malam.

- Dahi terasa nyeri bila di sentuh.

d. Sinusitis sfenoidalis

- Nyeri kepala yang mengarah ke verteks kranium.

- Penyakit ini lebih lazim menjadi bagian parasinusitis, gejalanya

menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya.

E. KOMPLIKASI

a. Komplikasi orbita

- Perdagangan atau reaksi edema yang ringan, terjadi pada isi orbita

akibat infeksi sinus etmoidalis didekatnya.

- Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif

mengivasi isi orbita namun pus belum terbentuk.

- Abses sub peristeal, pus diantara peri orbila dan dinding tulang

orbita, menyebabkan proptosis dan kemosis.

- Abses orbita, pus telah menembus periostium dan bercampur dengan

isi orbita.

- Trombosis sinus kavernosus, akibat penyebaran bakteri melalui

saluran vena kedalam sinus kavernosus, dimana selanjutnya suatu

tromboflebitis septic.

6
b. Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mucus yang timbul dalam

sinus.

c. Komplikasi intrakranial

 Meningitis akut infeksi dari paranasalis dapat menyebar sepanjang

saluran vena atau langsung dari sinus yang beredekatan.

 Abses otak biasanya terjadi melalui troboflebitis yang meluas secara

langsung.

d. Ostiomielitis, destruksi tulang frontalis dan pembengkakan jaringan

lunak.

e. Toxemia → racun yang beredar dalam darah.

F. PENATALAKSANAAN

a. Sinusitis akut

- Terap medika metosa berupa antibiotic selama 10-14 hari, dapat

diperpanjang sampai gejala hilang.

Jenis : Amoksilin, ampisilin, eritromism, sefaklor monotudrat,

asetil sekuroksim, trimetoprim sulfametoksazol, amoksillin,

asam klavunalat, klaritromisin. Bila dalam 48-72 jam tidak

ada perbaikan diganti anti biotik untuk kuman yang

menghasilkan beta tak tamesa, yaitu : amoksilin/ampisilin

dkombinasi dengan asam klavulanal.

- Dengongestan → memperlancar drainase sinus.

- Sistemik → pseudoefedrin dan fenil propanalomin

- Topikal

7
- Analgesik → menghilangkan nyeri

- Mukolitik → pengeceran sekret, meningkatkan kerja silia,

merangsang pemecahan fibrin.

- Steroid intranasal (antara lain : beklametason, flunisolid, trisonolon)

untuk mengurangi edema didaerah kompleks asteomeatal.

- Irigasi nasal dengan Nacl → untuk membantu pemindahan sekret

kental dari sinus ke rongga hidung.

b. Sinusitas sub akut

- Medikamentosa berupa antibiotik 10-14 hari.

- Obat-obat sitomatis berupa dekongestan lokal (obat tetes hidung)

untuk memperlancar drainase → 5-10 hari.

- Diatermi → dengan sinar gelombang pendek 5-6 x → untuk

memperbaiki vaskularisasi sinus jika belum membaik lakukan

pencucian sinus.

- Operasi koreksi septum, pengangkatan paip, kokotomi total atau

parsial → agar drainase sekret lancar.

c. Sinusitis kronik

- obat-obat simtomatis dan antibiotik 2-4 minggu.

- Steroid nasal tropikal, seperti beklometason anti inflamasi dan anti

alergi.

- Fungsi atau antrostomi → memperbaiki drainase dan pembersihan

sekret.

- Terapi radikal → mengangkat mukosa yang patologik dan membuat

drainase sinus yang terkena.

- Bedah sinus endos kopik fungsional (BSEF).

