Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DIBUAT OLEH :
Nama : Irma Wulandriani Sigalingging
No. Mahasiswa : 17/ 421905/ PEK/23482
1
Daftar Isi
6. APPENDIK :
2
BAB I
LATAR BELAKANG
Dalam setiap organisasi atau lembaga diperlukan seorang pemimpin yang berfungsi
sebagai komunikator. Seorang pemimpin harus memiliki kompetensi dasar, yakni
mengdiagnosis, mengadaptasi, dan mengkomunikasikan. Kompetensi mendiagnosis
merupakan kemampuan kognitif yang dapat memahami situasi saat sekarang dan apa
yang di harapkan pada masa yang akan datang. Kompetensi mengadaptasi adalah
kemampuan seseorang pemimpin menyesuaikan prilakunya dengan lingkungannya.
Sedangkan kompetensi mengkomunikasikan terkait dengan kemampuan seseorang dalam
menyampaikan pesan-pesannya agar dapat dipahami orang lain dengan baik dan jelas.
Menurut Max De Pree dalam bukunya yang berjudul In Leading without Power :
Finding Hope in Serving Community, ia berpendapat bahwa “Leaders are constantly
communicating”. Hal ini memberi gambaran bahwa rata-rata seorang manajer atau
pemimpin akan menghabiskan waktu 70% hingga 90% untuk berkomunikasi setiap
harinya. Artinya, hampir keseluruhan aktifitas seorang pemimpin akan melalui aktifitas
komunikasi.
Pengertian Ethos Pathos Logos dari buku Leadership Communication, Barret J Deborah,
4th edition, pg.10, secara sederhana Logos didefinisikan sebagai appeal to logic, Pathos
sebagai appeal to emotions, dan Ethos sebagai appeal to ethics.
Dalam proses komunikasi pun diharapkan adanya feedback dari pihak audience yang
dituju, namun tidak lepas dari unsur hambatan dalam proses komunikasi. Menurut Dr.
3
Erliana Hasan, Msi dalam bukunya Komunikasi Pemerintahan, ada beberapa faktor yang
dapat memengaruhi tercapainya komunikasi yang efektif yakni : perbedaan latar
belakang, faktor bahasa, sikap pada waktu berkomunikasi, dan lingkungan.
Ethos, Pathos, Logos selayaknya selalu dipegang teguh oleh seorang pemimpin sehingga
menghasilkan persuasive communication dan menyadari akan hambatan selama proses
komunikasi dengan mencari solusi sehinga sangat kecil hambatan tersebut dapat
menyebabkan kegagalan pemimpin tersebut dalam berkomunikasi. Hasil yang diharapkan
tercapainya keefektifan komunikasi baik internal dan komunikasi kepada pihak luar
organisasi/perusahaan.
Keefektifan suatu proses komunikasi ini sangat bermanfaat bagi siapapun, baik seorang
manajer, pemimpin perusahaan, pegawai pemerintah, kepala bidang, dll hal ini juga
sangat penting ketika seorang pemimpin tersebut sedang memimpin rapat, berpidato,
atau pun ketika mengawasi kerja dilapangan. Dengan proses komunikasi yang efektif
diharapkan pesan berupa kebijakan, peraturan, keputusan, maupun instruksi bisa sampai
dengan baik dan dikerjakan dengan tepat dari komunikan terhadap audiens nya.
Berdasarkan permasalahan yang sudah dijelaskan di atas maka penulis tertarik dalam
meneliti “Pengaruh kualitas Ethos, Pathos, Logos Serta Hambatan Dalam Proses
Komunikasi Terhadap Keefektifan Komunikasi pada seorang karyawan yang bekerja
dalam suatu instansi pemerintah SKK Migas, Divisi Pengelolaan Rantai Suplai”.
SKK Migas atau Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi adalah institusi yang dibentuk oleh pemerintah Republik Indonesia melalui
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
SKK Migas bertugas melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas
bumi berdasarkan Kontrak Kerja Sama. Pembentukan lembaga ini dimaksudkan supaya
pengambilan sumber daya alam minyak dan gas bumi milik negara dapat memberikan
4
manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.
