Sie sind auf Seite 1von 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/303538673

the Effect of Benzene Exposure to the emergence of acute myeloid leukemia in


Worker Exposure

Article · March 2015

CITATIONS READS

0 550

1 author:

Febyan Febyan
Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
13 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Video Assisted Thoracoscopy Surgery View project

Percutaneous Endoscopic Gastrostomy View project

All content following this page was uploaded by Febyan Febyan on 26 May 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengaruh Pajanan Benzena terhadap Timbulnya Leukemia Mieloid Akut
pada Pekerja yang Terpajan
Febyan, Arwi Wijaya, Michelle Linardi, Johannes Hudyono
Departemen Kedokteran Okupasi
Published: Buletin Asosiasi Fakultas Kedokteran Swasta Indonesia (AFKSI) Oktober-Maret 2015

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021 5631731

Abstract

Benzene is defined as a colorless, flammable, toxic liquid with a pleasant aromatic odor.
Exposure to benzene is highest in areas of heavy motor-vehicle traffic and around gasoline
filling-stations. Its chemical properties have led to its widespread use as a solvent in a
number of industrial applications, and occupational exposure to benzene has been
documented for workers in different production sectors i.e. production of chemicals,
pharmaceuticals, plastics, synthetic rubbers, paints, oil processing etc. Benzene can be toxic
by ingestion, inhalation, and absorption through the skin. In California, the acute Reference
Exposure Level (REL, 6 hr) for benzene is 1300 μg/m3, and the chronic Reference Exposure
Level (REL) is 60 μg/m3 (OEHHA, 1999a; 2000b). The acute and chronic REL values are
based on hematotoxicity among benzene-exposed workers. Benzene is the second best-
documented risk factor for the development of Acute Myeloid Leukemia (AML). Benzene
itself is not toxic. It must be metabolize by enzymes in the liver into metabolites that are
potentially toxic .Among these metabolites the most potent in inhibiting erythropoiesis are tt-
muconaldehyde and 1,4-benzoquinone. Biomolecular analysis demonstrating that benzene
metabolites inhibit the DNA decatenation activity of topoisomerase II . Due to the nature of
Topoisomerase II-dependent sulfhydryl and the ability of some metabolites of benzene to
modify sulfhydryl groups, inhibition of topoisomerase activity by benzene metabolites has
been declared as a mechanism for the development of AML.

Key words: benzene, AML, topoisomerase II, occupational exposure

Abstrak
Benzena merupakan bahan cairan toksik yang tidak berwarna dengan bau aromatik yang
harum. Pajanan benzena tertinggi di daerah lalu lintas kendaraan bermotor dan sekitar tempat
pengisian bahan bakar kendaraan. Sifat kimianya telah membuatnya banyak digunakan secara
luas sebagai pelarut dalam sejumlah aplikasi industri, dan pajanan benzena telah tercatat pada

1
pekerja di sektor produksi yang berbeda yaitu produksi bahan kimia, obat-obatan, plastik,
karet sintetis, cat, pengolahan minyak dan lain-lainnya. Benzena dapat toksik bila tertelan,
terinhalasi, dan terabsorpsi melalui kulit. Di California, the acute Reference Exposure Level
(REL, 6 jam) untuk benzena adalah 1300 mg / m3, dan the chronic Reference Exposure Level
(REL) adalah 60 ug / m3 (OEHHA, 1999a; 2000b). Nilai REL yang akut dan kronis
didasarkan pada hematotoksisitas pada kalangan pekerja yang terpajan oleh benzena.
Benzena merupakan faktor risiko kedua sebagai penyebab Leukemia Mieloid Akut (LMA).
Benzena sendiri tidak toksik. Tetapi harus dimetabolisme oleh enzim di hati menjadi
metabolit yang berpotensi toksik. Di antara metabolit ini yang paling kuat dalam
menghambat eritropoiesis yaitu tt-muconaldehyde dan 1,4-benzoquinon. Analisis
biomolekuler menunjukkan bahwa metabolit benzena dapat menghambat aktivitas
decatenation DNA dari topoisomerase II. Karena sifat dari topoisomerase II bergantung
terhadap sulfhidril dan kemampuan beberapa metabolit benzena untuk memodifikasi
kelompok sulfhidril, penghambatan aktivitas topoisomerase oleh metabolit benzena
dinyatakan sebagai mekanisme penyebab LMA.
Kata kunci: benzena, LMA, topoisomerase II, pajanan okupasi

Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan maka turut berkembang
pula dunia industri. Penggunaan bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari, seperti di dunia
industri pun semakin banyak. Salah satu bahan kimia yang digunakan dan dihasilkan oleh
perindustrian adalah benzena, dalam penelitian pajanan benzena antara polisi lalu lintas di
Roma, para polisi ini karena profesinya, terpajan asap kendaraan ketika mengendalikan lalu
lintas, dan mereka juga dapat dianggap sebagai model untuk kasus pajanan terburuk untuk
penduduk perkotaan.1-2 Pada tahun 1928, Dolore dan Borgomano mempublikasi kasus
pertama benzena yang menginduksi penyakit leukemia. Kasus leukemia limfatik akut ini
diidentifikasi pada pekerja farmasi yang dianggap memiliki risiko yang tinggi karena pajanan
benzena yang tinggi.3 Benzena dan naftalena terukur di udara dan napas pada 326 personel
Angkatan Udara AS, yang diklasifikasi dalam kategori pajanan terendah, sedang, dan tinggi
untuk bahan bakar jet (JP-8).4 Benzena adalah penyebab paling umum toksisitas bahan kimia
pada pekerja di Cina. Menurut statistik resmi, lebih dari 60 persen dari semua kanker dari
penyakit akibat kerja disebabkan oleh benzena.2 Di kota industri Dongguan, 30 persen dari
semua penyakit akibat pajanan kerja didiagnosis karena toksisitas benzena.3 Mereka yang
telah terpajan secara kronis oleh benzena sering membutuhkan pengobatan seumur hidup.

2
Tingkat kematian toksisitas akut benzena adalah 21,7%.5 Environtment Protection Agency
(EPA) telah menetapkan tingkat maksimum kadar benzena dalam air minum pada 5 bagian
per miliar benzena pada air (5 ppb). Occupational Safety and Health Administration (OSHA)
telah menetapkan batas 1 bagian benzena per juta bagian udara di tempat kerja (1 ppm)
selama 8 jam shift dan 40 jam dalam seminggu.6 Diperkirakan 99 persen dari total pajanan
benzena jika terhirup di udara bebas, benzena cepat terdegradasi dalam beberapa jam sampai
beberapa hari. Tercemarnya air oleh benzena dapat terjadi karena tumpahan atau kebocoran
bensin, limbah industri, dan dari tempat penimbunan limbah. Benzena yang ada di
permukaan air dengan cepat menguap ke udara. Namun, benzena yang masuk tanah
didegradasi lebih lama.7

Benzena
Benzena didefinisikan sebagai, bahan yang mudah terbakar, cairan toksik berwarna
dengan bau aromatik yang harum. Mendidih pada 80,1 ° C, dan membeku pada 5,5 ° C.
Benzena adalah hidrokarbon dengan rumus molekul C6H6.8 Pajanan benzena tertinggi di
daerah lalu lintas padat kendaraan bermotor dan sekitar tempat pengisian bensin.9 Benzena
telah digunakan dalam berbagai jenis industri selama lebih dari satu abad, dan merupakan
salah satu yang terbanyak digunakan pada industri kimia. Benzena adalah bahan kimia yang
terbentuk melalui proses alam seperti gunung berapi dan kebakaran hutan, serta melalui
proses industri. Dapat ditemukan pada tingkat yang rendah dalam minyak mentah, bensin,
asap kendaraan, udara perkotaan, asap rokok, dan bahkan di beberapa makanan.10
Benzena adalah bahan baku penting untuk industri kimia dan pelarut industri, serta
komponen bensin. Perokok sering mengalami pajanan melalui inhalasi yang berkepanjangan
terhadap benzena sebagai komponen asap rokok. Selain itu, pajanan lingkungan terhadap
benzena timbul dari sumber seperti emisi uap bensin dan asap kendaraan. Akibatnya,
identifikasi faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap benzena yang
menyebabkan penyakit leukemia memiliki implikasi kesehatan masyarakat yang penting,
seperti misalnya memahami evolusi dari waktu ke waktu tingkat leukemia setelah terpajan
benzena.11 Menurut ilmu pengetahuan saat ini benzena merupakan faktor risiko kedua
sebagai penyebab patogenesis leukemia. Benzena banyak digunakan secara luas sebagai
pelarut dalam sejumlah industri, dan pajanan benzena dapat terjadi pada pekerja di sektor
produksi yang berbeda yaitu produksi bahan kimia, obat-obatan, plastik, karet sintetis, cat,
pengolahan minyak dan lain-lain.12 Benzena bersifat alami, berbahaya, senyawa organik yang
mudah menguap di mana-mana. Benzena dapat membentuk biomassa di bawah pengaruh

