Sie sind auf Seite 1von 40

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLEIN DENGAN HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS)

1. I. Landasan teori
1. A. Pengertian
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna
vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono, 1996)
HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudia
menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.
1. B. Etiologi
HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis
1. C. Insiden
Angka kejadi dan kesakitan banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada umumnya
HNP didahului oelh aktiivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat beban berat
(terutama mendadak) mendorong barang berat. Laki—laki lebih banyak dari pada
wanita
1. D. gejala
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot
sekitar lesi dan nyeri tekan .
HNP terbagi atas :
1. HNP sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine
1. HNP lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis,
belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan
ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5
rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai
bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang
dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan radiks
yang terkena menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai
yang lurus (straigh leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi
di sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue
positif). Valsava dab nafsinger akan memberikan hasil posistif .
1. E. patofisiologi
Pada umumnya HNP didahului oeleh aktiivta syang berat dengan keluahan
utamanya adalah nyeri di punggung bawah disertai nyeri otot sekitar lesi dan nyeri
tekan . Hal ini desebabkan oleh spasme otot-otot tersebut dan spasme
menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal dan terjadi skoliosis.
1. F. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
1. Tirah baring
Penderita hrus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap
yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap
fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai
pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan diutu[
dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah
mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang
dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah
berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah
terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.

1. Medikamentosa
1. Symtomatik
Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-
inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin),
obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
2. Kausal
Kolagenese
1. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang
lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis.
1. Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan
hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik
1. Rehabilitasi
1. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
2. Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan
sehari-hari (the activity of daily living)
3. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan
sebagainya).

1. II. konsep keperawatan


1. A. Pengkajian
1. 1. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda
berat)
1. 2. Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah
P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api,
nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat
nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau
hilang timbul, makin lama makin nyeri .
R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga
letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh,
posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri.
Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun
tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-oabata yang ssedang diminum
seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng
timbul, makin lama makin nyeri.

1. 3. Riwayat Keperawatan
1. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis)
2. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri
punggung bawah

1. 4. Status mental
Pada umumny aklien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak
pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita menanyakan kemungkinan
adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-faktor stres)

1. 5. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum

ü pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.


ü Inspeksi
– inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan
untuk evalusi neyurogenik
– Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis
ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur
tungkai yang abnormal.
– Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
– Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
– Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna
kulit.
ü palpasi dan perkusi
– paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak membingungkan klien
– Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri.
– Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau antero-posterior
– Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.
 Neuorologik
ü Pemeriksaan motorik
– Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan
jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi
dengan menahan gerakan.
– atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-
kiri.
– fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
ü Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi)
untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula
radiks mana yang terganggu.
ü pemeriksaan refleks
– refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai),
pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
– Rfleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit
diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks
ini negatif.
ü Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri,
functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.

2. Pemeriksaan penunjang
 foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang
antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras
melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu
adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
 Elektroneuromiografi (ENMG)

Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati.


 Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi
intervertebralis.
1. 6. Penatalaksanaan
(lihat pada landsan teori)

1. 7. Dignosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah pasien yang


nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga
masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi. (Lismidar, 1990)
1) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis
2) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi
3) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
4) Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake
cairan yang tidak adekuat
5) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi
6) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

B. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan
intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah
untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien.
Tahapan perencanaan keperawatan klien adalah penentuan prioritas diagnosa
keperawatan,penetuan tujuan, penetapan kriteria hasil dan menntukan intervensi
keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :

1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf


pada radiks intervertebralis
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
– Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
– lokasi nyeri minimal
– keparahan nyeri berskala 0
– Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)

INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi klien dalam membantu Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan
menghilangkan rasa nyerinya kefektifan tindakan penghilangan nyeri.
Berikan informasi tentang penyebab dan cara Informasi mengurangi ansietas yang berhubungan
mengatasinya dengan sesuatu yang diperkirakan.
Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif Tindakan ini memungkinkan klien untuk
dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
jam), distraksi dan relaksasi.
Terapi analgetik Terapi farmakologi diperlukan untuk
memberikan peredam nyeri.

2. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,


nyeri, hilangnya fungsi,.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
T Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
T Respon klien tampak tersenyum.

INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan
dari fungsi gerak untuk mempertahankan
harapan klien dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari

1. Berikan informasi mengenai klien yang juga


pernah mengalami gangguan seperti yang
dialami klien danmenjalani operasi

1. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan


alat-lat yang tersedia yang dapat membantu
klien

1. Berikan support sistem (perawat, keluarga atau


teman dekat dan pendekatan spiritual)

1. Reinforcement terhadap potensi dan sumber


yang dimiliki berhubungan dengan penyakit,
perawatan dan tindakan
2. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat
berkomunikasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus, sehingga dapat
mengurangi rasa cemasnya.
3. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat
mengurangi kecemasan, justru malah
menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap
perawat.
4. Memungkinkan klien untuk memilih metode
komunikasi yang paling tepat untuk
kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan
tingkat keterampilannya sehingga dapat
mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
5. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki
pengalaman yang sama akan sangat membantu
klien.
6. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja
yang ada disekitarnya yang dapat mendukung
dia untuk berkomunikasi.

3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia


Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
– Tidak terjadi kontraktur sendi
– Bertabahnya kekuatan otot
– Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

INTERVENSI RASIONAL
a) Ubah posisi klien tiap 2 jam a) Menurunkan resiko terjadinnya
iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan
b) Gerakan aktif memberikan massa,
tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki
fungsi jantung dan pernapasan
b) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif
pada ekstrimitas yang tidak sakit c) Otot volunter akan kehilangan tonus
dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakkan

c) Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit


d) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan
fisik klien

4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, nyeri


Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil
– Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan
klien
– Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan
bantuan sesuai kebutuhan

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor kemampuan dan tingkat kekurangan 1. Membantu dalam
dalam melakukan perawatan diri mengantisipasi/merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara
individual
1. Beri motivasi kepada klien untuk tetap 2. Meningkatkan harga diri dan
melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan semangat untuk berusaha terus-
sikap sungguh menerus
2. Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang 3. Klien mungkin menjadi sangat
dapat dilakukan klien sendiri, tetapi berikan ketakutan dan sangat tergantung dan
bantuan sesuai kebutuhan meskipun bantuan yang diberikan
bermanfaat dalam mencegah
frustasi, adalah penting bagi klien
untuk melakukan sebanyak mungkin
untuk diri-sendiri untuk
emepertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan
4. Meningkatkan perasaan makna diri
dan kemandirian serta mendorong
klien untuk berusaha secara
kontinyu
5. Memberikan bantuan yang mantap
untuk mengembangkan rencana
terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus
1. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap
usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya

1. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi

5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan


yang tidak adekuat
Tujuan
Klien tidak mengalami kopnstipasi
Kriteria hasil
– Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
– Konsistensifses lunak
– Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
– Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
INTERVENSI RASIONAL
a) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga 1. Klien dan keluarga akan mengerti
tentang penyebab konstipasi tentang penyebab obstipasi
2. Bising usu menandakan sifat
aktivitas peristaltik
b) Auskultasi bising usus 3. Diit seimbang tinggi kandungan
serat merangsang peristaltik dan
eliminasi reguler
4. Masukan cairan adekuat membantu
c) Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mempertahankan konsistensi feses
mengandung serat yang sesuai pada usus dan
membantu eliminasi reguler
5. Aktivitas fisik reguler membantu
eliminasi dengan memperbaiki
tonus oto abdomen dan merangsang
d) Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) nafsu makan dan peristaltik
jika tidak ada kontraindikasi 6. Pelunak feses meningkatkan
efisiensi pembasahan air usus, yang
melunakkan massa feses dan
membantu eliminasi

e) Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien

f) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian


pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)

6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama


Tujuan
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil
– Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
– Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
– Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
INTERVENSI RASIONAL
1. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range
of motion) dan mobilisasi jika mungkin 1. Menghindari tekanan dan
2. Rubah posisi tiap 2 jam meningkatkan aliran darah
3. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak 2. Menghindari tekanan yang berlebih
di bawah daerah-daerah yang menonjol pada daerah yang menonjol
3. Menghindari kerusakan-kerusakan
kapiler-kapiler
1. Lakukan massage pada daerah yang menonjol
yang baru mengalami tekanan pada waktu
berubah posisi 1. Hangat dan pelunakan adalah tanda
2. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan kerusakan jaringan
palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan
pelunakan jaringan tiap merubah posisi
3. Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin
hindari trauma, panas terhadap kulit
1. Meningkatkan aliran darah kesemua daerah 1. Mempertahankan keutuhan kulit

C. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari rencana tindakan
keperawatan yang diberikan pada klien.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang. (Lismidar, 1990)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,


EGC, Jakarta.

Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Hudak C.M.,Gallo B.M.,1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI,


Volume II, EGC, Jakarta.

Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, An HBJ International Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Juwono, T., 1996, Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek, EGC, Jakarta.

Mardjono M., Sidharta P., 1981, Neurologi Klinis Dasar, PT Dian Rakyat, Jakarta.

Satyanegara, 1998, Ilmu Bedah Saraf, Edisi Ketiga, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Keperawatan

Selasa, 23 Februari 2016

Asuhan Keperawatan Hernia

KMB 1 METODOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

DISUSUN OLEH :

SITI MULYATI (14035)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

TAHUN 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I Pendahulua

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2

1. Tujuan Umum.................................................................................... 2

2. Tujuan Khusus................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup.............................................................................................. 2

D. Metode Penulisan........................................................................................... 3

E. Sistematika Penulisan..................................................................................... 3

BAB II Tinjauan Teori

A. Pengertian...................................................................................................... 5

B. Etiologi........................................................................................................... 5

C. Patofisiologi................................................................................................... 6

D. Penatalaksanaan............................................................................................. 8

E. Pengkajian Keperawatan................................................................................ 8

F. Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 11

G. Perencanaan Keperawatan............................................................................. 12

H. Pelaksanaan Keperawatan.............................................................................. 14

I. Evaluasi Keperawatan.................................................................................... 15

BAB III Tinjauan Kasus

A. Pengkajian Keperawatan................................................................................ 16

B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................. 28

C. Perencanaan, Keperawatan Evaluasi.............................................................. 29

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan.................................................................................................... 38

B. Saran.............................................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur alhamdulillah atas kehadirat tuhan Yang Maha Esa, atas berkat,
Rahmat dan Karunianya penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Tn. A dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)”

Penulis menyusun Makalah ini dalam rangka memenuhi persyaratan tugas Metodologi pada
program diploma III dibidang keperawatan Akademi Keperawatan Harum Jakarta tahun ajaran 2015-
2016.
Dalam menyusun Makalah ini, penulis menyelesaikan makalah dengan bimbingan, pengarahan, dan
bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya untuk itu
dalam kesempatan ini penulis dengan segala rendah hati mengucapkan terimakasih kepada.

1. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd. S.Kep. M.A. Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta

2. Bapak Ns. Ragil Supriyono, M.Kep. Selaku wali kelas tingkat II

3. Ibu Ns. Ari Susiani, M.Kep. Selaku dosen mata ajar Metodologi

4. Rekan-rekan semua angkatan ke XVI Akademi Keperawatan Harum Jakarta

Semoga jasa dan budi baik orang-orang yang telah membantu penulis dibalas oleh Tuhan Yang Maha
Esa.

Segala kemampuan dan upaya yang telah penulis lakukan semaksimal mungkin penulis akan lebih
maksimal lagi dalam menyusun makalah sehingga kelompok dengan senang hati menerima segala
bentuk saran dan kritik yang bersifat membangun demi peningkatan laporan kasus ini. Kami
berharap agar laporan kasus ini bermanfaat bagi menua para pembaca pada umunya dan tenaga
keperawatan pada khususnya.

Jakarta, 04 Desember 2015

Siti Mulyati

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana terjadi penonjolan atau perubahan
tempat/bentuk pada nucleus pulposus dalam disku intervertebralis. (Tarwoto, Wartonah, Eros Siti
Suryati, 2007). Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus HNP antara lain kelemahan motorik,
hilangnya sensori, gangguan fungsi seksual, inkontinensia bowel dan bladder.

Berdasarkan catatan medikal record Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta angka kejadian Hernia
Nukleus Pulposus (HNP) dari bulan desember sampai dengan bulan juni 2012 adalah 9 jiwa (0,42%)
dari jumlah total 2137 jiwa yang pernah dirawat di ruang perawatan bedah. Dengan rincian jumlah
laki-laki lebih sedikit yaitu 1 jiwa (0,047%), dibandingkan perempuan yang lebih banyak dengan
jumlah 8 jiwa (0,37%).

