Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1
a. Keinginan akan kestabilan atau kepastian
Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksikan.
Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu
ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian informasi.
b. Keinginan akan kompleksitas dan keragaman
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau
lingkungan, kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif. Dua faktor
penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya (pasti atau
tidak pasti). Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk
membuat prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan:
i. Model keputusan yang diprogram secara sederhana
Model ini ditandai dengan aturan-aturan prediksi yang tidak kompleks, yang ditetapkan
oleh orang lain yang bukan si pengambil keputusan.
ii. Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana
Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil keputusan
yang langsung memilih alternatif tersebut. Informasi bersumber dari prasangka melalui
keyakinan-keyakinan umum.
iii. Model keputusan yang diprogram secara kompleks
Pada model ini melibatkan perencanaan yang begitu rinci. Masalah dan peluang
diantisipasi dengan skala prioritas yang begitu hati-hati. Alternatif-alternatif yang ada
dievaluasi berdasarkan pertimbangan untuk memaksimalkan manfaat jangka panjang.
iv. Model keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks
Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua orang yang
terlibat untuk memaksimalkan perolehan informasi dan koordinasi.
8.1.3 Jenis-jenis dari Model Proses
Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seorang pengambilan keputusan
dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah:
a. Model Ekonomi
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan secara
2
sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai motif
dan tujuan.
b. Model Sosial
Model ini mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa
keputusan dihitung berdasarkan interaksi sosial.
c. Model Kepuasan Simon
Model ini didasarkan pada konsep Simon tentang orang administrasi, di mana manusia
dipandang rasional karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses
informasi, membuat pilihan, dan belajar.
8.1.4 Pengaruh Perilaku Individu Dalam Pengambilan Keputusan
3
a. Rasional Terbatas
Salah satu aspek yang menarik dari konsep rasional terbatas adalah membuat urutan
pertimbangan beberapa alternative. Pengurutan alternative tersebut sangat penting dalam
menentukan alternatif yang dipilih.
b. Intuisi
Pengambilan keputusan intuitif merupakan suatu proses tidak sadar yang diciptakan dari
pengalaman bersaing. Intuisi ini tidak harus berjalan secara independen dari analisis rasional.
c. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan terpilih yang lebih
tinggi dibandingkan dengan masalah-masalah yang penting. Pernyataan ini didasarkan pada
dua alasan. Pertama mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak, kedua perlu
diingat bahwa semua orang menaruh perhatian yang besar terhadap pengambilan keputusan
dalam organisasi.
d. Membuat Pilihan
Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan
mengandalkan heuristic atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan.
e. Perbedaan Individu: Gaya Pengambilan Keputusan
Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan
individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Pertama adalah cara berpikir ada
yang memang logis dan rasional sebaliknya ada orang yang intuitif dan kreatif. Orang yang
menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah atas ambiguitas dan mencari
rasionalitas. Tipe analitis memiliki toleransi yang lebih besar terhadap ambiguitas
dibandingkan dengan mengambil keputusan yang direktif. Konseptual cenderung menjadi
sangat luas dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternative sehingga
orientasi mereka jangka panjang. Kategori terakhir gaya perilaku yang dicirikan oleh
pengambil keputusan yang dapat bekerja baik dengan pihak lain.
f. Keterbatasan Organisasi
Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan, para
manajer misalnya membentuk keputusan untuk mencerminkan sistem penilaian kinerja dan
pemberian imbalan untuk memenuhi peraturan-peraturan formal dan untuk memenuhi batas
4
waktu yang ditetapkan organisasi.
5
b. Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat keputusan
mengenai operasi saja.
c. Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai perusahaan
tersebut yang dapat mempengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi yang tidak
memiliki kendali langsung atas operasi perusahaan.
8.2.1 Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Pengambilan Keputusan
Rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka hampir tidak pernah
memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses informasi yang tersedia
secara berurutan. Batasan pengambilan keputusan yang rasional bervariasi sesuai dengan:
a. Lingkup pengetahuan yang tersedia sehubungan dengan semua alternatif yang mungkin
dan konsekuensinya.
b. Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satu gaya yang selalu unggul
karena dalam situasi masalah spesifik, lebih dari satu pendekatan dapat menyebabkan hasil
yang dapat diterima.
c. Struktur nilai mereka yang berubah.
d. Kecenderungan mereka untuk "memuaskan" daripada untuk melakukan optimalisasi.
