Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
LANGKAH KERJA
- Persiapan
- Turap
a. Untuk urugan yang besar dan dalam serta berbatasan dengan bangunan lain
perlu disiapkan turap untuk dapat menahan tanah disekelilingnya dan mencegah
terjadinya kelongsoran seperti Sheet Pile, Continous Pile, H pile dan lain-lain.
b. Langkah-langkah penjangkaran, secara bertahap mengikuti tahapan urugan
seperti Ground Anchor, Soil Nailing dan seterusnya.
c. Turap dengan tiang tegak dan papan turap untuk urugan tidak beresiko tinggi.
d. Pembuatan Caping Beam untuk turap-turap tersebut diatas.
- Gangguan Air
a. Mengontrol dan mengendalikan muka air tanah dengan pompa-pompa
Submersible atau Dewatering System.
b. Lokasi/ area untuk galian harus selalu kering.
c. Melindungi lereng-lereng dan tepi atas penggalian terhadap aliran air.
- Perbaikan Pekerjaan
a. Jika terjadi pergerakan tanah atau kelongsoran segera hentikan pekerjaan.
b. Melakukan pencegahan kelongsoran selanjutnya dengan perbaikan turap
yang ada ataupun penambahan turap yang baru.
c. Jika karena gangguan air, maka air harus segera dikeringkan/ disalurkan.
d. Memeriksa keadaan Bench Mark, bangunan sekitar, jalan yang ada, agar
tidak terganggu.
e. Jangan membebani tepi galian dengan penumpukan tanah galian maupun
material lainnya.
PEMERIKSAAN / PENGETESAN
- Persiapan
- Batas Urugan
- Kemiringan tanah urugan
- Pemadatan
- Jenis tanah urugan
- Elevasi
- Proteksi (Jenis Sistem)
- Dewatering
REKAMAN
Lingkup Pekerjaan
Bahan-bahan
2. Urugan yang dipakai di bawah lapisan pasir padat tersebut adalah dari jenis
tanah silty
clay yang bersih tanpa potongan-potongan bahan-bahan yang bisa lapuk serta
bahan
batuan yang telah dipecah-pecah dimana ukuran dari batu pecah tersebut tidak
boleh
lebih besar dari 15 cm.
3. Diharuskan semua bahan urugan hanya terdiri dari mutu yang terbaik yang
dapat
dipergunakan.
Syarat-syarat Pelaksanaan
2. Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat
pemadat /
compactor vibrator type yang disetujui oleh “Pengawas”.
Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik untuk
bukti
Penelitian harus mengikuti prosedur yang umum dipakai yaitu ASTM D 1557.
7. Jika material galian tidak cukup, material tambahan harus didatangkan dari
tempat lain,
tanpa tambahan biaya.
2. Jika kepadatan di lapangan kurang dari 95% dari kepadatan maksimum, maka
“Kontraktor” harus memadatkan kembali tanpa biaya tambahan sampai
memenuhi
syarat kepadatan, yaitu tidak kurang dari 95% kepadatan maksimum di
laboratorium.
Spesifikasi Teknis
SPESIFIKASI TEKNIS
NORMALISASI SUNGAI
PASAL 1
SITUASI dan UKURAN
1.1 Situasi.
a. Kondisi tanah bangunan dimana konstruksi bangunan akan didirikan adalah tanah terbuka/
rawa-rawa yang sebagian berada di pemukiman padat penduduk.
b. Kontraktor wajib meneliti situasi medan, terutama keadaan tanah bangunan, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawarannya.
1.2 Ukuran.
c. Titik duga level (permukaan balok atas)ditentukan + 0.00 diambil + 40 cm dari permukaan
tanah aman setelah diratakan menurut rencana gambar.
b. Kontraktor harus menyediakan sedikitnya 4 (empat) orang pembantu ahli dalam cara-cara
pengukuran dengan alat-alat penyipat datar (theodolite, water pass dan sebagainya), prisma
silang dan lain-lain peralatan yang diperlukan dalam pengukuran menurut situasi dan kondisi
tanah bangunan.
PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
Atas biaya kontraktor sendiri, apabila diharuskan oleh Penguasa Daerah setempat atau
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Kontraktor harus membuat/memasang papan
nama proyek dengan ketentuan yang disyaratkan baik mengenai ukuran papan maupun
besarnya huruf.
2.2. Jalan Logistik kedalam kompleks harus dibuat sendiri oleh Kontraktor dan bilamana
Kontraktor harus memakai jalan atau sarana yang telah ada, harus mendapat ijin tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas dengan resiko harus memperbaiki kembali seperti semula
segala kerusakan yang ditimbulkannya.
2.4. Pembongkaran
a. Apabila didalam lokasi pembangunan masih terdapat sisa-sisa bangunan lama, maka
semua jenis sisa-sisa bangunan baik yang berada diatas maupun didalam tanah harus
dibongkar dan disingkirkan.
b. Apabila didalam lokasi terdapat saluran air bersih,listrik telepon, saluran air kotor dan lain-
lain sarana umum,Kontraktor atas biaya sendiri harus memindahkannya dengan Ijin Instansi
yang bersangkutan (sampai batas biaya tertentu/wajar).
c. Semua benda-benda berharga yang ditemukan dalam pembongkaran menjadi milik proyek,
kecuali ditentukan lain dalam RKS ini. Kontraktor harus menyingkirkan dan membuang
semua benda-benda yang dibongkar, sesuai dengan peraturan setempat.
PASAL 3
PEKERJAAN TANAH
3.1.1. Penyiapan dan perataan tanah pada daerah dimana diatasnya akan didirikan bangunan,
jalan, struktur site lainnya.
3.1.2. Mengerjakan penjaluran ( stripping ), pengaliran (drainage) sementara untuk menjaga erosi
(bila perlu), membentuk permukaan tanah (grading) menurut garis-garis kedalaman,
ketinggian dan kemiringan sesuai dengan gambar rencana.
3.2.1. Hasil penyelidikan tanah pada titik-titik yang diperlukan (tertera dalam peta) dapat dilihat
pada hasil laporan penyelidikan tanah (soil set) untuk diteliti. Apabila hasil penyelidikan ini
dianggap masih belum cukup untuk menentukan kondisi tanah, Kontraktor dapat melakukan
penyelidikan atas biaya sendiri.
3.2.2. Titik duga atau rambu-rambu petunjuk tidak boleh dibongkar sebelum mendapat ijin tertulis
dari Direksi/Konsultan Pengawas atau Pimpro, sedang rambu-rambu yang tidak dipakai
harus diperiksa dan disimpan ditempat-tempat yang disediakan Kontraktor.
3.3. Bahan
3.3.1. Tanah yang digunakan untuk urugan harus bersih dari humus, sampah atau kotoran lain,
akar-akaran dan bahan organik lainnya. Batu-batuan yang lebih besar dari 10 cm harus
dibuang.
3.3.2. Tanah urug dapat diambil dari tanah asal lokasi maupun dari luas site asal memenuhi
ketentuan diatas, tidak expansive (low clay content), dan dianjurkan memakai jenis tanah
yang berbutir.
3.4.2. Menyusun rencana kerja yang grafis, disertai penjelasan - penjelasan tentang
jenis,kwalitas,equipment yang akan dipergunakan, metode kerja, cara pengangkutan dan
distribusi tanah, tempat-tempat penimbunan dan penyimpanan bahan, lokasi gudang-
gudang, los kerja dan sebagainya serta jumlah tenaga kerja yang digolongkan dalam
tingkatan keterampilan.
3.4.3. Sisa-sisa kayu, akar-akaran, batu-batuan dan unsur-unsur pengganggu yang lain harus
disingkir dan dikeluarkan sebelum dilakukan pengupasan- pengupasan lapisan tanah
teratas (top soil) hingga minimal 2 m diluar garis rabat dengan kupasan sedalam 20 cm
(kedalaman retak) untuk tanah bekas ladang, sedang untuk tanah bekas sawah minimal
sedalam 30 cm. Apabila kondisi tanah sangat jelek atau labil, maka pengupasan penggalian
harus diteruskan sampai kedalaman tertentu dan diganti dengan tanah yang baik dan keras
atau sirtu.