Untuk mencegah komplikasi diatas peran dan fungsi perawat sangatlah penting dalam hal
memperbaiki derajat kesehatan khususnya mengatasi masalah penyakit HNP dan komplikasi yang
ditimbulkan terutama dalam hal pelaksanaan asuhan keperawatan meliputi aspek promotif,
preventif, rehabilitatif untuk mencegah komplikasi serta mempercepat proses pemulihan.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik memilih judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. A
dengan HNP di ruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta”.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dengan
menggunakan proses keperawatan melalui metode pemecahan masalah.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan HNP (Hernia Nucleus Pulposus)

b. Mampu menentukan masalah keperawatan pasien dengan HNP

c. Mampu merencanakan Asuhan Keperawatan pasien dengan HNP

d. Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan HNP

e. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dengan kasus

f. Mampu mengidentifikasi factor-factor pendukung, penghambat serta mencari


solusi/alternative pemecahan masalah.

g. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan Asuhan Keperawatan pada klien dengan HNP

C. RUANG LINGKUP

Dalam laporan ini, penulis membatasi pada asuhan keperawatan yang dilakukan kepada Tn. A
dengan hernia nukleus pulposus di ruang bedah

Rumah Sakit Koja Jakarta dari tanggal 01 november sampai dengan 30 november 2015

D. METODE PENULISAN
Metode penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus
dengan menggunakan penerapan Asuhan Keperawatan serta tehnik pengumpulan data melalui :

1. Studi kepustakaan untuk mendapatkan dasar ilmiah yang berhubungan dengan HNP

2. Studi kasus yaitu pengamatan langsung pada klien Tn. A dalam memberikan asuhan
keperawatan

3. Wawancara, dilakukan pada klien dan keluarga dan pada tim kesehatan lain dalam rangka
mengumpulkan data yang berhubungan dengan keluhan klien

4. Observasi dilakukan guna mendapatkan data secara obyektif dan subyektif

5. Studi dokumentasi : catatan keperawatan dan catatan medis, dan laboratorium

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, Ruang Lingkup, Sistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan Teoritis Bab ini terdiri dari pengertian, Etiologi, Patofisiologi,
Penatalaksanaan Medis, Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan
Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.

BAB III : Tinjauan Kasus merupakan laporan hasil keperawatan yang dilakukan pada klien
dengan Tn. A dengan menggunakan Diagnosa Keperawatan (Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan serta Evaluasi Keperawatan)

BAB IV : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan saran yang terkait dengan pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada Tn. A
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana terjadi penonjolan atau perubahan
tempat/bentuk pada nucleus pulposus dalam disku intervertebralis. (Tarwoto, Wartonah, Eros Siti
Suryati, 2007)

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nukleus polposus keluar menonjol untuk
kemudian menekan kearah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. (Arif Muttaqin, 2008)

HNP merupakan penyebab utama nyeri pinggang bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).
(Marilynn E.Doenges, 2000)

Berdasarkan pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
adalah suatu keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol atau perubahan bentuk dan
kemudian menekan kearah kanalis spinal melalui anulus fibrosis yang robek sehingga menyebabkan
nyeri pinggang yang berat, kronik dan berulang

B. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP antara lain :

1. Aliran darah ke diskus berkurang

2. Berat beban

3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit


Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus pulposus (gel) akan
keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di kanalis vertebralis menekan radiks.

C. Patofisiologi

1. Proses Perjalanan Penyakit

Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Karena adanya gaya
traumatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini
terjadi, maka resiko HNP hanya menunggu waktu trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat
diasumsikan seperti gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset,
mengangkat benda berat, dan sebagainya.

Herniasi nucleus pulposus dapat mencapat ke korpus tulang belakang di atas atau di bawahnya. Bisa
juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Jika terjadi peninggian tekanan pada diskus
intervertebralis secara tiba-tiba dan berlangsung lama makan materi nucleus pulposus akan
menonjol mengisi annulus fibrosus yang rusak. Penonjolan nucleus ke belakang lateral dan menekan
saraf radiks dorsalis (mengandung serat saraf sensorik) yang berjalan dalam kanalis vertebralis akan
meninmbulkan rasa nyeri. Gerakan-gerakan yang merubah posisi tulang belakang seperti
membungkuk, bersin dan batuk akan menambah nyeri. Kerusakan pada diskus intervertebralis ini
dapat disebabkan karena prose degenerative misalnya makin berkurangnya daya lentur,
menurunnya jaringan kolagen, dan menurunnya kandungan air dengan bertambahnya usia, trauma
tulang belang, faktor genetik, operasi tulang belakang, kelainan postur seperti kifosis, lordosis,
karena kelainan tulang belakang lainnya seperti spondilitis, spinal stenosis.

2. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar
lesi dan nyeri tekan. Tanda dan gejala juga tergantung pada lokasi yang terkena misalnya pada
daerah lumbal, terjadi nyeri pada daerah pinggang pada satu sisi yang menjalar kearah tungkai dan
kaki, kelemahan otot kaki, parestesia, kebas pada kaki, gangguan eliminasi bowel, bladder dan
seksual mungkin saja dapat terjadi. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pergerakan tulang
belakang berkurang. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan menimbulkan
paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine, Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa
nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah area bokong dan betis,
belakang tumit, dan telapak kaki

3. Komplikasi

a. Kelemahan motorik di daerah ekstremitas bawah

b. Hilangnya sensori di daerah ekstremitas bawah

c. Gangguan fungsi seksual

d. Inkontinensia bowel dan bladder

4. Test diagnostik

a. Spinal X-Ray : adanya kerusakan pada kolumna vertebralis

b. Myelografi : menentukan adanya herniasi diskus atau derajat herniasi

c. Cairan Serebrospinalis : menentukan kerusakan saraf dan otot

d. CT Scan : adanya hernia diskus

e. MRI : adanya hernia diskus

D. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Umum

Bedrest dengan tempat tidur datar dan alas keras untuk mengurangi rasa nyeri dan kerusakan
syaraf. Fisioterapi : Mengurangi resiko gangguan immobilisasi, melancarkan peredaran darah. Traksi
: Menstabilkan/ memfiksasi lokasi kerusakan diskus. Perubahan posisi : Mengurangi rasa nyeri dan
resiko dekubitus. Kebutuhan nutrisi.

2. Pengobatan

Analgetik untuk mengurangi nyeri. Relaksi otot : Metaxalone, Methacarbamol, Chlorzazone.


Antiinflamasi : Phanyibutasone. Antianxietas : Diazepam

3. Operasi

Laminektomi : Pengangkatan lamina vertebral dan degenerasi diskus, untuk membesarkan tekanan
pada akar saraf. Lumbal/Cervikal mikrodisrektomi : Pengangkatan diskus yang mengalami degerasi
dengan menggunakan teknik pembedahan mikro. Spinal fusi : menempatkan tulang baru pada kedua
vertebral (bone graf) untuk memfiksasi vertebral.

4. Terapi lain
Kemonukleusis yaitu penyuntikan 2000-4000 unit kimopapain (enzin dari lateks papaya) kedalam
diskus hernia yang sakit. Kimopapain menyebabkan hidrolisis protein, menurunkan kemampuan
mengikat air dalam nucleus pulposus sehingga dapat membebaskan rasa nyeri radiks saraf.

E. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan meliputi Aspek Bio,psiko,sosial dan
spiritual secara kompherensip. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau
data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien, keluarga pasien dan dari catatan yang ada.
Pengumpulan melalui wawancara, observasi langsung dan melihat secara medis. Data yang
diperlukan mungkin dari klien HNP adalah sebagai berikut :

1. Data dasar, meliputi :

Identitas klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, pekerjaan,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga. HNP terjadi pada usia
pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat
barang berat atau mendorong benda berat).

2. Pemeriksaan fisik umum

Pemeriksaan fisik umum yang dilakukan, pada keadaan HNP umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, contohnya bradikardi yang menyebabkan
hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparese.

B1 (Breathing), jika tidak mengganggu system pernafasan biasanya didapatkan pada inspeksi,
ditemukan tidak ada batuk, tidak ada sesak nafas, dan frekuensi pernafasan normal. Palpasi, taktil
fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada frekuensi, terdapat suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi tidak terdengar bunyi nafas tambahan. B2 (Blood), jika tidak ada gangguan pada system
kardiovaskular, biasanya nadi kualitas dan frekuensi nadi normal, tekanan darah normal, dan nada
auskultasi tidak ditemukan bunyi jantung tambahan. B3 (Brain) pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada system lainnya. Keadaan umum,
kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya asimetris, pelvis yang miring/asimetris,
muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan
pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak. Tingkat kesadaraan biasanya
compos metis. Status mental : observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. Pada klien yang telah lama menderita HNP biasanya status mental klien
mengalami perubahan.

Pemeriksaan saraf kranial : saraf I, biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman
tidak ada kelainan. Saraf II, hasil tes ketajaman penglihatan biasanya normal. Saraf III, IV, dan VI klien
biasanya tidak mengalami gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor. Saraf V, pada klien HNP
umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot wajah dan reflex kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris. Saraf VIII, tidak ditemukan
adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik. Saraf XI, tidak ada
atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada
satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

Sistem motorik : kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari
lainnya dengan meminta klien melakukan gerak fleksi dan ekstensi lalu menahan gerakan tersebut.
Ditemukan atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan dan kiri.
Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.

Sistem sensorik : lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam, dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom yang tergantung sehingga dapat ditentukan pula radiks yang
terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak
membingungkan klien. Palpasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasa nyeri.

B4 (Bladder), kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik, termasuk berat jenis
urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya
perfusi pada ginjal. B5 (Bowel) pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutris
yang kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada
mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya dehidrasi. B6 (Bone), adanya
kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakan badan karena adanya nyeri, kelemahan, kehilangan
sensorik, dan mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat. Inspeksi,
kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris,
muskulatural paravertebral atau bokong yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya
kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama
bergerak. Palpasi, ketika meraba kelumna vertebralis, cari kemungkinan adanya deviasi ke lateral
atau anteroposterior. Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya kearah yang paling terasa nyeri.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan HNP antara lain : rontgen foto
lumbosakral, cairan serebrospinal, EMG, iskografi, Elektroneuromiografi (ENMG), tomografi scan,
MRI, mielografi, pemeriksaan laboratorium.

F. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah
distribusi ujung saraf

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, terapi pembatasan gerak

3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bedrest, pembatasan terapi, pembatasan
gerak

4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
G. Perencanaan Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah
distribusi ujung saraf

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3 x 24 jam, diharapkan nyeri berkurang atau
dapat diadaptasi oleh klien.

Intervensi :

a. Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4

b. Bantu klien dalam identifikasi factor pencetus

c. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non-invasive

d. Ajarkan relaksasi : teknik-teknik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat
menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatan relaksasi masase.

e. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman misalnya
saat klien tidur, sanggah punggung klien dengan bantal kecil

f. Observasi tingkat nyeri dan respons motorik klien 30 menit setelah pemberian obat analgesic
untuk mengkaji efektivitasnya. Setiap 1-2 jam setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari.

g. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgesik

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, terapi pembatasan gerak

Tujuan : klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria hasil : klien mengatakan tidak ada kelemahan otot, ROM maksimal, atropi tidak terjadi,
meningkatnya aktifitas fisik.

Intervensi :

a. Kaji keadaan motorik, sensorik, reflex

b. Pertahankan bedrest dan posisi yang tepat

c. Lakukan ROM pasif dan aktif

d. Hindari hal-hal yang dapat meningkatkan nyeri seperti batuk, bersin, gerakan-gerakan
peregangan

e. Monitor tanda dan gejala komplikasi imobilisasi

f. Lakukan pesiapan operasi sesuai program

3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bedrest, pembatasan gerak

Tujuan : klien mampu mempertahankan keutuhan kulit


Kriteria hasil : klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui penyebab dan cara
pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka, kulit kering.

Intervensi :

a. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika mungkin

b. Ubah posisi tiap 2 jam

c. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol

d. Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu
berubah posisi

e. Bersihkan dan keringkan kulit. Jagalah linen tetap kering

f. Observasi adanya eritema dan kepucatan dan palpasi adanya kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap mengubah posisi

g. Jaga kebersihan kulit dan hindari trauma dan panas terhadap kulit

4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapakan klien mampu
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria hasil : klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi :

a. Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi
motorik

b. Ubah posisi klien tiap 2 jam

c. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit

d. Lakukan gerak aktif pasif pada ekstremitas yang sakit

e. Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Pantau adanya iritasi, kemerahan, atau luka pada kulit
dan membrane mukosa

f. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi

g. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip
dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, tehnik
komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada klien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independent, dependent,
dan interpendent, tindakan keperawatan secara independent adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya dependent adalah
tindakan yang sehubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Interdependent adalah
tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan
tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter, keterampilan yang harus di
punyai perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu kognitif, dan sikap psikomotor.

Dalam melakukan tindakan keperawatan pada klien khususnya klien dengan HNP yang harus
diperhatikan adalah penanganan terhadap nyeri dengan melakukan observasi tanda dan gejala pada
Hernia Nukleus Pulposus, mengobservasi keluhan nyeri pada pergerakan serta melakukan tindakan
dengan pemberian obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.

I. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai, kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah diatasi, masalah teratasi
sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi yang dilakukan yaitu
evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan keperawatan secara
keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.