3
panas, tekanan dan waktu geologi. Dengan demikian, benzena yang terdapat dalam bahan
bakar fosil dapat menguap ke udara ketika digali dan khususnya, ketika dipanaskan dengan
pembakaran.13 Benzena berperanan penting dalam industri kimia, dibuktikan dengan
produksinya yang lebih dari 2 miliar galon per tahun di Amerika Serikat. Pekerja di sejumlah
industri, termasuk penyulingan minyak bumi, perkapalan, pabrik karet, perbaikan mobil, dan
pabrik sepatu, yang berpotensi terpajan benzena tingkat tinggi. Pencemaran benzena di
kalangan masyarakat umum lebih rendah daripada kebanyakan pekerjaan yang terpajan,
rokok, penggunaan bensin, dan emisi kendaraan bermotor.14 Banyak subyek penelitian lain
yang terpajan zat (misalnya, asbes, asap industri karet, asap pengeboran, hidrokarbon
aromatik polisiklik), kanker paru dan mesothelioma cenderung mencerminkan pajanan pada
karsinogen ini.15 Benzena sendiri tidak toksik, tapi harus dimetabolisme terlebih dahulu oleh
enzim di hati menjadi metabolit yang berpotensi toksik. Toksisitas utama yang adalah dari sel
darah yang berubah di sumsum tulang.16 Benzena bersifat lipofilik karena lebih larut dalam
lemak. Konsentrasi benzena sendiri 20 kali lipat dalam jaringan lemak, sumsum tulang dan
urin dibandingkan dengan yang ditemukan dalam darah.17 Benzena pertama kali ditemukan
dan diisolasi dari tambang batubara di tahun 1800an.18
Penilaian risiko kanker benzena diduga adanya hubungan kumulatif antara pajanan
dan risiko, dalam konsentrasi bebas. Pandangan lain menyatakan konsentrasi di bawah nilai
ambang batas (NAB) tidak menyebabkan toksisitas pada sumsum tulang dan dengan
demikian tidak meningkatkan risiko leukemia.19
Transmisi benzena
Inhalasi adalah jalur yang paling penting dari penyerapan benzena selama pajanan
berlangsung. Manusia menyerap 30-52% dari benzena yang dihirup, tergantung pada
konsentrasi benzena, durasi pajanan dan pernapasan.20 Namun, penyerapan benzena melalui
kulit tidak terlalu besar, karena benzene menguap dengan cepat pada tekanan uap yang tinggi.
Oleh karena itu, di bawah kondisi kerja normal, penyerapan benzena melalui kulit mungkin
tidak begitu berpengaruh.21 Benzena dapat menjadi toksik kalau tertelan, terinhalasi, dan
terabsorpsi melalui kulit. Studi menunjukkan benzena diserap secara efisien bila tertelan
(mendekati 100 persen), diikuti oleh inhalasi (50 persen) dan pada tingkat lebih rendah
melalui kulit. Benzena tidak disimpan dalam tubuh untuk waktu yang lama. Dalam waktu 48
jam setelah pajanan, sebagian besar benzena atau bahan kimia yang telah keluar dari tubuh. 7
Benzena dapat ditransmisikan dari darah ibu ke janin. Penelitian pada hewan yang telah
menunjukkan berat bayi lahir rendah, pembentukan tulang yang terlambat, dan kerusakan
sumsum tulang ketika hewan pada kondisi hamil menghirup benzena.6

4
Dosis dan durasi pajanan terhadap benzena
Konsentrasi benzena ditemukan biasanya lebih tinggi di udara dalam ruangan
daripada udara di luar ruangan.22 Di California, the Acute Reference Exposure Level (REL, 6
jam) untuk benzena adalah 1300 mg / m3, dan the chronic Reference Exposure Level (REL)
adalah 60 ug / m3 (OEHHA, 1999a; 2000b). Nilai REL yang akut dan kronis didasarkan pada
hematotoksisitas pada kalangan pekerja yang terpajan oleh benzena. Beberapa efek akut dan
dosis berulang akibat pajanan benzena dapat dilihat tabel 1.