8
G. PATHWAY
Virus, bakteri, jamur Infeksi apikal dari akar Berenang dan menyelam
gigi yang menonjol Kuman potongannya
kedalam dasar sinus sendiri secara mekanik
makalaris masuk kedalam
rangga→ tekanan air
Jaringan sub mukosa di infiltrasi

Kapiler berdilatasi

Edema dikompleks ostio meatal Menyalurkan cairan dari sinus ke hidung


Tulang - bengkak
- merah

Silia rusak Takefektifnya kebersihan jalan nafas

G3. drainase-tulang hidung tersumbat G3 persepsi sensori penciuman

Sekret kental G3 pola tidur

Sumbatan ostium, telinga/sakit kepala

Peradangan pada sinus

T/L = sakit/nyeri didaerah sinus Nyeri

Pengobatan sempurna Kurang pengetahuan Pengobatan tak sempurna

Infeksi ulang

Sikatrik

Penebalan membran-membran
Penebalan infeksi ke bagian lain

Mata Otak Sinus Tulang sinus frontal

Bakteri aktif menginuasi Bakteri masuk ke cairan Penumpukan pus Destruksi tulang
serebro spinal
Isi orbita kista ostiomelitis
Meningitis
Inflamasi mukokel
Selulitis orbita

Pembedahan G3. Integritas kulit


luka
pembedahan Potensial perdarahan
nyeri
Nyeri
9
H. FOKUS PENGKAJIAN

(Long, 1996 : 395)

1. Obstruksi Nares

a. Riwayat bernafas melalui mulut pada siang atau malam, kapan

terjadi, lama dan frekuensinya.

b. Riwayat pembedahan hidung akan trauma pada hidung.

c. Penggunaan obat tetes atau semprot hidung, jenis jumlah, frekuensi

dan lamanya penggunaan.

2. Sekret hidung

a. Wama, jumlah, dan konsistensi sekret.

b. Perdarahan hidung (epistaksis) dari satu atau nares.

c. Adanya krusta nyeri pada tudung.

3. Riwayat Sinusitis

a. Nyeri kepala, lokasi dan beratnya nyeri.

b. Hubungan sinusitis dengan musim tertentu atau cuaca tertentu.

4. Gejala-gejeala umum lain seperti kematian.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

(PRE OP)

1. Nyeri b.d peradangan pada sinus.

2. Gangguan persepsi sensori penciuman b.d sumbatan pada hitung

3. Gangguan pola tidur b.d reaksi peradangan, sumbatan hidung.

4. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d sekresi banyak dan kental.

5. Kurang pengetahuan b/d kurangnya pemberian informasi

10
(POST OP)

1. Potensial perdarahan b.d pembedahan

2. Kerusakan integritas kulit b.d interupsi mekanis pada kulit atau

jaringan.

3. Nyeri b.d pembedahan

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

(PRE OP)

1. Kriteria hasil :

a. Gejala nyeri membaik.

b. Pasien dapat mencegah serangan lebih lanjut.

1) Menghindarkan keramaian sewaktu insidensi infeksi tertinggi.

2) Menghindari atergen.

3) Mendaparkan istirahat yang cukup.

4) Makan dengan istirahat yang cukup.

(Long, 1996 : 396)

Intervensi :

a. Kaji adanya faktor-faktor yang memperberat resiko.

b. Kolaborasi dengan dokter, beri obat alergi yang dibutuhkan.

c. Kompres hangat, kompres sedikitnya 4 kali sehari untuk mengurangi

rasa sakit dan pengeluaran sekret.

d. Awasi dan laporkan peningkatan rasa sakit kepala daya lihat

mengabur putaran edem kedinginan atau muntah-muntah

(Thempson : 1986 : 793)

11
2. Kriteria hasil :

a. Mengidentifikasi dan menghilangkan faktor resiko yang potensial

jika diperlukan.

b. Menggambarkan alasan untuk terapi modalitas.

Intervensi :

a. Meminta obat pencegah alergi dan penyemprotan hidung.

b. Tenangkan pasien bahwa kondisi ini sementara.

3. Kriteria hasil :

a. Menjelaskan faktor-faktor penghambat antara pencegah tidur.

b. Mengidentifikasi tekhnik-tekhnik untuk mempermudah tidur.

Intervensi :

a. Kurangi kebisingan.

b. Meminimalkan sakit kepala, memberikan obat penahan sakit, san

meminta obat-obat pencegah alergi antara hidung tersumbat.

c. Yakinkan kepada pasien pentingnya tetes hidung.