Adapun keberhasilan pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus adalah klien mampu melaksanakan
aktivitas seperti biasa dengan sendiri dan tidak merasakan nyeri pada pinggang dan daerah
ekstremitas bawah. Evaluasi pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus yang biasanya terjadi
adalah nyeri teratasi, meningkatnya aktivitas fisik, dan klien mampu mempertahankan keutuhan
kulit akibat Hernia Nukleus Pulposus.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

Pada bab ini penulis akan menyajikan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Diagnosis
medis “HNP (Hernia Nukleus Pulposus)” diruang perawatan bedah Rumah Sakit Umum Daerah Koja,
Jakarta Utara yang dilaksanakan pada tanggal 01 november - 30 november 2015.

Nama klien Tn. A jenis kelamin laki-laki, usia 55 tahun, status perkawinan klien sudah kawin, agama
islam suku bangsa betawi pendidikan terakhir SMP, bahas yang digunakan bahasa betawi pekerjaan
petani, alamat jalan sungai tiram no. 34, Jakarta Utara, sumber biaya BPJS, sumber informasi dari
klien dan keluarga.

Riwayat kesehatan sekarang, keluhan utama nyeri didaerah pinggang kiri sampai kaki, kronologis
keluhan : factor pencetus jatuh dari motor, timbulnya keluhan secara mendadak, upaya mengatasi
berobat ke puskesmas terdekat. Riwayat kesehatan masalalu, riwayat penyakit sebelumnya klien
sudah pernah dirawat dengan penyakit yang sama

Genogram

55

Tahun

Keterangan
: laki-laki

: perempuan

-------- : tinggal serumah

X : meninggal

: keturunan

: menikah

: klien

Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko, klien mengatakan
tidak ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit yang menjadi factor resiko. Riwayat
psikososial dan spiritual, orang yang terdekat dengan klien adalah istri dan anak, interaksi dalam
keluarga, pola komunikasi klien baik yang membuat keputusan dalam keluarga adalah suami (Tn. A),
kegiatan kemasyarakatan yang diikuti oleh klien adalah pengajian.

Dampak penyakit klien terhadap keluarga : keluarga mengatakan cemas dengan kondisi yang
diderita klien dan masalah yang mempengaruhi klien, klien mengatakan penyakit yang dideritanya,
mekanisme koping terhadap stress yang dilakukan klien adalah memecahkan masalah dengan
minum obat. Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang sangat dipikirkan saat ini, klien
mengatakan ingin cepat pulang, harapan setelah menjalani perawatan, klien mengatakan cepat
sembuh dan beraktifitas seperti biasanya, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit, klien
mengatakan tidak bisa beraktifitas seperti biasa. Sistem nilai kepercayaan yang bertentangan
dengan kesehatan klien tidak ada menganut nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan,
aktifitas Agama/Kepercayaan yang dilakukan adalah sholat dan pengajian, kondisi lingkungan rumah
klien bersih klien mengatakan rumahnya berada di dalam gang dan tidak mempengaruhi kesehatan
klien saat ini.

Pola kebiasaan sebelum sakit : pola nutris, frekuensi makan klien 3 kali sehari, nafsu makan klien
baik tidak ada mual dan muntah, porsi makan yang dihabiskan klien adalah satu porsi, tidak ada
makanan yang tidak disukai oleh klien dan tidak ada makanan yang membuat klien alergi, dan tidak
ada makanan pantangan apapun makanan diet, dan klien tidak menggunakan obat-obatan sebelum
makan dan klien tidak menggunakan alat bantu makan seperti NGT . Pola eliminasi, frekuensi BAK 6
kali sehari warna kuning jernih, tidak ada keluhan dan klien tidak menggunakan alat bantu seperti
kateter. Pola BAB : frekuensi BAB klien 1 kali sehari waktu pagi hari dengan warna feses coklat muda
dengan konsistensi setengah padat dan tidak ada keluhan dalam BAB dan tidak menggunakan
laxative. Pola personal hygine : frekuensi mandi klien 2 kali sehari dengan waktu pagi dan sore hari,
klien oral hygine 1 kali sehari dengan waktu pagi hari, dan klien cuci rambut 3 kali dalam seminggu.
Pola istirahat dan tidur klien klien tidur siang 2 jam dan tidur malam 8 jam dan kebiasaan sebelum
tidur klien berdoa. Pola aktifitas dan latihan : waktu bekerja klien siang hari, klien berolah raga, jenis
olah raga klien jalan pagi, frekuensi olah raga klien setiap pagi hari dan tidak ada keluhan dalam
beraktifitas, tidak ada kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien seperti merokok dan minum
minuman keras.

Pola kebiasaan dirumah sakit : Pola nutrisi klien, frekuensi makan klien 3 kali sehari nafsu makan
klien baik tidak ada mual dan muntah, porsi makan klien yang dihabiskan adalah 1 porsi makanan
yang disediakan dirumah sakit, tidak ada makanan yang tidak disukai, dan tidak ada makanan
pantangan apapun, tidak ada makanan yang membuat alergi, klien tidak menggunakan obat-obatan
sebelum makan dan klien tidak menggunakan alat bantu makan seperti NGT. Pola eliminai klien :
klien BAK 7 kali sehari dengan warna kuning jernih klien tidak mengalami keluhan dalam BAK dan
klien tidak menggunakan alat bantu seperti kateter, klien belum pernah BAB selama masuk ke
rumah sakit. Pola personal hygine klien, frekuensi mandi klien 1 kali sehari, oral hygine 1 kali sehari
dengan frekuensi dengan waktu pagi hari, klien belum pernah cuci rambut selama dirumah sakit.
Pola istirahat dan tidur : klien tidur siang 1 jam, tidur malam 6 jam kebiasaan klien sebelum tidur
klien berdoa. Pola aktifitas dan olahraga klien : klien tidak berolahraga dan waktu bekerja klien, klien
tidak bekerja karena klien dirumah sakit, Kebiasaan klien yang mempengaruhi kesehatan klien, klien
tidak merokok dan minum-minuman keras.

Pemeriksaan fisik umum berat badan klien 69 kg, berat badan sebelum sakit 70 kg, tinggi badan klien
160 cm, keadaan umum klien sedang, klien tidak mengalami pembesaran kelenjar getah bening.

Sistem penglihatan : posis mata klien simetri kelopak mata klien normal pergerakan bola mata
klien normal kanan kiri konjungtiva klien merah muda kornea normal sclera anikterik, pupil klien
isokor tidak ada kelainan pada otot-otot bola mata klien, fungsi penglihatan klien normal tidak ada
tanda-tanda radang dan klien tidak memakai kaca mata maupun lensa kontak, reaksi terhadap cahay
+/+.

