Sie sind auf Seite 1von 14

kimia organik 1_alkohol i

MAKALAH KIMIA ORGANIK 1


ALKOHOL

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
Darma Gusti Lestari (A1F017058)
Ronawati Silaban (A1F017018)
Ekki Nofrian (A1F017038)
Diska Verasanti (A1F017039)
Dosen Pengampu : Dewi Handayani, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
kimia organik 1_alkohol ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i


DAFTAR ISI.. ................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR.. .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN… .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.. .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.. ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN…. ........................................................................................... 2
2.1 Pengertian Alkohol.. ........................................................................................... 2
2.2 Ikatan Dalam Alkohol ........................................................................................ 3
2.3 Sifat Fisik Alkohol ............................................................................................. 3
2.4 Tatanama Alkohol .............................................................................................. 4
2.5 Pembuatan Alkohol ............................................................................................ 6
2.6 Ester Alkohol ...................................................................................................... 8
BAB III Penutup.. ........................................................................................................... 10
3.1 Simpulan.. ........................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.. ................................................................................................... 11
kimia organik 1_alkohol iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Kimia Organik 1 tentang alkohol ini.
Diharapkan makalah ini dapat membantu untuk memahami tentang alkohol.
Semoga makalah sederhana ini dapat memberi manfaat bagi semua kaum berpendidikan
maupun kalangan masyarakat pada umumnya. Dalam Penulisan makalah ini, penulis merasa
masih terdapat kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik serta
saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah
ini.

Bengkulu, November 2018

Penulis
kimia organik 1_alkohol 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alkohol adalah deriva dan hidroksi yang mempunyai ikatan langsung maupun rantai
cabang dari alifatik hirokarbon. Bentuk rantai alkohol yang sering di temukan adalah yang
mengandung tiga gugus hidroksil dengan satu gugus hidroksil dalam satu rantai karbon.
Sedangkan jenis alkohol lainya adalah alkhol yang mengandung lebih dari satu gugus hidroksi
dalam satu rantai karbon. Jenis alkohol yang kedua inilah yang bersifat toksik yaitu etanol (
etilalkohol ), metanol ( metilalkohol ), dan isopropanol ( isopropilalkohol ).
Alkohol begitu erat hubungan nya dalam kehidupan manusia sehari-hari seperti
etanol, yaitu senyawa senyawa yang memabukkan yang terdapat dalam anggur dan bir. 2-
propanol (isopropil alkohol atau alkohol gosok) digunakan sebagai zat pembunuh kuman
(bakteriosida) dan pada metanol (metil alkohol atau alkohol kayu, (komponen utama dalam
spritus), digunakan sebagai bahan baku pelarut.
Alkohol memiliki rumus umum R-OH dan dicirikan oleh hadirnya gugus hidroksil
(hydroxyl group,-OH. Strukturnya mirip air, tetapi dengan satu hidrogen digantikan dengan
gugus alkil. Dalam bab inikita akan membahas struktur dan sifat fisis serta reaksi kimia utama
alkohol dan senyawa yang strukturnya berhubungan, yakni fenol dan tiol.
H─ö –H R─ö─H Ar─ö─H
air alkohol fenol
1.2 RumusanMasalah
Agar masalah yang dibahas terarah maka masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu alkohol?
2. Bagaimana ikatan dalam alkohol?
3. Bagaimana sifat fisik lkohol?
4. Bagaimana tatanama alkohol?
5. Bagaimana pembuatan alkohol dan apa saja ester alkohol?
1.4 TujuanPenulisan
1. Untuk mengetahui apa itu alkohol, jenis–jenis alkohol, sifat alkohol,dan pengaruh
alkohol bagi tubuh manusia.
2. Menjadi bahan masukan bagi penulis untuk bekal di lingkungan akademik
khususnya dan di masyarakat nantinya dan menjadi bahan masukan bagi pembaca
dalam hal ini hasil penulisan dapat menjadi sumber informasi dan referensi.
kimia organik 1_alkohol 2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alkohol
Alkohol yang senyawa yang mempunyai rumus umum: ROH dimana R adalah gugus alkil
atau alkil terdistribusi. Gugus ini dapat merupakan rantai terbuka, rantai tertutup (siklus) dan
dapat mempunyai ikatan rangkap atau mengikat gugus aromatik (Respati, 1986).