Tabel 1. Efek akut dan dosis berulang terhadap pajanan benzena.23

Data terbaru dari Pliofilm menunjukkan bahwa risiko leukemia secara signifikan
meningkat pada pajanan kumulatif> 50 ppm-tahun, sesuai dengan jangka panjang tingkat
pemajanan dalam pekerjaan> 1,25 ppm benzena dalam kehidupan kerja selama 40 tahun.13
Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa tikus kecil lebih sensitif terhadap toksisitas
benzena daripada tikus besar. Collins dkk menemukan pajanan benzena sebesar 0,55 ppm
aman tanpa indikasi hematotoksisitas. Peningkatan insiden perubahan kromosom telah
dilaporkan pada pekerja yang terpajan 25-150 ppm benzena selama 1-25 tahun dibandingkan
dengan populasi umum.24 Beberapa penelitian pada hewan, telah menunjukkan secara
signifikan mengurangi jumlah limfosit pada tingkat pajanan benzena 10 ppm. Pekerja Cina
ditemukan telah menunjukkan tanda-tanda hematotoksisitas pada rata-rata tingkat pajanan
benzena di bawah 31 ppm (120) Kebanyakan prediksi risiko pajanan benzena telah
didasarkan pada pekerja karet yang terkena konsentrasi tinggi. Benzena merupakan penyebab
paling penting dari leukemia di Korea. Kerugian yang disebabkan oleh penyakit
hematopoietik yang berkaitan dengan benzena telah meningkat meskipun lingkungan kerja
telah diperbaiki.25

5
Leukemia yang diinduksi oleh benzena adalah leukemia mieloid akut yang ditandai
dengan peningkatan jumlah sel morfologis menyerupai mieloblas. Konsentrasi minimum
yang penting yaitu 50-60 ppm benzena mungkin diperlukan untuk risiko leukemia di pekerja
plastik.24 Pajanan akut benzena dapat menimbulkan efek bius seperti: mengantuk,
kebingungan, tremor dan kehilangan kesadaran. Penggunaan alkohol meningkatkan efek
toksik. Benzena merupakan iritasi sedang pada mata dan bahan iritan pada kulit.26

Deteksi Benzena dalam Tubuh dan Monitoring Biologi


Beberapa tes dapat menunjukkan jika penderita telah terpajan benzena. Ada tes untuk
mengukur benzena dengan metode pernapasan. Tes ini harus dilakukan segera setelah
terpajan. Benzena juga dapat diukur dalam darah, namun karena benzena menghilang dengan
cepat dari darah, tes ini hanya berguna untuk pajanan yang baru saja terjadi.6 Metode analisis
standar terakhir untuk benzena di udara, air, tanah, makanan, asap, sampel biologis, produk
minyak bumi mengandalkan kromatografi gas (GC) dengan api atau deteksi foto ionisasi,
atau gas kromatografi-mass spectrometry (GC-MS) .13 Salah satu cara untuk menilai
kerusakan genetik adalah dengan mengukur mutasi pada gen-gen tertentu, seperti
glycophorin. Peningkatan kadar " gene-duplicating " mutasi GPA ditemukan pada pekerja
yang terpajan benzena. Metabolit awal benzena yaitu benzena oksida (BO), bereaksi dengan
residu cysteinyl dalam hemoglobin (Hb) dan albumin (Alb) untuk membentuk hasil ikatan
protein (BO-Hb dan BO-Alb), yang diduga menjadi biomarker tertentu pajanan benzena.27
Bois FY dkk menyatakan terdapat konsentrasi benzena di udara yang dihembuskan, di dalam
darah vena, dan fenol pada urin, dari tiga sukarelawan yang terpajan benzena dalam ruang
inhalasi selama 4 jam.28 Di dalam tubuh, benzena dimetabolisme menjadi produk yang
disebut metabolit. Metabolit tertentu dapat diukur dalam urin. Asam metabolit S-
phenylmercapturic dalam urin merupakan indikator yang sensitif terhadap pajanan benzena.
Namun, tes ini (monitoring biologi) harus dilakukan segera setelah terpajan benzena dan
bukan merupakan indikator utama untuk mengetahui seberapa banyak benzena yang telah
terpajan, karena metabolit mungkin terdapat dalam urin dari sumber yang lain.6

