Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
HIV/AIDS
DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat segala karunia-Nya,
penulisan makalah yang berjudul Askep pada Hiv/AIDS ini akhirnya dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Sistem Imun dan
Haematologi.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hanifah, S. Kep.Ns selaku Dosen
pengajar mata kuliah Sistem Imun dan Haematologi, dan tentunya kepada seluruh anggota kelompok
yang telah bekerjasama untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu kebutuhan dasar masih perlu mendapatkan perhatian yang
lebih besar. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan
upaya kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan, dan peningkatan
kesehatan,pencegahan,penyembuhan penyakit dan salah satunya adalah penyakit yang di
anggap memalukan yaitu HIV AIDS.
Dimana HIV adalah singkatan dari human immunodeficiency virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga
dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari
gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
AIDS adalah singkatan dari acquired immune deficiency syndrome yang merupakan
dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh mahluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan syndrom AIDS yang mematikan dan sangat
berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan
tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh
virus HIV.
Ketika seseorang terkena virus HIV, orang tersebut tidak langsung terkena AIDS. Untuk
menjadi AIDS dibutuhkan waktu beberapa tahun. Saat ini tidak ada obat,serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari virus HIV penyebab penyakit AIDS.
B.Tujuan
KONSEP TEORI
A.DEFINISI HIV/AIDS
AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit oportunistik atau kanker tertentu
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi virus HIV (Brunner &
sudarth ,2001).
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus
yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C.
Smetzler dan Brenda G.Bare )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian
dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and
Prevention )
B.ETHIOLOGY HIV/AIDS
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
C.PATHOFISIOLOGY HIV/AIDS
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus
yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain
dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel
yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya
fungsi sel T penolong.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah sel T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200
sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
D.MANIFESTASI KLINIS HIV/AIDS
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2
minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun
simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari,
penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy,
pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala
infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC),
Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
Gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam
berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher,
radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan
jumlah CD4 :
b. Masa asimtomatik
• Pada masa ini pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi dpt terjadi limfadenopati.
• Penurunan jumlah CD4 terjadi secara bertahap disebut window period.
c. Masa gejala dini
Pada masa ini CD 4 berkisar antara 100-300, gejala ini timbul akibat infeksi
pneumonia, kandidiasis vagina, sariawan herpes zoster, TB paru.
E.WOC HIV/AIDS
Msuk mllui
sirkulasi darah
Menginvasi
tubuh
Menyerang &
merusak CD4
Virus
Sel T4 berfoliperasi
dbwah 200
Menyerang CD4
disluruh tubuh
AIDS
CD4 menuurun
Prthnan primer
tak efektif Perthanan
s.imun selular
melemah
Mk:rsiko tnggi infeksi
oportunistik
Nafsu mkan
diare brkurang Mk:pola Rasa gtal & Ssah
nyeri konsentrasi
nfas tdk
efktif
BB menurun
Mk:resiko
tinggi Mk:gnggua Mk:prubhan
kkurngan n intgrtas pola pikir
Mk:prubhn nutrsi kurang
vol.cairan dari kbutuhan tbuh
kulit
F.PENATALAKSANAAN
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah
sel T4 nya 3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah
:
– Didanosine
– Ribavirin
– Diedoxycytidine
Telah banyak terbukti, akan tetapi belum jelas diketahui kapan transmisi perinatal
tersebut terjadi. Penelitian di AS dan Eropa menunjukkan bahwa risiko transmisi
perinatal pada ibu hamil adalah 20 - 40%. Transmisi dapat melalui plasenta, perlukaan
dalam proses persalinan atau melalui ASI. Walaupun demikian WHO masih
menganjurkan agar ibu dengan HIV (+) tetap menyusui bayinya mengingat manfaat
ASI yang lebih besar dibandingkan dengan resiko penularannya. Jika seorang wanita
tertular HIV, maka risiko menularkan ke bayi akan rendah jika kondisi tubuh di
pertahankan sesehat mungkin. Faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko penularan
adalah: merokok, narkoba, kekurangan vitamin A, kurang gizi, infeksi seperti STD,
menyusui dll. Transmisi perinatal pada plasenta adalah sebagai berikut ;Selama
kehamilan, banyak perubahan sistemik yang terjadi pada tubuh ibu. Hal ini tentunya
akan memperberat kerja organ – organ dalam tubuh. Apalagi apabila ibu tersebut
mengidap HIV positif. Tentunya akan memperparah kondisi penyakit dan
kehamilannya. Transmisi vertical virus AIDS dari ibu kepada janinnya (mother to
child transmission)
e. Persalinan preterm
Pada pasien tak hamil, terapi ditawarkan bila CD4 + T cells , 350 sel/mm3
atau kadar HIV RNA plasma > 55.000 /mL. Pada wanita hamil, terapi harus lebih
agresif oleh karena penurunan kadar RNA adalah penting bagi penurunan transmisi
perinatal tanpa memperhitungkan CD 4+ atau kadar HIV-RNA plasma.
