Sie sind auf Seite 1von 19

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN SISTEM

SENSORI VISUAL: PRE DAN POST OPERASI KATARAK

Di susun
Oleh kelompok 6
1. Feby fitriadin G2A217060
2. Feti liszayanti G2A217048
3. Supri fajar baskoro G2A217019
4. Dwi ana farida G2A217004
5. Istiqomah G2A217011
6. Muhamad aenul yaqin G2A217071
7. Ulinuha tubagus rifai G2A217035

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2018
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan -
lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang
lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan
diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi
yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence
Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit
mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang
telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko
kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan
didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60%
diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia
menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut
Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka
kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin
meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. “Artinya
semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang
berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah
katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak
merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.
Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak banyak
diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering diremehkan
kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan
Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena
katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak
diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak
terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang.
Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan dengan
Gangguan Sistem Penglihatan Katarak
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mendeskripsikan pengkajian dengan Gangguan Sistem
Penglihatan Katarak.
2. Untuk mendeskripsikan diagnosa keperawatan dengan Gangguan Sistem
Penglihatan Katarak
3. Untuk mendeskripsikan rencana tindakan pada pasien Gangguan Sistem
Penglihatan Katarak
4. Untuk mendeskripsikan iplementasi keperawatan pada pasien Gangguan
Sistem Penglihatan Katarak.
5. Untuk mendeskripsikan hasil tindakan keperawatan pada pasien
Gangguan Sistem Penglihatan Katarak
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Katarak
1. Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya (Ilyas, 2008). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul
lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak
merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap
(Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses
penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
(Muttaqin, 2008).
2. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan.
Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan
bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan
halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
a. Lapisan luar, yang terdiri dari : Sclera, Kornea
b. Lapisan tengah, yang terdiri dari : Koroid, Badan (korpus) siliare, Iris
c. Lapisan dalam, yang terdiri dari : Retina, Fundus optic ,Lensa dan Badan
vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat
memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi
pergerakan mata. Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang
adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing -
masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran
berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic
darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai
suatu gambaran (Istiqomah, 2003).
B. Etiologi Katarak
Menurut Tamsuri, (2008) Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia.

C. Patofisiologi
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut masing-
masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi protein,
cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu pada
katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata
mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme katarak komplikasi
bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit diabetes
mellitus akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian
menyebabkan lensa mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital
merupakan bentuk yang memberikan tantanggan khusus.
Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara kimiawi pembentukan katarak
ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang
kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah,
sedangkan kalium, asam askorbat serta protein menjadi berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein dan
mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan penurunan
air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein larut menjadi
tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme
pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan perubahan
kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang pada
akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai di
berbagai bagian lensa atau kapsulnya.

D. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :


1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata
(katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X,
Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat
seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,
katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis,
glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :


1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk
bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi
dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
(Tamsuri, 2008).
E. Manifestasi Klinis Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien mengalami
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai
derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan objektif
biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan
distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam,
akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap
selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi
yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan
uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya
bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
Darah putih: dibawah 10.000 normal
H. Penatalaksanaan
1. Extracapsular Cataract Ekstraktie (ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posteriorditinggalkan untuk mencegah
prolaps viterus, untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan
sokongan utuk implantasi lensa intraokuler. ECCE paling sering dilakukan karena
memungkinkan dimasukannya lensa intraokuler ke dalam kapsul yang tersisa.
Setelah pembedahan diperlukan koreksi visus lebih lanjut. Visus basanya pulih
dalam tiga bulan setelah pembedahan. Tehnik yang sering digunakan dalam
ECCE adalah fakoemulsifikasi, jaringan dihancurkan dan debris diangkat melalui
pengisapan (suction) (Istiqomah,2003).
2. Intracapsula Cataract Extractie (ICCE)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur
adalah kemudahan prosedur ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata
beresikotinggi mengalami retinal detachmentdan mengangkat struktur penyokong
untuk penanaman lensa intraokuler.Salahsatu tehnik ICCE adalah menggunakan
cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe superdingin dan kemudian diangkat.
Menurut (Ilyas,2003) pembedahan dengan cara ini mengurangi penyulit yang
sering terjadi pada tehnik ECCE.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien(Nursalam, 2001)
Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat : Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan : Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak
jelas),sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di
ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,
fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak kecoklatan
atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan merah/mata
keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),dan Peningkatan air
mata.
d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata
berair (glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan
pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran : Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,
diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan
vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan
endokrin, diabetes (glaukoma).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu
atau kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan ,
menurunkan,membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam, 2001)
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien
dengan penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan
intraokuler, kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d
menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons
biasanya terhadap rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis,
pengobatan b/d tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.
BAB III
STUDI KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
2. Identitas pasien bernama Tn. S, berumur 65tahun, jenis kelamin laki-laki,
bersuku bangsa Jawa, beragama Islam, status kawin, pendidikan terakhir
SD,bekerja sebagai petani, Tn.S saat ini tinggal di Kedung Wuluh RT 13
RW3, Temon,Simo, Boyolali.
3. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Mata tidak dapat digunakan untuk melihat dengan baik, pandangan kabur
tidak jelas, terlihat silau dan kemerah-merahan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengungkapkan bahwa kondisi matanya tidak dapat digunakan
untuk melihatdengan jelas terutama pada mata sebelah kanan. Yang
terlihat hanya samar-samar dan warna kemerah-merahan dan tak jelas.Hal
ini dirasakan pasien sejak 3 bulan yang lalu.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum sedang.Kesadaran compos mentis. Tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 82x/ menit, suhu 36C, respirasi 22x/ menit. Pada pemeriksaan,
mata di dapat bentuk simetris, terlihat warna kehitaman disekitar kedua mata,
konjuctiva tidak anemis, seklera tidak ikterik, pupil warna putih keruh.
5. Data Fokus
Data fokus preoperasi data subjektif : Pasien mengatakan pandangan mata
samar-samar, kemerah-merahan dan silau. Pasien juga mengatakan merasa
cemas menghadapi tindakan operasi yang akan datang. Data objektif : Pasien
nampak hanya melihat ke satu arah, pasien terlihat bingung terhadap
lingkungan sekitar, pasien juga nampak cemas.
Data fokus postoperasi dari wawancara dan dari penglihatan didapatkan
Data subjektif : Pasien mengatakan mata kanan terasa nyeri senut-senut. P:
luka operasi, Q: nyeri senut-senut, R: mata kiri, S: 5, T: hilang timbul. Pasien
mengatakan tidak mengetahui tentang perawatan luka setelah operasi.Pasien
dan keluarga menanyakan tentang perawatan dirumah. Data objektif :Terlihat
mata kanan tertutup kassa setelah operasi, klien tampak bingung.
6. Daiagnosa
keperawatan
Preoperasi
1. Gangguan perubahan persepsi sensori: (penglihatan) berhubungan
denganperubahan penerimaan sensori.
2. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kejadianoperasi.

Postoperasi

1. Nyeri berhubungan dengan luka postoperasi.


2. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan,
sekunder akibat interupsi bedah pada permukaan mata.
3. Defisit pengetahuan perawatan dirumah berhubungan dengan
terbatasnya informasi.
7. HASIL EVALUASI
a. Preoperasi
Diagnosa pertama yaitu Gangguan perubahan persepsi sensori:
(penglihatan) berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori,
dengan hasil evaluasi pasien mengatakan gangguan penglihatan
dirasakan minimal, pasien tampak menggunakan sensori pendengaran
untuk memperhatikan, masalah teratasi sebagian, sehingga intervensi
dilanjutkan. Diagnosa yang kedua kecemasan berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang kejadianoperasi setelah dievaluasi
didapatkan evaluasi keperawatan berupa pasien mengatakan siap untuk
operasi, pasien tampak tenang, masalah teratasi sehingga intervensi
dihentikan.
b. Postoperasi
Untuk diagnose pertama Nyeri berhubungan dengan luka postoperasi,
didapatkan respon evaluasi pasie nmengatakan nyeri berkurang,
keadaan umum baik, skala nyeri 3, nyeri teratasi sebagian maka
intervensi di lanjutkan. Evaluasi untuk diagnosa yang kedua yaitu
resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan, sekunder
akibat interupsi bedah pada permukaan mata. Didapatkan respon
evaluasi pasien mengatakan kondisinya lebih terasa nyaman, tidak ada
tanda infeksi, kondisi luka baik, masalah teratasi, maka intervensi
dipertahankan.

