Sie sind auf Seite 1von 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

ADHD ( Attention Deficit Hyperaktivity Disorder )

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II

Dosen Pengampu : Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes

Nama Kelompok :

Yesika Margiana ( 01.2.16.00566 )

Yesima Agung Paskawati ( 01.2.16.00567 )

Yunica Christiana Djatmiko ( 01.2.16.00569 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1

TAHUN AKADEMIK 2018/ 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan rahmatNya
sehingga makalah Asuhan Keperawatan pada Anak Berkebutuhan Khusus ADHD
ini dapat tersusun hingga selesai.

Terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Anak II atas


bimbingannya selama penyusunan makalah ini. Karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penyusun, penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah.

Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, 08 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I TINJAUAN TEORI .......................................................................... 1

1.1 Definisi ...................................................................................................... 1


1.2 Etiologi ...................................................................................................... 2
1.3 Manifestasi Klinik ..................................................................................... 3
1.4 Tipe – Tipe Gangguan ADHD .................................................................. 4
1.5 Patofisiologi .............................................................................................. 5
1.6 Komplikasi ................................................................................................ 7
1.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 7
1.8 Penatalaksanaan ........................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN .................................... 12

2.1 Pengkajian ................................................................................................. 12

2.2 Pemeriksaan Fisik ..................................................................................... 13

2.3 Rencana Keperawatan ............................................................................... 15

2.4 Evaluasi ..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18

LAMPIRAN ................................................................................................... 19

iii
BAB I

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Attention Deficit Hyperactivity Disorder ( ADHD ) adalah kelainan


hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun
dan dikarakkteristikan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian,
impulsive, dan hiperaktif (Townsend,1998).

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,


suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Hyperactivity
Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit
Hyperactivity Disorder ( sulit memusatkan perhatian ), Minimal Brain
Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan
kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan
Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita
ADHD (Permadi, 2009).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak
ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk
memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan
akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar, 2009).

ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas


motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim
dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan
gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu
meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.
Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup,
aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan (Klikdokter, 2008).

1
2.2 Etiologi

Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar


Hardiono ada bukti bahwa faktor biologis dan genetik berperan dalam
ADHD. Faktor biologis berpengaruh pada dua neurotransmitter di otak, yaitu
dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat yang bertanggung jawab
pada tingkah laku dan hubungan social, serta mengontrol aktifitas fisik.
Norepinefrin berkaitan dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan
perasaan. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah lingkungan. Karakter
dalam keluarga juga dapat berperan menimbulkan gejala ADHD. Bahkan dari
penelitian di beberapa rumah tahanan, sebagian besar penghuninya ternyata
pernah ADHD pada masa kecilnya. Demikian juga terjadi pada pengguna
narkoba. Belum diketahui apa penyebab pasti anak-anak menjadi hiperaktif.
Namun menurut dunia kedokteran, itu terkait dengan faktor biologis dan
genetik, serta lingkungan.
1. Faktor genetic
Ada beberapa gen ( diduga transporter gen dopamine lokus DAT 1 atau
DR 4 ) yang berhubungan dengan reseptor dopamine, transport dopamine,
enzim dopamine betahidroksilase, dankateko-o-metiltransferase ( enzim
yang memetabolisme dopamine ), yang mengalami perbedaan varian dari
kondisi normal. Varian val/val (varian lain val/met dan met/met) akan
menyebabkan metabolisme dopamine menjadi cepat sehingga menurunkan
aktivitas dopamine prefrontal sehingga proses informasidari prefrontal
akan terganggu.
2. Faktor neurokimia
Berupa gangguan neurotransmitter ( adrenergic/ nonadrenergik ).
3. Faktor neurofisiologis
Berupa pertumbuhan pesat otak pada beberapa periode usia. Beberapa
anak mengalami keterlambatan pematangan pada usia tersebut sehingga
muncul gejala-gejala GPPH sementara.
4. Faktor lateralisasi
Dihibungkan dengan disfungsi padahemisfer kanan yang mengatur
pemusatan perhatian, konsentrasi dan fungsi emosi.