Semua alkohol mengandung gugus OH, yang merupakan gugus fungsional (menetukan
sifat karakteristik dari golongan ini). Perbedaan gugus R mempengaruhi sifat-sifat senyawa
tersebut kecepatan reaksinya dan kadang-kadang juga jenis reaksinya. Senyawa dimana gugus
OH langsung terikat oleh gugus aromatik bukan alkohol, melainkan fenol (Respati, 1986).
Disamping isomer struktur maka antara alkohol dan eter adalah merupakan isomer
fungsional yaitu mempunyai rumus molekul sama tetapi gugus fungsionalnya berbeda. Untuk
alkohol ada juga yang sifat optis aktif yaitu dapat memutar bidang polarisasi cahay yaitu
alkohol yang mempunyai atom karbon asimetris (C khiral) yaitu keempat gugus yang terikat
berbeda satu sama lain. Hal ini akan menyebabkan adanya ismoer optik dengan jumlah isomer
adalah 2n2 dengan n adalah atom C yang asimetris (C*).

(a) (b)
Gambar. (a) isomer fungsional eter dan alkohol, (b) isomer struktur alkohol
(Sitorus, 2010).
kimia organik 1_alkohol 3

2.2 Ikatan dalam alkohol


Dalam alkohol, oksigen berada dalam keadaan hibrida –sp3. Dua orbital sp3 (dari) atom
oksigen terikat pada atom yang lain, dan dua orbital sp3 lainnya terisi masing-masing dengan
sepasang elektron.

Alkohol terdiri dari molekul polar. Dalam hal ini oksigen mengemban muatan negatif
parsial. Momen dipol senyawa berikut menunjukan berkurangnya polaritas dalam deret ROH

µ: 1,7 D (Fessenden, 1986)


suatu hidrokarbon dengan bobot molekul yang hampir sama, menggambarkan
kecendurungan molekul alkohol untuk bergabung satu sama lain melalui ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen terjadi karena tindak saling tarik-menarik antara atom hidrogen dari satu
gugus hidroksil dengan atom oksigen dari gugus hidroksil lain. Ikatan hidrogen sangat lemah
bila dibandingkan dengan ikatan kovalen antara atom di dalam molekul. Tetapi ikatan
hidrogen lebih kuat daripada sebagian besar gaya tarik antar molekul lainnya. Ikatan hidrogen
berpengaruh penting pada sifat seperti titik didih, kelarutan, dan banyak ciri bangunan
sekunder sekonder dari molekul (Pine, 1988).

2.3 Sifat fisik alkohol


Sifat fisika alkohol berbobot molekul rendah nyata-nyata berbeda dari sifat fisika
hidrokarbonnya yang bersusaian. Alkohol merupakan zat yang nisbi bertitik didih tinggi, dan
alkohol yang mempunyai kurang dari lima atom karbon mudah sekali larut dalam air. Karena
gugus fungsi alkohol polar, tidaklah mengherankan kalau didapati bahwa etanol dan metanol
kimia organik 1_alkohol 4

sama sekali larut dalam air. Ungkapan ‘sejenis melarutkan sejenisnya’ umumnya diterapakan
untuk ciri kelarutan senyawa.
Titik didih etanol yang tinggi bila dibandingkan dengan propana, suatu hidrokarbon
dengan bobot molekul yang hampir sama, menggambarkan kecendurungan molekul alkohol
untuk bergabung satu sama lain melalui ikatan hidrogen (Pine, 1988).
Tabel sifat-sifat fisis beberapa alkohol
Rapatan
Nama T.D, o Kelarutan
Nama trivial Rumus g/ml pada
IUPAC C dalam H2O
20 oC
Metanol Metil alkohol CH3OH 64,5 0,79 ∞
Etanol Etil alkohol CH3CH2OH 78,3 0,79 ∞
1-propanol Propil alkohol CH3CH2 CH2OH 97,2 0,80 ∞
2-propanol Isopropil alkohol (CH3)2CHOH 82,3 0,79 ∞
1-butanol Butil alkohol CH3(CH2)3OH 117 0,81 8,3 g/100Ml

2.4 Tata nama alkohol


A. Nama UIPAC alkohol
Nama UIPAC alkohol diambil dari nama alkana induknya, tetapi dengan akhiran
–ol. Suatu angka awalan, yang dipilih serendah mungkin, digunakan jika diperlukan
(Fessenden, 1986).

senyawa yang mengandung dua, tiga atau lebih gugus hidroksil digolongkan sebagai
poliol dan dinamai sebagai –diol, -triol, dan seterusnya. Glikol adalah nama umum
untuk 1,2-diol. Etilena glikol merupakan hasil industri penting yang digunakan
sebagai zat anti beku (Pine, 1988).
kimia organik 1_alkohol 5

