Sie sind auf Seite 1von 26

ASUHAN KEPERAWATAN

HIV/AIDS

DISUSUN OLEH :

 CLARESTA SIERA 1026010014


 MARTINI APRILIA 1026010016
 FENI EFIANA 1026010028
 DONI FORNANDES 1026010024
 YAUMUL HAFIZSH 1026010048

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Hanifah, S.kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat segala karunia-Nya,
penulisan makalah yang berjudul Askep pada Hiv/AIDS ini akhirnya dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Sistem Imun dan
Haematologi.

Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hanifah, S. Kep.Ns selaku Dosen
pengajar mata kuliah Sistem Imun dan Haematologi, dan tentunya kepada seluruh anggota kelompok
yang telah bekerjasama untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Bengkulu, Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................


DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................
1.2 Tujuan ............................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................
2.1 Definisi ............................................................................................................
2.2 Etiologi ............................................................................................................
2.3 Patofisiologi ....................................................................................................
2.4 Manifestasi klinis ............................................................................................
2.5 WOC ...............................................................................................................
2.6 Penatalaksanaan ..............................................................................................
2.7 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................
BAB III KONSEP ASKEP .................................................................................................
3.1 Pengkajian ......................................................................................................
3.2 Analisa Data ....................................................................................................
3.3 Diagnosa yang mungkin muncul.....................................................................
3.4 NCP .................................................................................................................
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu kebutuhan dasar masih perlu mendapatkan perhatian yang
lebih besar. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan
upaya kesehatan dengan pendekatan, pemeliharaan, dan peningkatan
kesehatan,pencegahan,penyembuhan penyakit dan salah satunya adalah penyakit yang di
anggap memalukan yaitu HIV AIDS.

Dimana HIV adalah singkatan dari human immunodeficiency virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga
dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari
gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

AIDS adalah singkatan dari acquired immune deficiency syndrome yang merupakan
dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh mahluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan syndrom AIDS yang mematikan dan sangat
berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan
tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh
virus HIV.

Ketika seseorang terkena virus HIV, orang tersebut tidak langsung terkena AIDS. Untuk
menjadi AIDS dibutuhkan waktu beberapa tahun. Saat ini tidak ada obat,serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari virus HIV penyebab penyakit AIDS.

B.Tujuan

 Sebagai aplikatif dari mata kuliah sistem imun dan hematology.


 Untuk mengetahui bagaimana strategi penanganan pada pasien dengan kasus
HIV/AIDS
 Memberi asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif dan holistik pada pasien.
BAB II

KONSEP TEORI

A.DEFINISI HIV/AIDS

AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit oportunistik atau kanker tertentu
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi virus HIV (Brunner &
sudarth ,2001).

AIDS adalah transmisi human imunodefisiensi virus, suatu retrovirus yang


terjadi terutama melalui pertukaran cairan tubuh (Friedland,1987).

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus
yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C.
Smetzler dan Brenda G.Bare )

AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian
dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and
Prevention )

B.ETHIOLOGY HIV/AIDS

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency


virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut
HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-
2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka
untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari
lima fase yaitu :

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
system tubuh, dan manifestasi neurologist.

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

1. Lelaki homoseksual atau biseks.


2. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
3. Orang yang ketagihan obat intravena
4. Partner seks dari penderita AIDS
5. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

C.PATHOFISIOLOGY HIV/AIDS

Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus
yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain
dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel
yang terinfeksi.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah
secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya
fungsi sel T penolong.

Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap


tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu
ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan
jamur oportunistik ) muncul, Jumlah sel T4 kemudian menurun akibat timbulnya
penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200
sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
D.MANIFESTASI KLINIS HIV/AIDS

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2
minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun
simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari,
penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy,
pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala
infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC),
Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal

a. infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam
berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher,
radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.

b. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala

Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam


darah akan diperoleh hasil positif.

c. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala


pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3
bulan.

Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan
jumlah CD4 :

a. Infeksi retroviral akut


• Demam
• Pembesaran kelenjar
• Hepatoslenomegali
• Nyeri tenggorakan
• Mialgia
• Rast seperti morbili

b. Masa asimtomatik
• Pada masa ini pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi dpt terjadi limfadenopati.
• Penurunan jumlah CD4 terjadi secara bertahap disebut window period.
c. Masa gejala dini

Pada masa ini CD 4 berkisar antara 100-300, gejala ini timbul akibat infeksi
pneumonia, kandidiasis vagina, sariawan herpes zoster, TB paru.

d. Masa gejala lanjut


CD4 dibawah 200, penurunan daya tahan tubuh yang lanjut ini menyebabkan resiko
tinggi terjadinya infeksi oportunistik.