Sistem pendengaran : daun telinga klien normal kanan kiri karakteristik serumen klien dengan
konsistensi setengah padat kondisi telinga tengah klien normal tidak ada cairan dari telinga klien,
tidak ada perasaan penuh ditelinga klien fungsi pendengaran klien normal kanan kiri dan klien tidak
memakai alat bantu pendengaran. Sistem wicara klien tidak ada kelainan (aphasia, dysatria, aphoni,
dysphasia, anarthia)

Sistem pernafasan : jalan nafas klien bersih pernafasan klien 20 kali permenit, klien tidak sesak,
klien tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan, irama nafas klien teratur, jenis pernafasan
klien spontan dan dalam, klien tidak batuk dan tidak terdapat sputum, klien tidak nyeri pada saat
bernafas, klien tidak menggunakan alat-alat bantu pernafasn.

Sistem kardiovaskuler : sirkulasi perifer normal 80 x/menit, irama teratur, TD : 150/90 mmHg, tidak
ada distensi vena jugularis kanan kiri, temperature kulit klien hangat, warna kulit klien kemerahan,
pengisian kapiler 2 detik, dan tidak edema denyut nadi apical 80 kali permenit, bunyi teratur tidak
ada kelainan bunyi jantung dan klien tidak sakit dada.

Sistem hematologi : klien tidak mengalami gangguan hematologi klien tidak pucat, tidak ada
perdarahan

Sistem saraf pusat : tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos metis GCS 15 (E=4,
M=6, S=5), tidak ada tanda peningkatan TIK, klien tidak mengalami gangguan sistem persyarafan ,
reflek fisiologis normal dan patologis normal.
Sistem pencernaan : keadaan mulut klien baik tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu,
tidak ada stomatitis, lidah klien bersih, saliva klien normal, klien tidak muntah, klien mengatakan
nyeri di daerah perut sebelah kiri, bising usus klien 8 x permenit, klien tidak diare maupun konstipasi,
hepar tidak teraba, abdomen lembek.

Sistem endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak bau keton dan tidak ada
luka ganggren.

Sistem urogenital : balance cairan/24 jam, intake 2800 cc (minum= 1000 cc, makan= 300 cc,
infuse= 1500 cc/24 jam) output 2300 cc (BAK + 2000 CC, IWL= 300 cc) warna BAK klien kuning jernih,
klien tidak mengalami ketegangan kandung kemih maupun sakit pinggang.

Sistem integumen : turgor kulit klien elastis temperature kulit klien hangat warna kulit klien
kemerahan keadaan kulit klien baik, kondisi kulit daerah pemasangan infus bersih tidak ada tanda-
tanda infeksi, cairan infus klien menetes dengan lancar tidak ada kelainan pada kulit klien.

Sistem muskuloskeletal : klien mengalami kesulitan dalam pergerakan, klien mengalami sakit
pada tulang dan sendi, klien pernah mengalami fraktur pada lumbal 3- lumbal 5

Kekuatan otot

Kanan Kiri

5555 5555

5555 3333

Data penunjang : pada tanggal 01 november 2015 di dapatkan hasil laboratorium hemoglobin 12,8
g/dl, (normal 13,5 – 17,5 g/dl), lekosit 8.200/ul, (normal 4.100 – 10.900/ul), hematokrit 39% (normal
41-53%), eritrosit 4,51 (normal 4,5-5,1) pemeriksaan radiologi pada tanggal 29 oktober 2015, hasil
adanya massa di daerah lumal 3 – lumbal 5.

Penatalaksanaan : obat injeksi : Ceftriaxone 2 x 1 mg, Pantoprazol 3 x 1 mg, Vit K 2 x 1 ampul,


Ketorolac 2 x 1 ampul, IVFD RL 20 tetes/menit. Terapi diet Nasi biasa.

Resume

Tn. A (55 tahun) masuk rumah sakit pada tanggal 28 oktober 2015 kiriman dari dokter, dengan
diagnosa Hernia Nukleus Pulposus (HNP), dengan keluhan nyeri di daerah pinggang sampai kaki, dan
ada benjolan di bagian punggung bawah. Kesadaran compos metis, kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik dengan hasil tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmHg, S : 36°C, N : 80 x/menit, RR :
20 x/menit, keadaan umum klien sedang, nafsu makan baik. Masalah keperawatan yang muncul
cemas berhubungan dengan prosedur operasi. Klien mendapatkan terapi socef 2 x 1gr, vitamin K 2 x
1 ampul, Vitamin C 3 x 1 ampul, Transamin 3 x1 ampul, IVFD RL 20 tetes/menit dan mendapat diet
nasi biasa dari ahli gizi.

Data Fokus :

Data subjektif

Klien mengatakan nyeri di daerah pinggang kiri sampai kaki, klien mengatakan nyeri datang tiba-tiba,
klien mengatakan nyerinya seperti di tusuk-tusuk, klien mengatakan pernah jatuh dari motor, klien
mengatakan tidak bisa beraktifitas, klien mengatakan nyeri saat berjalan atau duduk, klien
mengatakan belum pernah operasi, klien mengatakan cemas menghadapi operasi, klien mengatakan
keluarga cemas dengan keadaannya sekarang, klien mengatakan susah menggerakan kaki bagian
kiri, klien mengatakan nafsu makan baik, klien mengatakan susah dalam bergerak.

Data objektif

Klien tampak meringis kesakitan, tampak ada benjolan di bagian belakang pinggang klien, klien
tampak susah bergerak, muka klien tampak menahan nyeri, skala nyeri klien 7, klien tampak gelisah,
klien tampak cemas menghadapi operasi, klien tampak dibantu dalam BAK, keluarga klien tampak
cemas dengan klien, keadaan umum klien sedang, kesadaran klien compos metis, TTV klien TD
150/90 mmHg, suhu 36°C , nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, klien tampak terpasang infuse RL 20
tetes/menit, hasil lab tanggal 01 november 2015 hemoglobin 12,8 , leukosit 8.200 ul, hematokrit 39,
eritrosit 4,31.

Analisa Data

NO

DATA

MASALAH

ETIOLOGI

1.

Data Subjektif :

klien mengatakan nyeri dibagian pinggang kiri sampai kaki

Klien mengatakan nyeri timbul tiba-tiba

Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk

Klien mengatakan pernah jatuh dari motor

Data Objektif :

Klien tampak meringis kesakitan

Tampak ada benjolan di bagian pinggang belakang klien


Muka klien tampak menahan rasa nyeri

Skala nyeri klien 7

Gangguan rasa nyaman nyer

Kompresi saraf/spasme otot

2.

Data Subjektif :

Klien mengatakan tidak bisa beraktifitas

Klien mengatakan nyeri timbul saat berjalan atau duduk

Klien mengatakan susah menggerakan kaki bagian kiri

Klien mengatakan susah dalam bergerak

Data Objektif :

Klien tampak susah dalam beraktifitas

Klien tampak dibantu dalam BAK

Keadaan umu klien sedang

Kesadaran klien compos metis

TTV : TD 150/90 mmHg, suhu : 36°C, nadi : 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit.