2
5. Faktor lingkungan
Berbagai toksin endogen pernah dianggap sebagai penyebab ADHD,
seperti : keracunan timbal, aditif makanan, reaksi alergi ( Feingold, 1973,
1976 ; David, 1974 ; Taylor, 1986 ; Wender, 1986 : Hazel & Schumaker,
1988 ). Tetapi berbagai penelitian terhadap factor tersebut tidak ada yang
memberikan bukti adanaya hubungan yang bermakna antara factor
tersebut dan terjadinya ADHD ( Zametkin & Rapoport, 1986 ; Matson,
1993 ).
6. Masalah saat kehamilan ( ibu merokok, depresi, minum alcohol,
kekurangan oksigen, keracunan plumbum ) dan kelahiran ( trauma lahir,
infeksi ), penggunaan mariyuana pada awal masa remaja, konsumsi
makanan dengan bahan pengawet dan zat pewarna, penggunaan obat-
obatan seperti fenobarbita l jangka panjang. Lingkungan social yang buruk
seperti disfungsi perkawinan dan keluarga, social ekonomi rendah
dikatakan berhubungan dengan terjadinya GPPH. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa hubungan antara pengaruh televise dengan kejadian
GPPH secara signifikan tidak bermakna.

2.3 Manifestasi Klinik

Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat
dapat ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-
geliat.
b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan
atau keadaan di dalam suatu kelompok
e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan
f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas
atau aktivitas-aktivitas bermain

3
h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke
kegiatan lainnya
i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
j. Sering berbicara secara berlebihan.
k. Sering menyela atau mengganggu orang lain
l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya
m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).

2.4 Tipe-Tipe Gangguan ADHD


1) Tipe ADHD Gabungan
Untuk mengetahui ADHD tipe ini dapat didiagnosis atau dideteksi oleh
adanya paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk perhatian, ditambah
paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk hiperaktivitas impulsifitas.
Munculnya enam gejala tersebut berkali-kali sampai dengan tingkat yang
signifikan disertai adanya beberapa bukti, antara lain sebagai berikut :
a. Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.
b. Gejala-gejala diwujudkan pada paling sedikit dua seting yang
berbeda.
c. Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam
kemampuan akademik.
d. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh kondisi
psikologi atau psikiatri lainnya.
2) Tipe ADHD kurang memerhatikan dan Tipe ADHD hiperaktif impulsive
Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis oleh adanya paling
sedikit 6 diantara 9 gejala untuk perhatian dan mengakui bahwa individu-
individu tertentu mengalami sikap kurang memerhatikan yang mendalam
tanpa hiperaktivitas atau impulsifitas. Hal ini merupakan salah satu alas
an mengapa dalam beberapa buku teks, kita menemukan ADHD ditulis

4
dengan garis –AD/HD. Hal ini membedakan bahwa ADHD kurang
memerhatikan dari jenis ketiga yang dikenal dengan tipe hiperaktif
impulsive.
3) Tipe ADHD hiperaktif impulsive
Tipe ketiga ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9 gejala yang terdaftar
pada bagian hiperaktif impulsifitas. Tipe ADHD kurang memerhatikan
ini mengacu pada anak-anak yang mengalami kesulitan lebih besar
dengan memori (ingatan) mereka dan kecepatan motor perceptual
(persepsi gerak), cenderung untuk melamun dan kerap kali menyendiri
secara social.

