Sie sind auf Seite 1von 369

1

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPADA Ny. V


DI UPT PUSKESMAS BANYUANYAR
SURAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR


DiajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratTugasAkhir
Pendidikan Diploma 3 Kebidanan

DisusunOleh
HestiKusdianingrum
NIM B15024

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
TAHUN 2018
2
3
4
5

CURRICULUM VITAE

Nama : Hesti Kusdianingrum


Tempat/Tanggal Lahir : Sragen/ 14 Juni 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jabung RT 1, Kel. Jabung, Kec. Plupuh,
Kab. Sragen

Riwayat Pendidikan
1. SDN Jabung 1 LULUS TAHUN 2006
2. SMP N 1 Plupuh LULUS TAHUN 2009
3. SMA N 1 Gemolong LULUS TAHUN 2012
4. Prodi D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada ANGKATAN 2015/2016

v
5

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehiongga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan
KebidananKomprehensifPada Ny. V Di UPT Puskesmas Banyuanyar Surakarta”
dengan baik dan tepat waktu
Laporan Tugas Akhir penulis disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh derajat Ahli Madya Kebidanan di Prodi D 3 Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakrta
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan
banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk ini pada kesempaatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT atas ijin-NYA penulis bisa menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir.
2. Ibu Wahyu Rima Agustina, S.Keb.,Ns.,M.kep selaku ketua STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Siti Nurjanah, SST.,M.keb, selaku ketua program studi D3 Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Kepala UPT Puskesma Banyuanyar yang telah memberikan ijin dan
membantu dalam proses pengambilan kasus.
5. Ibu Hutari Puji Astuti, S.SiT.,M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
6. Ibu Lestari Anggraini, SST selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga
Laporan Tugas Akhir ini terwujud.
7. Ibu V yang telah bersedia menjadi subjek dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir.

vi
5

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini


masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir
ini.
Surakarta, Juli 2018

Penulis

vii
8

MOTTO

1. Siapa saja yang mengetahui pribadinya, maka pasti ia mengetahui Tuhannya


(Dhamar Shashangka).
2. Hidup berteman dengan siapa adalah pilihan. Tetapi hidup untuk Allah adalah
suatu keharusan (Dwi Suwiknyo).
3. Happiness doesn’t depend upon you are or what you have, it depends solely
upon what you think (Dale Carnegie).
4. Become an expert in your field and success will follow (Robert Kihlstrom)
5. Adalah kebodohan jika kita melakukan hal yang sama berulang kali,
sedangkan kita mengharapkan hasil yang berbeda (Albert Einstein).
6. Many people fail in life, not for lack of ability or brainds or even courage but
simply because they have never organized their energies around a goal (Elbert
Hubbard).

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahkan:

1. Fatmasari Anning Ananta anak perempuanku tercinta, terima kasih telah


menjadi anak yang baik dan kamu adala hmotivasi bagi ibu.
2. Suamiku tercinta terima kasih telah setia mendampingiku dalam menempuh
pendidikan.
3. Ibu dan bapak terima kasih atas doa restunya dan cinta kasihnya selama ini.
4. Mertuaku dan adik-adikku tercinta terima kasih atas doa restu dan cinta kasih
selama ini.
5. Mr. Aiman, I would like to say thankfully for your supports. Just a dua, I
wish Allah always keeps your health, wealth and reward your kindness with
jannahtul firdous.
6. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan Laporan Tugas
Akhir ini.
7. Almamater tercinta.

viii
8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN PERYATAAN .............................................................................. iv

CURIKULUM VINTAGE.................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Laporan Kasus ........................................................................ 5
D. Manfaat Laporan Kasus ...................................................................... 6
E. Keaslian Laporan Kasus ...................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10

A. Konsep Dasar Kasusdan Standar Asuhan Kebidanan ....................... 10


B. Kerangka Pikir ..................................................................................249
C. Landasan Hukum ..............................................................................250

ix
10

BAB III METOLOGI LAPORAN KASUS ....................................................259

A. Jenis Laporan Kasus ..........................................................................259


B. Lokasi Laporan Kasus .......................................................................259
C. Subjek Laporan Kasus.......................................................................260
D. Waktu Laporan Kasus .......................................................................260
E. Instrumen Laporan Kasus .................................................................260
F. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................261
G. Alat-Alat Yang Dibutuhkan ..............................................................264
H. Jadwal Laporan Kasus.......................................................................264

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN ....................................265

A. Gambaran Lokasi Laporan Kasus .....................................................265


B. Tinjauan Kasus ..................................................................................266
C. Pembahasan .......................................................................................309

BAB V PENUTUP .............................................................................................355

A. Simpulan ...........................................................................................355
B. Saran ..................................................................................................357

x
11

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Leopold I .........................................................................................69

Gambar 2.2 Leopold II ........................................................................................69

Gambar 2.3 Leopold III.......................................................................................70

Gambar 2.4 Leopold IV ......................................................................................70

xi
12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan LTA.

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Pengambilan Kasus.

Lampiran 3. Surat Balasan Pengambilan Kasus.

Lampiran 4. Surat Permohonan Menjadi Pasien

Lampiran 5. Surat Persetujuan Pasien (Informed Consent)

Lampiran 6. SOAP Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Lampiran 7. SOAP Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Lampiran 8. SOAP Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Lampiran 9. SOAP Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana

Lampiran 10. Lembar Konsultasi Proposal Dan LTA

Lampiran 11. Lembar Kunjungan Hamil

Lampiran 12. Lembar Kunjungan Nifas

Lampiran 13. Satuan Acara Penyuluhan Dan Leaflet

Lampiran 14. Dokumentasi Pengambilan Kasus, Foto, Fotocopy Buku KIA dll

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian Ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau

dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab

yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya,

tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan / cidera (Infodatin, 2014). Angka

Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,

persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas

atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab – sebab lain seperti

kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan

Indonesia Tahun 2016). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah

kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu

satu tahun (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2015).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012,

angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000

kelahiran hidup Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI

tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini

sedikit menurun namun tidak siknifikan. Target global MGDs (Milenium

Development Goals) ke-5 adalah penurunan AKI menjadi 102 per 100.000

kelahiran hidup per 2015 (Infodatin, 2014). Berdasarkan hasil survey

Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI kembali menunjukkan

11i
2

penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup namun tidak memenuhi

target MGDs. Hasil Survey Penduduk Antara Kasus (SUPAS) 2015

menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup yang artinya

telah mencapai target MGDs 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup

(Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

AKI Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 berdasarkan profil

kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebesar 111,16 kasus per 100.000 kelahiran

hidup mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan pada tahun 2014

yang mencapai 126,55 kasus per 100.000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi

Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup mengalami

penurunan dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 10,8 per 1000

kelahiran hidup. Sedangkan menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah di kota

Surakarta tahun 2015 jumlah kasus kematian ibu 5 kasus dan jumlah AKB

sebesar 7,75 kasus per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Jawa

Tengah, 2015). Di UPT Pukesmas Banyuanyar tahun 2017 tidak terdapat

kasus kematian ibu namun masih terdapat 3 kasus kematian bayi yang

diebabkan oleh kelainan jantung bawaan, gagal nafas dan hiperbillirubin

(Puskesmas Banyuanyar, 2018)

Visi “Indonesia Sehat 2025” adalah keadaan masyarakat Indonesia di

masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan

dirumuskan sebagai “Indonesia Sehat 2025”. Sasaran pembangunan

kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator diantara lain


3

penurunan AKB dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005

menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025 dan menurunkan

AKI dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025 (Purwandari, 2018).