8.2.2 Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah
1) Fenomena Pemikiran Kelompok
Pemikiran kelompok (group think) menggambarkan situasi dimana tekanan untuk
mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresentasikan ide atau
pandangan yang tidak populer.
2) Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)
Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merupakan efek samping dari interaksi
manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih agresif
berisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin oleh individu-individu jika mereka
bertindak sendiri.
3) Kesatuan Kelompok
Kesatuan kelompok didefinisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok
tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan kesatuan yang kuat
pada umumnya lebih efektif dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan kelompok
6
yang terdapat banyak konflik internal dan kurangnya semangat kerja sesama anggotanya.
8.2.3 Pengambilan Keputusan dengan Kosensus versus Aturan Mayoritas
Kesepakatan dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan oleh Holder (1972)
sebagai “kesepakatan semua anggota kelompok dalam pengambilan keputusan.” Dalam
kebanyakan situasi, kesepakatan hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang serta
evaluasi yang kritis atas lebih atau kurangnya. Pengambilan keputusan dengan kesepakatan
membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan pengambilan keputusan dengan
pengaturan mayoritas.
8.2.4 Kontroversi yang Disebabkan oleh Hubungan Atasan dan Bawahan
Ketika suatu tim yang akan mengambil keputusan terdiri atas atasan dan bawahan,
kontroversi tidak dapat dihindarkan. Atasan mempunyai akses terhadap informasi yang
berbeda, sehingga memiliki pendapat yang berbeda pula dibandingkan dengan bawahannya.
Kualitas dari pilihan keputusan akan sangat bergantung bagaimana atasan menangani
kontroversi tersebut. Atasan sebagai pemimpin memiliki pilihan keperilakuan sebagai
berikut:
7
8.2.5 Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs Oleh Pakar
Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi dan
pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru
ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan
lainnya. Pendatang baru cenderung mengumpulkan informasi tanpa melakukan diskriminasi
dan melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif
guna menindaklanjuti observasi tertentu.
Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga
komponen:
a. Pengujian Informasi
Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang disajikan dan
diseleksi untuk pertimbangan lebih lanjut, hanya informasi yang terlihat sangat relevan terkait
pengambilan keputusan itu yang harus dilaksanakan. Para pakar lebih banyak mengandalkan
aturan yang diperoleh berdasarkan pengalaman dibandingkan dengan para pendatang baru
dan mereka juga menguji data dari lebih banyak tahun.
b. Integrasi pengamatan dan temuan
Pada konteks ini integrasi melibatkan pengelompokkan atas pengamatan, baik
berdasarkan hubungan sebab akibat maupun bardasarkan komponen fungsional dari
perusahaan. Para pendatang baru menghubungkan pengamatan dan temuan yang menjelaskan
satu sama lain dan mengabaikan yang tidak. Sebaliknya para pakar menempatkan penekanan
khusus pada kontradiksi yang potensial dalam pengamatan dan temuan sebagai alat untuk
mendeteksi masalah yang mendasari.
c. Pertimbangan
Pertimbangan yang digunakan di sepanjang proses pengambilan keputusan yang
tampak lebih jelas dalam formulasi hipotesis, pengembangan petunjuk dalam formulasi
keputusan akhir, dan dalam penyusunan ringkasan temuan.
8
serta meneruskan informasi. Dalam pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif
saling berinteraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi
akuntansi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Arfan Ikhsan. 2011. Akuntansi Keperilakuan. Edisi ke 2. Jakarta: Salemba Empat.
https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2017/04/19/keperilakuan-dalam-pengambilan
-keputusan-individu/ (Diakses pada tanggal 19 Oktober 2018)
https://www.academia.edu/12300794/Muh_Arifin_2015._ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_
PENGAMBILAN_KEPUTUSAN_DAN_PARA_PENGAMBIL_KEPUTUSAN_ (Diakses
pada tanggal 19 Oktober 2018)
https://www.academia.edu/9615393/ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_PENGAMBILAN_KE
PUTUSAN_DAN_PARA_PENGAMBIL_KEPUTUSAN (Diakses pada tanggal 19
Oktober 2018)
https://www.scribd.com/document/263997789/aspek-Keperilakuan-Pd-Pengambilan-Keputus
an-Para-Pengambil-Keputusan (Diakses pada tanggal 19 Oktober 2018)
10