Sie sind auf Seite 1von 3

DALIL JUAL BELI DALAM ISLAM

11/3/2013 0 Comments

PUBLISHER: MUHAMMAD FADHIL - 110424

Manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari saling membantu dan saling memerlukan.
Mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa keterkaitan dengan di
sekelilingnya. Misalnya, seorang pedang beras tidak bisa mencari jika stok padi dari petani tidak
memadai. Untuk itu diperlukannya tukar menukar hak kepemilikan atas barang tertentu atas
sesamanya. Salah satu cara untuk tukar menukar hak kepemilikan atas barang tertentu dengan
sesamanya. Salah satu cara untuk tukar menukar yaitu adanya kegiatan jual beli.

Menurut arti bahasa, jual beli ialah tukar menukar suatu barang dengan sesuatu lainnya.
Adapun menurut istilah syara’; jual beli adalah tukar menukar sesuatu barang atau benda yang
dilakukan dua orang atau dua pihak dengan suatu kesepakatan tertentu.

Jual beli hukumnya mubah,yaitu diperbolehkan sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Quran
dan hadis Nabi di bawah ini:

A. Surah Al-Baqarah ayat 275

Tafsir: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya (QS Al Baqarah : 275)

B. Surah An-Nisa ayat 29


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.”

C. Dalam Hadis Nabi

“Sesungguhnya jual beli itu baru sah jika (dilakukan) atas dasar suka sama suka” (H.R Ibnu Hibban)

“Perolehan yang paling utama adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabrur” (Sayid
Sabiq,Fiqih Sunah, jilid 12, hal. 48)

Dari dalil-dali naqli diatas jelaslah bahwa jual beli itu diperbolehkan oleh agama, dan harus dilakukan
atas dasar suka sama suka atau atas dasar kesepakatan. Apabila jual beli dilakukan dengan adanya
paksaan terhadap salah satu pihak, maka jual beli demikian tidak sah hukumnya.

4. Hukum Jual Beli

a) Mubah (boleh), ini hukum asal jual beli.

b) Wajib, missalnya hakim di pengadilan memutuskan menjual harta orang yg muflis (orang yg
lebih banyak hutangnya dari hartanya). Hasil penjualannya untuk membayar utang muflis tersebut.

c) Haram, seperti yang telah dijelaskan dalam contoh jual beli yang terlarang

d) Sunah, jual beli kepada keluarga maupun sahabat yg membutuhkan barang tersebut

e) Makruh, Contoh jual beli sex toys karena tujuannya membangkitkan hawa nafsu

5. Macam-macam Jual Beli

a. Bai’us Salam (in-front payment sale)

Yaitu jual beli dimana barang yg akan dijualbelikannya tidak dilihat zatnya, hanya disebutkan ciri-
cirinya saja. Mungkin barang tersebut masih dalam proses pembuatan atau masih berada di tempat
jauh. Barang tersebut sepenuhnya merupakan tanggungan si penjual. Namun kedua pihak baik
penjual maupun pembeli haruslah sama-sama makluk, dan sama-sama menjaga amanah.

Contoh Ijab Kabul:

Si penjual berkata: “Saya jual kepada kamu satu unit kendaraan sepeda motor,merek Ducati,
berwarna merah,dirakit tahun 2012, bahan bakar bensin,dengan harga RP. 75.000.000 (tujuh puluh
lima juta, minggu depan diantar ke rumah pembeli.”

Si pembeli berkata: “Saya beli satu unit kendaraan sepeda motor dengan ketentuan tersebut,
dengan harga Rp. 75.000.000 (tujuh puluh lima juta).”

Si pembeli membayarnya dengan tunai kepada si penjual. Sedangkan si penjual tidak secara
tunai menyerahkan barangnya. Dalam transaksi ini dibutuhkan tanda bukti pembayaran yang sah.
Jual beli seperti ini diperbolehkan. Dalilnya adalah firman Allah SWT, dalam surah Al-Baqarah ayat
282 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah dengan tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya..”

b. Bai’ul Murabahah (Deffered Payment Sale)

Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Penjual
harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahannya. Misal pedagan sepeda motor membeli motor dari pabrik seharga Rp. 13.000.000
kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp. 1.000.000 dan ia menjual kepada pembeli
seharga Rp. 14.000.000. Bai’ul Murabahah dapat dilakukan secara pemesanan, yang pembayarannya
dengan angsuran.

c. Bai’ul Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture)

Merupakan kontrak penjual antara pembeli dengan pembuat barang.Dalam kontrak ini pembuat
barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk
membuat barang menurut spesifikasi yang disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua
belah pihak bersepakat atas harga yg ditentukan serta sistem pembayarannya.

Das könnte Ihnen auch gefallen