Keberhasilan kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator

AKI (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016). AKB menggambarkan

tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor

penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil,

tingkat keberhasilan KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial

ekonomi (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2015). AKI dan AKB merupakan

tolok ukur dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu

pemerintah sangat menekankan untuk menurunkan angka kematian ibu dan

bayi melaui program-program kesehatan. Dalam pelaksanaan program

kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten,

sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai (Sulistyawati, 2009).

Midwife care (asuhan kebidanan) adalah penerapan fungsi dan

kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan

kepada klien yang mempunyai kebutuhan / masalah dalam bidang kesehatan

ibu masa hamil, masa bersalin, nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga

berencana (Barus, 2018). Setiap ibu hamil harus mendapatkan pelayanan

kehamilan yang bermutu sesuai dengan standar agar dapat melewati masa

kehamilan dengan sehat, melahirkan dengan selamat dan menghasilkan bayi

yang sehat. Asuhan antenatal harus dilakukan secara komprehensif, terpadu


4

dan berkualitas agar apabila terdapat masalah atau penyakit yang

mempengaruhi kehamilan dapat segera terdeteksi (Suryaningsih, 2018)

Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia bidang kesehatan

merupakan ujung tombak atau orang yang berada di garis terdepan yang

berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program. Dengan

peran yang cukup besar ini maka sangat penting kiranya bagi bidan untuk

senantiasa meningkatkan kompetensinya melalui pemahaman mengenai

asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil sampai nifas serta kesehatan bayi

(Sulistyawati, 2009).

Berdasarkan uraian diatas penulis melakukan laporan kasus dengan

judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. V Di UPT Puskesmas

Banyuanyar Surakarta”. Penulis berharap dengan penyusunan Laporan

Tugas Akhir (LTA) ini mampu memberikan asuhan komprehensif mulai

dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB terhadap Ny V di

UPT Pukesmas Bayuanyar

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat rumusan

masalah dalam Laporan Tugas Akhir ini yaitu“Bagaiman asuhan kebidanan

komprehensif pada Ny V di UPT Puskesmas Bayuanyar?”


5

C. Tujuan Laporan Kasus

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny V di UPT

Puskesmas Bayuanyar Surakarta selama masa hamil, bersalin, nifas

neonatus dan KB dengan mengunakan pendekatan menejemen kebidanan

Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu :

1) Melaksanakan pengkajian pada Ny. V secara komprehensif

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

2) Mengintrepentasikan data dasar pada Ny. V secara

komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.

3) Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensialpada Ny. V

secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan.

4) Mengidentifikasikan kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera pada Ny. V secara komprehensif dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan.

5) Merencanakan asuhan kebidanan pada Ny. V secara

komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.
6

6) Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. V secara

komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diperoleh pada Ny.

V secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan.

b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus

nyata dilapangan serta alternatif pemecahan masalah.

D. Manfaat Laporan Kasus

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk

menambah wawasan tentang kasus asuhan kebidanan konprehensif pada

Ny. V

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai

masukan dalam memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada

ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana.

b. Bagi Profesi

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan

dalam asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir,

nifas dan keluarga berencana.


7

c. Bagi Klien dan masyarakat

Agar klien maupun masyarakat bisa melakukan deteksi yang

mungkin timbul pada masa kehamilan, persalinan maupun pada

masa nifas sehingga memungkinkan segera mencari pertolongan.

E. Keaslian Laporan Kasus

Studi kasus ini sudh pernah dilakukan oleh :

1. Suryani (2017), dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan

Pada Ny. S Umur 28 Tahun di Wilayah Puskesmas Bayuanyar

Surakarta”. Pogram D 3 Kebidanan Falkultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret, dengan ruang lingkup masalah kesehatan ibu dan anak,

salah satu masalah yang harus ditangani serius di Indonesia asuhan

berkelanjutan mulai dari masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir

dan keluarga berencana berperan penting dalam menurunkan angka

kematian ibu dan bayi. Pelaksanaan asuhan berkesinambungan pada

Ny. S di puskesmas Banyuanyar Surakarta dan RSUD kota Surakarta

selama 3 bulan. Kehamilan usia 38+5 minggu normal, selama

pendampingan ibu melakukan ANC sebanyak 2 kali, persalinan

normal dengan APN, masa nifas ibu diberi konseling nifas, bayi diberi

asuhan bayi normal, ibu diberi konseling macam-macam alat

kontrasepsi. Evaluasi asuhan selama sampai KB berlangsung normal

dan lancar. Ibu telah dipasang KB IUD post plasenta. Ibu telah

mendapat asuhan komprehensif sehingga ibu dan bayinya dalam


8

kondisi sehat. Tidak ada komplikasi sampai asuhan terakhir. Terdapat

kesenjangan pada saat persalinan yaitu teknik jahitan perineum.

Sehingga disarankan instansi kesehatan dan bidan diharapkan

melaksanakan jahitan perineum sesuai dengan teori APN.

2. Rizqika Irianevy Kurniarest (2017) dengan judul “Asuhan Kebidanan

Berkelanjutan Pada Ny. D Umur 34 Tahun di Wilayah Puskesmas

Bayuanyar Surakarta” program studi D 3 Kebidanan Falkultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan ruang lingkup asuhan

kebidanan berkelanjutan dilakukan bidan dengan meningkatkan

kesejahteraan ibu dan bayi. Asuhan yang diberikan dimuali sejak

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB secara komprehensif.

Asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. D di Puskesmas

Banyuanyar dilakukan selama 2 bulan. ANC dilaksanakan sampai usia

kehamilan Ny. D 39+3 minggu. Persalinan sesuai APN, namun terjadi

kala II lama karena klien kelelahan. Asuhan nifas diberikan konseling

perawatan neonatus. Berat badan neonatus 4500 gram pada kunjungan

terakhir. Ibu diberi konseling pemilihan alat kontasepsi. Ny. D

memilih KB suntik 3 bulan. Yn. D dan bayi mendapat asuhan

berkelanjutan dengan keadaan sehat sampai kunjungan terakhir.

Ditemukan kesenjanagn yakni pelaksanaan IMD silakukan selama 35

menit, perawatan tali pusat tertutup dan pemberian susu formula pada

bayi. Dalam pemberian asuhan disarankan klien lebih kooperatif.


9

Perbedaan laporan kasus terletak pada subjek, waktu ,

asuhan dan hasil asuhan. Subjek laporan kasus pertama

bernama Ny. S 28 tahun, kedua Ny. D 34 tahun sedangkan

penulis mengambil subjek laporan kasus bernama Ny. V 20

tahun. Kedua laporan kasus tersebut di lakukan tahun 2017

sedangkan penulis melakukan laporan kasus pada tahun 2018.