Kantor pusat SKK Migas beralamat di Gedung Wisma Mulia Lantai 35 Jl. Gatot Subroto
No.42, Jakarta 12710 PO BOX 4775. SKK Migas memiliki beberapa kantor perwakilan
yang berada di SKK Migas wilayah Sumatera Bagian Utara, SKK Migas wilayah
Sumatera Bagian Selatan, SKK Migas wilayah Kalimantan dan Sulawesi, SKK Mjgas
wilayah Jawa, Bali, Madura, Nusa Tenggara, dan SKK Migas wilayah Papua dan
Maluku.
Menjadi mitra yang proaktif dan terpercaya dalam mengoptimalkan manfaat industri hulu
minyak dan gas bumi bagi bangsa dan seluruh pemangku kepentingan serta menjadi salah
satu lokomotif penggerak aktivitas ekonomi Indonesia.
5
1.2.c Struktur Bisnis SKK Migas
Dalam bekerja, Divisi Pengelolaan Rantai Suplai (PRS) mengacu pada proses
bisnis, tupoksi dan PTK 007 serta peraturan perundangan lainnya. Sesuai hal
tersebut, fungsi divisi ini sebenarnya tidak terbatas pada pengadaan barang
dan jasa saja.
6
Bab II
Tujuan Penelitian
Pada penulisan karya ilmiah ini, penulis membuat batasan penelitian hanya pada ingin
melihat apakah terdapat masalah di dalam Ethos Pathos Logos serta hambatan proses
komunikasi Mr. KM dalam menjalankan perannya sebagai seorang pengawas di industri
hulu Migas Indonesia telah mencapai keefektifan proses komunikasi baik secara internal
maupun eksternal. Mr.KM adalah initial nama objek penelitian. Mr.KM adalah seorang
senior staff Logistik Divisi Rantai Suplai SKK Migas.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
8
3.5 Struktur organisasi Divisi Pengelolaan Rantai Suplai
M
KM (Objek Penelitian)
9
3.8. Kerangka Pemikiran
Rhetorical Aristoteles
Indikator : Ethos, Pathos, Logos
(sumber : Leadership Communication,
4th ed, Barret J.Deborah, pg 10-
11,McGraw-Hill International Ed)
Keefektifan
Komunikasi
Hambatan Proses Komunikasi:
Indikator : perbedaan latar belakang,
faktor bahasa, sikap pada waktu
berkomunikasi, dan lingkungan.
(sumber : Herdiana Maulana,
Psikologi Komunikasi dan Persuasi,
(Jakarta: Akademia, 2013), hlm. 64-65.
10
BAB IV
TEMUAN MASALAH PENELITIAN
Hasil wawancara langsung dengan dua (2) informan tersebut didapat hasil :
1. Informan 1 memberikan informasi atas pengalamannya berkoordinasi selama ini dengan
Mr.KM selama kurun waktu lebih dari 6 tahun yakni :
Logos
Logos adalah Menurut informan 1 , Mr. KM memiliki penguasaan pengetahuan yang luas,
memiliki pengetahuan akan perbendaharaan kata dan dalam mengkomunikasi pesan seperti
tugas ke staff nya ataupun saat menyampaikan pendapat akan permasalahan migas, kebijakan
di industri hulu migas baik ke pihak internal SKK Migas dan eksternal SKK Migas selalu
disertai dasar fakta, hukum yang berlaku, contoh serta mampu memberikan gambaran yang
luas dan terperinci secara rasional. Dengan penguasaan ilmu dan logika yang kuat, Mr. KM
dapat mengarahkan pemikiran para stakeholders SKK Migas karena menilai apa yang
dikatakan oleh Mr. KM sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh rasional dan benar.
Ethos
Pathos
Informan 1 berpendapat bahwa Mr.KM memiliki hubungan emosional antara dirinya dengan
audiens. Mr. KM adalah tipe task oriented namun hal ini tidak menjadi masalah bagi
Informan 1 selaku atasan Mr. KM. Mr. KM dapat menciptakan penekanan secara emosional
11
sehingga apa yang disampaikannya penuh dengan gairah dan semangat sehingga pendengar
bisa merasa terpacu untuk bertindak. Dalam berkomunikasi, Mr. KM dinilai dapat dapat
menyampaikan pesan ke audiens ataupun tugas ke staffnya melalui intonasi dan metafora
yang bisa membangkitkan perasaan serta bahasa tubuh.
