Sie sind auf Seite 1von 10

8.

1 ASUMSI KEPERILAKUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


ORGANISASI
8.1.1 Proses Pengambilan Keputusan
Dalam organisasi, pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif
terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai
suatu cara pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan
bersama. Langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu:
1. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang
Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para pengambil keputusan
memerlukan informasi mengenai lingkungan, keuangan, dan operasi.
2. Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya
Pada langkah ini, alternatif praktis sebaiknya sebanyak mungkin diidentifikasi dan
dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu
dan tindakan yang dipilih pada saat itu. Fitur-fitur yang dapat dikuantifikasikan akan berupa
estimasi keuangan atas biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif.
3. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan
Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah
satu dari beberapa alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional,
pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta
ekonomi.
4. Penerapan dan tindak lanjut
Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi penerapannya.
Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki kontrol atas sumber
daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan (misalnya, uang, orang, dan
informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya bekerja.

8.1.2 Motif Kesadaran


Motif kesadaran ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu yang masih berada dalam tingkat kesadaran seseorang. Terdapat dua faktor penting
dari motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu:

1
a. Keinginan akan kestabilan atau kepastian
Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksikan.
Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu
ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian informasi.
b. Keinginan akan kompleksitas dan keragaman
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau
lingkungan, kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif. Dua faktor
penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya (pasti atau
tidak pasti). Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk
membuat prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan:
i. Model keputusan yang diprogram secara sederhana
Model ini ditandai dengan aturan-aturan prediksi yang tidak kompleks, yang ditetapkan
oleh orang lain yang bukan si pengambil keputusan.
ii. Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana
Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil keputusan
yang langsung memilih alternatif tersebut. Informasi bersumber dari prasangka melalui
keyakinan-keyakinan umum.
iii. Model keputusan yang diprogram secara kompleks
Pada model ini melibatkan perencanaan yang begitu rinci. Masalah dan peluang
diantisipasi dengan skala prioritas yang begitu hati-hati. Alternatif-alternatif yang ada
dievaluasi berdasarkan pertimbangan untuk memaksimalkan manfaat jangka panjang.
iv. Model keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks
Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua orang yang
terlibat untuk memaksimalkan perolehan informasi dan koordinasi.
8.1.3 Jenis-jenis dari Model Proses
Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seorang pengambilan keputusan
dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah:
a. Model Ekonomi
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan secara

2
sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai motif
dan tujuan.
b. Model Sosial
Model ini mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa
keputusan dihitung berdasarkan interaksi sosial.
c. Model Kepuasan Simon
Model ini didasarkan pada konsep Simon tentang orang administrasi, di mana manusia
dipandang rasional karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses
informasi, membuat pilihan, dan belajar.
8.1.4 Pengaruh Perilaku Individu Dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan tindakan untuk melakukan penilaian dan menjatuhkan


pilihan dari beberapa alternatif yang ada. G.R. Terry mengemukakan bahwa pengambilan
keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan pada kriteria tertentu atas dua atau lebih
alternatif yang mungkin. Teori pengambilan keputusan klasik berjalan dalam asumsi
rasionalitas dan kepastian, tetapi tidak begitu halnya dengan teori keputusan perilaku. Ahli
teori perilaku pengambilan keputusan berpendapat bahwa individu mempunyai keterbatasan
kognitif.
Menurut Driscoll, partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan efficacy.
Efficacy sendiri didefinisikan sebagai perasaan atau anggapan bahwa seseorang mampu untuk
mempengaruhi pembuatan keputusan dalam organisasi. Partisipasi seorang individu dalam
proses pengambilan keputusan yang tinggi apabila ia memiliki efficacy yang tinggi, ia
memiliki keyakinan bahwa ia bisa ikut mempengaruhi sistem, proses, dan isi dari keputusan
yang dibuat. Begitu pula sebaliknya, apabila seorang individu memiliki efficacy yang rendah ia
cenderung akan kurang berpartisipasi. Hal ini disebabkan ia memiliki anggapan bahwa dirinya
tidak bisa mempengarui sistem, proses dan isi dari sebuah keputusan.
8.1.5 Cara Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Berikut merupakan tinjauan atas suatu bukti penting yang akan memberikan penjelasan
yang lebih akurat tentang bagaimana sebenarnya kebanyakan keputusan dalam organisasi
yang diambil.