E.WOC HIV/AIDS

sperma Mllui cairan vagina ASI


semen

Msuk mllui
sirkulasi darah

Menginvasi
tubuh

Menyerang &
merusak CD4

Virus
Sel T4 berfoliperasi
dbwah 200

Menyerang CD4
disluruh tubuh

AIDS
CD4 menuurun

Prthnan primer
tak efektif Perthanan
s.imun selular
melemah
Mk:rsiko tnggi infeksi
oportunistik

s.pencernaan s.pernafasan s.reproduksi s.persyarafan


hipermetabolis batuk Nafas pndek Jmur pda vgina Skt kpala
me

Nafsu mkan
diare brkurang Mk:pola Rasa gtal & Ssah
nyeri konsentrasi
nfas tdk
efktif
BB menurun
Mk:resiko
tinggi Mk:gnggua Mk:prubhan
kkurngan n intgrtas pola pikir
Mk:prubhn nutrsi kurang
vol.cairan dari kbutuhan tbuh
kulit
F.PENATALAKSANAAN

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :

- Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang


tidak terinfeksi.
- Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.
- Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
- Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
- Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :

a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,


nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.

b. Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah
sel T4 nya 3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm

c. Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah
:

– Didanosine

– Ribavirin

– Diedoxycytidine

– Recombinant CD 4 dapat larut

d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus


Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,


hindari stress, gizi yang kurang, alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi
imun.
f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

HIV / AIDS dalam Kehamilan dan Persalinan

Telah banyak terbukti, akan tetapi belum jelas diketahui kapan transmisi perinatal
tersebut terjadi. Penelitian di AS dan Eropa menunjukkan bahwa risiko transmisi
perinatal pada ibu hamil adalah 20 - 40%. Transmisi dapat melalui plasenta, perlukaan
dalam proses persalinan atau melalui ASI. Walaupun demikian WHO masih
menganjurkan agar ibu dengan HIV (+) tetap menyusui bayinya mengingat manfaat
ASI yang lebih besar dibandingkan dengan resiko penularannya. Jika seorang wanita
tertular HIV, maka risiko menularkan ke bayi akan rendah jika kondisi tubuh di
pertahankan sesehat mungkin. Faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko penularan
adalah: merokok, narkoba, kekurangan vitamin A, kurang gizi, infeksi seperti STD,
menyusui dll. Transmisi perinatal pada plasenta adalah sebagai berikut ;Selama
kehamilan, banyak perubahan sistemik yang terjadi pada tubuh ibu. Hal ini tentunya
akan memperberat kerja organ – organ dalam tubuh. Apalagi apabila ibu tersebut
mengidap HIV positif. Tentunya akan memperparah kondisi penyakit dan
kehamilannya. Transmisi vertical virus AIDS dari ibu kepada janinnya (mother to
child transmission)

Kecepatan penularan HIV dari ibu ke janin, tergantung sejumlah faktor :

1) Faktor yang meningkatkan penularan

a. Ibu menderita AIDS

b. CD4 rendah ( < 200 sel / mm3)

c. Adanya p24 antigenemia

d. Adanya chorioamnionitis histologist

e. Persalinan preterm

2) Faktor yang menurunkan penularan


a. Adanya antibodi terhadap protein HIV

b. Perawatan prenatal yang berkualitas

c. Pemberian ZDV ( zidovudine )

Berikut perawatan ibu hamil dengan HIV ;

Pada prinsipnya pemeriksaan HIV adalah merupakan bagian dari pemeriksaan


antenatal yang bersifat sukarela.Konseling adalah bagian penting dari perawatan bagi
penderita HIV. Strategi perawatan bagi ibu hamil berbeda dengan strategi perawatan
pada ibu tidak hamil. Tujuan terapi :

• Menekan jumlah virus.

• Restorasi dan preservasi fungsi imunologis.

Pada pasien tak hamil, terapi ditawarkan bila CD4 + T cells , 350 sel/mm3
atau kadar HIV RNA plasma > 55.000 /mL. Pada wanita hamil, terapi harus lebih
agresif oleh karena penurunan kadar RNA adalah penting bagi penurunan transmisi
perinatal tanpa memperhitungkan CD 4+ atau kadar HIV-RNA plasma.

