Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Page 1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum geologi Kelautan ini adalah sebagai salah satu syarat
kelulusan dalam proses perkuliahahan geologi kelautan.
Sedangkan tujuan dari praktikum geologi kelautan ini adalah mahasiswa dapat
menganalisa aspek- aspek geologi kelautan yang terjadi di dalam suatu lokasi
pengamatan atau suatu daerah dan menuangkanya dalam bentuk laporan data analisa.
Secara geografis letak lokasi praktimum stasiun satu,berada pada titik kordinat LS 02̊
37’9,72’’dan BT 140̊ 41’27,88’’ sedangkan pada stasiun dua berada pada titik
kordinat LS 02̊ 39’18,51’’ dan BT 140̊ 44’8,37’’
Pratikum geologi sejarah ini dilaksanakan pada:
Hari/tanggal :
Waktu :
Lokasi :
Lokasi praktikum ini dapat di tempuh dengan menggunakan kedaraan roda dua dan
speed boad.
Page 2
1.4 .Metod dan Tahapan Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan pada praktikum ini meliputi pengambilan
data langsung di lapangan dan dilanjutkan dengan pengolahan data dengan tahapan
penelitian sebagai bertikut :
Tahapan pengambilan data
Tahapan pengambilan data hanya dilakukan sekali yaitu langsung dengan
pengambilan data secara detail.data yang di ambil adalah data-data kordinat
titik pengamatan, akurasi,foto sampel ,pengambilan sampel dll.
Tahapan pengolahan data
Pengolahan data yang dilakukan adalah berupa ,deskripsi sampel batuan dan juga
fosil yang ditemukan di lapangan.
Tahapan penyusunan laporan
Setelah pengolahan data selesai, maka disusunlah hasil-hasil penelitian tersebut
dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk laporan.
Page 3
1.6. Penenitian Terdahulu
Adapun peneliti yang sudah pernah melakukan penelitian pada
lokasi praktikum ini adalah:
4
BAB II
GEOMORFOLOGI
4
Struktur geologi berupa antiklin, sinklin, sesar normal, sesar naik dan
sesar mendatar. Arah umum struktur regional pada batuan sedimen adalah
baratlaut-tenggara, beberapa hampir mendekati barat-baratlaut, timur-
tenggara dan utara-baratlaut; selatan-tenggara terutama pada batuan
Tersier. Struktur timur-timurlaut – barat- baratdaya terdapat pada batuan
metamorf dan ultrabasa, sedangkan yang hampir utara-selatan pada
batugamping Kuarter dan juga batuan metamorf.
Sejak kala Kapur sampai Miosen Awal, diperkirakan telah terjadi
kegiatan gunungapi bawah laut yang membentuk Formasi Auwewa.
Kegiatan tektonik pada Oligosen Tengah menyebabkan susut laut dan
pada saat tersebut batuan ultramafik, mafik dan metamorf muncul ke
permukaan, sementara kegiatan gunungapi berlangsung terus. Pada
Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah terjadi sedimentasi batugamping
ganggang-koral dan batugamping pelagos tufaan dalam lingkungan laut
dangkal-agak dalam, membentuk Formasi Numbay. Pada Miosen Awal
terjadi pengendapan sedimen turbidit Formasi Makats, yang disusul oleh
susut laut pada Pliosen Akhir-Plistosen. Mulai Plistosen Awal sekeliling
“Tinggian Cycloop” terjadi sedimentasi batugamping terumbu koral
dalam lingkungan laut dangkal-laut terbuka agak dalam. Pengangkatan
kuat pada Akhir Plistosen diikuti oleh suatu pelipatan dan penyesaran
yang kuat pada Formasi Jayapura serta mempertajam pelipatan pada
Formasi Makats. Kegiatan pengangkatan pada akhir pembentukan Formasi
Jayapura ditandai oleh adanya julang setinggi 750 meter. Tektonik saat
tersebut berpengaruh pada pembentukan Batuan Campuraduk dan Satuan
Endapan Lumpur. Gejala poton yang masih aktif dan kelurusan yang
diduga sesar pada sedimen klastika kasar dan batugamping koral, serta
adanya terumbu terangkat berupa undak, menjadi bukti tektonika masih
aktif (Suwarna dan Noya, 1995).