Asuhan yang diberikan pada laporan kasus pertama dilakukan

pemasangan IUD post plasenta, sedangakan pada laporan kasus

penulis melakuan pemasangan IUD saat selesai masa nifas.

pada laporan kasus yang kedua dituliskan bahwa IMD hanya

dilakukan 35 menit namun pada laporan kasusu penulis

dilakukan penuh 1 jam. Hasil laporan kasus pada laporan kasus

pertama tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik, pada

laporan kasus kedua terdapat kesenjangan yaitu IMD hanya

dilakukan 35 menit, pada laporan kasus penulis terjadi

kesenjangan yaitu Ny. V tidak didampingi petugas kesehatan

saat dirujuk ke RS Panti Waluyo.

Persamaan laporan kasus adalah pada lokasi dan metode

asuhan. Lokasi pengambilan kasus dilakukan di wilayah kerja

UPT Puskesmas Banyuanyar. Metode pemberian asuhan

dilakukan secara komprehensif.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KASUS DAN STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

1. KEHAMILAN

a. Konsep Dasar

1) Pengertian

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan

fisiologis. Setiap wanita yang wanita yang memiliki organ

reproduksi yang sehat, yang telah mengalamai mestruasi, dan

melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang sehat

maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan. Masa

kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan

lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung dari hari pertama

haid terakir. Terbagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan

pertama,dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan, triwulan kedua

dari bulan keempat sampai keenam bulan dan trimester ketiga

bulan ketujuh hingga 9 bulan (Oktaviani, 2018).

Kehamilan merupakan hasil dari “kencan” sperma dan sel

telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel

telur (ovum) penuh perjuangan dari sekitar 20-40 juta sperma

yang dikeluarkan, hanya sedikit yang bertahan dan berhasil

10
11

mencapai tempat sel telur. Dari jumlah yang sudah sedikit itu,

hanya 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur

(Mirza dalam Walyani, 2015).

Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester

satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu

(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu,

minggu ke-28 hingga ke-40 (Saifuddin dalam Walyani, 2015).

2) Tanda- Tanda Kehamilan Trimester III

a) Gerakan janin dalam rahim

(1) Terlihat atau teraba gerakan janin.

(2) Teraba bagian-bagian janin.

b) Denyut jantung janin

(1) Di dengar dengan stetoskop laeneek, alat topografi, alat

doopler.

(2) Di lihat dengan alat ultrasonografi.

(3) Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rotagen untuk

melihat kerangka janin, untrasonografi (Marmi, 2014).

3) Perubahan Fisiologi dan Psikologi Pada Ibu Hamil Trimester III

a) Perubahan fisiologi pada ibu hamil trimester III

(1) Uterus

Pada trimester III itmus lebih nyata menjadi bagian

korpus uteri dan berkembang menjadi segmen bawah

Rahim (SBR). Pada kehamilan tua karena kontraksi


12

otot-otot bagian atas uterus, SBR menjadi lebih lebar

dan tipis, tampak batas nyata antara bagian atas yang

yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis.

Batas itu dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologis

dinding uterus, di atas lingkaran ini jauh lebih tebal dari

pada dinding SBR (Pantiawati dan Saryono, 2010).

(2) Sistem traktus urinarus

Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke

pintu atas panggul keluhan sering kencing akan mulai

tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi

menyebabkan metabolisme air menjadi lancar. Pada

kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter

lebih berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran

uterus yang berat kekanan akibat terdapat kolon

rektosigmoid di sebelah kiri. Perubahan-perubahan ini

membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine

dalam volume yang lebih besar dan memperlambat laju

aliran urine (Pantiawati dan Saryono, 2010).

(3) Sistem respirasi

Pada hamil 32 minggu keatas karena usus-usus

tertekan uterus yang membesar kearah diafragma

sehingga diafragma kurang leluasa bergerak


13

mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami

kesulitan bernafas (Pantiawati dan Saryono, 2010).

(4) Kenaikan berat badan

Penambahan berat badan yang dianjurkan berdasarkan

IMT pra-hamil menurut institute of medicine (IMO)

dalam Suryaningsih (2018) adalah :

(a) Gizi kurang /KEK (IMT<18,5) kenaikan BB total

yang disarankan adalah 12,71-18,16 Kg dengan

kenaikan rata-rata BB perbulan 0,45-0,59 Kg

(b) Normal (IMT 18,5-24,9) kenaikan BB total yang

disarankan adalah 11,35-15,89 Kg dengan kenaikan

rata-rata BB perbulan 0,36-0,45 Kg

(c) Kelebihan BB (IMT 25-29,9) kenaikan BB total

yang disarankan adalah 6,81-11,35 Kg dengan

kenaikan rata-rata BB perbulan 0,23-0,32 Kg

(d) Obesitas (IMT>/=30) kenaikan BB total yang

disarankan adalah 4,99-9,08 Kg dengan kenaikan

rata-rata BB perbulan 0,18-0,27 Kg

(5) Sirkulasi darah

Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25%

dengan puncak pada usia kehamilan 32 minggu,

sedangkan hematokrit mencapai level terendah pada

minggu 30-32 karena setelah 34 minggu masa RBC


14

terus meningkat tetapi volume plasma tidak.

Peningkatan RBC menyebabakan penyaluran oksigen

pada wanita hamil lanjut mengeluh sesak nafas dan

pendek nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan

meningkat untuk memenuhi kebutuhan bayi

(Pantiawati dan Saryono, 2010).

(6) Sistem muskuloskeletal

Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit dapat

bergerak. Perubahan tubuh secara bertahap dan

peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur

dan cara berjalan wanita berubah secara mencolok.

Struktur ligament dan otot tulang belakang bagian

tengah dan bawah mendapat tekanan berat. Wanita

muda yang cukup berotot dapat mentoleransi perubahan

ini tanpa keluhan akan tetapi wanita tua dapat

mengalami ganguan punggung yang cukup berat selama

dan segera kehamilan.

Otot dinding perut merengang dan akhirnya

kehilangan sedikit otot. Selama trimester ketiga otot

rektus abdominis dapat memisah, memyebabkan isi

perut menonjol di garis tengah tubuh. Umbilikus

menjadi lebih datar atau menonjol. Setelah melahirkan


15

tonus otot secara bertahap kembali, tetapi pemisahan

otot dilatasi recti abdominis menetap

(Pantiawati dan Saryono, 2010).

(7) Sistem gastrointestional

Rahim semakin membesar akan menekan rektum dan

usus bagin bawah, sengga terjadi sembelit atau

konstipasi. Sembelit atau konstipasi semakin berat

karena gerakan otot di dalam usus diperlambat oleh

tingginya progesteron (Sulistyawati, 2009).

b) Perubahan psikologi pada ibu hamil trimester III

(1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya

jelek, aneh dan tidak menarik.

(2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir

tepat waktu.

