Sie sind auf Seite 1von 14

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

PENYULUHAN KESEHATAN

Cabang Ilmu : Keperawatan Jiwa


Topik : Kecemasan
Hari/Tanggal : Rabu, 7 Mei 2003
Waktu : 30 Menit
Tempat : Ruang Poliklinik Rumah Sakit Dadi Makassar.
Sasaran : Pengunjung poliklinik jiwa; klien dan keluarga klien.
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
Media : Flip Chart, Leaflet.
Materi : Terlampir

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan klien dan keluarga klien mampu
mengenal kecemasan.

Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan klien dan keluarga mampu :
1. Menyebutkan pengertian kecemasan.
2. Menyebutkan penyebab kecemasan.
3. Menyebutkan tanda dan gejala kecemasan.
4. Menyebutkan akibat dari kecemasan.
5. Menyebutkan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan.
Materi Penyuluhan

KECEMASAN / ANSIETAS

1. Pengertian
Kecemasan atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu
yang subyektif dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui secara
khusus penyebabnya.
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
menggambarkan keadaan khawatir, gelisah yang tak menentu, tidak tenteram,
kadang disertai berbagai keluhan fisik.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif
dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan
rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu terhadap
sesuatu yang berbahaya. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

2. Rentang Respon
Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif seperti
terlihat pada gambar berikut ini

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


Respon Adaptif adalah suatu keadaan dimana terjadi stresor dan bila individu mampu
untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan menghasilkan hal yang
positif.
Hal positif tersebut antara lain :
- Dapat memecahkan masalah dan konflik.
- Adanya dorongan untuk bermotivasi.
- Terjadinya peningkatan prestasi.
Respon Maladaftif adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi pertahanan perilaku
individu secara otomatis terhadap ancaman kecemasan. Apabila terjadi ancaman
terhadap individu, kemudian individu tersebut menggunakan respon adaptif, maka ia
dapat beradaptasi terhadap ancaman tersebut dengan demikian maka kecemasan tidak
terjadi. Tetapi apabila menggunakan respon maladaptif, maka yang akan terjadi
adalah individu akan menggalami kecemasan secara bertahap, mulai dari sedang, ke
tingkat berat dan akhirnya menjadi panik.

3. Tingkat Ansietas
Beberapa teorui membagi ansietas menjadi 4 tingkat :
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.
Batasan karakteristik kecemasan ringan adalah :
 Agak tidak nyaman
 Gelisah
 Insomnia ringan
 Perubahan nafsu makan
 Peka
 Pengulangan pertanyaan
 Perilaku mencari perhatian
 Peningkatan kewaspadaan
 Peningkatan persepsi dan pemecahan masalah
 Mudah marah
 Fokus pada masa datang
 Gerakan tidak tenang.

b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Batasan karakteristik dari kecemasan sedang :
 Perkembangan dari kecemasan ringan
 Perhatian terpilih pada lingkungan
 Konsentrasi hanya pda tugas-tugas individu
 Ketidaknyamanan subjek sedang
 Suara bergetar
 Perubahan dalam nada suara
 Takipnea
 Takikardi
 Peningkatan ketegangan otot.

c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area lain.
Batasan karakteristik dari kecemasan berat adalah :
 Perasan terancam
 Ketegangan otot berlebihan (kepala, spasme otot)
d. Tingkat Panik dari Ansietas.
Tingkat dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan
kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.
Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan
kehidupan, dan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian
Batasan karakteristik dari panik adalah :
 Hiperaktivitas atau imobilisasi berat.
 Rasa terisolasi yang ekstrim
 Kehilangan identitas, disintegrasi kepribadian.
 Sangat goncang dan otot tegang
 Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
 Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
 Menyerang.