5
2.5 Patofisiologi
Skema ADHD ( Dr. Dwidjo Saputro, 2009 )

DISFUNGSI OTAK GENETIK

HIPOKSIA OTAK HIPOFUNGSI SISTEM


DOPAMIN DAN NOREPRIN

DISFUNGSI KORTIKO STRIATAL

DISFUNGSI KORTEKS PREFONTAL

DEFEK FUNGSI KOGNITIF

 KEGAGALAN INHIBISI PERILAKU


 TERTUNDANYA RESPONS
PERILAKU

GEJALA UTAMA ADHD YAITU


INATTENTIVENESS dan IMPULSIVITAS

Deteksi Dini Adhd (Guru, Orang


DIAGNOSIS ADHD
Tua) Dan Diagnosis Adhd  Akurasi
(DOKTER UMUM) Meningkat (Dokter Umum)

6
2.6 Komplikasi ADHD
a. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas .
b. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi ).
c. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan ).
d. IQ rendah / kesulitan belajar ( anak tidak duduk tenang dan belajar ).
e. Resiko kecelakaan ( karena impulsivitas ).
f. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya ( perilakunya
membuat anak-anak lainnya marah ).

2.7 Pemeriksaan Penunjang ADHD


Menurut Doenges, 2007 pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada
anak dengan ADHD antara lain :
a. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memperberat masalah.
b. Tes Neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan
otak organic.
c. Tes Psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan
ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak
mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan
bahasa.
d. Pemeriksaan Diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain,
infeksi SSP).
e. Pemeriksaan Darah : Ditemukan toksin dalam darah penderita ADHD.
f. Pemeriksaan Radiologi : Magnetic Resonance imaging (MRI) dan
Positron Emission Tomographic (PET) bersifat sebagai penunjang.
Diagnosis dapat terus ditegakan meskipun tanpa pemeriksaan MRI dan
PET. Selain itu, pemeriksaan ini dapat juga dipakai untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya gangguan organic lain.

7
2.8 Pencegahan
a. Skrining DDTK pada ADHD.
Dilakukan skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan ADHD :
1. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adnya Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36
bulan ke atas.
2. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi
atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan
tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola
TPA, dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasana hati yang yang mendadak/ impulsive
3. Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas/ GPPH (Abbreviated Conners Ratting
Scale) yaitu Formulir yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan
kepada orangtua / pengasuh anak / guru TK dan pertanyaan yang perlu
pengamatan pemeriksa.
b. Perawatan saat hamil ( hindari obat – obatan dan alkoholic ) untuk orang
tua.
c. Asupan nutrisi yang seimbang.
d. Berikan rutinitas yang terstruktur ( membantu anak untuk mematuhi
jadwal yang teratur).
e. Manajemen perilaku ( dapat mendorong anak untuk fokus pada apa yang
mereka lakukan ).

2.9 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan Pada Anak Dengan ADHD


1. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat
dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :

8
a) Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah
dan rumah.
b) Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang
merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak
serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri.
c) Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di
kelas, meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan
perilaku pro sosial dan regulasi diri.
d) Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian
di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan
mengombinasikan perlakukan tambahan dan pokok dalam program
terapi.
e) Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan
individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati
dan permasalahan suami istri.
f) Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa
dengan orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan
pengalaman mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan
moral.
g) Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak
dapat membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya.
Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity
Disorder (ADHD) antara lain :
1. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
a. Hentikan perilaku yang tidak aman.
b. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima.
c. Berikan pengawasan yang ketat.
2. Meningkatkan performa peran dengan cara :
a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan.

9
b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas
dari distraksi untuk menyelesaikan tugas).
3. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a. Dapatkan perhatian penuh anak.
b. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil.
c. Izinkan beristirahat.
4. Mengatur rutinitas sehari-hari
a. Tetapkan jadual sehari-hari.
b. Minimalkan perubahan.
5. Penyuluhan dan dukungan kepada klien atau keluarga dengan
mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua.
6. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD.
a. Rendah Karbohidrat dan Tinggi Protein
b. Menghindari bahan – bahan yang membuat alergi pada anak
ADHD karena anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah
terjadi alergi. Bahan – bahan yang harus dihindari seperti MSG,
pengawet, susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
c. Rendah Gula, Hindari makanan – makanan yanng banyak
mengandung gula seperti donat, permen, soft drinks, es krim dan
cokelat.
d. Makan banyak sayuran dan tubuh.
e. Minum banyak air.
f. Menghindari makanan yang mengandung salisilat karena salisilat
dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi untuk
mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi alergi.
g. Mengkonsumsi suplemen.
h. Menghindari paparan logam berat dan kafein.
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi
perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping

10
pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan
penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD antara lain :
1) Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi
keperawatan pantau supresi nafsu makan yang turun, atau
kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap
dalam 2 hari.
2) Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi
keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk
mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2
hari.
3) Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi
keperawatan pantay peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu
makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang
lengkap.
Jenis – Jenis Pengobatan :
1. Stimulan merupakan obat yang paling banyak dipergunakan untuk
ADHD. Dalam kelompok stimulan terdapat Adderall (gabungan
garam dari amphtamine), DextroStat (dextroamphetamine sulfate),
dan Ritalin (methylphenidate HCL).
2. TCA ( Tri-Cyclic Antidepressants ) merupakan jenis anti depresi.
3. Wellbutrin ( buproprion ) merupakan jenis antidepresan namun
berbeda dengan obat TCA hanya mempunyai kegunaan dan efek
samping yang sama.
4. Catapres ( cloinidine ) obat ini dipergunakan untuk pengobatan
ADHD terutama bagi penderita gejala hiperaktif dan impulsif. Obat
ini berbentuk kecil atau pil dan anak – anak yang diberi Catapres
akan menjadi ngantuk.

11
BAB II

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien :
ADHD terjadi pada anak usia 3 th, laki – laki cenderung memiliki
kemungkinan 4x lebih besar dari perempuan untuk menderita ADHD.
2. Keluhan utama :
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya
bergerak terus.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Orang tua atau pengasuh melihat tanda – tanda awal dari ADHD :
a. Anak tidak bisa duduk tenang.
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah.
c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive.
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Tanyakan kepada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera
otak.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada faktor genetic yang diduga sebagai
penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan membina
hubungan dengan teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan
impulsivitas.
7. Riwayat tumbuh kembang :
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol
atau obat-obatan selama kehamilan.
b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama
persalinan. lahir premature, berat badan lahir rendah
(BBLR).
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan
imunisasi apa tidak.

12
8. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B.
Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I.
Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2.
Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3.
Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4.
Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak.
9. Activity daily living ( ADL ) :
a. Nutrisi
Anak nafsu makan nya berkurang (anaroxia).
b. Aktivitas
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan.
c. Eliminasi
Anak tidak mengalami ganguan dalam eliminasi.
d. Istirahat tidur
Anak mengalami gangguan tidur.
e. Personal Hygiene
Anak kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan sulit di
atur.

2.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik  dalam batas normal
1. Keadaan Umum
Penampilan : Klien tampak agak kusam.
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : TD : - RR : 25 kali / menit
Temp : 37,4 º C Nadi :100 kali /
menit
BB : 18 kg TB : 110 cm
2. Kebersihan Anak
Klien kelihatan kusam karena sering bermain kesana kemari.

13
3. Suara Anak Waktu Menangis
Ketika klien mengangis terdengar suara yang kuat.
4. Keadaan Gizi Anak
Keadaan gizi anak cukup baik ditandai dengan BB: 18 kg.
(BB normal: 22 kg)
5. Aktivitas
Di rumah sakit klien berbaring ditempat tidur dan sesekali berpindah
posisi agar klien merasa nyaman.
6. Kepala dan Leher
Keadaan kepala tampak bersih, dan tidak ada luka atau lecet. Klien
dapat menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Tidak ada
pembengkakan kelenjar tyroid dan limfe.
7. Mata (Penglihatan)
Bentuk simetris, tidak ada kotoran mata, konjungtiva tidak anemis,
fungsi penglihatan baik karena klien tidak menggunakan alat bantu,
tidak ada peradangan dan pendarahan.
8. Telinga (Pendengaran)
Tidak terdapat serumen, fungsi pendengaran baik karena klien jika
dipanggil langsung memberi respon. Tidak ada peradangan dan
pendarahan.
9. Hidung (Penciuman)
Bentuk simetris, kebersihan hidung baik tidak terdapat kotoran pada
hidung, tidak terdapat polip.
10. Mulut (Pengecapan)
Tidak terlihat peradangan dan pendarahan pada mulut, fungsi
pengecapan baik, mukosa bibir kering.
11. Dada (Pernafasan)
Bentuk dada simetris, tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak ada
bunyi tambahan dalam bernafas, dengan frekuensi nafas 25 x/menit.