(3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul

pada saat melahirkan, khawatir akan keslamatanya.

(4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak

normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan

kekhawatiran.

(5) Merasa sedih karna akan terpisah dengan bayinya.

(6) Merasa kehilangan perhatian.

(7) Persaan mudah terluka (sensitif).

(8) Libido menurun (Sulistyawati, 2009).


16

4) Tanda Bahaya Dalam Kehamilan Trimester III

a) Perdarahan pervaginam

Batasan perdarahan antepartum/perdarahan pada

kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester dalam

kehamilan sampai bayi dilahirkan. Perdarahan pada

kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah

merah, banyak yang kadang-kadang tapi tidak selalu

disertai dengan rasa nyeri.

b) Sakit kepala yang hebat

Batasan masalah wanita hamil mengeluh nyeri kepala

yang hebat. Sakit kepala sering kali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit

kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit

kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ini mungkin

menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau

berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah

gejala dari pre-eklamsi.

c) Penglihatan kabur

Batasan masalah wanita hamil mengeluh penglihatan

yang kabur karena pengaruh hormon, ketajaman

penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan

ringan (minor) adalah normal.


17

d) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah

beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal

ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung dan pre-

eklampsi.

e) Keluar cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester

III, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum

proses persalinan berlangsung, pecahnya selaput ketuban

dapat terjadi pada kehamilan preterem (sebelum kehamilan

37 minggu) maupun pada kehamilan aterm.

f) Gerakan janin tidak terasa

Masalah ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah

kehamilan TM III.

g) Nyeri abdomen yang hebat

Batasan masalah ibu mengeluh nyeri perut pada

kehamilan trimester III nyeri abdomen yang mungkin

menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa

adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah

beristirahat (Pantiawati dan Saryono, 2010).


18

5) Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan Pada Trimester III

Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam

tubuh ibu yang semuanya membutuhkan suatu adaptasi, baik

fisik maupun psikologis. Dalam proses adaptasi tersebut tidak

jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal

tersebut adalah fisiologis namun tetap perlu diberikan suatu

pencegahan dan perawatan. (Sulistyawati, 2009).

Beberapa ketidaknyamanan dan cara mengatasi pada

trimester III menurut Pantiawati dan Saryono (2010) adalah

sebagai berikut :

a) Sesak nafas

(1) Sikap tubuh yang benar

(2) Tidur dengan bantal ekstra

(3) Makan jangan terlalu kenyang porsi kecil tapi sering

(4) Jangan merokok

(5) Jika berlebihan pergi ke dokter

b) Isomnia

(1) Istirahat usap-usap punggung

(2) Minum susu hangat

(3) Topang bagian tubuh dengan bantal

c) Sering kencing

(1) Batasi minum sebelum tidur

(2) Pakai duk yang bersih


19

(3) Latihan senam kagel

(4) Jika kencing terasa sakit cepat pergi ke dokter

d) Kontraksi brackton hicks

(1) Istirahat, atur posisi dan cara bernafas

(2) Usap-usap punggung

e) Kram kaki

(1) Istirahat, pengurutan daerah betis

(2) Selama kram kaki harus fleksi

f) Varices

(1) Istirahat paha dan kaki diangakat 1 jam kurang lebih 2

kali sehari

(2) Berdiri jangan terlalu lama

(3) Memakai stocking

g) Oedema

(1) Minum cukup

(2) Memakai stocking

(3) Istirahat paha dan kaki ditinggikan

(4) Bila dengan cara diatas tidak hilang segera pergi ke

dokter

h) Haemoroid

(1) Pencegahan agar feces tidak keras, contoh makan sayur

yang berserat dan buah

(2) Duduk jangan terlalu lama


20

(3) Posisi tidur miring

(4) Kompres dingin/hangat

(5) Obat suppositoria atas indikasi dokter.

i) Sembelit

(1) Tinkatkan diet asupan cairan.

(2) Buah prem atau just perm

(3) Minum cairan dingin atau hangat terutama saat

terutama kosong.

(4) Istirahat cukup

(5) Senam hamil.

(6) Membiasakan buang air besar secara teratur

(7) Buang air besar segera setelah ada dorongan

(Sulistyawati, 2009).

j) Sakit punggung atas dan bawah

(1) Gunakan posisi tubuh yang baik.

(2) Gunakan bra yang menopang dengan ukuran yang

tepat.

(3) Gunakan kasur yang keras.

(4) Gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan

punggung. (Sulistyawati, 2009).

6) Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester III

Menurut Sulistyawati (2009) kebutuhan psikologis pada ibu

hamil adalah:
21

a) Persiapan saudara kandung (sibling)

b) Dukungan keluarga

c) Perasaan aman dan nyaman selama kehamilan

d) Persiapan menjadi orang tua

e) Dukungan dari tenaga kesehatan

7) Kebutuhan Fisiologis Ibu Hamil Trimester III

a) Oksigen

Pada dasarnya kebutuhan oksigen semua manusia sama

udara yang bersih, tidak kotor atau polusi udara, tidak bau,

dsb. Pada prinsipnya hindari ruangan/tempat yang di penuhi

polusi udara (terminal, ruangan yang sering di pergunakan

untuk merokok) (Pantiawati dan Saryono, 2010).

b) Nutrisi

Asupan makanan selama kehamilan sebaiknya

memenuhi prinsip gizi seimbang, yaitu melalui peningkatan

asupan makanan yang mengandung sumber energi atau

tenaga, sumber protein, menghindari konsumsi makanan

ringan, kopi serta minuman kemasan, dan menghindari

makanan yang mengandung zat pewarna, pengawet,

penambah rasa ataupun makanan dalam kemasan.

Sebaiknya minum paling sedikit 2 liter per hari (8-10 gelas

per hari). Tambahan energi pada ibu hamil normal pada

trimester II dan III sebesar 300 kkl/hari. Kebutuhan protein


22

selama hamil lebih banyak, hal ini digunakan untuk

pertumbuhan jaringan janin. Vitamin B2, B3, dan B6

berfungsi untuk mendukung proses metabolisme, membuat

DNA dan sel darah merah, serta metabolism asam amino.

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan, melindungi

jaringan dari kerusakan, membentuk kolagen yang

menghantarkan sinyal kimia di otak serta membantu

penyerapan zat besi. Vitamin A berfungsi untuk

meningkatkan fungsi pengelihatan, imunitas, pertumbuhan

dan perkembangan embrio serta mencegah kelahiran

prematur dan BBLR (Suryaningsih, 2018).

c) Personal hygine

(1) Mandi

Mandi diperlukan untuk kebersihan kulit terutama

untuk perawatan kulit karna pada ibu hamil fungsi

eksresi keringat bertambah. Menggunakan sabun yang

ringan dan lembut agar kulit tidak teriritasi. Mandi

berendam air hangat selama hamil tidak di anjurkan

karena apabila suhu tinggi akan merusak janin jika

terjadi pada waktu perkembangan yang kritis, dan pada

trimester III mandi berendam di hindari karena resiko

jatuh lebih besar, di karenakan keseeimbangan ibu

hamil sudah berubah (Pantiawati dan Suryono, 2010).