4
2.1.1 Pegunungan Ofiolit(Ophiolit mountain)
Pegunungan Ofiolite merupakan pegunungan antara daerah tengah dan
“Meervlakte” Membentuk suatu daerah penghalang yang tinggi, terutama
tersusun oleh batuan ultrabasa dan plutonik basa yang diatas 30 km
panjangnya tidak beraturan. Pegunungannya tersusun dari batuan – batuan
ultrabasa yang memperlihatkan penyebaran yangl uas tetapi bagian
dalamnya terpotong akibat punggungan – punggungan membulat yang
pejal yang dipisahkan oleh lembah – lembah terjal berbentuk “V”
Vegetasi pada batuan ini merupakan jenis tumbuhan yang tumbuh secara
kerdildan topografi yang pejal ini memberikan suatu pola yang khas pada
foto udara. Batuan Plutonik terpotong jelas dengan mengikuti pole dendritik
tetapi punggunganya memiliki kekerasan yang sama dan dicirikan oleh
punggungan – punggungan bersisi terjal dan tajam dan berkembang baik
ditutup rimba.
4
2.1.2 Pedataran Danau (meerlavke)
Merupakan suatu kata geografi yang asing, tentang sebagian
drainase dari daerah pegunungan dari wilayah tubuh atau badan yng
mengalir kedalam depresi antara pegunungan yang disebut dengan
“Meervlakte” (Dataran Danau), Sebagian besar rawa – rawa dialiri meander
Sungai Rufear dan sungai Idenburg yang berhubunngan dengan Sungai
Mamberamo yang kemudian terputus oelh pegunungan bagian utara yang
sepanjang 100 km.
4
Aluvial dan Endapan Pantai (Qa)
kerikil, kerakal, pasir, lanau dan lumpur di lingkungan rawa dan pantai. Endapan
pantai mengandung pecahan koral Resen. Satuan ini terletak sepanjang barat laut
hingga Timur di pantai Enggros dengan memiliki sedimen yang berukuran pasir
dan juga adanya fragmen-fragmen cangkang biota laut yang telah mati. Serta
adanya sedimen yang mempunyai pasir hingga lempung pada Channel Bar sungai
Suborgonjie. Maka satuan ini dapat di sebandingkan dengan Satuan Aluvium dan
Endapan Pantai (Noya & Suwarna 1995) satuan ini berumur Holosen dan
berhubungan tidak selaras dengan batuan yang berumur lebih tua
4
BAB III
STRATIGRAFI
4
3.2.1 Satuan Batuan
daerah praktikum ditemukan satu jenis batu gamping terumbu yang
tersebar di daerah kayo pulo dan pulau kosong yang dicirikan dengan adanya
beberapa jenis terumbu karang seperti Acropora cervicornis, Acropora micropthalma
dan dll.
Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada ciri litologi batuan tersebut
yang meliputi tekstur, struktur dan ciri fisik. Pada kondisi segar dilapangan,
batuan ini menunjukan warna putih kapur hingga agak keabu-abuan. Terdiri dari
fragmen allochen bermatriks relic yang tersemenkan oleh kandungan karbonat
Menurut para ahli geologi seperti Shepard (1971), Kuenen (1960), Bird
(1976) dan Mater dan Bennet (1984) proses terbentuknya terumbu karang
berbeda – beda tetapi intinya mereka mengemukakan bahwa 75 % dari seluruh
terumbu karang terbentuk pada masa Pleistosen.
Pada masa Pleistosen itu terjadi “tectonic subsidence” (penurunan lapisan kerak
bumi di dasar samudra akibat letusan gunung berapi) dan fluktuasi paras muka
laut akibat terjadinya perubahan massa es mulai zaman Pleistosen hingga perioda
resen yang mengakibatkan variasi pada kedalaman laut di sepanjang paparan
kontinental (continental shelf). Dengan adanya variasi pada kedalaman laut di
sepanjang paparan kontinental inilah yang menyebabkan tumbuhnya karang
secara berkesinambungan.
4
Kita ketahui bersama bahwa terdapat 3 formasi terumbu karang, yaitu :
1. Terumbu karang tepi (Fringing Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat
di sepanjang pantai dan dalamnya tidak lebih dari 40 meter.