Tanah bekas kupasan ini hanya boleh untuk mengurug daerah rendah yang tidak akan
didirikan bangunan, pengerasan dan struktur site lainnya. Bila terdapat kondisi tanah yang
lain dari yang disebutkan diatas (misalnya batu karang, kapur, pasir dan lain sebagainya),
maka segala sesuatunya mengenai pengolahan tanah tersebut akan dibicarakan dan
diputuskan dalam rapat koordinasi.
3.5.1. Tanah hasil kupasan yang berupa humus pisahkan dari lapisan tanah dibawahnya.
Jika tebal lapisan humus lebih besar dari 20 cm maka seluruh tebal humus harus digali
dan digunakan kembali sebagai urugan lapisan penutup,dan biaya yang diakibatkannya
dianggap telah termasuk dalam harga kontrak, serta tidak dapat diajukan sebagai kerja
tambah/tambahan biaya.
3.5.2 Dinyatakan sebagai humus adalah setiap lapisan tanah yang langsung berada diatas
permukaan tanah, dan dapat berisi atau berubah warna oleh karena akar-akaran atau
bahan organik lainnya, yang menurut pendapat Direksi/Konsultan Pengawas akan dapat
mempengaruhi stabilitas setiap bangunan yang berdiri diatasnya.
3.5.3. Setelah pembersihan lapisan atas, tanah liat, tumbuh-tumbuhan ,pohon-pohon bila ada dan
lumpur akibat air, harus disingkirkan.
3.5.4. Apabila tanah humus hasil kupasan ternyata cocok untuk digunakan sebagai bahan pelapis
lereng, sisa-sisa tanah atau bidang-bidang tanah yang akan dihijaukan,maka tanah humus
tersebut harus dikumpulkan dulu untuk diatur penggunaannya.
3.5.6. Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan dan
lengkungan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan seperti dinyatakan dalam
gambar.
3.6.1. Setelah lapisan permukaan dikupas dan sebelum urugan dilaksanakan daerah yang akan di
pasang batu miring harus dipadatkan sehingga mencapai 90% kepadatan maksimum,
sedalam paling sedikit 15 cm, kecuali untuk lapisan tanah yang memerlukan perbaikan daya
dukung.
3.6.2. Untuk daerah bukan bangunan pemadatan harus mencapai 80% kepadatan maksimum,
paling sedikit sedalam 15 cm guna memanfaatkan kembali kerusakan tanah akibat
pengupasan dan pengukuran.
3.6.3. Untuk menentukan kadar air optimum dan jumlah gilasan yang dibutuhkan guna mencapai
kepadatan maksimum, harus dilakukan “Pemadatan Percobaan” dengan bahan timbunan
dan peralatan yang akan digunakan.
3.6.4. Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak melebihi 20 cm dan setiap
lapis harus dipadatkan dengan steel wheel power rollers/ mesin penggilas (bila hal ini
memungkinkan).
3.6.5. Tanah urugan yang terlalu basah harus dihampar, agar dapat mengering sendiri atau
dikeringkan dengan cara-cara yang disetujui Direksi / Konsultan Pengawas.
3.6.6. Tanah urugan yang terlalu kering harus dibasahi dengan sponkler yang diikuti dengan mesin
penggilas dibelakangnya atau dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi / Konsultan
Pengawas.
3.6.7. Urugan-urugan pada tanah miring atau lereng, harus dilakukan dengan membuat “gigi” atau
“tangga” pada lereng tersebut, untuk memberikan kaitan yang kokoh terhadap tanah urugan.
3.6.8. Untuk mengetahui apakah pemadatan tanah telah mencapai kepadatan yang disyaratkan,
Kontraktor wajib mengadakan test lapangan dengan sistem Proctore Test, dan disaksikan
oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Semua biaya untuk uji kepadatan ini menjadi tanggungan
Kontraktor.
