Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Mujiati
mujiati.sdn009@gmail.com
SD Negeri 009 Pulau Kijang
Kecamatan Reteh
ABSTRACT
The background of this research is the poor student learning outcomes and low awareness of
teachers to apply an effective and innovative learning. This study aims to determine whether
there is improvement of mathematics learning outcomes before and after the discovery
learning method is applied on Grade VA SD Negeri 009 Pulau Kijang Kecamatan Reteh. The
number of subject of this research was 22 students consisting of 8 male students and 14
female students with heterogeneous ability. The minimum passing grade, hereinafter KKM
and Analysis on Average is used to know whether or not there is enhancement of mathematics
learning outcomes before and after the discovery model is applied. The research findings
reveal that the number of students that achieved the KKM (75) based on the first data
obtained from the teacher was 7 (32%). At the first cycle, the number increased to 14 (64%),
and at the second cycle, the number increased to 19 (86%). The average score of the student
based on the first data obtained from the teacher was 72.7. At the first cycle, the average
score increased to 76.3 and at the second cycle, it creased to 82. Referring to the research
findings, it can be concluded that the application of the discovery learning method can
enhance mathematics learning outcomes of students of Grade VA SD Negeri 009 Pulau
Kijang Kecamatan Reteh of 2016.
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |
180
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |
181
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |
182
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |
183
perubahan mencakup segala aspek tingkah sampai siswa menyadari suatu konsep.
laku, perubahan yang diperoleh seseorang Siswa melakukan discovery (penemuan),
setelah melalui suatu proses belajar sedangkan guru membimbing mereka ke
meliputi perubahan keseluruhan tingkah arah yang tepat atau benar.
laku. Ciri utama belajar menemukan
Selanjutnya, matematika adalah yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan
ilmu tentang pola dan urutan. Matematika masalah untuk menciptakan,
adalah ilmu pengetahuan yang paling padat menggabungkan dan menggeneralisasi
dan tidak mendua arti. Pengajaran pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3)
matematika bertujuan untuk meluruskan kegiatan untuk menggabungkan
dan mempermudah siswa belajar berhitung pengetahuan baru dan pengetahuan yang
dan cabang-cabang matematika lainnya. sudah ada. Kemudian, tujuan tujuan
Konsep matematika bersifat abstrak yang pembelajaran berbasis penemuan yaitu: (1)
kongkret adalah pengajarannya. meningkatkan partisipasi aktif peserta didik
Matematika sebagai ilmu tidak hanya dalam pembelajaran; (2) mendorong peserta
didominasi dengan perhitungan. didik untuk dapat menemukan dan
Matematika adalah ilmu tentang sesuatu menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari
yang memiliki pola keterataan dan urutan mudah diingat dan tidak mudah dilupakan
yang logis. peserta didik; (3) mendorong peserta didik
Karakteristik matematika adalah untuk belajar menemukan pola dalam
fakta yang berupa konvensi-konvensi yang situasi konkret maupun abstrak, serta
diungkapkan dengan simboltertentu. meramalkan (extrapolate) informasi
Konsepnya berupa ide abstrak yang tambahan yang diberikan; (4) membantu
digunakan untuk menggolongkan peserta didik membentuk cara kerja
sekumpulan “Segitiga “ adalah nama suatu bersama yang efektif, saling membagi
konsep abstrak. Dengan konsep itu, informasi, serta mendengar dan
sekumpulan objek dapat digolongkan menggunakan ide-ide orang lain; (5)
sebagai contoh segitiga atau bukan. melatih peserta didik belajar berpikir
Pembelajaran matematika memiliki operasi analisis dan mencoba memecahkan
yaitu pengerjaan hitung aljabar dan lain- problema yang dihadapi sendiri.
lain. Pembelajara matematika berpola pikir Manfaat pembelajaran berbasis
deduktif berpangkal dari hal yang bersifat penemuan, yaitu (1) peserta didik aktif
umum pada hal yang bersifat khusus. dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir
Dalam pembelajan matematika ini dan menggunakan kemampuan untuk
dapat diterapkan model discovery learning. menemukan hasil akhir; (2) peserta didik
Sund dalam Rezeki (2009) model ini adalah memahami benar bahan pelajaran, sebab
proses mental dimana siswa mampu mengalami sendiri proses menemukannya.
mengasimilasikan sesuatu konsep atau Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini
prinsip. Proses mental tersebut ialah lebih lama diingat; (3) menemukan sendiri
mengamati, mencerna, mengerti, menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
menggolong-golongkan, membuat dugaan, mendorong ingin melakukan penemuan lagi
menjelaskan, mengukur, membuat sehingga minat belajarnya meningkat; (4)
kesimpulan dan sebagainya. Menurut peserta didik yang memperoleh
Hamalik (2002) metode penemuan pengetahuan dengan metode penemuan
terbimbing adalah suatu prosedur mengajar akan lebih mampu mentransfer
yang menitikberatkan studi individual, pengetahuannya ke berbagai konteks; dan
manipulasi objek-objek, dan eksperimentasi (5) metode ini melatih peserta didik untuk
oleh siswa sebelum membuat generalisasi lebih banyak belajar sendiri.