2. Terumbu karang penghalang (Barrier Reefs), berada jauh dari pantai yang
dipisahkan oleh goba (lagoon) dengan kedalaman 40 – 70 meter.
3. Atol (atolls), yang merupakan karang berbentuk melingkar seperti cincin
yang muncul dari perairan yang dalam, jauh dari daratan.
4
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Geologi laut atau disebut juga geologi marine adalah salah satu cabang
ilmu geologi untuk mengetahui komposisinya, struktur dan proses pembentukan
dasar laut. Ilmu ini berguna untuk pembangunan struktur dibawah laut maupun
pelayaran, seperti pembangunan dermaga, anjungan pemboran minyak, kabel
bawah laut, jembatan antar dua pulau.
4
4.2. Terumbu Karang
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa
tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya,
namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak
membentuk karang..Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut
Polip.Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang
mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas
dan dikelilingi oleh Tentakel.Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu
polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut
koloni.Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat
menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies
tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum
diketahui.
4.2.1. Klasifikasi
4
2. Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan
kelompok yang tersebar luas di seluruh dunia.
3. Berdasarkan Letak
4
terletak di daerah tropis. Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas
pesisir pantai dari pulau-pulau besar.
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs) menyerupai terumbu karang
tepi, hanya saja jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai. Terumbu
karang ini terletak sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh
perairan berkedalaman hingga 75 meter.
3. Terumbu karang cincin (attols) merupakan terumbu karang yang
berbentuk cincin dan berukuran sangat besar menyerupai pulau. Terumbu
karang berbentuk cincin mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang
tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.
4. Terumbu karang datar (gosong terumbu/patch reefs) kadang-kadang
disebut juga sebagai pulau datar. Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas
sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu
pembentukan pulau datar.
4. Berdasarkan Zonasi
4
pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air
yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.
4.2.2. Morfologi
Morfologi terumbu karang tersusun atas kalsium karbonat (CaCO3) dan terdiri
atas lempeng dasar, merupakan lempeng yang berfungsi sebagai pondasi dari
septa yang muncul membentuk struktur tegak dan melekat pada dinding yang
disebut epiteka. Keseluruhan skeleton yang terbentuk dari satu polip disebut
koralit, sedangkan keseluruhan skeleton yang terbentuk dari banyak polip dari
satu individu atau koloni disebut koralum. Permukaan koralit yang terbuka
disebut kalik. Septa dibedakan menjadi septa pertama, kedua, ketiga, dan
seterusnya, tergantung dari besar-kecil dan posisinya. Septa yang tumbuh hingga
mencapai dinding luar dari koralit disebut kosta. Pada dasar sebelah dalam dari
septa tertentu umumnya dilanjutkan oleh suatu struktur yang disebut pali. Struktur
yang berada di dasar dan tengah koralit sering merupakan kelanjutan dari septa
yang disebut kolumela (IPB, 2008).
Sedangkan menurut Manuputty (1998), Karang lunak sesuai dengan namanya
memiliki tubuh yang lunak tapi lentur. Jaringan tubuhnya disokong oleh
kumpulan duri-duri kecil yang kokoh, tersusun sedemikian rupa sehingga
tubuhnya lentur dan tidak mudah putus atau sobek. Duri-duri tersebut disebut
spikula, mengandung karbonat kalsium. Secara sepintas karang lunak tampak
seperti tumbuhan karena bentuk koloninya bercabang seperti pohon, memiliki
tangkai yang identik dengan batang dan tumbuh melekat pada substrat dasar yang
keras
4.2.3. Pertumbuhan
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih
terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa
tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya,
4
namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak
membentuk karang.
4.2.4.Parameter Lingkungan
4.2.4.1. Cahaya
Sama seperti tumbuhan, terumbu karang juga membutuhkan sinar matahari. Agar
bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik, terumbu karang memerlukan keadaan
lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu yang hangat yang berkisar di atas 20̊ C.
Terumbu karang kadang juga hidup di lingkungan perairan yang airnya jernih dan tidak
berpolusi. Karena ini bisa berdampak ke penetrasi cahaya oleh terumbu karang. Beberapa
jenis terumbu karang memerlukan sinar matahari untuk melakukan
fotosintesis.Cahaya diperlukan bagi proses fotosintesa algae simbiotik.