23

(2) Perawatan gigi

Pemeriksaan gigi minimal dilakukan satu kali

selama hamil. Pada ibu hamil gusi menjadi lebih peka

dan mudah berdarah karena di pengaruhi oleh hormon

kehamilan yang menyebabkan hipertropi bersihkan gusi

dan gigi dengan benang gigi atau sikat gigi dan boleh

memakai obat kumur.

Cara merawat gigi :

(a) Tambal gigi yang berlubang

(b) Mengobati gigi yang berinfeksi

(c) Untuk mencegah gigi carries yaitu menyikat gigi

dengan teratur, membilas mulut dengan air setelah

makan atau minum saja, gunaka pencuci mulut

yang bersifat alkali atau basa, pemenuhan

kebutuhan kalsium

(Pantaiawati dan Suryono, 2010).

(3) Perawatan rambut

Rambut harus bersih, kramas 1 minggu 2-3 kali

(Pantiawati dan Suryono, 2010).

(4) Payudara

(a) Puting yang di bersihkan

(b) Persiapan menyusui dengan perawatan puting dan

kebersihan payudara
24

(Pantiawati dan Suryono, 2010).

(5) Perawatan vagina/vulva

(a) Celana dalam harus kering

(b) Jangan gunakan obat/menyemprot ke dalam vagina

(c) Sesudah BAB/BAK di lab dengan lab khusus

(d) Vaginal touching

Sebaikanya selama hamil tidak melakukan vagina

touching bisa menyebabkan pendarahan atau embolus

(udara masuk ke dalam peredaran darah)

(Pantiawati dan Suryono, 2010).

(6) Perawatan kuku

Kuku bersih dan pendek

(Pantiawati dan Suryono, 2010).

(7) Kebersihan kulit

Apabila terjadi infeksi kulit segera diobati, dan

dalam pengobata dengan resep dokter

(Pantiawati dan Suryono, 2010).

(8) Pakaian

Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan

yang ketat pada daerah perut dan leher :

(a) Stocking tungkai tidak di anjurkan karena dapat

menghambat sirkulasi.
25

(b) Pakailah BH yang menyokong payudara, dan harus

mempunyai tali yang besar sehingga tidak terasa

sakit pada bahu.

(c) Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu

tinggi.

(d) Pakaian dalam yang selalu bersih

(Pantiawati dan Suryono, 2010).

d) Eliminasi

Kehamilan menyebabkan terjadinya perubahan

hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi basah. Situasi

basah ini menyebabkan jamur (trokomonas) kembung

sehingga wanita mengeluh gatal dan mengeluarkan

keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu sehingga sering

digaruk dan menyebabkan saat berkemih terdapat residu

(sisa) yang memudahkan infeksi kandung kemih. Untuk

memperlancar dan mengurangi infeksi kandung kemih

yaitu dengan minum dan menjaga kebersihan disekitar alat

kelamin (Pantiawati dan Suryono, 2010).

e) Seksual

Seksualitas adalah ekspresi atau ungkapan cinta dari

dua individu/perasaan kasih sayang, menghargai, perhatian

dan saling menyenangkan satu sama lain, tidak hanya

terbatas pada tempat tidur atau bagian-bagian tubuh.


26

(1) Aspek biologis

Berdasarkan hasil penelitian ada perbedaan respon

psikologis terhadap seks antara wanita hamil atau tidak

hamil.

(2) Aspek psikologi

Perlindungan pada janin meningkat mudah merasa

takut atau tersinggung terisolisir dan minta perhatian

lebih. Perubahan body image mempengaruhi sikap ibu

terhadap kehamilan dan seks.

Aktifitas seksual dalam masa kehamilan trimester III :

(1) Biasanya gairah seks akan dipengaruhi oleh

ketidaknyamanan body image.

(2) Tidak ada kontra indikasi untuk melakukan hubungan

sosial seks namun disarankan untuk memodifikasi

posisi dan melakukan dengan lembut dan hati-hati

(Pantiawati dan Suryono, 2010).

f) Mobilisasi dan body mekanik

Wanita hamil dianjurkan mempunyai kebugaran

jantung. Hindari peningkatan suhu tubuh diatas 38,90C.

Latihan aerobik dapat meningkatkan suhu tubuh menjadi

lebih tinggi dari ini, karena itu hati-hati. Peningkatan suhu

tubuh dapat dipicu oleh dehidrasi. Kebanyakan ahli

menyarankan agar anda mengurangi olahraga sampai 70-80


27

% dari kadar olahraga pra-kehamilan. Selama kehamilan

jagalah agar denyut nadi anda dibawah 140 kali/menit

(Pantiawati dan Suryono, 2010).

g) Exercise/senam hamil

Secara umum, tujuan utama persiapan fisik dari senam

hamil menurut Pantiawati dan Suryono (2010) sebagai

berikut :

(1) Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan

memelihara fungsi hati untuk dapat menahan berat

badan yang semakin naik, nyeri kaki, varices, bengkak

dan lain-lain.

(2) Melatih dan menguasai teknik pernapasan yang

berperan penting dalam kehamilan dan proses

persalinan. Dengan demikian proses relaksasi dapat

berlangsung lebih cepat dan kebutuhan O2 terpenuhi.

(3) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot

dinding perut, otot-otot dasar panghung dan lain-lain.

(4) Membentuk sikap tubuh yang sempurna selama

kehamilan.

(5) Memperoleh relaksasi yang sempurna dengan latihan

kontraksi dan relaksasi.

(6) Mendukung ketenangan fisik.


28

h) Istirahat atau tidur

Beberapa wanita ingin mengetahui apakah mereka

boleh tidur tengkurap. Dengan semakin berkembangnya

kehamilan, akan sulit memperoleh posisi tidur yang

nyaman. Dengan membesarnya rahim berbaring terlentang

bisa menempatkan rahim diatas pembuluh darah yang

penting (vena cava inferior) yang berjalan kebawah

dibagian perut. Hal ini dapat menyebabkan peredaran darah

ke bayi dan bagian-bagian tubuh berkurang. Beberapa

wanita hamil juga mengalami kesulitan bernapas bila

mereka berbaring terlentang. Berbaring tengkurap juga

tidak baik karena tindakan ini akan menyebabkan tekanan

yang cukup besar pada rahim yang sedang membesar,

sehingga terjadi masalah ketidaknyamanan. Makin besar

hamil makin sulit untuk tidur tengkurap. Belajarlah posisi

tidur menyamping sejak awal. Kadang-kadang akan

membantu dengan mengganjal beberapa bantal. Letakkan

satu dibelakang sehingga jika berguling terlentang tubuh

tidak berbaring datar. Letakkan sebuah bantal yang lain

diantara kedua tungkai atau ganjal kaki dengan bantal

(Pantiawati dan Suryono, 2010).


29

i) Treveling

(1) Jangan terlalu lama dan melelahkan.

(2) Duduk lama statis vena (vena stagnasi) menyebabkan

tromboflebitis dan kaki bengkak.