Sampai saat ini belum ada pengobatan AIDS yang memuaskan. Pemberian
AZT (Zidovudine) dapat memperlambat kematian dan menurunkan frekuensi serta
beratnya infeksi oportunistik. Pengobatan infeksi HIV dan penyakit oportunistiknya
dalam kehamilan merupakan masalah, karena banyak obat belum diketahui dampak
buruknya dalam kehamilan. Zidovudine (juga di kenal dengan ZDV, AZT )
merupakan obat pertama yang dilisensi untuk mengobati HIV. Saat ini penggunannya
dikombinasikan dengan obat anti-virus lainnya dan sering dipergunakan untuk
mencegah penularan ke bayi. ZDV harus diberikan sejak trimester II dan dilanjutkan
terus selama kehamilan dan persalinan. Efek samping berupa mual, muntah dan sel
darah merah dan putih yang menurun. Jika tidak diambil langkah – langkah
pencegahan, risiko penularan HIV setelah kelahiran diperkirakan 10-20%.
Kemungkinan penularan lebih besar lagi jika bayi terekspos darah atau cairan yang
ada HIVnya. Penolong persalinan harus menghindarkan memecahkan ketuban,
episiotomi, serta prosedur - prosedur lain yang mengekspos bayi dengan darah atau
cairan darah ibu. Penurunan resiko penularan ketika kelahiran dengan seksio sesaria.
Penularan kepada penolong persalinan dapat terjadi 0-1% pertahun. Oleh karena itu
dianjurkan untuk melaksanakan upaya pencegahan terhadap penularan infeksi bagi
petugas kamar bersalin sebagai berikut:
1. Gunakan pakaian, sarung tangan dan masker yang kedap air dalam menolong
persalinan
2. Gunakan sarung tangan saat menolong bayi
3. Cucilah tangan setelah selesai menolong penderita AIDS
4. Gunakan pelindung mata
5. Peganglah plasenta dengan sarung tangan dan beri label sebagai barang infeksius
6. Jangan menggunakan penghisap lendir bayi melalui mulut
7. Bila dicurigai adanya kontaminasi, lakukan konseling dan periksa antibody terhadap
HIV serta dapatkan AZT sebagai profilaksis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain berdasarkan pemeriksaan fisik dengan memperhatikan gejala dan tanda diatas maka
pasien yang dicurigai menderita HIV positif selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium
seperti pemeriksaan (enzyme immunoassay)/ELISA untuk mendeteksi antibodi virus di dalam
serum/darah. Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan kadar sel CD4, HIV, RNA dan lain
lain dilaksanakan berdasarkan kebutuhan.
BAB III
KONSEP ASKEP
A.PENGKAJIAN
Pengkajian
1. Data biografi
Identitas Klien
meliputi : Nama, Umur, Suku/bangsa, Status perkawinan, Agama, Pendidikan,
Alamat
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama / alasan masuk RS
Riwayat kesehatan sekarang
Factor pencetus
Berat ringan keluhan
Lamanya keluhan
Keluhan saat pengkajian
Riwayat kesehatan keluarga
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Penampilan umum, kesadaran, BB, TB.
Tanda-tanda vital :
TD (tekanan darah), ND (nadi), RR (pernafasan), S (suhu tubuh).
Kulit
Warna kulit, kelembapan, turgor kulit, ada/ tidaknya edema.
Kepala/ rambut
Insfeksi : kepala simetris atau tidak, warna rambut.
Palpasi : texture , ada tidaknya benjolan atau massa.
Telinga
Fungsi pendengaran, fungsi keseimbangan, kebersihan.
Leher
Torak / paru
Jantung
Abdomen
Genetelia
Rectal
Pemeriksaan penunjang(diagnostic)
3. Indirect Immunoflouresence
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk
melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24,
pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada
penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengan titer
p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus.
Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan
viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus ( viral burden )
AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan
bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel limfosit T karena
kekurangan sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan kanker yang sederhana
sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang
menyebabkan kematian penderita, melainkan infeksi dan kanker yang dideritanya.
B. ANALISA DATA
PENUTUP
1. Kesimpulan
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya
penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan,
obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.
HIV/AIDS adalah penyakit yang sampai sekarang ini belum ada obatnya dan mematikan,
selain karena mengganggu kesehatan fisik, HIV/AIDS juga mengganggu stabilitas psikis dan
2. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang HIV/AIDS dan
pencegahannya.
Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting, dan diharapkan kepada
mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu penyakit tersebut beserta asuhan
keperawatannya.
Daftar Pustaka
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B.
Lippincott Company, London.
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S,
EGC, Jakarta
Brunner, Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta
Engram, Barbara, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, EGC, Jakarta
Djuanda, Prof. DR. Adhi, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/asuhan-keperawatan-dengan-klien-hiv aids.html