Sie sind auf Seite 1von 6

2.6.

1 Pertambahan berat badan


Kenaikan berat badan setiap wanita hamil berbeda, tergantung dari tinggi badan dan
berat badanya sebelum kehamilan, ukuran bayi dan plasenta, dan kualitas diet makan
sebelum dan selama kehamilan. Berdasarkan dari perhitungan BMI (body mass index),
peningkatan berat badan selama kehamilan tergantung dari berat badan sebelum hamil.
Perhitungan BMI menggunakan ukuran berat badan dan tinggi badan untuk memperkirakan
jumlah total lemak dalam tubuh. Dengan BMI juga dapat dipakai untuk menilai adanya
risiko penyakit jantung, diabetes, dan penyakit lainya secara umum (Suririnah, 2008).

Berat badan sebelum kehamilan (kg)


BMI =
Tinggi badan (m) × tinggi badan (m)

Misalnya:
Berat badan sebelum kehamilan = 50 kg, tinggi badan = 1,6 m.
50 50
Maka perhitungan BMI = = = 19,53
1,6× 1,6 2,56

Menilai berat badan sebelum hamil sangat penting dari segi kesehatan bagi ibu dan bayi.
Wanita yang berat badannya kurang sebelum hamil, maka ketika ia hamil perlu menambah
berat badan lebih banyak daripada ibu dengan berat badan ideal. Asupan gizi yang
berkurang, akan menghambat pertumbuhan janin dalam kandungan seperti BBLR dan
gangguan kehamilan lainya (Suririnah, 2008).

Tabel 2.2
Peningkatan berat badan yang diharapkan selama kehamilan
Total peningkatan berat
Nilai BMI Penilaian berat badan badan yang diharapkan
selama kehamilan
> 30 Obesitas – kegemukan 6 - 9 Kg
25 - 29,9 Berat badan berlebihan 6 - 11 Kg
18,5 - 24,9 Berat badan Ideal 11 - 15 Kg
< 18,5 Berat badan kurang 12 - 18 Kg
Sumber : Institute of Medicine (2009)
Ibu hamil yang mempunyai peningkatan berat badan yang terlalu berlebihan akan
beresiko terjadinya komplikasi kehamilan seperti diabetes gestasional (kenaikan kadar gula
darah karena adanya proses kehamilan) atau terjadinya preeklampsia (keracunan kehamilan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah). Selain itu, penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan akan membuat berat badan sulit turun setelah melahirkan nantinya (Suririnah,
2008).

Tabel 2.3
Analisis penambahan berat badan berdasarakan proses fisiologis
selama kehamilan
Jaringan dan 10 20 30
40 minggu
cairan minggu minggu minggu
Janin 5 300 1500 3400
Plasenta 20 170 430 650
Cairan amnion 30 350 750 800
Uterus 140 320 600 970
Payudara 45 180 360 405
Darah 100 600 1300 1450
Cairan 0 30 80 1480
Ekstraseluler 310 2050 3480 3450
Total 650 4000 8500 12500
Sumber : Cunningham et al (2010)

Kebutuhan zat gizi meningkat untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan


perkembangan janin, pemeliharaan dan kesehatan ibu, serta persediaan untuk masa laktasi,
baik untuk janin maupun ibu (misalnya, persediaan zat besi, protein, dan kalsium). Makanan
harus seimbang dan mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang cukup. Pada saat hamil,
yang paling diperlukan adalah makanan yang banyak mengandung zat pembangun, vitamin,
dan mineral (zat besi dan kalsium) (Saminem, 2008).
Penambahan berat badan per trimester lebih penting daripada penambahan berat
badan keseluruhan. Pada trimester pertama peningkatan berat badan hanya sedikit, antara
0,7 - 1,4 kg. Pada trimester berikutnya akan terjadi peningkatan berat badan yang dapat
dikatakan teratur, yaitu 0,35 - 0,4 Kg per minggu (Salmah, 2006).
1. Faktor yang mempengaruhi kenaikan berat badan pada kehamilan
Menurut Arisman (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan berat badan
pada kehamilan yaitu :
a) Makan terlalu banyak
Makan terlalu banyak merupakan faktor kenaikan berat badan pada kehamilan. Pada
trimester pertama biasanya mengalami mual di pagi hari dan tidak bisa menelan makanan.
Pada trimester kedua indra perasa sudah mulai peka kembali, tidak lagi mengalami mual
dan muntah ketika melihat makanan. Pada trimester ketiga selera makan mulai meningkat
sehingga makan secara terus menerus dan terjadi peningkatan berat badan.
b) Kualitas makanan
Hal yang mempengaruhi masalah berat badan selama kehamilan bukan hanya berapa
banyak yang kita makan, melainkan kualitas makanan yang kita makan, sehingga
menyebabkan berat lebih dari kuantitasnya.
c) Selera makan yang besar
Hampir setiap perempuan hamil menyadari bahwa selera makannya meningkat dan
mengalami serangan lapar yang hebat, terkadang juga mengidam yang aneh-aneh. Hal ini
karena bukan hanya mencukupi kebutuhan ibunya saja melainkan untuk kebutuhan
janinnya, sehingga memunculkan selera makan yang tinggi.
d) Makan karena emosi
Ketika orang emosi, khawatir, cemas, frustasi, marah, maka akan mencari
pelampiasan dengan memalingkan pada makanan. Kehamilan adalah saat ketika banyak
perempuan mengalami berbagai emosi, dengan begitu akan menambah pola makan sehari –
hari.
e) Usia
Dengan bertambahnya usia, kemungkinan besar akan mendapatkan kenaikan berat
yang lebih banyak, selain itu kecepatan metabolisme melambat sehingga menyebabkan
kenaikan berat badan mudah terjadi.
f) Olahraga
Saat hamil biasanya akan menurunkan tingkat kegiatan dengan begitu tidak banyak
menggunakan energi dan energi banyak yang tersimpan sehingga kondisi demikian akan
mempermudah terjadi kenaikan berat badan.
2. Hubungan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan dengan Berat Badan Lahir
Idealnya hasil kehamilan adalah melahirkan bayi aterm yang sehat dengan berat
badan lahir normal. Kisaran berat badan lahir dikaitkan dengan hasil ibu yang optimal
dalam hal pencegahan komplikasi kehamilan, persalinan, kematian ibu dan hasil janin yang
optimal dalam hal mencegah morbiditas dan mortalitas perinatal dan memungkinkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin yang memadai (Williamson, 2006).
Studi observasional menunjukkan bahwa wanita yang memasuki kehamilan dengan
IMT normal dan kenaikan berat badan dalam rentang yang direkomendasikan lebih
cenderung memiliki hasil kelahiran yang baik daripada wanita dengan IMT dan kenaikan
berat badan di luar rentang yang direkomendasikan (Taffel et al, 1993; Abrams et al, 2000,
Groth, 2006 dalam IOM 2009)
Abrams dan Laros (1986) dalam Cunningham et al (2010) mempelajari efek
pertambahan berat ibu terhadap berat lahir pada 2946 kehamilan dengan persalinan aterm.
Pertambahan berat badan ibu mempengaruhi berat lahir. Wanita yang beratnya kurang,
melahirkan bayi yang lebih kecil sedangkan yang sebaliknya berlaku pada wanita yang
berat badannya berlebih.
Di Inggris kenaikan berat badan selama hamil umumnya mencapai 11-16 kg, tetapi
angka ini sangat bervariasi. Rata-rata pertambahan berat badan dalam trimester kedua dan
ketiga harus mencapai rata-rata 0,4 kg/minggu untuk wanita dengan berat badan normal,
lebih kecil 0,3 kg/minggu untuk wanita dengan berat badan berlebih dan lebih besar 0,5
kg/minggu untuk wanita dengan berat badan kurang. Kenaikan berat badan yang berlebihan
dikaitkan dengan bayi besar, sehingga meningkatkan risiko persalinan dan sebaliknya
rendahnya pertambahan berat badan menimbulkan risiko berat lahir rendah dengan berbagai
kemungkinan implikasi jangka panjang terhadap kesehatan (Barasi, 2009).
Crane et al (2009) dalam penelitiannya untuk mengevaluasi efek dari kenaikan berat