(3) Berpergian dengan pesawat udara boleh, tidak ada

bahaya hipoksia dan tekanan oksigen yang cukup

dalam pesawat udara (Pantiawati dan Suryono, 2010).

j) Persiapan laktasi

Persiapan laktasi pada masa kehamilan merupakan hal

yang penting karena persiapan dini ibu akan lebih baik dan

siap untuk menyusui bayinya

(Pantiawati dan Suryono, 2010).

8) Asuhan Antenatal

Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu

hamil sejak konfirmasi konsepsi hingga awal persalinan. Bidan

akan menggunakan pendekatan yang berpusat pada ibu dalam

memberikan asuhan kepada ibu dalam memberikan asuhan

kepada ibu dan keluarganya dengan berbagai informasi untuk

memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang ia

terima (Marmi, 2014). Tujuan utama antenatal care (ANC)

adalah menurunkan/mencegah kesakitan dan kematian maternal

dan perinatal (Oktaviani, 2018).


30

a) Tujuan khususnya menurut Oktaviani (2018) adalah :

(1) Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan

kesehatan ibu dan pertumbuhan perkembangan bayi.

(2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,

mental dan sosial ibu dan janin.

(3) Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan

memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.

(4) Menyiapkan persalinan cukup bulan, meminimalkan

trauma saat persalinan sehingga ibu dan bayi lahir

selamat dan sehat.

(5) Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan

dalam rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara

fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran

serta kemungkinan adanya komplikasi.

(6) Menyiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

berhasil memberikan ASI eksklusif.

b) Prinsip pokok asuhan kehamilan menurut Oktaviani (2018)

adalah :

(1) Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang

normal, alami dan sehat.

(2) Pemberdayaan.

(3) Otonomi.

(4) Tidak membahayakan.


31

(5) Tanggung jawab.

c) Enam standar pelayanan antenatal sebagai acuan

(1) Standar 3 : Identifikasi ibu hamil

Tujuan : Mengenali dan memotivasi ibu hamil dalam

memeriksakan kehamilannya.

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi

dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan

penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota

keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan

kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

(2) Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Tujuan : Memberikan pelayanan antenatal berkualitas

dan deteksi dini komplikasi.

Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu

dan janin dengan seksama untuk menilai apakah

perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus

mengenal kehamilan resiko tinggi/kelainan, khususnya

anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular

seksual/infeksi HIV, memberi pelayanan imunisasi,

nasehatbdan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait

lainya yang diberikan oleh puskesmas. Merka harus

mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Jika di


32

temukan kelainan, mereka harus mampu mengambil

tindakan yang di perlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya.

(3) Standar 5 : Palpasi abdomen

Tujuan : memperkirakan usia kehamilan, pemantauan

pertumbuhan janin, penentuan letak posisi dan bagian

terbawah janin, penetuan letak, posisi dan bagian

bawah janin

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara

seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan

usia kehamilan, serta jika umur kehamilan bertambah,

memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya

kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari

kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

(4) Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan

Tujuan : menemukan anemia secara dini, dan

melakukan tindak lanjut yang memedai untuk

mengatasi anemia sebelum persalinana berlangsung.

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,

penangananan dan atau rujukan semua kasus anemia

pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


33

(5) Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Tujuan : mengenali dan menemukan secara dini

hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan

yang di perlukan.

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan

darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala

preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang

tepat dan merujuknya.

(6) Standar 8 : Persiapan persalinan

Tujuan : memastikan bahwa persalianan di rencanakan

dalam lingkungan yang aman dan memedai dengan

pertolongan bidan terampil.

Bidan memeberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,

suami, serta keluarganya pada trimester III, untuk

memastikan bahwa persiapan persalianan yang bersih

dan aman serta suasana yang menyenangkan akan

direncanakan dengan baik, di samping persiapan

tranportasi dan biaya untuk merujuk, jika tiba-tiba

terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya

melakukan kunjungan rumah untuk hal ini (Depkes

dalam Oktaviani, 2018).


34

9) Kunjungan pemeriksaan antenatal

Untuk menghindari resiko komplikasi pada kehamilan dan

persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan

kunjungan antenatal komperhensif yang berkualitas minimal 4

kali, 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota

keluarga (KEMENKES, 2013). Untuk trimester III jumlah

kunjungan minimal 2 kali antara minggu 28-36 dan setelah 36

minggu. Adapun informasi penting yang harus di sampaikan

pada minggu 28-36 minggu menurut Marmi (2014) sebagai

berikut :

a) Membangun hubungan saling percaya anatara petugas

kesehatan dan ibu hamil

b) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

c) Melakukan tindakan pencegahan antara tetanus neonatorum,

anemia kekerangan zat besi, penggunaan praktek tradisional

yang merugikan.

d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk

menghadapi komplikasi.

e) Mendorong perilaku yang sehat ( gizi, latiahan dan

kebersihan, istirahat dan sebagainya ).

f) Kewaspadaan khusus terhadap pre-eklamsi ( tanya ibu

tentang gejala-gejala preeklamsi, pantau tekana darah,

evaluasi oedema, priksa untuk mengetahui proteinurea).


35

g) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan

ganda.

Adapun informasi penting yang harus di sampaikan pada setelah

36 minggu menurut Marmi (2014) sebagai berikut :

a) Membangun gungungan saling percaya antara petugas

kesehatan dan ibu hamil.

b) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus

neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan

praktik tradisional yang merugikan.

d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk

menghadapi komplikasi.

e) Mondorong prilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan,

istirahat dan sebagainya).

f) Kewaspadaan khusus terhadap pre-eklamsi (tanya ibu

tentang gejala-gejala preeklamsi, pantau tekana darah,

evaluasi oedema, priksa untuk mengetahui proteinurea).

g) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan

ganda. Palpasi abdominal untuk mendeteksi letak bayi yang

tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran

di rumah sakit.
36

b. Teori Menejemen Kebidanan Kehamilan Varney

Dalam pelayanan kebidanan, menejemen adalah proses

pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan

asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan

kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelangan dan kepuasan

bidan sebagai provider (Barus, 2018).

Menejemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta ketrampilan dalam

rangakian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan

yang berfokus pada pasien (Varney dalam Sulistyawati ,2009).

Menurut Walyani (2015) Menejemen Varney merupakan

metode pemecahan khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan

asuhan kebidanan kepada indivdu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan

menurut Varney ada 7 langkah, meliputi :

1) Pengkajian

Langkah pertama yaitu pengumpulan data dasar. Pada

langkah ini dilakukan pengumpulan informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien

(Barus, 2018).

a) Menanyakan identitas menurut Walyani (2015) yang

meliputi:
37

(1) Nama istri/suami

Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk

memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak

terlihat kaku dan lebih akrab.

(2) Umur

Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien

dalam kehamilan yang berisiko atau tidak. Usia

dibawah 16 tahun dan diatas 35 tahun merupakan

umur-umur yang berisiko tinggi untuk hamil.umur yang

baik untuk kehamilan maupun persalinan adalah 19-25

tahun.