Leukemia Mieloid Akut

Kanker adalah pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak terkontrol dalam tubuh.
Kanker terjadi ketika pertumbuhan sel-sel dalam tubuh di luar kendali dan sel membelah
terlalu cepat.29 Istilah leukemia mengacu pada sekelompok penyakit dengan latar belakang
biologis, gejala klinis, prognosis dan respon terhadap pengobatan yang berbeda, ditandai

6
dengan transformasi maligna sel hematopoetik yang menghasilkan populasi leukemia yang
abnormal (clone) sel menekan produksi komponen darah normal seluler.12 Ada empat jenis
utama leukemia: leukemia akut limfatik (ALL), leukemia mieloid akut (LMA), leukemia
limfositik kronis (LLK), dan leukemia mieloid kronis (LMK).30LMA merupakan jenis
leukemia yang paling umum dari leukemia pada orang dewasa di Amerika Serikat, dan lebih
sering menimpa orang tua daripada orang muda. Faktor risiko untuk terjadinya LMA meliputi
pajanan benzena, dan pajanan radiasi, yang dapat menghasilkan 2 sampai 6 kali lipat
peningkatan risiko relatif.31 Leukemia mieloid akut (LMA) terjadi sebagai akibat dari
serangkaian perubahan genetik dalam sel prekursor hematopoietik. Perubahan ini mengubah
pertumbuhan dan diferensiasi hematopoietik yang abnormal sehingga terjadi akumulasi sel-
sel mieloid yang imatur di sumsum tulang dan darah tepi. 18

Ada banyak penyebab keganasan termasuk di antaranya benzena.29 Joseph T dkk


menyatakan bahwa ada bukti yang jelas dan konsisten tentang hubungan kasual antara
pajanan benzena dan leukemia mielogenous akut (LMA) atau leukemia akut non limfositik
(LANL), jenis leukemia yang dominan di antara pekerja benzena yang terpajan.18
Peningkatan risiko LMA khususnya setelah pajanan benzena telah diamati di beberapa
pekerja industry dari berbagai industri, dengan pajanan benzena jangka panjang.18 Oannis
Polychronakis menyatakan bahwa, penelitian yang berbeda telah menyebutkan sejumlah
faktor risiko potensial untuk leukemia mieloid akut, tetapi saat ini di antara pajanan radiasi
pengion, agen alkilating dan benzena, benzene merupakan yang paling berbahaya yang telah
terbukti berhubungan dengan leukemia mieloid akut,12 dan di antara bahan kimia yang
diketahui atau diduga penyebab leukemia (leukemogenik) adalah benzena. 32

Patogenesitas Leukemia Mieloid Akut (LMA) oleh Benzena

Risiko LMA yang diinduksi benzena pada manusia berdasarkan dosis metabolit
benzena yang mencapai sumsum tulang, efek benzena jangka pendek dapat berupa depresi
limfosit periferal dan depresi blastogenesis oleh mitogen pada B-lymfosit femoral pada tikus.
Sedangkan efek pajanan benzena jangka panjang, salah satunya berupa LMA lihat tabel 2. 33

7
Tabel 2. Kadar Konsentrasi Benzena dalam Tubuh18

Short-Term Values Concentration Notes


Acute
ESL [1 h] (HQ=0.3) 170 µg/m3 (54 ppb) Short- Critical Effect(s): Depressed
Term ESL for Air Permit peripheral lymphocytes and
Reviews depressed mitogen induced
blastogenesis of femoral B –
lymphocytes in C57BL/6J
mice (male)
Acute
ReV (HQ=1.0) 580 µg/m3 (180 ppb)a Sama as above
acute
ESL odor 8,700 µg/m3 (2,700 ppb)a 50% detection threshold
Acute
ESL veg ... No data found
Long-Term Values Concentration Notes
Chronic
ESL nonlinier(nc) 84 µg/m3 (26 ppb) Critical Effect: Decreased
(HQ=0.3) absolute lymphocyte count in
occupationally exposed
workers
Chronic
ReV (HQ = 1.0) 280 µg/m3 (86 ppb)a Sama as above
Chronic
ESL linier (c) 4.5 µg/m3 (1.4 ppb)a,b Long- Cancer Endpoint: Acute
Term ESL for Air Permit myelogenous and acute
Reviews monocytic leukemia in
occupationally exposed
workers
Chronic
ESL veg ... No data found