Kedalaman penetrasi sinar mempengaruhi kedalaman pertumbuhan karang
hermatipic seperti telah dikemukakan di muka kebutuhan oksigen untuk respirasi
fauna di suatu terumbu karang dapat diatasi dengan adanya algae simbiotik yang
disebut zooxanthellae. Oksigen tambahan tersebut dihasilkan dari proses
fotosintesa, yaitu proses yang hanya dapat berlangsung apabila ada cahaya
matahari. Jadi intensitas dan kualitas cahaya yang dapat menembus air laut
amatlah penting untuk fotosintesa pada zooxanthellae yang seterusnya akan
menentukan pula sebaran vertikal karang batu yang mengandungnya.
Semakin dalam laut semakin kurang intensitas cahaya yang dapat mencapainya
yang berarti semakin kecil pula produksi oksigen oleh zooxanthellae. Menurut
Younge (1940) dalam Sukarno dkk (1982) kedalaman laut maksimum untuk
karang batu pembentuk terumbu karang adalah 45 meter. Lebih dalam dari ini
cahaya sudah terlampau lemah untuk memungkinkan zooxanthellae menghasilkan
oksigen yang cukup bagi karang batu.Melalui fotosintesa, zooxanthellae merubah
karbon dioksida dan air menjadi oksigen dan karbohidrat. Polip koral
memanfaatkan karbohidrat sebagai makanan. Polip juga menggunakan oksigen
4
untuk respirasi, dan pada akhirnya akan mengembalikan karbon dioksida kepada
zooxanthellae. Melalui pertukaran ini koral menghemat energi, kalau tidak energi
ini akan digunakan untuk mengeleminasi karbon dioksida Nitrogen dan Phosphor
diputar antara zooxanthellae dan polyp koral. Sebagai contoh, zooxanthellae
mengambil ammonia yang dilepaskan oleh polip sebagai kotoran dan merubahnya
kembali menjadi asam amino. Zooxanthellae juga merangsang kalsifikasi oleh
polip dengan memanfaatkan karbon dioksida selama fotosintesa. Pada keadaan
yang optimal akan mempercepat permbentukan cangkang (kalsifikasi). Senyawa
racun di dalam karang lunak (Ordo Alcynacea) membuat koral tidak disukai oleh
predator. Koral berkompetisi untuk mendapatkan ruang hidup di terumbu.
Beberapa koral pembentuk terumbu dapat mencerna jaringan dan menginvasi
koral lainnya.
4.2.4.2. Suhu
Diperkirakan terdapat lebih dari satu juta spesies mendiami ekosistem ini. Meski
terlihat kokoh seperti batuan karang, ekosistem ini sangat rentan terhadap perubahan
lingkungan. Suhu optimum bagi pertumbuhan terumbu karang berkisar 26-28°C. Dengan
toleransi suhu berkisar 17-34°C.Perubahan suhu dalam jangka waktu yang panjang bisa
membunuh terumbu karang. Ekosistem ini juga memerlukan perairan yang jernih,
sehingga matahari bisa menembus hingga lapisan terdalamnya.
4.2.4.3. Sanilitas
4
4.2.4.4. Arus
4.2.4.5. Sedimentasi
4
4.2.5. Transpalasi Karang
4
BAB V
METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa di daerah penelitian
terdapat beberapa jenis karang di antaranya Acropora cervicornis, Acropora
elegantula, Acropora acuminata, Acropora digitifera, Acropora hyacinthus,
Acropora gemmifera, Acropora palifera, Montipora tuberculosa,dan beberapa
biota laut sepeti bintang laut,timun laut (teripang) juga berbagai spesies ikan
penghuni karang.
5.2. Saran
Dibutuhkan kedepannya persiapan yang matang dan juga perencanaan
yang baik dari mulai praktikum sampai ke analisa laboratorim.
Juga harus adanya panduan prosedur kerja analisa yang akan di analisis.
4
LAMPIRAN
- DATA LAPANGAN
- FOTO UDARA CITRA SATELIT
4
-