(3) Suku/bangsa/etnis/keturunan

Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam

rangka memberikan perawatan yang peka budaya

kepada klien dan mengidentifikasi wanita atau keluarga

yang memiliki kondisi resesif otosom dengan insiden

yang tinggi populasi tertentu. Jika kondisi yang

demikian diidentifikasi, wanita tersebut diwajibkan

menjalani skrining genetik.

(4) Agama

Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktek

terkait agama yang harus diobsevasi. Informasi ini

dapat menuntun sesuatu diskusi tentang pentingnya


38

agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam

kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis

kelamin tenaga kesehatan pada beberapa kasus,

penggunaan produk darah.

(5) Pendidikan

Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan

juga minat, hobi, dan tujuan jangka panjang. Informasi

membantu klinisi memahami klien sebagai individu dan

memberi gambaran kemampuan baca tulisnya.

(6) Pekerjaan

Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk

mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh

dan untuk mengkaji potensi kelahiran, prematur dan

terhadap bahaya lingkungan kerja, yang dapat merusak

janin.

(7) Alamat

Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk

lebih memudahakan saat pertolong persalinan dan

untuk mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan.

(8) No. RMK( Nomor Rekam Medik)

Nomoer rekam medik biasanya dgunakan dirumah

sakit, puskesmas, atau klinik.


39

b) Anamnesa (data subjektif)

(1) Keluhan utama pada waktu masuk:

Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang

ke tempat bidan. Hal ini disebut juga tanda atau gejala.

Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien

serta tanyakan juga sejak kapan hal tersebut dikeluhkan

oleh klien (Walyani, 2015).

(2) Riwayat menstruasi

Data ini memang tidak secara langsung

berhubungan dengan masa nifas, namun dari data yang

kita peroleh kita akan mempunyai gambaran tentang

keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data

yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi antara

lain sebagai berikut:

(a) Menarche

Menarche adalah usia pertama kali mengalami

menstruasi. Wanita indonesia pada umumnya

mengalami menarche sekitar 12 sampai 16 tahun

(Sulistyawati, 2009).

(b) Siklus

Siklus adalah jarak antara menstruasi yang

dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam


40

hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari

(Sulistyawati, 2009).

(c) Volume

Volume adalah data ini menjelaskan seberapa

banyak darah menstruasi yang dikeluarkan.

Kadang kita akan kesuliatan untuk mendapatkan

data yang falid. Sebagai acuan biasanya kita

gunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit.

Namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan

beberpa pertanyaan pendukung, misalnya sampai

beberapa kali mengganti pembalut dalam sehari

(Sulistyawati, 2009).

(d) Lamanya

Lamanya haid yang normal adalah kurang

lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berrti

sudah abnormal dan kemungkinan adanya

gangguan ataupun penyakit yang

mempengaruhinya (Walyani, 2015).

(e) Disminore

Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui

apakah klien menderitanya atau tidak ditiap

haidnya. Nyeri haid juga menjadi tanda bahwa


41

kontraksi uterus klien begitu hebat sehingga

menimbulkan nyeri haid (Walyani, 2015).

(3) Riwayat hamil ini

(a) HPHT

Bidan ingin mengetahui tanggal hari pertama

dari menstruasi terakhir klien untuk

memperkirakan kapan kira-kira sang bayi akan

dilahirkan (Walyani, 2015).

(b) HPL

HPL (Hari Perkiraan Lahir) untuk menghitung

hari perkiraan lahir dapat menggunakan rumus

naygele, yaitu HPL : (HPHT+7) dan (bulan

pertama haid terakhir-3) dan (tahun haid

terakhir+1) (Sulistyawati, 2009).

(c) Gerakan janin

Pemantauan aktifitas atau gerakan janin secara

subjektif (ditanyakan kepada ibu), atau objektif

(palpasi atau dengan USG). Janin normal, tidak ada

hipoksia, akan aktif bergerak normal gerakan janin

yang dirasakan oleh ibu sebanyak lebih dari 10 kali

per hari (pada usia siatas 32 minggu). Biasanya

gerakan janin dalam rahim dapat dirasakan pada

usia kehamilan 18-20 minggu (walaupun tiap


42

indivisu bisa bebeda-beda). Seiring pertumbuhan

usia kehamilan, rahim mulai sempit, gerakan janin

ini akan sangat dirasakan ibu hamil. Selain itu,

karena rongga bagian atas lebih luas dibanding

bagian bawahnya, janin cenderung meletakkan

kakinya diatas agar lebih leluasa bergerak dan

kepalanya menukik kearah rahim ( Marmi, 2014).

(d) Vitamin / jamu yang dikonsumsi

Tanyakan secara spesifik suplemen vitamin

dan pengobatan bukan tradisonal. Minta klien

membawa kotak vitamin pada saat kunjungan

pranatal supaya kandungan vitamin tersebut

didokumentasikan (Walyani, 2015).

(e) Keluhan-keluhan pada

(i) Trimester I

Tanyakan kepada klien apakah ada

masalah pada kehamilan trimester I, masalah -

masalah tersebut misalnya hipremesis

gravidarum, anemia, dan lain lain

(Walyani, 2015).

(ii) Trimester II

Tanyakan kepada klien masalah apa yang

pernah ia rasakan pada trimester II kehamilan


43

pada kehamilan sebelumnya. Hal ini untuk

sebagai faktor persiapan apabila kehamilan

yang sekarng akan terjadi hal seperti lagi

(Walyani, 2015).

(iii) Trimeseter III

Tanyakan kepada klien masalah apa yang

pernah ia rasakan pada trimeseter III

kehamilan pada kehamilan sebelumnya. Hal

ini untuk sebagai faktor persiapan apabila

kehamilan yang sekarng akan terjadi hal

seperti itu lagi (Walyani, 2015).

(f) ANC

(i) Trimeseter I

Tanyakan kepada klien asuhan kehamilan

apa saja yang pernah ia dapatkan selama

kehamilan trimester I (Walyani, 2015).

(ii) Trimester II

Tanyakan kepada klien asuhan apa yang

pernah ia dapatkan pada trimeseter II

kehamilan sebelumnya dan tanyakan

bagaimana pengaruhnya terhadap kehamilan.

Apabila baik, bidan bisa memberikan lagi


44

asuhan kehamilan tersebut pada kehamilan

sekarang (Walyani, 2015).

(iii) Trimester III

Tanyakan kepada klien asuhan apa yang

pernah ia dapatkan pada trimeseter III

kehamilan sebelumnya dan tanyakan

bagaimana pengaruhnya terhadap kehamilan.

Apabila baik bidan bisa memberikan lagi

asuhan kehamilan tersebut pada kehamilan

sekarang (Walyani, 2015).

(g) Penyuluhan yang pernah didapat

Penyuluhan apa yang pernah didapat klien

perlu ditanyakan untuk mengetahui pengetahuan

apa saja yang kira-kira telah didapat klien dan

berguna bagi kehamilan (Walyani, 2015).

