Sie sind auf Seite 1von 2

Judul Artikel : Keseimbangan Harga Menurut Ibnu Khaldun

Tanggal Terbit : Senin 16 March 2009


Sumber : http://lisensiuin.blogspot.com

http://lisensiuin.blogspot.com/2009/03/keseimbangan-ibnu-khaldun.html

Keseimbangan Harga Menurut Ibnu


Khaldun
Oleh: Adiwarman A. Karim (Muamalat Institut)

Siapa tak kenal Ibn Khaldun. Bagi dunia Islam ia adalah seorang ulama
ternama, sedangkan bagi para ekonom ia dikenal sebagai salah seorang
bapak ilmu ekonomi. Ahli sejarah ekonomi terkemuka, Joseph Schumpeter,
mencatat nama Ibn Khaldun di dua tempat dalam bukunya History of
Economic Analysis.

Karya monumental Ibn Khaldun adalah Al-Muqaddimah yang menjadi


sumber dari berbagai ilmul sosial seperti sejarah, psikologi, geografi,
ekonomi, dan sebagainya. Ulama yang lahir di Tunisia (1332) dan wafat di
Kairo (1406) ini juga diakui oleh penasihat ekonomi Presiden Reagen
sebagai inspirator teori pajak yang dikenal dengan nama "Kurva Laffer".

Di dalam Al-Muqaddimah , Khaldun menulis secara khusus satu bab


berjudul "Harga-Harga di Kota-Kota". Ia membagi jenis barang menjadi
barang kebutuhan pokok dan barang mewah. Nah, menurut dia, bila suatu
kota berkembang dan selanjutnya populasinya akan bertambah banyak,
maka harga- harga barang kebutuhan pokok akan mendapat prioritas
pengadaannya. Akibatnya penawaran meningkat dan ini berarti turunnya
harga. Sedangkan untuk baarang-barang mewah, permintaannya akan
meningkat sejalan dengan berkembangnya kota dan berubahnya gaya
hidup. Akibatnya harga barang mewah meningkat.

Ibn Khaldun juga menjelaskan mekanisme penawaran dan permintaan


dalam menentukan harga keseimbangan. Secara lebih rinci ia
menjabarkan pengaruh persaingan di antara konsumen untuk
mendapatkan barang pada sisi permintaan. Setelah itu ia menjelaskan
pula pengaruh meningkatnya biaya produksi karena pajak dan pungutan-
pungutan lain di kota tersebut, pada sisi penawaran (The Muqaddimah of
Ibn Khaldun, II:276-8).

Pada bagian lain dari bukunya, Ibn Khaldun menjelaskan pengaruh naik
dan turunnya penawaran terhadap harga. Ia mengatakan, "Ketika
baarang-barang yang tersedia sedikit, maka harga-harga akan naik.
Namun bila jarak antarkota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan,
maka akan banyak barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang
akan melimpah, dan harga-harga akan turun" (Ibid., 338). Hal ini
menunjukkan bahwa Ibn Khaldun, sebagaimana Ibn Taimiyah, telah
mengidentifikasi kekuatan permintaan dan penawaran sebagai penentu
keseimbangan harga.

Masih ingat dua tulisan sebelumnya bahwa Al-Ghazali menyatakan motif


berdagang adalah mencari untung? (Ihya, II:73). Ghazali juga menyatakan
hendaknya motivasi keuntungan itu hanya untuk barang-barang yang
bukan kebutuhan pokok. Keuntungan pun didefinisikan Ghazali sebagai
keuntungan di dunia dan di akhirat.

Nah, Ibn Khaldun menjelaskan secara lebih rinci. Menurut dia, keuntungan
yang wajar akan mendorong tumbuhnya perdagangan sedangkan
keuntungan yang sangat rendah akan membuat lesu perdagangan karena
pedagang kehilangan motivasi. Sebaliknya, bila pedagang mengambil
keuntungan sangat tinggi juga akan membuat lesu perdagangan karena
lemahnya permintaan konsumen (Ibid., 340-341).

Bila dibandingkan dengan Ibn Taimiyah yang tidak menggunakan istilah


persaingan, Ibn Khaldun menjelaskan secara eksplisit elemen-elemen
persaingan. Bahkan ia juga menjelaskan secara eklplisit jenis-jenis biaya
yang membentuk kurva penawaran, sedangkan Ibn Taimiyah secara
implisit.

Ibn Khaldun juga mengamati fenomena tinggi-rendah, tanpa mengajukan


konsep apapun tentang kebijakan kontrol harga. Di sinilah bedanya,
tampaknya Ibn Khaldun lebih fokus menjelaskan fenomena yang terjadi,
sedangkan Ibn Taimiyah lebih fokus pada kebijakan untuk menyikapi
fenomena yang terjadi.

Lihat saja misalnya, Ibn Taimiyah tidak menjelaskan secara rinci pengaruh
turun-naiknya permintaan dan penawaran terhadap harga keseimbangan.
Namun ia menjelaskan secara rinci bahwa pemerintah tidak perlu ikut
campur tangan dalam menentukan harga selama mekanisme pasar
berjalan normal. Hanya bila mekanisme normal tidak berjalan, pemerintah
disarankan melakukan kontrol harga (Economic Concept of Ibn Taimiyah,
hal. 97-101).

Das könnte Ihnen auch gefallen