Nama IUPAC untuk etilena glikol, yaitu 1,2-etanadiol, tetap mempertahankan huruf a
pada nama induknya karena akhiran –diol tidak dimulai dengan huruf hidup. Kita juga
dapat menemukan beberapa contoh tatanama yang diberi tambahan huruf atau
dikurangi hurufnya untuk mempermudah ucapan.
Apabila suatu senyawa mengandung lebih dari satu gugus fungsi haruslah
diambil pilihan mengenai gugus mana yang akan digunakan dalam nama induknya.
Tatanama IUPAC menetapkan urutan gugus fungsi yang harus didahulukan. Alkohol
misalnya, lebih didahulukan daripada alkena (Pine, 1988).
Sering dalam gugus hidroksil dijumpai dalam molekul yang mengandung gugus
fungsional lain. Dalam sistem IUPAC, penomoran dan akhiran dalam nama senyawa
multifungsional ditentukan oleh prioritas tatanama Dalam suatu senyawa yang
mengandung suatu gugus OH dan juga suatau ikatan rangkap atau suatu gugus yang
lazimnya diberi nama sebagai awalan, maka gugus hidroksil itu mempunyai prioritas
tatanama yang lebih tinggi. Dalam hal-hal ini, OH memperoleh nomor awalan
terendah dan diberi akhiran –ol.

(Fessenden, 1986).
Rantai bersinambung terpanjang yang padanya dirangkan gugus hidroksil memberikan
nama dasar bagi nama induknya. Penomoran dimulai pada satu ujung rantai induk
karbonnya sedemikian sehingga gugus hidroksil diberikan angka terendah yang
mungkin (Pine, 1988).
kimia organik 1_alkohol 6

B. Nama Trivial Alkohol


CH3OH sering disebut metil alkohol. Macam nama ini adalah cara populer
untuk menamai alkohol yang bergugus alkil biasa. Suatu diol (terutama suatu 1,2-diol)
sering dirujuk sebagai glikol. Nama trivial untuk suatu 1,2-diol ialah nama lakena
padanannya, diikuti dengan kata glikol (Fessenden, 1986).
C. Pengelompokan Alkohol
Alkohol, seperti alkil halida, dapat dikelompokan sebagai alkohol metil,
primer, sekunder atau tersier, maupun alikil atau benzilik (Fessenden, 1986).

Sub penggolongan alkohol yang umum didasarkan pada jumlah atom karbon yang
terangkai pada karbon pembawa hidroksil. Jadi, 1-propanol merupakan alkohol primer
(pri) karena atom karbonnya yang terangkaikan pada gugus hidroksil terikat pada
hanya satu atom karbon, sedangkan 2-propanol merupakan alkohol sekunder (sek) dan
2-metil-2-propanol adalah alkohol tersier (tert) (Pine, 1988).

2.5 Pembuatan Alkohol


A. Reaksi Subtitusi Nukleofilik (reaksi anatar alkil halida dengan ion hidroksida)

(Fessenden, 1986).
kimia organik 1_alkohol 7

B. Reaksi Grignard

Reaksi Grignard memberikan suatu cara yang sangat baik untuk membuat alkohol
yang berkerangka karbon rumit. Suatu reaksi Grignard:
1. Dengan formaldehida menghasilkan suatu alkohol primer
2. Dengan aldehida lain menghasilkan suatu alkohol sekunder
3. Dengan keton menghasilkan suatu alkohol tersier (Fessenden, 1986).

C. Reduksi Senyawa Karbonil

Misalnya, reduksi suatu keton dengan hidrogensasi katalitik atau dengan suatu hibrida
logam menghasilkan suatu alkohol sekunder (Fessenden, 1986).
kimia organik 1_alkohol 8

D. Hidrasi Alkena

Bila suatu alkena diolah dengan air dan suatu asam kuat, yang berperan sebagai
katalis, unsur-unsur air (H+ dan OH-) mengadisi (ditambahakan ke dalam) ikatan
rangkap dalam suatu reaksi hidrasi. Produknya adalah alkohol (Fessenden, 1986).