Metabolisme primer benzena terjadi di hati oleh sitokrom P-450 2E1. 34 Sitokrom P-
450 2E1, mikrosomal epoksida hidrolase dan myeloperoxidase atau penurunan detoksifikasi
aktivitas enzim glutathione-S-transferase dan NAD (P) H: kuinon oxyreductase semuanya
secara individual telah dihubungkan dengan peningkatan kerentanan terhadap efek toksik
benzena.35 Kebanyakan benzena oksida spontan menjadi fenol (PH), yang baik diekskresikan
atau dimetabolisme lebih lanjut menjadi hidrokinon (HQ), 1,4-benzoquinon (BQ) dan 1,2,4-
benzetriol (BT). Benzena oksida yang tersisa dihidrolisis untuk menghasilkan katekol (CAT)
dan 1,2- benzokuinon atau bereaksi dengan glutathione untuk menghasilkan S acid -
phenylmercapturic (S-PMA).36 Di antara metabolit ini yang paling poten dalam menghambat
eritropoiesis adalah 1,4-benzoquinon.37
Sasaran molekul kuinon dan oksigen radikal yang dihasilkan dari benzena yang paling
mungkin adalah tubulin, protein histon, topoisomerase II, dan protein DNA terkait lainnya.38
Martyn menyatakan bahwa benzena yang dimetabolisme di hati menjadi berbagai metabolit
didistribusi ke sumsum tulang dan mengakibatkan toksisitas.38 Di dalam sumsum tulang,
secara khusus terjadi pembentukan 1,4-benzoquinone (BQ) dari hidrokinon (HQ) melalui

8
mieloperoksidase mungkin menjadi kunci bagi benzena sebagai zat karsinogenisitas. Untuk
metabolisme benzena dari mulai hati sampai sumsum tulang , lihat gambar 1.

Gambar 1. Metabolisme Benzena39


Analisis biomolekuler menunjukkan bahwa metabolit benzena ini menghambat
aktivitas decatenation DNA dari topoisomerase II.34Aktivitas topoisomerase II tidak
dihambat oleh metabolit benzena pada konsentrasi kurang dari 500 ppm.13 Penghambatan
fungsi topoisomerase II ini dikaitkan dengan pajanan benzena in vivo pada tikus dan pajanan
HQ dan BQ in vitro. Bioaktivasi dari HQ ke BQ oleh peroksidase meningkatkan inhibisi
topoisomerase II dan BQ lebih kuat daripada HQ dalam sistem uji bebas sel. 39
DNA topoisomerase II merupakan enzim yang bertanggung jawab untuk modulasi
topologi DNA, yang sangat penting untuk replikasi DNA, kondensasi/dekondensasi
kromosom, dan segregrasi kromosomal saat mitosis.34 Karena sifat topoisomerase II yang
tergantung sulfhidril dan kemampuan beberapa metabolit benzena untuk memodifikasi
kelompok sulfhidril, penghambatan aktivitas topoisomerase oleh metabolit benzena telah
dinyatakan sebagai mekanisme penyebab LMA.13 Bila enzim topoisomerase II ini tidak
berfungsi dengan tepat maka akan terjadi penguraian DNA (DNA strand break, DSB) dan
penghapusan loop yang dapat merusak untai DNA. Kerusakan untai yang dihasilkan dari
tindakan ini memiliki potensi untuk menghasilkan penyimpangan rekombinasi mitosis
dengan salah bergabungnya untai DNA.38 DNA strand break berpotensi sangat sitotoksik dan