Evaluasi diagnosa ketiga yaitu defisit pengetahuan berhubungan


dengan terbatasnya informasi. Didapatkan data evaluasi pasien dan
keluarga mengatakan memahami dengan apa yang telah dijelaskan,
Pasien dan keluarga nampak kooperatif serta antusias, masalah teratasi,
sehingga intervensi dihentikan.
BAB IV

KESIMPULAN

A. Simpulan

Diperoleh pengalaman nyata dalam penerapan Asuhan Keperawatan yang


komperhensif pada pasien pre dan post operasi katarak, dengan penyusunan karya
tulis ini dapat :

1. Pada pengkajian kasus gangguan system sensori visual : pre dan post
operasi katarak ditemukan data sebagai berikut :

a. Pasien mengungkapkan bahwa kondisi matanya tidak dapat digunakan


untuk melihat dengan jelas terutama pada mata sebelah kanan yang terlihat hanya samar-
samar, warna kemerah-merahan dan tidak jelas.
b. Keluarga mengungkapkan bahwa tidak ada dari anggota keluarga yang
mengalami penyakit seperti yang diderita oleh pasien saat ini.

hasil wawancara dengan keluarga mengungkapkan bahwa keluarga tidak


ada riwayat hipertensi maupun diabetes mellitus begitupula dengan
pasien. Hasil cek laboratorium kadar gula darah klien dalam batas
normal. Pasien menyangkal terjadi riwayat kecelakaan atau cidera
lainnya.

c. Dalam pengkajian pola fungsional Gordon ditemukan 3 gangguan


diantaranya pada pengkajia pola aktivitas dan latihan,sebelum sakit pasien
ampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, setelah sakit pasien
beraktivitas sehari-hari dengan bantuan keluarga atau orang lain. Pada
pengkajian pola kognitif dan sensori pasien tidak mengetahui secara jelas
tentang penyakit yang diderita dan tindakan yang diperlukan. Selain itu
ditemukan gangguan pada pola koping dan stress, pasien mengatakan
cemas dengan keadaan yang dialaminya terhadap sesuatu yang akan terjadi
selanjutnya mengenai tindakan operasi.
2. Didapatkan diagnosa pre dan post operasi katarak sebagai berikut :
Diagnosa pre operasi
a. Gangguan persepsi sensori (penglihatan): berhubungan dengan
perubahan penerimaan sensori.
b. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kejadian
operasi.
Diagnosa post operasi

a. Nyeri berhubungan dengan luka postoperasi.


b. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
sekunder, akibat interupsi bedah pada permukaan mata.
c. Defisit pengetahuan perawatan dirumah berhubungan dengan
kurangnya informasi
3. Tindakan keperawatan pada pasien pre dan post operasi katarak adalah
sebagai berikut :
Tindakan keperawatan pre operasi

a. Diagnosa : Gangguan persepsi (sensori) : penglihatan berhubungan


dengan perubahan penerimaan sensori.
Tindakan keperawatan yang telah penulis lakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditetapkan yaitu pengkajian ketajaman
penglihatan untuk mengetahui kemampuan visual klien. Menganjurkan
penggunaan alternatif rangsang untuk meningkatkan stimulus terhadap
lingkungan.Mencegah sinar yang menyilaukan untuk mencegah
distress.Menganjurkan keluarga ada yang menemani klien untuk
membantu pemenuhan kebutuhan klien dan mengurangi resiko terjadinya
cidera.
b. Diagnosa : Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
kejadian operasi.
Tindakan keperawatan yang telah penulis lakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditetapkan yaitu pengkajian tingkat
kecemasan, untuk mengetahui kecemasan klien. Mendorong klien
mengungkapkan perasaannya, hal ini dapat mengurangi rasa cemas pada
klien.Menjelaskan gambaran yang terjadi pada saat pembedahan,
peningkatan pemahaman tentang kejadian yang mungkin terjadi dapat
menurunkan kecemasan.Memberikan kesempatan klien untuk bertanya,
dapat memerjelas pemahaman dan menurunkan kecemasan.