Sampai saat ini belum ada pengobatan AIDS yang memuaskan. Pemberian
AZT (Zidovudine) dapat memperlambat kematian dan menurunkan frekuensi serta
beratnya infeksi oportunistik. Pengobatan infeksi HIV dan penyakit oportunistiknya
dalam kehamilan merupakan masalah, karena banyak obat belum diketahui dampak
buruknya dalam kehamilan. Zidovudine (juga di kenal dengan ZDV, AZT )
merupakan obat pertama yang dilisensi untuk mengobati HIV. Saat ini penggunannya
dikombinasikan dengan obat anti-virus lainnya dan sering dipergunakan untuk
mencegah penularan ke bayi. ZDV harus diberikan sejak trimester II dan dilanjutkan
terus selama kehamilan dan persalinan. Efek samping berupa mual, muntah dan sel
darah merah dan putih yang menurun. Jika tidak diambil langkah – langkah
pencegahan, risiko penularan HIV setelah kelahiran diperkirakan 10-20%.
Kemungkinan penularan lebih besar lagi jika bayi terekspos darah atau cairan yang
ada HIVnya. Penolong persalinan harus menghindarkan memecahkan ketuban,
episiotomi, serta prosedur - prosedur lain yang mengekspos bayi dengan darah atau
cairan darah ibu. Penurunan resiko penularan ketika kelahiran dengan seksio sesaria.
Penularan kepada penolong persalinan dapat terjadi 0-1% pertahun. Oleh karena itu
dianjurkan untuk melaksanakan upaya pencegahan terhadap penularan infeksi bagi
petugas kamar bersalin sebagai berikut:

1. Gunakan pakaian, sarung tangan dan masker yang kedap air dalam menolong
persalinan
2. Gunakan sarung tangan saat menolong bayi
3. Cucilah tangan setelah selesai menolong penderita AIDS
4. Gunakan pelindung mata
5. Peganglah plasenta dengan sarung tangan dan beri label sebagai barang infeksius
6. Jangan menggunakan penghisap lendir bayi melalui mulut
7. Bila dicurigai adanya kontaminasi, lakukan konseling dan periksa antibody terhadap
HIV serta dapatkan AZT sebagai profilaksis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Selain berdasarkan pemeriksaan fisik dengan memperhatikan gejala dan tanda diatas maka
pasien yang dicurigai menderita HIV positif selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium
seperti pemeriksaan (enzyme immunoassay)/ELISA untuk mendeteksi antibodi virus di dalam
serum/darah. Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan kadar sel CD4, HIV, RNA dan lain
lain dilaksanakan berdasarkan kebutuhan.
BAB III

KONSEP ASKEP

A.PENGKAJIAN

Pengkajian
1. Data biografi
Identitas Klien
meliputi : Nama, Umur, Suku/bangsa, Status perkawinan, Agama, Pendidikan,
Alamat

2. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama / alasan masuk RS
 Riwayat kesehatan sekarang
 Factor pencetus
 Berat ringan keluhan
 Lamanya keluhan
 Keluhan saat pengkajian
 Riwayat kesehatan keluarga

a. Pola nutrisi dan metabolisme


Makanan, minum, frekuensi makan, jenis makanan yang masuk
b. Pola eliminasi
 Buang air besar (BAB) : Frekuensi, kesulitan, warna
 Buang air kecil (BAK) : Frekuensi, warna, Kesulitan

c. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri :
mandiri, dibantu orang lain, dengan alat bantu.

d. Pola istirahat dan tidur


Lama tidur, Kebiasaan menjelang tidur, Masalah tidur.

e. Pola kongnitif dan persepsi : Status mental, kemampuan berkomunikasi,


kemampuan memahami, tingkat ansietas, pendengaran, penglihatan,
ketidaknyamanan / nyeri.

f. Persepsi diri dan konsep diri


Perasaan pasien tentang masalah kesehatan.
g. Pola peran hubungan : Pekerjaan, masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan, kegiatan social.

h. Pola seksual dan reproduksi : Masalah seksual B.d penyakit.

i. Pola koping dan intoleransi : Perhatian utama tentang perawatan penyakit,


hal yang dilakukan.

j. Keadaan emosi dalam sehari-hari Keyakinan dan kepercayaan :


Pengaruh agama dalam lingkungan kehidupan

3. Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum
Penampilan umum, kesadaran, BB, TB.