4. Kriteria hasil :

a. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih.

b. Mengeluarkan antara membersihkan sekret dan bebas aspirasi.

Intervensi :

a. Beritahu pasien sebelum operasi bahwa akan dilakukan

pembungkusan hidung selama 12-14 jam.

b. anjurkan pada pasien untuk bernafas melalui mulut menjadi perlu

dan tembusan hidung yang tidak dapat dibentuk sesudah

pembedahan

(Thomson, 1986 : 793)

12
5. Kriteria hasil :

a. Pasien menyatakan rencana untuk melakukan tindakan lanjut

keperawatan.

Intervensi :

a. Jika alergen merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap

sinusitis.

b. Menggunakan ocetaminofen daripada aspirin untuk mengobati nyeri,

pengguna kompres panas pada sinus.

c. Selama sinusitas akut diperlukan istirahat tambahan dan minum 2-3

lt/hari.

(POST)

1. Kriteria hasil :

a. Pasien merasa nyaman.

b. Pasien mengetahui bagaimana mencegah perdarahan hidung atau

cara mengatasinya jika hal tersebut terjadi.

Intervensi :

a. Observasinya pasien berdarah setelah pembedahan.

b. Monitor TTV dan pengawasan saat menelan makanan yang

mengidentifikasi perdarahan.

c. Hindari menyisi hidung selama + 2 minggu setelah tampon diang

2. Kriteria hasil :

a. Sampai penyembuhan luka

13
Intervensi :

a. Posisikan pasien semi fowler untuk mencegah edema dan

pengeluaran drainase.

b. Gunakan kompres untuk meminimalkan perkembangan dan

perdarahan untuk 24 jam pertama, tetap dingin atau ucap pernapasan

yang hangat sesuai permintaan.

c. Ganti balutan atau lapisan tetes nasal dan sejumlah catatan dan warna

pengeluaran ada kenormalan jumlah kecil darah merah terang dengan

beberapa gumpalan beku.

d. Berikan oral higiene.

3. Kriteria hasil :

a. Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol atau dihilangkan.

b. Tampak santai, dapat beristirahat atau tidur, dan ikut dalam ADL.

Intervensi :

a. Kaji TTV.

b. Ulangi rekaman intra operatif atau ruang penyembuhan untuk tipe

anastesia medikasi yang diberikan sebelumnya.

c. Evaluasi rasa sakit reguler (misal : setiap 2 jam x 12) catata

karakteristik lokasi dan intensitas (skala 0-10)

d. Catat munculnya rasa cemas atau takut dan hubungkan dengan

lingkungan dan persiapan untuk prosedur.

e. Dorong penggunaan tehnik relaksasi (misal : nafas dalam, bimbingan

imajinasi, visualisasi).

f. Observasi efek analgesic.

g. Berikan perawatan oral hygine.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sinusitis merupakan penyakit akibat adanya inflamasi pada satu atau

lebih sinus paranasal. Salah satu penyebabnya streptococus pneumoniae dan

haemopilus influenzae.

Sinusinis dapat menyebar dengan cepat ke sinus-sinus terutama yang

paling dekat bila dibiarkan akan terus menyebar hingga menimbulkan

banyak komplikasi maka dapat mengakibatkan kematian.

B. SARAN

Penderita sinusitis diharapkan segera memeriksakan diri segera

mungkin, agar tidak menyebar lebih lanjut dan melaksanakan terapi-terapi

yang dianjurkan dokter supaya tepat sembuh dan sehat kembali.

15
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Arif. 2001. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta

C. Long, Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

Doengoes, E. Marillyn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

Hil Ger, Peter A. BOIES. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. FKUI. Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. FKUI Jakarta

Ngastiyah. 1997. Perawat Anak Sakit. EGC : Jakarta

Soepardi, E. Arsyad. 2003. THT Kepala Leher. FKUI Jakarta

16

Das könnte Ihnen auch gefallen