3.6.9.Pemadatan subgrade fill khusus termasuk pasir, kerikil dan batu, harus seluruhnya dipadatkan,
hingga mencapai 90% kepadatan maksimum yang meliputi semua daerah ( building & non
building area) untuk jalan beton atau pengerasan dengan aspal dan dibawah site structures
lainnya didalam batas areal yang harus dilaksanakan sesuai dengan Kontrak.
3.7. Pembentukan muka tanah (Finish Grading)
3.7.1. Diatasnya harus dibentuk dengan rata dan baik, sesuai dengan garis ketinggian atau
kedalaman menurut gambar rencana.
3.7.2. Pada Pembentukan tanah yang bertangga atau bila akibat dari perataan tanah terjadi suatu
talud (tebing), maka harus diusahakan pengamanan pada tebing yang rawan,untuk
mencegah terjadinya longsoran dan harus diusahakan agar air tanah tidak menimpa daerah
bangunan yang lebih rendah.
3.7.3. Daerah-daerah yang akan menerima slab, base course atau pengerasan, pembentukan
permukaan tanah tidak boleh menyimpang lebih dari 1,5 cm dari ketinggian yang ditentukan.
3.7.4 Daerah yang akan ditanami atau dibiarkan terbuka, penyimpangannya tidak boleh lebih dari
3 cm dari ketinggian yang ditentukan.
3.7.5 Untuk mencegah longsor dan erosi harus dibuat parit-parit sementara, dan buatlah
kemiringan 25% dari bangunan struktur dan dinding.
3.8.1. Selama pelaksanaan pekerjaan dan masa pemeliharaan, harus diadakan tindakan
pencegahan terhadap genangan atau arus air, masuknya air hujan atau air tanah dari
daerah sekitarnya yang dapat mengakibatkan terjadinya erosi. Pencegahan ini termasuk
pada pembuatan tanggul-tanggul parit-parit sementara, sumur-sumur atau bak
penampungan,pompa air dan tindakan lain yang dapat diterapkan guna mencegah
kerusakan pekerjaan atau penundaan pekerjaan, termasuk pencegahan terhadap masuknya
air hujan atau air tanah dari daerah sekitarnya dan sebagainya.
3.8.2. Tidak ada perpanjangan waktu kontrak karena alasan hujan, cuaca buruk, sulitnya lokasi
atau masalah tenaga kerja, kecuali apabila Kontraktor telah mengambil semua tindakan
pengamanan pencegahan semaksimal mungkin.
PASAL 4
a. Lingkup Pekerjaan.
Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan untuk pekerjaan galian struktur
perbaikan tanah dan urugan kembali sesuai dengan gambar rencana.
b. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan pekerjaan lain, yaitu :
4.1. Persyaratan
a. Hasil penyelidikan tanah untuk titik-titik tertentu dapat dibaca pada laporan hasil soil test
akan tetapi jika masih ragu atas kondisi tanah, Kontraktor masih dapat melakukan
penyelidikan atas beban biaya sendiri.
b. Titik duga dan rambu-rambu petunjuk yang ada tidak boleh dibongkar sebelum mendapat
ijin dari Direksi atau Konsultan Pengawas, sedang rambu-rambu yang tidak dipakai harus
dipelihara dan disimpan dengan baik ditempat yang sudah disediakan Kontraktor.
4.2. Bahan
a. Tanah urugan yang dipakai harus bersih dari humus dan dapat diambil dari tanah bekas
galian dari jenis yang baik dan disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.
b. Tanah urugan yang berasal dari luar site/lokasi harus lebih berbutir, tidak expansive, bebas
sampah, batu yang lebih besar dari 10 cm, akar-akaran dan bahan organik lainnya. Pasir
sebagai urugan dapat diterima.
a. Sebelum memulai pekerjaan ini, pekerjaan medan sampai dengan finish grading harus
sudah diselesaikan terlebih dahulu. Semua galian, urugan dan pemadatan dalam pekerjaan
ini harus sesuai dengan ketentuan yang dibutuhkan, dengan kwalifikasi sebagai berikut :
b. Bidang vertikal galian struktur harus mempunyai jarak cukup dari kolom atau balok untuk
memungkinkan pemasangan dan pembongkaran cetakan, penopangan dan lain-lain
pekerjaan demi kelancaran pelaksanaan. Dasar galian harus sesuai dengan kedalaman dan
bentuk yang direncanakan.
c. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pekerjaan pasang pondasi batu miring dan semua
pasangan lainnya dibawah tanah atau sloof,semua saluran-saluran,.
d. Bahan-bahan yang terlepas atau runtuh dari tebing galian, harus secepatnya diangkat dari
lubang galian.
e. Galian struktur untuk bukan pekerjaan cetakan pada masing-masing sisinya, untuk
memungkinkan membentuk permukaan bidang pasangan sesuai gambar rencana.
f. Apabila galian dibuat lebih dalam dari semestinya tanpa sepengetahuan dan persetujuan
Konsultan Pengawas, maka kelebihan galian itu tidak boleh diurug,tetapi harus diisi dengan
beton tumbuk atau bahan yang sama dengan bahan pondasi tanpa biaya tambahan dari
Pemberi Tugas.
g. Pada bagian - bagian yang mudah longsor harus diadakan tindakan pencegahan dengan
memasang papan-papan penahan atau cara lain yang disetujui Direksi/Konsultan
Pengawas.
h. Lubang galian harus selalu bebas dari genangan air, baik air hujan maupun air tanah dan
harus diperiksa oleh Direksi/Konsultan Pengawas sesaat sebelum pekerjaan pondasi (batu
pecah atau beton) dilaksanakan. Untuk Kontraktor harus menyediakan pompa-pompa
penyedot air atau alat pengering lainnya yang siap pakai dalam jumlah dan kapasitas yang
cukup memadai untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
i. Urugan kembali lubang galian sesuai dengan persyaratan harus dilakukan lapis demi lapis
dengan ketebalan setiap lapis tidak melebihi 15 cm dan setiap lapis harus dipadatkan
dengan “portable power compactors”.
j. Sebelum pengurugan, semua bahan yang tidak berguna dan sampah-sampah harus
dikeluarkan dari lubang galian. Urugan kembali boleh dilaksanakan setelah pondasi
mencapai kekuatan penuh, telah diperiksa dan disetujui oleh Ahli/Konsultan Pengawas.
4.4. Pengujian
a. Pengujian ketinggian/kedalaman muka tanah dan pencetakan harus dilakukan oleh juru ukur
ahli yang disetujui oleh Pemberi Tugas.
b. Pemeriksaan tanah dan kontrol kepadatan di Laboratorium harus atas persetujuan Pemberi
Tugas. Biaya-biaya pengujian sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
PASAL 5
5.1.1. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan sehubungan dengan pekerjaan
urugan pasir sesuai dengan gambar dan persyaratan.
5.2.2. Contoh pasir yang akan dipergunakan harus diajukan kepada Ahli / Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuannya sebelum bahan tersebut didatangkan kelokasi.
5.3.2. Urugan pasir harus dipadatkan lapis demi lapis sampai mencapai ketebalan sesuai gambar.
Tebal setiap lapis maksimum 10 cm dengan diairi secukupnya.
1. AIR
Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih dan tidak mengandung
minyak, asam alkali, garam, bahan-bahabn organis atau bahan - bahan lain yang merusak
bangunan, memenuhi syarat - syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3
pasal 10.
2. Pasir Urug
Pasir Untuk pengurugan,peninggian, dan lain-lain tujuan, harus bersih dan keras atau
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3. Pasir laut
untuk maksud-maksud tersebut tidak dapat digunakan.
3. Pasir Pasang
Pasir Untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton,harus memenuhi syarat-syarat
pelaksanaan yang ditentukan dalam PUBI-1970/NI-3.Butiran-butiran harus tajam dan keras
tidak dapat dihancurkan dengan jari. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%. Butiran-
butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang 3mm persegi. Pasir laut tidak boleh
digunakan.
4. Porland Cement (PC)
a. Porland cement (PC) yang digunakan harus PC sejenis ( NI-8) dan masih dalam kantong
utuh atau baru serta memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PBI-71/NI-2.
b. Bila digunakan Porland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus diadakan pengujian
terlebih dahulu oleh labratorium yang berkompeten.
c. Dalam pengangkutan porlant Cement Ketempat pekerjaan harus dijaga agar tidak menjadi
lembab, dan penempatannya harus ditempat yang kering.
d. Porland Cement (PC) yang sudah membatu (Menjadi keras ) tidak boleh dipakai.
5. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organic lumpur
dan sebagainya. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 1%
a. Digunakan Koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat pelaksanaan PBI-197.
b. Butiran-butiran split harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 76mm dan tertinggal
diatas ayakan berlubang 20mm.
7. Kayu
a. Pada umumnya kayu bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa segala akibat dari
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaian tidak akan merusak atau
mengurangi nilai kontruksi, Memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam
PPKKI-1961.
b. Mutu Kayu ada 2 (dua) macam yaitu mutu A dan mutu B.
c. Yang dimaksud kayu mutu A adalah memenuhi syarat-syarat pelaksanaan sebagai berikut :
2). Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 3,5 cm
3). Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar dari 1/10 dari tinggi
balok.
4). Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu,dan retak-retak menurut
lingkaran tidak melebihi 1/5 tebal kayu.
d. Yang dimaksud dengan kayu mutu B, kayu yang tidak termasuk dalam Mutu A, tetapi
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan sebagai berikut :
2) Besar mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 5cm.
3) Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10 dari tinggi balok.
4) Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak menurut
lingkaran tidak melebihi ¼ tebal kayu.
a. Pekerjaan ini meliputi beton sloof, kolom praktis, beton ring balok untuk pekerjaan beton
struktur seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Mutu campuran beton yang dicapai dalam pekerjaan non struktur/struktur pendukung
menggunakan campuran 1 Pc: 2Psr :3 Split. Sehingga setara dengan mutu beton k-225 dan
harus memenuhi persyaratan dalam PBI-1971.
c. Campuran beton menggunakan perbandingan volume.
d. Untuk mencapai mutu beton setara K-175 Menggunakan campuran 1pc :2pcr :3split .sampai
dengan k-225 untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat dipakai volume campuran 1 pc : 2
ps : 3 split.
9. Besi Beton.
a. Besi beton yang digunakan mutu U-24,dan seterusnys sesuai yang ditentukan.
b. Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/lemak, asam , alkali dan bebas dari cacat
sepeti serpi-serpi. penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2(PBI-
1971).
Meliputi penggalian tanah untuk pondasi yang rusak dan pekerjaan lainnya yang
memerlukan pengalian tanah, kemudian mengurug kembali galian disisi kanan-kiri pondasi
atau bagian lain dari pondasi batu miring.
Pengurugan yang tebal lebih dari 20cm harus dilaksanakan selapis demi selapis setiap
10cm, dan setiap lapisan harus didapatkan mengunakan alat pemadat (missal mesin
compactor) ataupun dikerjakan secara manual sehingga tidak terjadi penurunan tanah yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada pondasi, seperti pondasi patah/putus, pondasi
menggantung, ataupun kerusakan pada lantai pondasi batu miring.
1. Lingkup Pekerjaan.
1). Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil yang baik dan
rapih.
2). Pengadaan dan pemasangan pelat podasi beton bertulang, sloof, stek besi untuk kolom,
dibawah pasangan dinding batu bata dan selasar.
3). Pengadaan besi beton dan merakit tulangan untuk sloof, Pelat fondasi beton, kolom dan
lain-lain komponen yang ditunjukkan pada gambar.
2. Syarat-syarat Pelaksanaan.
a. Beton
1). Kualitas yang digunakan adalah dengan campuran / perbandingan 1Pc: 2 Psr :3 Split
hingga mempunyai kekuatan tekan setara dengan mutu beton K.225 dan harus memenuhi
ketentuan - ketentuan lain sesuai dengan peraturan Beton Bertulang’ 1971 (BPI-1971)dan
SK.SNI .T-15.1991-03
2). Pembuatan tulangan untuk batang yang lurus atau dibengkokan, (tiap ujung besi diberi
hak/tekukan) sambungan dan kiat - kiat dalam pembuatan sengkang - sengkang harus
sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada PBI-1971 dan SK.SNI.T.T-15.1991-03
3). Pemasangan tulangan besi beton harus sesuai dengan gambar kontruksi. Tulangan besi
beton harus diikat dengan kawat beton untuk menjamin besi tersebut tidak berubah
anyamanya selama pengecoran, dan tebal selimut beton ±2cm.
a. Pekerjaan Bekisting.