badan kehamilan berdasarkan IMT terhadap ibu dan bayi mendapatkan bahwa hanya 30,6%
wanita mendapatkan berat badan yang dianjurkan selama kehamilan, 52,3% perempuan
naik lebih dari yang direkomendasikan dan 17,1% naik kurang dari yang direkomendasikan.
Pada wanita dengan IMT normal sebelum kehamilan, kelebihan berat badan dikaitkan
dengan tingkat peningkatan hipertensi gestasional (OR=1,27), augmentasi persalinan (OR
=1,09) dan berat lahir ≥ 4000 gram (OR=1,21). Pada wanita kelebihan berat badan,
kelebihan berat badan dikaitkan dengan tingkat peningkatan hipertensi gestasional
(OR=1,31) dan berat lahir ≥ 4000 g (OR=1,30). Pada wanita yang obesitas, kelebihan berat
badan dikaitkan dengan tingkat peningkatan berat lahir ≥ 4000 gram (OR=1,20) dan
kelainan metabolik neonatal (OR=1,31).
Martin et al (2009) dalam Cunningham et al (2010) mempelajari pengaruh
penambahan berat badan ibu selama hamil dengan berat lahir dengan menggunakan data
akta kelahiran tahun 2006. Terdapat 60% wanita hamil menambah berat sebesar 26 lb atau
lebih. Penambahan berat ibu memperlihatkan korelasi positif dengan berat lahir dan wanita
dengan risiko terbesar 14% untuk melahirkan bayi dengan berat kurang dari 2500 gr adalah
mereka yang penambahan beratnya kurang dari 16 lb. Hampir 19% kelahiran dari wanita
dengan penambahan berat badan yang rendah tersebut adalah persalinan kurang bulan.
Wanita yang memulai kehamilannya saat masih obesitas atau yang mengalami peningkatan
berat badan berlebihan selama kehamilan akan berisiko mengalami gangguan hipetensi,
termasuk hipertensi akibat kehamilan. Ibu juga berisiko tinggi mengalami diabetes
gestasional dan kedua kondisi ini menyebabkan ibu cenderung akan melahirkan secara
seksio sesaria. Ibu juga dapat melahirkan bayi yang berukuran kecil atau lebih besar dari
usia kehamilan yang seharusnya. Jika menderita kekurangan nutrisi, ibu berisiko tinggi
mengalami anemia, kelahiran prematur dan retriksi pertumbuhan intrauterin dan kematian
perinatal (Fraser dan Cooper, 2009).
Gizi kurang dan gizi lebih sebelum kehamilan berpengaruh tidak baik terhadap
kehamilan. Pada keadaan gizi kurang, simpanan zat-zat gizi ibu tidak cukup untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin serat kesehatan ibu. Dalam keadaan
seperti ini plasenta tidak berkembang dengan baik sehingga tidak mampu menyuplai zat gizi
dalam jumlah cukup untuk kebutuhan janin. Akibat yang mungkin terjadi adalah
pertumbuhan janin terhambat, bayi cacat sejak lahir, keguguran atau bayi lahir mati, bayi
prematur atau berat badan lahir rendah. Ibu yang mengalami gizi lebih sebelum kehamilan
berisiko tinggi terhadap penyakit tekanan darah tinggi, diabetes melitus, penyakit jantung
dan hal ini akan berdampak buruk bagi bayi yang dilahirkan (Almatsier, 2011).
Williamson (2006) menyebutkan bahwa wanita dengan berat badan sebelum
kehamilan normal telah terbukti berhubungan dengan risiko rendah dari komplikasi selama
kehamilan dan persalinan dan dengan penurunan risiko memiliki berat lahir bayi rendah.
Berat badan kehamilan rendah meningkatkan risiko memiliki bayi BBLR, sedangkan berat
badan yang berlebihan selama kehamilan meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan
obesitas pada ibu setelah melahirkan dan bayi yang dilahirkan besar. Makrosomia dikaitkan
dengan komplikasi obstetri, trauma kelahiran dan tingkat yang lebih tinggi morbiditas dan
kematian neonatal. BBLR juga dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas neonatal. BBLR adalah penyebab utama kematian bayi, hal ini terkait dengan
defisit dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif kemudian hari serta penyakit paru,
diabetes dan penyakit jantung.
Koepp et al (2011) dalam penelitiannya di Skandinavia untuk melihat hubungan
antara indeks massa tubuh sebelum hamil ibu (BMI) dan perubahan berat badan ibu selama
kehamilan dan berat lahir mendapatkan bahwa berat badan lahir bayi meningkat dengan
meningkatnya BMI sebelum hamil ibu dan berat badan ibu selama kehamilan.

A. KERANGKA TEORITIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir meliputi :

Menurut Koepp (2011) :


- IMT sebelum hamil
- Kenaikan berat Badan ibu
selama Kehamilan

Menurut Kosim (2012) :


- Plasenta
Berat
- Malnutrisi
Badan Lahir
- Infeksi
- Genentik

Menurut Wong (2003) :


- Faktor Ibu
- Faktor Plasenta
- Faktor Janin

Gambar 2.1 Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir dari Koepp
(2011), Kosim (2012) dan Wong (2003).

Das könnte Ihnen auch gefallen