3
a. Rasional Terbatas
Salah satu aspek yang menarik dari konsep rasional terbatas adalah membuat urutan
pertimbangan beberapa alternative. Pengurutan alternative tersebut sangat penting dalam
menentukan alternatif yang dipilih.
b. Intuisi
Pengambilan keputusan intuitif merupakan suatu proses tidak sadar yang diciptakan dari
pengalaman bersaing. Intuisi ini tidak harus berjalan secara independen dari analisis rasional.
c. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan terpilih yang lebih
tinggi dibandingkan dengan masalah-masalah yang penting. Pernyataan ini didasarkan pada
dua alasan. Pertama mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak, kedua perlu
diingat bahwa semua orang menaruh perhatian yang besar terhadap pengambilan keputusan
dalam organisasi.
d. Membuat Pilihan
Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan
mengandalkan heuristic atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan.
e. Perbedaan Individu: Gaya Pengambilan Keputusan
Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan
individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Pertama adalah cara berpikir ada
yang memang logis dan rasional sebaliknya ada orang yang intuitif dan kreatif. Orang yang
menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah atas ambiguitas dan mencari
rasionalitas. Tipe analitis memiliki toleransi yang lebih besar terhadap ambiguitas
dibandingkan dengan mengambil keputusan yang direktif. Konseptual cenderung menjadi
sangat luas dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternative sehingga
orientasi mereka jangka panjang. Kategori terakhir gaya perilaku yang dicirikan oleh
pengambil keputusan yang dapat bekerja baik dengan pihak lain.
f. Keterbatasan Organisasi
Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan, para
manajer misalnya membentuk keputusan untuk mencerminkan sistem penilaian kinerja dan
pemberian imbalan untuk memenuhi peraturan-peraturan formal dan untuk memenuhi batas

4
waktu yang ditetapkan organisasi.

8.1.6 Perusahaan Sebagai Unit Pengambilan Keputusan


Perusahaan dapat dianggap unit pengambilan keputusan yang mirip dalam banyak cara
untuk individu. Masalah keputusan yang dihadapi perusahaan sangat banyak dan gejala
masalah dana alternatif yang paling jelas. Cybert dan March menggambarkan 4 konsep dasar
relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan bisnis yaitu:
1. Resolusi semu dari konflik
Teori keputusan klasik mengasumsikan bahwa konflik dapat diselesaikan dengan
menggunakan rasionalitas lokal.
2. Penghindaran ketidakpastian
Cyber dan March (1963) menemukan bahwa para pengambil keputusan dalam organisasi
sering kali menggunakan strategi yang kurang rumit ketika berhadapan dengan risiko dan
ketidakpastian. Schiff dan Lewin (1974) menambahkan slack organisasi ke alat-alat yang
digunakan untuk menghindari ketidakpastian.
3. Pencarian masalah
Menurut Cybert dan March, pencarian masalah didefinisikan sebagai proses menemukan
suatu solusi atas suatu masalah tertentu atau sebagai suatu cara untuk bereaksi terhadap suatu
peluang.
4. Pembelajaran organisasi
Walaupun organisasi tidak mengalami proses pembelajaran seperti yang dialami oleh
individu, organisasi memperlihatkan perilaku adaptif dari karyawannya.
8.2 PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN
Penting untuk diingat bahwa manusia yang mengenali, mendefinisikan masalah atau
peluang, yang mencari tindakan alternatif secara optimal dan menerapkanya. Pengaturan
organisasi di mana orang yang digunakan tergantung pada jenis masalah keputusan atau
oppurtinity yang ditemui. Burns (1981) mengelompokkan pengambil keputusan kedalam tiga
kelompok :
a. Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil keputusan mengenai
operasi dan sistem akuntansi digunakan untuk menyusun laporan (manajemen puncak).

5
b. Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat keputusan
mengenai operasi saja.
c. Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai perusahaan
tersebut yang dapat mempengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi yang tidak
memiliki kendali langsung atas operasi perusahaan.
8.2.1 Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Pengambilan Keputusan
Rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka hampir tidak pernah
memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses informasi yang tersedia
secara berurutan. Batasan pengambilan keputusan yang rasional bervariasi sesuai dengan:
a. Lingkup pengetahuan yang tersedia sehubungan dengan semua alternatif yang mungkin
dan konsekuensinya.
b. Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satu gaya yang selalu unggul
karena dalam situasi masalah spesifik, lebih dari satu pendekatan dapat menyebabkan hasil
yang dapat diterima.
c. Struktur nilai mereka yang berubah.
d. Kecenderungan mereka untuk "memuaskan" daripada untuk melakukan optimalisasi.
8.2.2 Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah
1) Fenomena Pemikiran Kelompok
Pemikiran kelompok (group think) menggambarkan situasi dimana tekanan untuk
mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresentasikan ide atau
pandangan yang tidak populer.
2) Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)
Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merupakan efek samping dari interaksi
manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih agresif
berisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin oleh individu-individu jika mereka
bertindak sendiri.
3) Kesatuan Kelompok
Kesatuan kelompok didefinisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok
tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan kesatuan yang kuat
pada umumnya lebih efektif dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan kelompok