Tindakan keperawatan postoperasi :

a. Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan luka postoperasi.


Tindakan keperawatan yang telah penulis lakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditetapkan yaitu pengkajian nyeri klien,
untuk mengetahui derajat nyeri klien. Mengajarkan teknik relaksasi,
dapat menurunkan intensitas nyeri.Memberikan posisi yang nyaman,
posisi yang tepat mempengaruhi perasaan nyeri.Melakukan kolaborasi
pemberian antalgesik, untuk mengurangi nyeri dengan menaikkan
ambang nyeri. Memonitor kenyamanan manajemen nyeri, untuk dapat
memantau perkembanagan dan memberikan rasa aman.

b. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan


sekunder, akibat interupsi bedah pada permukaan mata.

Tindakan keperawatan yang telah penulis lakukan sesuai dengan


rencana keperawatan yang telah ditetapkan yaitu, menganjurkan istirahat
yang cukup meminimalisir terjadi infeksi.Memeberikan asupan nutrisi
cukup, untuk meningkatkan imunitas tubuh. Mengajarkan teknik aseptik,
untuk mencagah terhindar dari infeksi, memonitor tanda-tanda infeksi,
berguna memantau perkembangan klien. Kolaborasi pemberian
antibiotic, meningkatkan imun tubuh klien.
c. Diagnosa :Defisit pengetahuan perawatan dirumah berhubungan dengan
terbatasnya informasi.
Tindakan keperawatan yang telah penulis lakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditetapkan yaitu pengkajian tingkat
pengetahuan keluarga, untuk mengetahui pemahaman keluarga tentang
penyakit yang diderita klien.Menjelaskan tindakan yang diperbolehkan
dan yang perlu dihindari, meningkatkan pemahaman
keluarga.Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya.

4. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien pre dan post operasi
katarak
Evaluasi tindakan preoperasi :

a. Diagnosa gangguan persepsi (sensori): penglihatan berhubungan dengan


perubahan penerimaan sensori. Telah dilakukan evaluasi dengan respon
klien mengatakan kebutuhan terpenuhi dengan bantuan keluarga, keadaan
umum klien baik. Maka diambil kesimpulan masalah teratasi, sehingga
intervensi dihentikan.

b. Diagnosa kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


kejadian operasi. Telah dilakukan evaluasi dengan respon pasien
mengungkapkan siap untuk menjalani operasi, klien tampak tenang. Maka
dapat disimpulkan masalah teratasi, sehingga intervensi dihentikan.

Evaluasi tindakan postoperasi :

a. Diagnosa nyeri berhubungan dengan luka postoperasi. Telah dilakukan


evaluasi dengan respon pasien mengatakan nyeri terasa berkurang,
keadaan umum klien baik, skala nyeri tiga. Maka dapat disimpulkan
masalah teratasi sebagian, sehingga intervensi dilanjutkan: anjurkan
istirahat cukup dan anjurkan melakukan teknik relaksasi.
b. Diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
sekunder, akibat interupsi bedah pada permukaan mata. Telah dilakukan evaluasi dengan
respon pasien mengungkapkan dalam kondisi nyaman dan tidak ada tanda infeksi, kondisi
luka baik. Maka dapat disimpulkan masalah teratasi, sehingga intervensi dihentikan.
c. Diagnosa Defisit pengetahuan perawatan perawatan dirumah
berhubungan dengan terbatasnya informasi. Telah dilakukan evaluasi
dengan respon keluarga klien paham mengenai perawatan dirumah,
keluarga kooperatif dan antusias. Maka dapat disimpulkan masalah
teratasi, sehingga intervensi dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba
Medika ; Jakarta
Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta
Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.EGC :
Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Das könnte Ihnen auch gefallen