Sie sind auf Seite 1von 3

Salah Kembangkan Produk, Motorola Ambruk dari Kesuksesannya

Keputusan bisnis merupakan salah satu elemen penting yang dapat menentukan jatuh bangunnya
sebuah perusahaan. Hati-hati, kesalahan mengambil keputusan dapat menjadi bumerang yang
dapat menghantam bisnis yang tengah dilakoni.

Tengok saja bagaimana Motorala bergulat memperbaiki kerugian yang harus ditanggung karena
salah mengambil keputusan. Sebelum smart phone terkenal seperti sekarang, Motorola
merupakan perusahaan yang telah lama bergelut di bisnis telepon seluler.

Sayangnya, Motorola terlalu lambat dalam merilis versi-versi terbaru dari smart phone yang
diproduksinya. Kala itu, iPhone dan BlackBerry berhasil mengungguli persaingan penjualan
untuk smart phone.

Dalam persaingannya, Motorola terlalu fokus pada bentuk fisik smart phone yang dirilis
dibandingkan keinginan para konsumen. Alhasil Motorola harus menanggung rugi berupa
penurunan pendapatan yang sangat besar dalam tiga tahun hingga 2009.

Berikut ulasan kesalahan keputusan bisnis Motorola yang membuatnya rugi berat seperti dikutip
dari oddee.com, 247wallst.com, dan wiredtocare.com, Senin (14/7/2014):

Menjadi perusahaan yang pertama kali menanjak di bisnis penjualan smart phone, Motorola
justru gagal bersaing di bidang tersebut. Kesalahan terbesarnya adalah keliru mengambil
keputusan untuk berekspansi dan menciptakan program baru.

Pada 2006, smartphone merek Razr yang dirilis Motorola berhasil mencuri perhatian pasar.
Sayangnya, perusahaan tersebut gagal meluncurkan generasi baru smartphone dengan
memanfaatkan merek Razr yang telah lebih dulu populer.

Motorola justru menjual telepon seluler sederhana dan cenderung kuno dengan promo potongan
harga. Setelah belajar dari kesalahannya, Motorola akhirnya merilis generasi baru ponsel Razr
pada 2010.
Namun sayang, produk-produk tersebut harus bersaing dengan iPhone dan Blackberry yang
mulai menguasai pasar smartphone. Kurangnya inisiatif akhirnya merugikan Motorola dan
membuat perusahaan tersebut harus membayar sangat mahal.

Kesalahan fokus Motorola dalam berbisnis telah merugikan perusahaan tersebut hingga tiga
tahun lamanya. Pada puncaknya, perusahaan telepon seluler tersebut dapat mencetak pendapatan
hingga US$ 43,7 juta miliar per tahun.

Namun sayang, harga saham Motorola terus jatuh hingga lebih dari 90 persen dari US$ 107
menjadi US$ 13 sejak Oktober 2006 hingga Maret 2009.

Padahal saat itu, ponsel Razr yang ramping dan bergaya tengah mendominasi pasar. Motorola
berhasil menguasai sekitar 22 persen dari pangsa pasar telepon seluler.

Dibandingkan hadir dengan inovasi atas produk Razr-nya, perusahaan tersebut justru lebih fokus
mengubah-ubah variasi Razr. iPhone lantas hadir dengan desain smart phone yang trendi dan
melibas popularitas Motorola.

saat itu, Co-CEO Motorola Greg Brown mengakui, popularitas dan kesuksesan Razr memang
membutakan perusahaan akan pentingnya meningkatkan daya saing melalui pengembangan
produk. Dia bahkan mengatakan, kesuksesan bisa menjadi salah satu jalan menuju kegagalan
seperti yang terjadi pada Motorola.

Motorola Mobility dimiliki oleh Google Inc dan menguasai 11,2 persen pangsa pasar untuk
produk ponsel pada Agustus 2012. Namun kemudian, Google menjual Motorola Mobility pada
Lenovo senilai US$ 2,91 miliar pada Januari 2014. (Sis/Nrm)
Pembahasan

Di dalam lingkungan industri, setiap perusahaan seharusnya selalu dapat menyesuaikan


diri dengan perkembangan yang sedang terjadi dipasar. Setiap orang dalam perusahaan harus
dapat mengembangkan potensi perusahaan, dan melakukan observasi secara berkelanjutan untuk
mencapai hasil yang terbaik bagi perusahaannya. Hal ini yang tidak dilakukan oleh perusahaan
Motorola. Motorola seharusnya dapat mengembangkan potensi yang ada dengan menghadirkan
update fitur-fitur yang dapat menarik konsumen seperti apa yang dilakukan perusahaan iphone
kala itu. Tetapi perusahaan ini terlalu puas dengan apa yang diraih pada masa kejayaannya, ia
tidak berinovasi kepada produknya dan hanya fokus pada bentuk fisik smart phone yang dirilis
dibandingkan keinginan para konsumen yakni dengan hanya melakukan penjualan telepon
seluler sederhana dan cenderung kuno dengan promo potongan harga.

Kejumawaan juga menjadi hal yang menyebabkan perusahaan ini berada dalam
keterpurukan. Dikala perusahaan ini dalam masa kejayaan ia malah dibutakan akan kejayaannya
dan melupakan pentingnya meningkatkan daya saing melalui pengembangan produk, sehingga
malah menjadi boomerang untuk perusahaan ini.

Pelajaran yang dapat dipetik dari kasus Perusahaan Motorola tersebut adalah bahwa
faktor kecepatan dalam pengambilan keputusan sangat diperlukan sekali oleh pemimpin pasar.
“Lengah sedikit maka peluang akan diambil pesaing,”, dan juga jangan terlalu merasa jumawa
terhadap kesuksesan sementara yang dimiliki sehingga menyepelekan banyak hal dan menjadi
tidak bijak dalam mengambil keputusan.

Das könnte Ihnen auch gefallen