Sie sind auf Seite 1von 14

ASI EKSKLUSIF

Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Maternitas


Yang Dibimbing Oleh:
Ibu
Disusun Oleh :
1.

POLTEKKES KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
OKTOBER 2017
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asi Eksklusif ” tepat pada waktunya. Dan tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini :

Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas kelas


IIB Poltekkes Kemenkes Malang.
2. Semua pihak yang membantu sehingga terselesaikannya makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan isi makalah ini
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Malang, 11 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan pertama dari
kelahirannya, tanpa memberikan makanan tambahan lain baik berupa makanan padat
seperti bubur, rebusan kentang yang dicairkan dengan berbagai sayuran, serta buahbuahan
seperti pisang dan pepaya, maupun makanan yang bersifat cair seperti madu, perasan air
jeruk, air teh, air susu maupun air mineral saja.
Sebagaimana yang di jelaskan oleh Purwanti (2012: 3) bahwa ASI eksklusif adalah
pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal
dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Depkes RI (2004), ASI eksklusif adalah pemberian
ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Depkes
mengatakan air putihpun di harapkan tidak diberikan dalam tahap ASI ekslusif ini.
ASI eksklusif merupakan salah satu usaha dunia untuk mempersiapkan cikal bakal
penerus yang sehat sejak usia dini. WHO (Word Health Organization) dan UNICEF
menyarankan kepada setiap ibu yang melahirkan untuk dapat memberikan ASI eksklusif
kepada bayi yang dilahirkannya. Pemberian ASI eksklusif kepada setiap bayi dipandang
dapat mencegah terjadinya infeksi dan diare pada anak serta menghemat pengeluaran pada
keluarga miskin (WHO, 2003). WHO (2009) menyatakan sekitar 15% dari total kasus
kematian anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang disebabkan oleh pemberian
ASI tidak eksklusif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ASI Eksklusif ?
2. Apa saja pengelompokan ASI ?
3. Apa saja manfaat ASI Eksklusif ?
4. Bagaimana fisiologi pengeluaran ASI ?
5. Apa saja komposisi ASI ?
6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakberhasilan ASI Eksklusif ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari ASI Eksklusif
2. Mengetahui pengelompokan ASI Eksklusif
3. Mengetahui manfaat dari ASI Eksklusif
4. Mengetahui Fisiologi pengeluaran ASI Eksklusif
5. Mengetahui komposisi dari ASI Eksklusif
6. Mengetahui factor-faktor ketidakberhasilan dari ASI Eksklusif

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti
pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat
(Roesli, 2000).
Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI
kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat.
Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan
ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).

2.2 Pengelompokan ASI Eksklusif


ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

1. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama disekresi oleh
kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan
“meconium” yaitu air ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut bayi saat proses
persalinan. Jumlah (volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi
ASI yang matang. ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya.

2.3 Manfaat dari ASI Eksklusif


1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia
sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan
ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus,
sembelit serta alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi
yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek
penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan
bayinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di masa depan, apabila
bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat
mempercepat penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara
cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI
lebih tinggi 7-9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke
masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar
panggul dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih
cepat langsing kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang
menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih
menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya, ASI
lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI lebih
murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu
dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol susu, serta
peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna
perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif,
jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI
selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu
ketika bepergian ( Roesli, 2005 ).
4. Untuk Masyarakat dan Negara
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan
lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan,
karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena
dapat menurunkan angka kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di
produksi (Dwi Sunar, 2009 ).

2.4 Fisiologi Pengeluaran ASI


Cariin yaa
2.5 Komposisi ASI Eksklusif
1. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu
sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat
dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Angka kejadian
diare karena laktosa sangat jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini
dikarenakan penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding laktosa susu sapi maupun laktosa
susu formula ( Walker, 2006 ).
2. Protein
Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang terdapat pada ASI dan susu sapi
terdiri dari protein whey dan casein. Di dalam ASI senderi lebih banyak terdapat protein
whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan casein cenderung lebih susah
dicerna oleh usus bayi dan banyak terdapat pada susu sapi. ASI mempunyai jenis asam
amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satunya adalah taurin, dimana
asam amino jenis ini banyak ditemukan di ASI yang mempunyai peran pada perkembangan
otak. Selain itu ASI juga kaya akan nukleutida dimana nukleutida ini berperan dalam
meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik
yang ada di dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan meningkatkan daya tahan
tubuh ( Walker, 2006 ).
3. Lemak
Kadar lemak ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi atau susu formula. Kadar
lemak yang tinggi ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat
selama masa bayi. Lemak omega 3 dan omega 6 banyak ditemukan dalam ASI yang
berperan dalam perkembangan otak. DHA dan ARA hanya terdapat dalam ASI yang
berperan dalam perkembangan jaringan saraf dan retina mata. ASI juga mengandung asam
lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang, yang baik untuk kesehatan jantung dan
pembuluh darah ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).