4. Faktor Predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
a) Teori Psikoanalitik.
Dalam pandangan Psikoanalitik adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau
Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Teori Interpersonal.
Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, sperti perpisahan dan kehilangan,
yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah
terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku.
Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan
untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan,
Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d) Kajian Keluarga
Kajian Keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e) Kajian Biologis
Kajian Biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.
Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin
memainkan peran uatama dalam mekanisme biologis berhubungan ansietas,
sebagaimana halnya dengan endofrin.
Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai
akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stresor.
5. Stresor Pencetus
Stresor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun luar tubuh.
Faktor dari luar tubuh antara lain :
o Terinfeksi virus atau bakteri, pencemaran lingkungan, ancaman terhadap
keamanan.
o Rumah tidak memadai.
o Tidak adanya sandang.
o Mengalami kecelakaan.
Faktor dari dalam tubuh :
o Kegagalan mekansme fisik.
o Kegagalan sistem imun.
o Kegagalan regulator temperatur.
o Gagal berpartisipasi dalam memelihara kesehatan : Perawatan gigi,
istirahat,latihan fisik, dll.
Hal tersebut dapat meningkatkan kecemasan sehingga seseorang termotivasi
untuk mendapatkan perawatan akibat sakit tersebut. Pada saat seseorang
menjalani program pencegahan, ia telah berada dalam kecemasan tingkat
ringan.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Faktor luar tubuh yang mempengaruhi ancaman terhadap konsep diri antara
lain :
 Hilangnya kasih sayang
 Kematian atau perpisahan dengan orang yang dicintai.
 Perubahan suatu pekerjaan
 Masalah etika atau norma yang berlaku.
 Situasi kerja.
 Tekanan sosial atau kelompok kultur.
Sedangkan faktor dari dalam tubuh yang mempngaruhi ancaman konsep diri
adalah :
 Sulit mengadakan hubungan interpersonal baik terhadap lingkungan
dimana seseorang bekerja, di dalam rumah, maupun di masyarakat.
 Sulit menerima perubahan yang baru.
Hal ini biasya terjadi pada orang tua, pelajar maupun pekerja.

6. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku
secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalan
uapaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas dari perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas.
Respon fisiologi terhadap Ansietas

Sistem Tubuh Respon


Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Kardiovaskuler Rasa mau pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun
Napas cepat
Napas pendek
Pernapasan Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorok
Terengah-engah
Refleks meningkat
Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Neuromuskular Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal
Kehilangan nafsu makan
Menolak makanan
Rasa tidak nyaman pada
Gastrointestinal abdomen
Mual
Rasa terbakar pada jantung
Diare
Traktus urinarius Tidak dapat menahan kencing
Sering berkemih
Wajah kemerahan
Berkeringan setempat (telapak
tangan)
Kulit Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh
Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap ansietas

Sistem Respon
Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Perilaku Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan
interpersonal
Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hiperventilasi
Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan
penilaian
Preokupasi
Kognitif Hambatan berpikir
Bidang persepsi menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kontrol
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervus
Afektif Ketakutan
Ketakutan
Alarm
Teror
Gugup
Gelisah

7. Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakan sumber koping
di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.

8. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai kemampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya
perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi
ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menghebat. Ansietas
ringkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius.

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres.
 Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
 Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stres.
 Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri
dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif
terhadap stres.

9. Penanganan
Yang pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah edukasi pasien untuk
mengatasi panik dan ansietas. Pasien dicoba untuk dapat menghilangkan gejala
ansietas dengan berbagai cara. Cara yang mudah adalah relaksasi, latihan nafas,
hipnosis, desensitisasi, latihan fisik yang sedang (jangan latihan berat), seperti
jalan 3 – 4 km sehari. Selain itu pasien harus ditingkatkan rasa percaya diri.
Pengobatan ini merupakan terapi tambahan dan bukan substitusi dari terapi
farmakologik. Satu hal yang penting adalah bahwa pengobatan non farmakologik
sendiri, tanpa pengobatan farmakologik kurang khasiatnya.

PENATALAKSANAAN KECEMASAN
KELUHAN PSKIS

Das könnte Ihnen auch gefallen