 Tanda-tanda vital :
TD (tekanan darah), ND (nadi), RR (pernafasan), S (suhu tubuh).

 Kulit
Warna kulit, kelembapan, turgor kulit, ada/ tidaknya edema.

 Kepala/ rambut
Insfeksi : kepala simetris atau tidak, warna rambut.
Palpasi : texture , ada tidaknya benjolan atau massa.

 Mata : Fungsi penglihatan, palpebra, ukuran pupil, konjungtiva, lensa, iris.

 Telinga
Fungsi pendengaran, fungsi keseimbangan, kebersihan.

 Hidung dan sinus : Fungsi penciuman, Kebersihan adanya secret atau


tidak.

 Mulut dan tenggorokan : Membran mukosa, Keadaan gigi, Trimus (ada


kesulitan membuka mulut), Kesulitan menelan (disfagia).

 Leher

 Torak / paru

 Jantung
 Abdomen

 Genetelia

 Rectal

 Extermitas : Ekstermitas atas, Ekstremitas bawah, ROM

 Neurologis : Kesadaran, Status mental, Motorik, Tanda rangsang,


meningeal, Saraf cranial.

 Pemeriksaan penunjang(diagnostic)

a. Tes Laboratorium : Serologis


b. Neurologis
c. Tes Lainnya : seperti Sinar X dada, tes Fungsi pulmonal, skan, biopsi,
brankoskopi / pencucian trakeobronkial.
d. Tes Antibodi :

1. Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)

Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human


Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus
(HIV) disebut seropositif.

2. Western Blot Assay

Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas


Human Immunodeficiency Virus (HIV)

3. Indirect Immunoflouresence

Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.

4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )

Mendeteksi protein dari pada antibody.

c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk
melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24,
pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada
penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengan titer
p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus.
Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan
viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus ( viral burden )

AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan
bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel limfosit T karena
kekurangan sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan kanker yang sederhana
sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang
menyebabkan kematian penderita, melainkan infeksi dan kanker yang dideritanya.

B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DO : Hipermetabolisme Kekurangan volume
cairan
 Diare berat

2. DO : Imunodefisiensi Resiko tinggi infeksi


 Depresi sistem imun oportunistik
 Pertahanan primer tak efektif

3. DO : Ketidakmampuan Perubahan nutrisi


 Penurunan nafsu makan untuk mencerna kurang dari
 Penurunan berat badan kebutuhan tubuh

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Diarea berat.


2. Resiko tinggi terhadap infeksi oportunistik berhubungan dengan
Imunodefisiensi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan berat badan.
C. NCP (Nursing Care Planning)

No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Risiko tinggi Mempertahankan  Terpenuhin Mandiri :
terhadap hidrasi ya  Kaji turgor  Indikator tidak
kekurangan dibuktikan oleh kebutuhan kulit, membran langsung dari
volume membran cairan mukosa, dan status cairan.
cairan mukosa lembab, secara rasa haus.
berhubungan turgor kulit baik, adekuat  Timbang berat  Meskipun
dengan normalnya kadar  Defekasi badan ssuai kehilangan
diarea berat. elektrolit. kembali indikasi. berat badan
normal, dapat
maksimal menunjukan
2x sehari. penggunaan
otot, fluktuasi
tiba – tiba
menunjukan
status hidrasi.
Kehilangan
cairan
berkenaan
dengan diare
dapat dengan
cepat
menyebabkan
krisis dan
mengancanhid
up.
 Pantau  Mempertahank
pemasukan oral an
dan memasukan keseimbangan
cairan cairan,
sedikitnya 2500 mengurangi
ml/hari. rasa haus, dan
melembabkan
membran
mukosa.
 Hilangkan  Mungkin dapat
makanan yang mengurangi
potensial diare.
menyebabkan
diare. yakni
pedas/makanan
berkadar lemak
tinggi, kacang,
kubis, susu.
Kolaborasi :
 Berikan  Mungkin
cairan/elektrolit diperlukan
melalui selang untuk
pemberi mendukung/m
makanan/IV. emperbesar
volume
sirkulasi,
terutama jika
pemasukan
oral tak
adekuat.
 Berikan obat-  Menurunkan
obatan susuai jumlah
indikasi : keenceran
Antidiarea : mis, feses ;
difenoksilat mungkin
(lomotil), mengurangi
loperamid kejang usus
imodium, dan peristaltis.
paregorik, atau
anti pasmodik.