1.b.ii. Gaya bahasa Mr. KM yang straight to the point dan berintonasi sedikit tinggi
menimbulkan gangguan dalam penyerapan pesan atau informasi dari Mr. KM
ke staff ataupun pihak stakeholders lainnya. Bahasa mencakup secara verbal
maupun nonverbal (bahasa tubuh).
12
pengawasan proses bisnis hulu migas, hingga jumlah load fungsi pengawasan
tentu akan mempengaruhi seseorang dalam proses komunikasinya.
Logos
Logos adalah Menurut informan 2 , Mr. KM memiliki penguasaan pengetahuan yang luas,
memiliki pengetahuan akan perbendaharaan kata dan dalam mengkomunikasi pesan seperti
tugas ke staff nya ataupun saat menyampaikan pendapat akan permasalahan migas, kebijakan
di industri hulu migas baik ke pihak internal SKK Migas dan eksternal SKK Migas selalu
disertai dasar fakta dan dasar pemikiran teori hukum yang berlaku.
Ethos
Pathos
Informan 2 berpendapat bahwa Mr.KM memiliki hubungan emosional antara dirinya dengan
para staff Mr.KM, rekan sejawat dabik di dalam internal Divisi Pengelolaan Rantai Suplai
dan luar divisi, komunikasi vertical, serta komunikasi ke pihak luar SKK Migas. Bagi
Informan 2 selaku staff langsung Mr. KM, beliau dapat menciptakan penekanan secara
emosional sehingga apa yang disampaikannya dengan semangat dan dapat menciptakan
motivasi audiens dalam melaksanakan apa yang disampaikan Mr.KM melalui verbal dan
bahasa tubuh Mr. KM saat berkomunikasi.
13
2.b Hambatan Proses Komunikasi
2.b.i Latar Belakang
Menurut Informan 2 berdasarkan pengalamannya berkoordinasi selama 8 tahun
dengan Mr. KM yang berasal dari suku Batak, dengan gaya bahasa yang lugas
terkadang menyebabkan kesalahan persepsi yang terkesan “bossy” dan
memaksakan tugas sesuai timeline yang telah ditetapkan Mr. KM.
2.b.ii. Gaya bahasa Mr. KM yang lugas dan dan berintonasi sedikit tinggi
menimbulkan gangguan dalam penyerapan pesan atau informasi.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SOLUSI
Mr. KM dinilai masih belum memenuhi salah satu aspek dalam komunikasi efektif sehingga
menghasilkan kegagalan dalam proses penyampaian informasi ke audiens. Terlihat sepele
namun ketika dilakukan secara empirik di lapangan tidak jarang
menimbulkan masalah bahkan sering memunculkan konflik antara
individu, kelompok maupun kelembagaan.
5.2 Saran
Setelah kita melihat kesimpulan dari hasil penelitian di atas maka penulis berusaha untuk
menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi hambatan proses Mr.KM :
1. Memahami lawan bicara
2. Penyesuaian gaya penyampaian bahasa dalam berkomunikasi didasarkan perbedaan
komunikasi antar budaya yang dapat menciptakan perbedaan persepsi dari audiens.
3. Menjaga emotional sehingga tampak professional dalam kondisi apapapun, tidak
dicampur-adukkan antara emotional saat itu terhadap pekerjaan. Untuk Staff Mr. untuk
lebih memahami akan pola dari emotional Mr.KM. Apabila sedang dalam kondisi kerja
load tinggi, menurunnya kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi emotional
Mr.KM sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam proses komunikasi.
4. Antar pihak yang berinteraksi untuk selalu memelihara iklim komunikasi transparent.
5. Mengurangi komunikasi yang defensive
6. Memanfaatkan feedback verbal dan non verbal ditunjukan melalui sikap yang positif,
7. Tetap menerapkan komunikasi yang persuasive,
8. Mempersiapkan diri untuk dalam menghadapi hambatan komunikasi.
15
APPENDIKS 1
16
APPENDIKS 2
DAFTAR PUSTAKA
17