6
yang terdapat banyak konflik internal dan kurangnya semangat kerja sesama anggotanya.
8.2.3 Pengambilan Keputusan dengan Kosensus versus Aturan Mayoritas
Kesepakatan dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan oleh Holder (1972)
sebagai “kesepakatan semua anggota kelompok dalam pengambilan keputusan.” Dalam
kebanyakan situasi, kesepakatan hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang serta
evaluasi yang kritis atas lebih atau kurangnya. Pengambilan keputusan dengan kesepakatan
membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan pengambilan keputusan dengan
pengaturan mayoritas.
8.2.4 Kontroversi yang Disebabkan oleh Hubungan Atasan dan Bawahan
Ketika suatu tim yang akan mengambil keputusan terdiri atas atasan dan bawahan,
kontroversi tidak dapat dihindarkan. Atasan mempunyai akses terhadap informasi yang
berbeda, sehingga memiliki pendapat yang berbeda pula dibandingkan dengan bawahannya.
Kualitas dari pilihan keputusan akan sangat bergantung bagaimana atasan menangani
kontroversi tersebut. Atasan sebagai pemimpin memiliki pilihan keperilakuan sebagai
berikut:

a. Menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan


informasi yang tersedia pada saat itu.
b. Mendapatkan informasi yang diperlukan dari bawahan, kemudian informasi tersebut
digunakan untuk pengambilan keputusan terhadap masalah tersebut.
c. Menceritakan masalah tersebut dengan bawahan yang relevan secara pribadi,
mendapatkan ide-ide serta saran-saran mereka. Kemudian, ide dan saran-saran tersebut dapat
dipertimbangkan untuk digunakan atau tidak sehingga keputusan dapat diambil.
d. Menceritakan masalah tersebut dengan bawahan secara kelompok, mendiskusikan
kelebihan dan kekurangan yang ada, kemudian mencoba untuk mencapai suatu kesepakatan
atau suatu solusi.
Masing-masing pilihan keperilakuan dapat mengarah kepada keputusan yang
memuaskan, tetapi riset yang menguji validitasnya menemukan bahwa metode partisipasi
unggul ketika kualitas dari keputusan tersebut penting dan penerimaan serta implementasi
yang dipaksakan bersifat meragukan.

7
8.2.5 Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs Oleh Pakar
Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi dan
pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru
ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan
lainnya. Pendatang baru cenderung mengumpulkan informasi tanpa melakukan diskriminasi
dan melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif
guna menindaklanjuti observasi tertentu.
Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga
komponen:
a. Pengujian Informasi
Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang disajikan dan
diseleksi untuk pertimbangan lebih lanjut, hanya informasi yang terlihat sangat relevan terkait
pengambilan keputusan itu yang harus dilaksanakan. Para pakar lebih banyak mengandalkan
aturan yang diperoleh berdasarkan pengalaman dibandingkan dengan para pendatang baru
dan mereka juga menguji data dari lebih banyak tahun.
b. Integrasi pengamatan dan temuan
Pada konteks ini integrasi melibatkan pengelompokkan atas pengamatan, baik
berdasarkan hubungan sebab akibat maupun bardasarkan komponen fungsional dari
perusahaan. Para pendatang baru menghubungkan pengamatan dan temuan yang menjelaskan
satu sama lain dan mengabaikan yang tidak. Sebaliknya para pakar menempatkan penekanan
khusus pada kontradiksi yang potensial dalam pengamatan dan temuan sebagai alat untuk
mendeteksi masalah yang mendasari.
c. Pertimbangan
Pertimbangan yang digunakan di sepanjang proses pengambilan keputusan yang
tampak lebih jelas dalam formulasi hipotesis, pengembangan petunjuk dalam formulasi
keputusan akhir, dan dalam penyusunan ringkasan temuan.

8.2.6 Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan


Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakinan individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan, memproses,

8
serta meneruskan informasi. Dalam pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif
saling berinteraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi
akuntansi.

8.2.7 Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan


Keputusan manajemen mempengaruhi kejadian atau tindakan masa depan. Sedangkan
informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu dan tidak dengan
sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya, kecuali jika hal itu dilakukan melalui
proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta konsekuensinya
ditentukan. Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi
fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta
bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang
dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.

8.2.8 Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah


Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui pelaporan
deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau melalui informasi kepada manajer
bahwa mereka gagal mencapai target output atau laba yang ditentukan sebelumnya. Ketika
informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka informasi tersebut
juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat dikuantifikasi atas
tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

9
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Arfan Ikhsan. 2011. Akuntansi Keperilakuan. Edisi ke 2. Jakarta: Salemba Empat.

https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2017/04/19/keperilakuan-dalam-pengambilan
-keputusan-individu/ (Diakses pada tanggal 19 Oktober 2018)

https://www.academia.edu/12300794/Muh_Arifin_2015._ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_
PENGAMBILAN_KEPUTUSAN_DAN_PARA_PENGAMBIL_KEPUTUSAN_ (Diakses
pada tanggal 19 Oktober 2018)

https://www.academia.edu/9615393/ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_PENGAMBILAN_KE
PUTUSAN_DAN_PARA_PENGAMBIL_KEPUTUSAN (Diakses pada tanggal 19
Oktober 2018)

https://www.scribd.com/document/263997789/aspek-Keperilakuan-Pd-Pengambilan-Keputus
an-Para-Pengambil-Keputusan (Diakses pada tanggal 19 Oktober 2018)

https://www.coursehero.com/file/20906142/kel-10/ (Diakses pada tanggal 19 Oktober 2018)

10

Das könnte Ihnen auch gefallen