9
dapat menyebabkan penyimpangan kromosom dan mengganggu integritas genom sel.
Ketidakstabilan kromosom yang diinduksi oleh benzena metabolit, hidrokinon, dapat
berkontribusi sebagai penyebab LMA dengan meningkatnya jumlah lesi genetik dalam sel
hematopoietik.40 Sebuah studi pasien dengan terapi LMA mengidentifikasi korelasi yang erat
antara aktivitas inhibitor DNA-topoisomerase dan penyimpangan dalam kromosom 5, 7 dan
8 .13 Menurut Ronda K. Baker dkk pengamatan ini dapat dijelaskan, setidaknya dengan fakta
bahwa hidrokinon dan produk oksidasi utamanya, p-benzokuinon, adalah racun spindel kuat
yang mengganggu dinamika perakitan equilibrium mikrotubul dengan menghambat guanosin
trifosfat (GTP) yang mengikat tubulin.34 Jika efek ini terjadi di stem sel atau sel progenitor
awal sel klon leukemia bisa menyebabkan aktivasi protoonkogen, fusi gen, dan inaktivasi
supresor gen. Lihat gambar 2.38
Martyn T. Smith juga menyatakan ada kemungkinan terjadi translokasi dan trisomi t
(8; 21) juga terlibat dalam pengembangan leukemia dari benzena. Mungkin ada sejumlah
jalur genetik benzene-induced leukemia, namun bukti yang dipelajari bahwa metabolit
benzena menghasilkan perubahan genetik yang faktor penyebab leukemia myeloid, yaitu t
(8; 21) dan aneuploidi kromosom 7, 8, dan 9.38

Gambar 2. Proses Patofisiologi Benzena Terhadap Leukemia 16

10
Kesimpulan

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa benzena merupakan bahan yang
paling luas pengunaannya dalam berbagai industri dan dapat menyebabkan leukemia myeloid
akut (LMA) pada pekerja yang terpajan benzena dalam jangka waktu tertentu. Pajanan
benzena tertinggi dapat di temukan pada daerah lalu lintas kendaraan bermotor dan sekitar
tempat pengisian bahan bakar kendaraan. Melalui biomolekular analisis telah membuktikan
bahwa metabolit benzena dapat menghambat eritropoesis dengan jalur inhibisi aktivitas
decatenation DNA dari topoisomerase II. Aktivitas topoisomerase II tidak dihambat apabila
konsentrasi metabolit benzena kurang dari 500 pm. Penghambatan aktivitas topoisomerase
oleh metabolit benzena telah dinyatakan sebagai mekanisme untuk pembentukan LMA.

Daftar Pustaka

1. Galbraith D, Gross S.A, Paustenbach D. Benzene and human health: A historical


review and appraisal of associations with various diseases. Informa Healthcare 10 Jul
2010; 40(2): 1-46
2. Crebelli R,Tomei F, Zijno A, et al. Exposure to benzene in urban workers:
environmental and biological monitoring of traffic police in Rome. Occup Environ
Med 2001; 58:165–71
3. Infante PF. Benzene: an historical perspective on the American and European
occupational setting. Late lessons from early warnings: the precautionary principle
2000:38-50
4. Egeghy P.P, Cabalo L.H, Gibson R, Rappaport S.M. Benzene and naphthalene in air
and breath as indicators of exposure to jet fuel. Occup Environ Med 2003; 60:969-76
5. Labour Action China. Toxic chemicals killing chinese workers: a critical analysis and
case studies of benzene poisoning in China. Labour Action China April 2014: 1-39
6. ATSDR Division of Toxicology and Environmental Medicine. Benzene. ATSDR
Atlanta, GA: U.S. Department of Public Health and Human Services, Public Health
Service. Agustus 2007: 1-2
7. New Hampshire Departement of Environmental Service. Benzene: health information
summary. New Hampshire Departement of Environmental Service 2013: 1-3
8. Zappala RA, Bisgaard LB, Smith. Benzene - A Primer for Defence Counsel. 2010: 1-4
9. Benzene. IARC MONOGRAPHS – 100F. 2012:249-94