4. Karnitin
Karnitin dalam ASI sangat tiggi dan memiliki fungsi membantu proses pembentukan
energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh ( Hendarto dan
Pringgadini, 2008 ).
5. Vitamin K
Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu tambahan vitamin K yang
biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini berfungsi sebagai faktor pembekuan darah
( Walker, 2006 ).
6. Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan pemberian ASI eksklusif dan
ditambah dengan membeiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi
menderita penyakit tulang karena kekurangan vitamin D ( Walker, 2006 ).
7. Vitamin E
Salah satu keuntungan ASI adalah kandungan vitamin Enya cukup tinggi terutama pada
kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding
sel darah merah ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).
8. Vitamin A
ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi. Selain berfungsi untuk
kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan
tubuh, dan pertumbuhan. Inilah yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI
mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik ( Hendarto dan Pringgadini,
2008 ).
9. Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin larut air terdapat dalam ASI. Seperti vitamin B, vitamin C dan asam
folat. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi vitamin B6 dan B12 serta
asam folat rendah terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga perlu tambahan vitamin
ini pada ibu yang menyusui ( Walker, 2006 ). 10. Mineral Mineral dalam ASI memiliki
kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan mineral yang terdapat
dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat dalam susu sapi adalah kalsium yang
berfungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf, dan
pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium pada ASI lebih rendah daripada susu sapi
tetapi penyerapannya lebih besar. Bayi yang mendapat ASI eksklusif beresiko sangat kecil
untuk kekurangan zat besi, walaupun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal ini dikarenakan
Zat besi yang terdapat dalam ASI lebih mudah diserap daripada yang terdapat dalam susu
sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI dibandingkan susu sapi dan susu
formula adalah selenium, yang sangat berfungsi pada saat pertumbuhan anak cepat (
Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).

2.6 Fakto-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan ASI


A. Faktor Internal
a. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah 1) tidak melakukan inisiasi
menyusui dini 2) menjadwal pemberian ASI 3) memberikan minuman prelaktal (bayi
diberi minum sebelum ASI keluar ), apalagi memberikannya dengan botol/dot 4)
kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu segera
setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya
setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini
disebut baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan
merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi
menyusui dini akan dapat mempengaruhi produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik
dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8
kali sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin
jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat
berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran sering kali bayi
mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui
dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul,
2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu,
atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena selain
menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi
intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat
berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI semakin bertambah
(Danuatmaja, 2003).
b. Pekerjaan /aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk mendapatkan
penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya
diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena wanita
hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia
harus sudah sejak janin dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah wanita yang
bekerja mendapat perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan
diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005).Beberapa alasan ibu
memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan pekerjaan adalah tempat kerja
yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena
cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006).
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir
terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan
alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi
ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit. Yang dianjurkan adalah
mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI
perah, seamakin besar peluang menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).
c. Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi
ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI
mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu
pasti akan berhenti memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara mengkilat dan
bertambah parah bahkan ibu bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada
puting itu terjadi karena beberapa faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui
saat bayi hanya menghisap pada putting. Padahal seharusnya sebagian besar areola
masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena
bayi tidak pernah melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting
menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa
tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
d. Kondisi kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif.
Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter melarang
ibu untuk menyusui karena sedang menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu
atau bayinya, seperti penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang
menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal
dunia (Pudjiadi, 2001).
B. Faktor Eksternal
a. Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan bagian
yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi ibu
yang menyusui sehingga promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan.
Dalam hal ini sikap dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan
petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan
tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin, 2004).
b. Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif.
Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak
dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi,
2001).
c. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik, aman, dan
satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau,
tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa
menyusui merupakan hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari
kompetitor utama produk susu formula yang mendisain susu formula menjadi pengganti
ASI (YLKI, 2005).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6054
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/26924/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllo
wed=y

http://seputarsehat.com/contoh-makalah-asi-eksklusif/

Das könnte Ihnen auch gefallen