Bekisting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan dalam gambar. Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-
perkuatan cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada kedudukan selama
pengecoran. Bekisting harus dapat dan tidak bocor permukaanya, bebas dari kotoran seperti
serbuk gergaji, potongan – potongan kayu, tanah dan sebagainya, agar mudah pada saat
dibongkar tanpa merusak permukaan beton. Pembukaan bekisting baru dilakukan setelah
memenuhi syarat-syarat yang dicantumkan dalam PBI-1971 dan SNI.T-01. Yaitu kurang
lebih 21 hari.
Cara pengadukan bisa menggunakan mesin Molen atau diaduk dengan cara manual.
Sebelum pengecoran, cetakan harus bersih dari kotoran baik sampah bekas bekisting
maupun kotoran. Ukuran-ukuran dan ketingian, penulangan dan penempatan penahan
jarak harus selalu diperiksa sebelum pengecoran dilaksanakan. Pengecoran harus
dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton
cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti kropos yang dapat
memperlemah kontruksi.
b. Bahan harus disimpan ditempat terlindung, kering, tidak lembap dan bersih sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak pabrik.
c. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya.
a. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah
pengecoran.
b. Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang mengakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, wajib untuk diperbaiki dengan tidak mengurangi kualitas pekerjaan.
d. Bagian - bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus dibasahi dengan
air terus menerus selama 1 minggu atau sesuai ketentuan dalam peraturan beton
bertulang, PBI-1971 dan SK.T-15.1991-03.
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat bantu untuk :
a. Pekerjaan pasangan batu belah dengan campuran 1pc : 3 ps sebagai dinding sepanjang
saluran sungai/ drainase agar permanen,
c. Plesteran bunga dibagian luar bagian saluran, acian diseluruh bagian dinding batu miring
d. Peralatan yang diperlukan termasuk alat bantu dan alat angkut yang diperlukan uantuk
melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan yang ditentukan.
1). Sebagian besar dinding saluran dari Pasangan Batu Belah, dengan menggunakan adukan
campuran 1 Pc :4 Pasir.
2). Untuk semua dinding luar diatas permukaan lantai saluran dan daerah basah digunakan
adukan kedap air dengan campuran 1 Pc : 3 Pasir..
3). Pemasangan Pasangan Batu Belah dilakukan bertahap, setiap tahap per- lapis atau
maksimum tinggi 30 m, diikuti dengan cor kolom.
4). Bagian pasangan Pasangan Batu Belah yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton Ø 8 mm jarak 40 cm, yang terlebih
dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam
pasangan bata sekurang - kurangnya 30cm.
7). Pasangan Batu Belah untuk dinding saluran harus menghasilkan dinding finis sesuai
rencana di gambar kerja. pelaksanaan pasangan harus cermat rapi dan benar - benar tegak
lurus.
b. Pekerjan Plesteran.
1). Bersihkan permukaan sampai benar-benar siap menerima adukan plesteran, singkirkan
semua hal yang dapat merusak atau menggangu pekerjaan.
3). Untuk bidang yang kedap air/ Pasangan Batu Belah yang dekat dengan tanah (diatas sloof)
dengan adukan 1Pc:3Ps dengan ketinggian 40cm dari permukaan lantai.
Selain pasir, batu kali, dan kerikil, bahan bangunan yang dikirim kelokasi (site),
terutama semen harus dalam keadaan tertutup atau dalam kantong yang masih disegel dan
berlabel pabrik, bertuliskan tipe tingkatannya, dalam keadaan tidak cacat. Bahan harus
diletakkan ditempat yang kering, Berventilasi baik, terlindung, bersih. terlindung, bersih.
Pasal 2.
Pekerjaan Urugan dan Pemadatan