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |
184
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |
185
Pada siklus II, kegiatan sudah metode diskusi setiap pertemuan pada
berjalan dengan baik sesuai denngan siklus kedua mengalami peningkatan,
perencanaan, hal ini dapat dilihat dari dimana siklus kedua aktivitas guru dan
aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan siswa sudah dilaksanakan sesuai dengan
pembelajaran dari setiap pertemuan. Pada harapan.
siklus II ini guru sudah bisa 1. Nilai Perkembangan
membangkitkan motivasi siswa dalam Nilai perkembangan dapat dihitung
belajar. Guru juga selalu memberi setelah siklus I dan II. Nilai perkembangan
bimbingan dan arahan pada siswa saat pada siklus I dihitung berdasarkan selisih
kegiatan kelompok berlangsung. Tidak ada skor hasil belajar ulangan sebelum tindakan
lagi siswa yang takut untuk bertanya kepada (skor dasar/awal) dengan skor hasil belajar
guru, dalam kelompok siswa juga sudah pada hasil ulangan harian I (UH-1) dengan
dapat menjalin kerjasama yang baik. hasil belajar pada ulangan harian II (UH-II).
Berdasarkan uraian di atas dapat Nilai perkembangan siswa pada siklus I dan
diketahui bahwa aktivitas guru dan siswa siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut:
pada pembelajaran dengan menggunakan
Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai perkembangan ini juga disebabkan
nilai perkembangan 10 pada siklus I dan materi yang diajarkan pada siklus kedua
siklus II menunjukkan terjadinya penurunan lebih mudah dari siklus pertama.
nilai perkembangan individu. Nilai Setelah diperoleh nilai
perkembangan individu mengalami perkembangan individu yang akan
peningkatan untuk nilai perkembangan 20, disumbangkan untuk penghargaan
dan nilai perkembangan 30. Hal ini kelompok, kemudian dicari rata-rata nilai
dikarenakan skor dasar/awal rendah dan perkembangan yang disesuaikan dengan
nilai ulangan harian I cukup tinggi sehingga kriteria penghargaan kelompok, sehingga
nilai perkembangan individu pada siklus I akan diperoleh penghargaan untuk masing-
cukup baik. Selanjutnya, nilai ulangan masing kelompok. Penghargaan yang
harian II lebih tinggi dari nilai ulangan diperoleh untuk masing-masing kelompok
harian I, sehingga nilai perkembangan pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
siswa jauh lebih tinggi dari nilai tabel berikut ini.
perkembangan siklus pertama. Peningkatan
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |
186
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang mencapai nilai KKM atau 86%
bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM dari 22 orang siswa. Berdasarkan analisis
mengalami peningkatan pada ulangan KKM itu maka dapat dikatakan bahwa hasil
harian I dan ulangan harian II dari skor belajar matematika siswa dapat
dasar. Jumlah siswa yang mencapai KKM ditingkatkan melalui pembelajaran dengan
pada ulangan harian II meningkat dari pada metode discopery learning.
ulangan harian I, hal ini terlihat pada tabel
di atas bahwa jumlah siswa, yang mencapai 2. Analisis Distribusi Frekuensi
KKM pada skor dasar 7 orang atau 32 % Adapun peningkatan nilai siswa
dari jumlah siswa, pada ulangan harian I pada skor dasar, Ulangan Harian I dan
jumlah siswa yang mencapai KKM Ulangan Harian II disajikan dalam tabel
menjadi 14 orang atau 64% dari jumlah berikut. :
siswa, dan pada ulangan harian II 19 orang
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |
187
Dari tabel di atas dapat dilihat II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
bahwa terjadi peningkatan hasil skor penerapan model pembelajaran dengan
dasar/awal, Ulangan Harian I dan Ulangan metode discopery learning dapat
Harian II, Jumlah siswa yang mencapai meningkatkan hasil belajar matematika
KKM pada skor dasar/awal ada 7 orang siswa.
(32%), pada ulangan harian I menjadi 14
orang (64%), menjadi 19 orang (86%) pada 3. Analisis Rata-rata (Mean)
ulangan harian II. Sebaliknya siswa yang Berdasarkan hasil ulangan harian I,
memperoleh nilai dibawah KKM pada skor ulangan harian II dan skor dasar yang
dasar/awal yang berjumlah 15 orang (68%), diperoleh siswa, peningkatan hasil belajar
menurun pada ulangan harian I siswa yang siswa dapat juga dilihat menggunakan rata-
di bawah KKM 8 orang (36%), menurun rata. Adapun rata-rata hasil belajar siswa
menjadi 3 (14%) orang pada ulangan harian tersebut sebagai berikut :
Dari tabel di atas terlihat bahwa 82 pada rata-rata hasil belajar siswa.
nilai rata-rata hasil belajar siswa pada skor Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dasar 72,7 pada ulangan harian I nilai rata- hasil belajar siswa meningkat dengan
rata hasil belajar siswa 76,3, pada ulangan penerapan metode discovery learning.
harian II mengalami peningkatan menjadi
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |
188
86%
100%
64%
80%
32% Siklus II
60%
Siklus I
40%
Skor Dasar
20%
0%
Skor Dasar Siklus ii Siklus II
Dari grafik di atas dapat dilihat peningkatan persentase capaian ketuntasan siswa dari
32 % pada skor dasar menjadi 64 % pada siklus I dan meningkat menjadi 82 % pada siklus II.
68%
70%
60%
50% 36% Siklus II
40%
Siklus I
30% 14%
Skor Dasar
20%
10%
0%
Skor Dasar Siklus ii Siklus II
Gambar 3. Persentase Siswa tidak Tuntas
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |
189
Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 6 | Nomor 1 | April – September 2017 | ISSN: 2303-1514 |