Perubahan mobilitas fisik

Nyeri dan ketidaknyamanan spasme otot

3.

Data subjektif :

Klien mengatakan belum pernah operasi

Klien mengatakan cemas menghadapi operasi

Klien mengatakan keluarganya cemas dengan keadaannya sekarang

Data objektif :

Klien tampak gelisah

Klien tampak cemas


Keluarga klien tampak cemas dengan keadaan klien

Ansietas pada klien dan keluarga

Prosedur operasi

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi saraf/spasme otot

2. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan spasme otot

3. Ansietas/cemas berhubungan dengan prosedur operasi

C. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi

1. Diagnosa keperawatan 1

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi saraf. spasme otot, ditandai dengan :

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan rasa nyeri
dapat berkurang.

Kriteria hasil :

Nyeri berkurang, TTV dalam batas normal TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 18-20 x/menit, S :
36°C, klien dapat tidur seperti biasanya, klien dapat beristirahat dengan baik.

Intervensi :

a. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, factor pencetus

b. Pertahankan tirah baring sebelum fase akut, letakkan pasien pada posisi semi fowler dengan
tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi

c. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan

d. Ajarkan klien untuk tehnik relaksasi

e. Kaji tanda-tanda vital klien

f. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik (ketorolac)

Implementasi :

Tanggal : 01 november 2015


Jam 10.00 wib, mengobservasi tanda-tanda vital TD : 150/90 mmHg, S : 36°C, N : 80 x/menit, RR : 20
x/menit, jam 10.10 wib mengkaji karakteristik nyeri, skala, durasi dan frekuensi nyeri skala nyeri 7, di
daerah pinggang sampai kaki kiri, 10.30 wib, mengajarkan teknik relaksasi (tarik napas dalam) klien
mau mengikuti perawat dengan menarik napas dalam bila nyeri muncul, 11.00 wib menganjurkan
klien tirah baring dengan keadaan pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi selama nyeri muncul,
klien tampak terbaring di tempat tidur.

Implementasi :

Tanggal : 02 november 2015

Jam 10.00 wib, Mengkaji karakteristik nyeri, skala, lokasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7,
nyeri di daerah pinggang kiri sampai kaki, jam 10.05 menganjurkan klien tirah baring selama nyeri
muncul klien mengatakan akan istirahat jika nyeri muncul klien mengatakan akan istirahat jika nyeri
muncul, jam 10.30 mengajarkan teknik relaksasi (tarik nafas dalam) klien mengikuti anjurkan
perawat dengan menarik napas dalam, jam 11.55 wib mengobservasi kesadaran klien, kesadaran
compos metis, 12.00 wib memberikan obat analgetik (injeksi), klien diberikan obat analgetik :
ketorolac 1 ampul

Implementasi :

Tanggal : 03 november 2015

Jam 10.00 wib mengobservasi tanda-tanda vital tekanan darah : 130/80 mmHg, suhu : 36°C,
pernapasan : 20 x/menit, nadi : 80 x/menit, jam 10.10 wib mengkaji karakteristik nyeri, skala, lokasi
klien mengatakan neri seperti ditusuk-tusuk, nyeri di daerah pinggang kiri sampai kaki, skala nyeri 7.
Jam 10.30 wib, menganjurkan klien tirah baring selama nyeri muncul, klien tampak sedang terbaring
di tempat tidur nya, jam 11.00 wib, menganjurkan klien membatasi aktivitas selama fase akut sesuai
dengan kebutuhan, klien mengikuti instruksi dari perawat.

Evaluasi :

Tanggal 01 november 2015

Subjektif

Klien mengatakan nyeri di daerah pinggang kiri sampai kaki, klien mengatakan nyeri seperti di tusuk-
tusuk, klien mengatakan nyeri timbul tba-tiba.

Objektif

Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg, suhu : 36°C, pernapasan : 20 x/menit, nadi : 80 x/menit, klien
tampak meringis menahan kesakitan, skala nyeri klien 7.

Analisa : tujuan belum teratasi masalah gangguan rasa nyaman belum teratasi

Perencanaan : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6

Tanggal 02 november 2015


Subjektif

Klien mengatakan masih nyeri di daerah pinggang kiri sampai kaki, klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri timbul mendadak.

Objektif

Klien tampak meringis kesakitan, klien tampak berbaring dengan posisi semi fowler pinggang dan
kaki dalam keadaan fleksi, skala nyeri klien 7 .

Analisa : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6

Tanggal 03 november 2015

Subjektif

Klien mengatakan nyerinya masih sama, klien mengatakan ada benjolan di daerah punggung bawah.

Objektif

Ekspresi wajah klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 6.

Analisa : masalah gangguan rasa nyaman: nyeri belum teratasi

Perencanaan : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6

2. Diagnosa keperawatan II

Imobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan spasme otot ditandai dengan :

Data subjektif

Klien mengatakan tidak bisa beraktifitas, klien mengatakan nyeri timbul saat berjalan atau duduk,
klien mengatakan susah menggerakan kaki bagian kiri, klien mengatakan susah dalam bergerak

Data objektif

Klien tampak susah dalam beraktifitas, klien tampak dibantu dalam BAK, keadaan umum klien
sedang, kesadaran klien compos metis, TTV : TD 150/90 mmHg, suhu : 36°C, pernapasan : 20
x/menit, nadi : 80 x/menit.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan imobilisasi fisik
dapat teratasi

Kriteria Hasil :

Klien menunjukan tindakan keperawatan untuk meningkatkan mobilisasi, tidak terjadi kontraktur
sendi, bertahannya kekuatan otot.
Intervensi :

a. Berikan tindakan pengaman sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik

b. Catat respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi

c. Berikan aktivitas yang sesuai dengan klien

d. Ubah posisi klien tiap 2 jam

e. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada eksteritas yang tidak sakit

f. Ajarkan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit

g. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

Pelaksanaan

Tanggal 01 november 2015

Pukul 10.00 wib mengubah posisi klien, klien sudah diberikan posisi semi fowler dengan pinggang
dan kaki dalam posisi fleksi, mengajarkan klien untuk melakukan latihan aktif pada ekstremitas yang
tidak sakit, klien tampak melakukan gerak-gerak kecil pada daerah ekstremitas yang tidak sakit,
menganjurkan gerakan pasif pada ekstremitas yang sakit, klien mengatakan akan melakukannya.

Tanggal 02 november 2015

Pukul 09.30 wib mengkaji keadaan umum klien, keadaan klien sedang, menganjurkan klien untuk
menggerakkan daerah ekstremitas yang tidak sakit, klien mengatakan akan melakukannya, pukul
13,15 wib mengubah posisi klien, posisi klien sudah diubah dengan memberikan posisi miring kanan.