E. Etanol dari Peragian


Etanol yang digunakan dalam minuman diperoleh dari peragian karbohidrat yang
berkataliskan enzim (permentasi gula dan pati). Suatu tipe enzime mengubah
karbohidrat ke glukosa, kemudian ke etanol, tipe yang lain menghasilkan cuka (asam
asetat), dengan etanol sebagai zat-antara.
𝐸𝑁𝑍𝐼𝑀
𝐶6𝐻12𝑂6 → 𝐶𝐻3𝐶𝐻2𝑂𝐻
Sumber karbohidrat untuk peragian bergantung pada keseterdiaannya dan pada tujuan
penggunaan alkohol. Di amerika serikat, karbohidrat diperoleh terutama dari jagung
dan residu molase dari pabrik gula. Namun ketang, beras, ubikayu, atau buah-buahan
dapat juga digunakan (Fessenden, 1986).

2.6 Ester Dari Alkohol


A. Ester Karboksilat
Alkohol dengan asam karboksilat dan turunan asam karboksilat membentuk ester
asam karboksilat. Reaksi ini di sebut reaksi esterifiksi.
kimia organik 1_alkohol 9

B. Nitrat
Ester anorganik dari alkohol ialah senyawa yang dihasilkan oleh reaksi antara alkohol
dan asam nitrat (seperti HNO3 dan H2SO4) atau halida asam (dari) asam mineral
(seperti SOCl2)

C. Sulfat
Reaksi antara asam sulfat pekat dengan alkohol dapat menghasilkan ester sulfat
monoalkil atau dialkil. Monoester diberi nama alkil hidrogen sulfat, asam alkil sulfat
atau alkil bisulfat, ketiganya sinonim. Nama diester dibentuk dari nama gugus alkil
yang ditambahi kata sulfat. Alkil hidrogen sulfat bersifat asam, sedangkan dialkil
sulfat tidak.

D. Sulfonat
Suatu sulfonat ialah suatu ester anorganik dengan rumus umum RSO2OR

Asam benzenasulfonat Metil benzenasulfonat


Suatu asam sulfonat Suatu sulfonat
(suatu asam kuat)
(Fessenden, 1986).
kimia organik 1_alkohol 10

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Alkohol yang senyawa yang mempunyai rumus umum: ROH dimana R adalah gugus
alkil atau alkil terdistribusi. Gugus ini dapat merupakan rantai terbuka, rantai tertutup
(siklus) dan dapat mempunyai ikatan rangkap atau mengikat gugus aromatik.
2. suatu hidrokarbon dengan bobot molekul yang hampir sama, menggambarkan
kecendurungan molekul alkohol untuk bergabung satu sama lain melalui ikatan
hidrogen. Ikatan hidrogen terjadi karena tindak saling tarik-menarik antara atom
hidrogen dari satu gugus hidroksil dengan atom oksigen dari gugus hidroksil lain.
3. Sifat fisika alkohol berbobot molekul rendah nyata-nyata berbeda dari sifat fisika
hidrokarbonnya yang bersusaian. Alkohol merupakan zat yang nisbi bertitik didih
tinggi, dan alkohol yang mempunyai kurang dari lima atom karbon mudah sekali larut
dalam air.
4. Nama UIPAC alkohol diambil dari nama alkana induknya, tetapi dengan akhiran –ol.
Macam nama ini adalah cara populer untuk menamai alkohol yang bergugus alkil
biasa. Suatu diol (terutama suatu 1,2-diol) sering dirujuk sebagai glikol.
5. Alkohol, seperti alkil halida, dapat dikelompokan sebagai alkohol metil, primer,
sekunder atau tersier, maupun alikil atau benzilik.
6. Reaksi pembuatan alkohol ada beberapa cara yaitu ; Reaksi Subtitusi Nukleofilik,
Reaksi Grignard, Reduksi Senyawa Karbonil, Hidrasi Alkena, dan Etanol dari
Peragian. Ester alkohol antara lain, ester karboksilat, ester nitrat, ester sulfat dan ester
sulfonat.

3.2 Saran
Kami menyadari kekurangan dari makalah ini. Sehingga kami manyarankan kepada
pembaca agar bisa memberikan kritik dan sarannya, agar makalah ini bisa jadi lebih baik.
kimia organik 1_alkohol 11

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga. Jilid 1.
Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta
Respati. 1986. Pengantar Kimia Organik Jilid 1. Jakarta : Aksara Baru
Sitorus, marham. 2010. Kimia Organik Umum. Yogyakarta : Graha Ilmu
Pine, Stanley H. 1988. Kimia Organik 1. Bandung : ITB Press

Das könnte Ihnen auch gefallen