14
12. Kulit
Terlihat sedikit kusam, tidak terdapat lesi maupun luka, turgor kulit
baik (dapat kembali dalam 2 detik), kulit klien teraba panas dengan
temperatur 37,4 º C.
13. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada luka dan peradangan, tidak ada kotoran
yang melekat pada kulit.
14. Ekstremitas Atas dan Bawah
Bentuk simetris, tidak ada luka maupun fraktur pada ekstremitas atas
dan bawah, terdapat keterbatasan gerak pada ekstremitas atas bagian
dekstra karena terpasang infuse RL 20 tetes/menit.
15. Genetalia
Klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak terpasang kateter.

2.3 Rencana Keperawatan


Diagnosa Keperawatan
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges (2007)
diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang
mengalami ADHD antara lain :
1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku
impulsive.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
tingkat kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk melakukan
koping.
Intervensi Keperawatan
Menurut Cyntia Taylor (2013), intervensi keperawatan untuk mengatasi
ADHD adalah
1. Risiko cedera
a) Bantu pasien dan anggota keluarga mengidentifikasi situasi dan
bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
b) Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengadakan perbaikan dan
menghilangkan kemungkinan keamanan dari bahaya.

15
c) Beri dorongan kepada orang dewasa untuk mendiskusikan peraturan
keamanan terhadap anak.
d) Rujuk pasien ke sumber-sumber komunitas yang lebih tepat.
2. Ketidakefektifan koping
a) Dorong pasien untuk menggunakan system pendukung ketika
melakukan koping.
b) Identifikasi dan turunkan stimulus yang tidak perlu dalam
lingkungan.
c) Jelaskan kepada orang tua semua terapi dan prosedur dan jawab
pertanyaan pasien.
d) Rujuk pasien untuk melakukan konseling pada psikolog.
Implementasi Keperawatan
Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsive.
a) Membantu pasien dan anggota keluarga mengidentifikasi situasi dan
bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
b) Menganjurkan pasien dan keluarga untuk mengadakan perbaikan dan
menghilangkan kemungkinan keamanan dari bahaya.
c) Memberi dorongan kepada orang dewasa untuk mendiskusikan
peraturan keamanan terhadap anak.
d) Merujuk pasien ke sumber-sumber komunitas yang lebih tepat.

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya tingkat


kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk melakukan koping.
a) Mendorong pasien untuk menggunakan system pendukung ketika
melakukan koping.
b) Mengidentifikasi dan menurunkan stimulus yang tidak perlu dalam
lingkungan.
c) Menjelaskan kepada orang tua semua terapi dan prosedur dan jawab
pertanyaan pasien.
d) Merujuk pasien untuk melakukan konseling pada psikolog.

16
2.4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
ADHD antara lain :
a) Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan
konsekuensi dari perilaku maladptif diri sendiri.
b) Anak mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri.
c) Anak berpartisipasi dalam aktivitas – aktivitas baru tanpa
memperlihatkan rasa takut yang ekstrem terhadap kegiatan.
d) Orang tua mampu mengerti akan pemahaman keamanan terhadap
anaknya agar tidak cedera.
e) Orang tua mengungkapkan aktivitas anaknya sudah bisa
dikendalikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih, Ranum Gde.2012.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Hidayat, Azis Alimul.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:


Salemba Medika,

Karen, J. Marcdante.2014.Ilmu Kesehatan Anak Esemnsial Edisi


Keenam.Singapore: Elsevier

Nelson, Waldo E.1981.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: Buku Kedokeran EGC

18
LAMPIRAN

19

Das könnte Ihnen auch gefallen