Tanggal 03 november 2015

Pukul 09.00 wib mengajarkan klien room aktif dan room pasif, klien sudah diajari room aktif dan
room pasif, pukul 09.15 wib menganjurkan klien untuk mobilisasi secara bertahap, klien berlatih
untuk berjalan sendiri, pukul 11.00 wib menganjurkan klien untuk menggerak-gerakan kakinya mulai
dari yang tidak sakit, klien mengatakan akan melakukannya.

Evaluasi :

Tanggal 01 november 2015

Subjektif

Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas, klien mengatakan nyeri timbul saat berjalan atau duduk,
klien mengatakan dibantu saat BAK.

Objektif
Klien tampak susah dalam beraktivitas, klien tampak berbaring di tempat tidur, keadaan umum klien
sedang, kesadaran compos metis, klien tampak dibantu saat BAK.

Analisa : tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi

Perencanaan : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6 dan 7

Tanggal 02 november 2015

Subjektif

Klien mengatakan belum bisa berjalan ke kamar mandi, klien mengatakan susah menggerakan kaki
bagian kiri, klien mengatakan nyeri saat duduk

Objektif

Klien tampak berbaring dengan posisi semi fowler dengan pinggang dan kaki dalam posisi fleksi, klien
tampak bisa miring kanan dan kiri dengan bantuan keluarga.

Analisa : tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi

Perencanaan : lanjutkan intervensi no 1,2,3,4,5,6 dan 7

Tanggal 03 november 2015

Subjektif

Klien mengatakan hanya bisa di tempat tidur saja, klien mengatakan tidak bisa beraktivitas, klien
mengatakan bisa duduk sendiri, klien mengatakan di bantu sama keluarga saat ke kamar mandi.

Objektif

Klien masih tampak berbaring ditempat tidur, klien tampak di bantu sama keluarga dalam
beraktivitas, klien tampak bisa miring kanan dan kiri.

Analisa : tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi

Perencanaan : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6 dan 7

3. Diagnosa keperawatan III

Ansietas/cemas berhubungan dengan prosedur operasi ditandai dengan :

Data subjektif

Klien mengatakan belum pernah operasi, klien mengatakan cemas menghadapai operasi, klien
mengatakan keluarganya cemas dengan keadaannya sekarang

Data objektif

Klien tampak gelisah, klien tampak cemas, keluarga klien tampak cemas dengan keadaan klien
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapak ansietas/cemas dapat
teratasi

Kriteria hasil : klien tampak rileks, ansietas berkurang/hilang, klien mampu mengungkapkan
ketakutan/cemasnya.

Intervensi

a. Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana klien menangani masalahnya dimasa lalu

b. Berikan informasi yang akurat dan jawab ddengan jujur

c. Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya

d. Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk mempertahankan


harapan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

e. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia yang dapat membantu
klien

f. Berikan support sistem (perawat,keluarga)

Implementasi

Tanggal 01 november 2015

Pukul 09.30 wib mengkaji tingkat ansietas klien, klien mengatakan sedikit cemas menghadapi
operasi, 10.00 wib memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapan masalah yang
mempengaruhinya, memberikan support sistem kepada klien, klien tampak tenang.

Tanggal 02 november 2015

Pukul 10.00 wib mengkaji tanda-tanda vital klien, tekanan darah : 140/80 mmHg, suhu : 36°C,
pernapasan : 20 x/menit, nadi : 80 x/menit, pukul 10.30 wib mengkaji tingkat ansietas klien, klien
mengatakan masih sedikit takut menghadapi operasi.

Tanggal 03 november 2015

Pukul 10.30 wib memberikan informasi kepada klien tentang prosedur operasi, klien tampak
mengerti apa yang dijelaskan sama perawat, pukul 13.00 wib mengkaji tingkat ansietas klien, klien
mengatakan rasa takut sedikit berkurang.

Evaluasi

Tanggal 01 november 2015

Subjektif

Klien mengatakan cemas menghadapi operasi, klien mengatakan belum pernah operasi, klien
mengatakan keluarga cemas dengan keadaannya sekarang
Objektif

Klien tampak cemas, klien tampak gelisah, keluarga tampak cemas dengan keadaan klien

Analisa : tujuan belum tercapai, masalah belum teratasi

Perencanaan : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6

Tanggal 02 november 2015

Subjektif

Klien mengatakan operasinya ditunda, klien mengatakan takut menghadapi operasi

Objektif

Klien tampak cemas, klien tampak tenang setelah diberikan dukungan

Analisa : masalah belum teratasi

Perencanaan : lanjutkan intervensi

Tanggal 03 november 2015

Subjektif

Klien mengatakan cemas sedikit berkurang

Objektif

Klien tampak tenang/rileks

Analisa : tujuan tercapai sebagian, masalah teratasi sebagian

Perencanaan : lanjutkan intervensi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengkajian pada tanggal 01 november 2015 pada teori dan kasus tidak didapatkan kesenjangan
karena penyebab HNP adalah adanya trauma pada daerah lumbal. Hasil pengkajian pada klien
dengan HNP yaitu adanya trauma/fraktur di daerah lumbal 3 – lumbal 5. Pada tanda dan gejala
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yaitu tanda dan gejala pada HNP
adalah rasa nyeri dipunggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan.

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan HNP adalah sebagai
berikut : Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebralis, tekanan di daerah
distribusi ujung saraf. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, terapi pembatasan gerak.
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bedrest, pembatasan terapi, pembatasan
gerak. Apabila di bandingkan dengan tinjauan kasus, maka tidak semua diagnosa di teori tersebut di
temukan pada klien, sedangkan diagnosa keperawatan yang penulis temukan dalam kasus adalah :
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi saraf/spasme otot. Perubahan
mobilitas fisisk berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan spasme otot. Ansietas/cemas
berhubungan dengan prosedur operasi Adapun diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori
namun tidak di temukan pada klien adalah Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
bedrest, pembatasan terapi, pembatasan gerak.

B. Saran

Diharapkan dapat melaksanakan tehnik komunikasi terapeutik agar kualitas pengumpulan data
dapat lebih baik sehingga dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges . M . E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi. 3. Jakarta : EGC

Tarwoto, dkk (2007). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Saraf. Jakarta : Sagung Seto

Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : salemba medika

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : salemba medika

Diposting oleh siti mulyati di 06.02

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Foto saya

siti mulyati

Rajin-rajin lah membaca , luangkan waktu untuk membaca baca buku

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

▼ 2016 (4)

▼ Februari (2)

Asuhan Keperawatan Hernia

► Januari (2)

Tema Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.

Das könnte Ihnen auch gefallen