11
10. American Bar Association Action of Litigation. Shoebotham J, Thompson, Knight,
Houston.Recent developments in benzene litigation. American Bar Association 2013:
1-2
11. Richardson D.B. Temporal variation in the association between benzene and leukemia
mortality. Environmental Health Perspectives March 2008; 116 (3): 370-4
12. Polychronakis I, Dounias G, Makropoulos V et al. Work related leukemia: systematic
review. Journal of Occupational Medicine and Toxicology 2013;8:1-16.
13. Benzene. Priority existing chemical assessment report no.21. NICNAS. Australia Sep
2001:113
14. Smith M.T, Jones R.M, Smith A.H. Benzene exposure and risk of non-hodgkin
lymphoma. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev March 2007; 16(3): 385-91
15. Sorahan T, Kinlen L.J, Doll R. Cancer risks in a historical UK cohort of benzene
exposed workers. Occup Environ Med 2005; 62: 231–6
16. Al-Faisal A.H.M, Hussein A.M, Kaleg A.R.A. Estimation of DNA damages,
cytotoxicity and antioxidant status of heavy metals and benzene among petrol workers
in Baghdad-Iraq. IJPS 2010; 6(1): 85-94.
17. Salim R.N. Analisis risiko kesehatan pajanan benzene pada karyawan di SPBU X
pancoran mas Depok 2011:1-87.
18. Haney J.T. Benzene. Texas commission on environmental quality. 15 Okt 2007; 4-21
19. Collins J.J, Ireland B, Buckley C.F, Shepperly D. Lymphohaematopoeitic cancer
mortality among workers with benzene exposure. Occup Environ Med. 2003; 60: 676-
9
20. Huff J. Benzene-induced cancers: Abridged history and occupational health impact.
IJOEH. 2007; 13(2): 213-21
21. Kirkeleit J, Riise T, Gjertsen B.T, et al. Effects of benzene on human hematopoiesis.
The open hematology Journal. 2008; 2: 87-102
22. Perbellini J.L, Faccini G.B, Pansini F, et al. Environmental and occupational exposure
to benzene by analysis of breath and blood. Br J Ind Med. 1988; 45: 345-52).
23. Langley A, Gilbey M, Kennedy B. Benzene poisoning and lymphohaemopoietic
malignancy. EPHC. 2003: 1-6
24. Khan H.A. Benzene’s toxicity: a consolidated short review of human and animal
studies. Human & Experimental Toxicology 2007:1–9
25. Periago J.F, Prado C. Evolution of occupational exposure to environmental levels of
aromatic hydrocarbons in service stations. Instituto de Seguridad y Salud Laboral

12
2005; 49(3): 233–40
26. Exposure to Benzene: A major public health concern. WHO 2010:1-5
27. Smith M.T, Rothman N. Biomarkers in the molecular epidemiology of benzene-
exposed workers. Taylor & Francis 2000;61:439-45
28. Bois F.Y, Jackson E.T, Pekari K, Smith M.T. Population toxicokinetics of benzene.
Environmental health perspectives Dec 1996; 104(6):1405-11
29. Dhiman A, Hiremath S.K. , Pathak M et all. A Review article on anticancerous drugs
in ayurveda and screened anticancer activity of medicinal plants, Int. J. Ayu. Alt. Med
2014; 2(4):54-60.
30. Farmers exposed to benzene in gasoline through multiple routes. National Institute for
Farm Safety 14-18 Juni 2009:1-23.
31. Rathnasabapathy R. Management of acute myelogenous leukemia in the elderly.
Lancet JE. the James P.Wilmot Cancer Center,University of Rochester Nov
2003;10(6): 469-77.
32. Miller RW. Epidemiology of leukemia epidemiology of leukemia. National Cancer
Institute.37-41.
33. Lovern M.R, Turner M.J, Meyer M, et al. Identification of benzene oxide as a product
of benzene metabolism by mouse, rat, and human liver microsomes. Oxford
University Press. 1997; 18(9):1695-700.
34. Baker R.K, Kurz E.U, Pyatt D.W, et al. Benzene metabolites antagonize etoposide-
stabilized cleavable complexes of DNAtopoisomerase IIa. Blood. 1 Agustus 2001;
98(3): 830-3.
35. Kirkeleit J, Riise T, Gjertsen B.T, et al. Effects of benzene on human hematopoiesis.
The Open Hematology Journal 2008;2:87-102.
36. Smith M.T, Zhang L, McHale C.M, et al. Benzene, the exposome and future
investigations of leukemia etiolog. NIH Public. Chem biol interact. 2011: 1-11.
37. Synder R. Leukemia and benzene. Int. J. Environ. Res. Public Health. 2012; 9: 2876-
93.
38. Smith M.T. Advances in understanding benzene health effects and susceptibility.
Annu. Rev. Public Health. 2010;31:133–48.
39. Mchale C.M, Zhang L, Smith M.T. Current understanding of the mechanism of
benzene-induced leukemia in humans: implications for risk assessment. Oxford
University Press. 2011; 33(2): 240-52.
40. Shen M, Lan Q, Zhang L, et al. Polymorphisms in genes involved in DNA double-

13
strand break repair pathway and susceptibility to benzene-induced hematotoxicity.
Oxford University Press. 2006; 27(10): 2083-9.

14

View publication stats

Das könnte Ihnen auch gefallen