2. Risiko tinggi  Mengura  Infeksi Mandiri :


terhadap ngi resiko berkurang  Berikan  Mengurangi
infeksi infeksi.  Penyembuh lingkung patogen pada
oportunistik  Mencapai an luka/lesi. an yang sitem imun
berhubungan masa bersih dan
dengan penyemb dan mengurangi
imunodefisie uhan berventil kemungkinan
nsi. luka/lesi. asi baik. pasien
Periksa mengalami
pengunju infeksi
ng/staff nasokomial.
tehadap
tanda
infeksi
dan
pertahan
kan
kewaspa
daan
sesuai
indikasi.
 Periksa  Kandiasis oral,
kulit/me KS, herpes,
mbran CMV,
mukosa Cryptococcus
oral adalah
terhadap penyakit yang
bercak umum terjadi
putih/lesi dan memberi
. efek pada
membran kulit.
 Periksa  Identifikasi/per
adanya awatan awal
luka/ dari infeksi
lokasi skunder dapat
alat mencegah
invasiv, terjadinya
perhatika sepsis.
n tanda-
tanda
imflamas
i /
infeksi
lokal.
Kolaborasi :
 Berikan  Menghambat
antibiotik proses infeksi.
antijamur/agen Beberapa obat-
antimikoba, mis obatan
: trimetroprim ditargetkan
(bactrim, untuk
septra), nistatin organisme
(mycostatin), tertentu, obat-
ketokonazol, obatan lainya
pentamidin atau ditargetkan
AZT/Retrovir,dl untuk
l. meningkatkan
fungsi imun.
3. Perubahan Mempertahankan  Mempertah  Tentukan berat  Penurunan
nutrisi kebutuhan nutrisi ankan berat badan umum berat badan
kurang dari pada tubuh. badan sebelum pasien dini bukan
kebutuhan antara 0,9 – didiagnosa HIV. ketentuan pasti
tubuh 1,35 kg dari grafik berat
berhubungan berat badan dan
dengan sebelum tinggi badan
penurunan sakit. normal.
berat badan  Melaporkan Karenanya
dan perbaikan penentuan
penurunan tingkat berat badan
nafsu makan. energi. terakhir dalam
hubungannya
dengan berat
badan
pradiagnosis
lebih
bermanfaat.
 Tekankan  Pasien
pentingnya mungkin
mempertahanka kecewa dengan
n perubahan
keseimbangan/p status dan
emasukan menemukan
nutrisi yang kesulitan
adekuat. makan.
Mengetahui
pentingnya
masukan
nutrisi untuk
mempertahan
kan kesehatan,
dapat dapat
memotivasi
pasien untuk
mempertahank
an diet yang
tepat.
 Bantu pasien  Memberikan
untuk bantuan dan
merumuskan umpan balik
rencana diet. selama
meningkatkan
rasa kontrol,
meningkatkan
rasa percaya
diri, dan
kemungkinan
meningkatkan
pemasukan.
Kolaborasi :
 Konsultasi  Memberikan
dengan ahli diet. bantuan dalam
merencanakan
diet nutrisi
untuk
memenuhi
kebutuhan
individu.
 Memantau nilai  Meskipun
laboratorium, masukan
mis : Ht, Hb, nutrisi
albumin, adekuat,
kalium, natrium. terjadi
fluktuasi dan
pemberian
makanan
tambahan
ataupun
vitamin
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
penyimpangan
lebih lanjut.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya
penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan,
obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

HIV/AIDS adalah penyakit yang sampai sekarang ini belum ada obatnya dan mematikan,

selain karena mengganggu kesehatan fisik, HIV/AIDS juga mengganggu stabilitas psikis dan

kehidupan sosial penderita, sehingga perlu dilakukan penanganan yang komprehensif.

2. Saran
 Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang HIV/AIDS dan
pencegahannya.
 Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting, dan diharapkan kepada
mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu penyakit tersebut beserta asuhan
keperawatannya.
Daftar Pustaka

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B.
Lippincott Company, London.

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S,
EGC, Jakarta

Brunner, Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta

Engram, Barbara, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, EGC, Jakarta

Djuanda, Prof. DR. Adhi, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/asuhan-keperawatan-dengan-klien-hiv aids.html

Das könnte Ihnen auch gefallen