(h) Imunisasi TT

Tanyakan kepada klien apakah sudah pernah

mendapatkan imunisasi TT. Apabila belum, bidan

bisa memberikannya. Imunisasi tetanus toxoid

diperlukan untuk melindungi bayi terhadap

penyakit tetanus neonatorum, imunisasi dapat

dilakukan pada trimester I atau II pada kehamilan

3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu.


45

Lakukan penyuntikan secara IM (Intramuscular)

dengan dosis 0,5 ml (Walyani, 2015).

(i) Kekhawatiran khusus

Kekhawatiran kekhawatiran lain dalam

kehamilan meliputi cemas menghadapai

persalinan, rasa khawatir akan kondisi kandungan /

janinnya (Pantiawati dan Saryono, 2010).

(4) Riwayat penyakit

(a) Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan kepada klien penyakit apa yang

sedang diderita sekarang. Tanyakan bagaimana

urutan kronologis dari tanda-tanda dan klasifikasi

dari setiap tanda penyakit tersebut. Hal ini

di[erlukan untuk menentukan bagaimana asuhan

berikutnya (Walyani, 2015).

(b) Riwayat penyakit sistemik

Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita

gunakan sebagai penandan (warning) akan adanya

penyukit masa hamil. Adanya perubahan fisik dan

fisiologis pada masa hamil yang melibatkan

seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi

organ yang mengalami gangguan. Beberapa data

penting tentang riwayat kesehatan pasien yang


46

perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau

sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes

militus (DM), ginjal, hipertensi (hipotensi)

(Sulistyawati, 2009).

(c) Riwayat penyakit keluarga

i. Penyakit menular

Tanyakan kepada klien apakah

mempunyai keluarga yang saat ini sedang

menderita penyakit menular. Apabila klien

mempunyai penyakit keluarga yang sedang

menderita penyakit menular, sebaiknya bidan

menyarankan kepada kliennya untuk hindari

secara langsung atau tidak langsung

bersentuhan fisik atau mendekati keluarga

tersebut untuk sementara waktu agar tidak

menular pada ibu hamil dan janinnya. Berikan

pengertian kepada keluarga yang sedang sakit

tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman

(Walyani, 2015).

ii. Penyakit keturunan/genetik

Tanyakan kepada klien apakah

mempunyai penyakit keturunan. Hal ini

diperlukan apakah isi janin kemungkinan akan


47

menderita penyakit tersebut atau tidak, hal ini

bisa dilakukan dengan cara membut daftar

penyakit apa saja yang pernah diderita oleh

keluarga klien yang dapat diturunkan

(penyakit genetik, misalnya hemofili, TD dan

sebagainya). Biasanya dibuat dalam silsilah

keluarga atau pohon keluarga (Walyani, 2015).

(d) Riwayat keturunan kembar

Pada saat melakukan anamnesa apakah ada

perut lebih buncit dari semestinya, gerakan janin

lebih banyak dirasakan ibu hamil, uterus terasa

lebih cepat membesar, pernah hamil kembar atau

adanya riwayat keturunan kembar

(Susilowati dkk, 2009).

(e) Riwayat operasi

Riwayat penyakit atau kelainan ginekologi

serta pengobatannya dapat memberi keterangan

penting, terutama operasi yang pernah di alami.

(Marni, 2014).

(5) Riwayat perkawinan

(a) Menikah

Tanyakan status klien, apakah ia sekarang

sudah menikah atau belum menikah. Hal ini


48

penting untuk mengetahui status kehamilan

tersebut apakah dari hasil pernikahan yang resmi

atau hasil dari kehamilan yang tidak diinginkan.

Status pernikahan bisa berpengaruh bisa

berpengaruh pada psikologis ibunya pada saat

hamil (Walyani, 2015).

(b) Usia saat menikah

Tanyakan kepada klien pada usia berapa ia

menikah. Hal ini diperlukan karena apabila

mengatakan bahwa ia menikah diusia muda

sedangkan klien pada saat kunjungan awal

ketempat bidan tersebut sudah tak lagi muda dan

kehamilannya adalah yang pertama, pada

kemunginan bahwa kehamilan saat ini adalah

kehamilan yang sangat diharapkan. Hal ini akan

berpengaruh bagaimana asuhan kehamilannya

(Walyani, 2015).

(c) Lama pernikahannya

Tanyakan kepada klien sudah berapa lama ia

menikah. Apabila klien mengatakan bahwa telah

lama menikah dan baru saja bisa mempunyai

keturunan, kemungkinan kehamilannya saat ini

adalah kehamilan yang sangat diharapkan


49

(Walyani, 2015).

(6) Riwayat keluarga berencana

(a) Metode

Tanyakan pada klien metode KB apa yang

selama ini yang digunakan. Riwayat kontrasepsi

diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat

mempengaruhi EDD, dan karena penggunaan

metode lain dapat membantu menanggali

kehamilan.

(b) Lama

Tanyakan kepada klien berapa lama yang telah

menggunakan alat kontrasepsi tersebut.

(c) Masalah

Tanyakan kepada klien ia mempunyai masalah

saat menggunakan alat kontrasepsi tersebut.

Apabila klien mengatakan bahwa kehamilannya

saat ini dikarenakan kegagalan kerja alat

kontrasepsi, berikan pandangan-pandangan klien

terhadap alat kontrasepsi lain

(Walyani, 2015).

(7) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

(a) Jumlah kehamilan (Gravida/G)


50

Jumlah kehamilan ditanyakan untuk

mengetahui seberapa besar pengalaman klien

tentang kehamilan. Apabila klien mengatakan

bahwa saat ini adalah kehamilan yang pertama,

maka bidan harus secara maksimal memberikan

pengetahuan kpada klien tentang bagaimana

merawat kehamilannya dengan maksimal

(Walyani, 2015).

(b) Jumlah anak yang hidup (L)

Untuk mengetahui pernah tidaknya kloen

mengalami keguguran, apabila pernah maka pada

kehamilan berikutnya akan berisiko mengalami

keguguran kembali. Serta apabila jumlah anak

yang hidup hanya sedikit dari kehamilan yang

banyak, berarti kehamilannya saat ini adalah

kehamilan yang sangat diinginkan

(Walyani, 2015).

(c) Jumlah kehamilan premature (P)

Untuk mengidentifikasi apabila pernah

mengalami kelahiran premature sebelumnya maka

dapat menimbulkan resiko persalinan premature

berikutnya (Walyani, 2015).

(d) Jumlah keguguran (A)


51

Tanyakan kepada klien apakah dia pernah

keguguran atau tidak. Sebab apabila pernah

mengalami keguguran dalam riwayat persalinan

sebelumnya akan berisiko untuk mengalami

keguguran pada kehamilan berikutnya (keguguran

berulang) (Walyani, 2015).

(e) Persalinan dengan tindakan (SC/Vakum/Forsep)

Catat kelahiran terdahulu, apakah pervaginam,

melalui bedah sesar, dibantu forsep atau vakum.

Jika wanita pada kelahiran terdahulu menjalani

bedah sesar, untuk kehamilan saat ini mungkin dia

melahirkan pervaginam. Keputusan ini biasanya

bergantung kepada lokasi insisi di uterus,

kemampuan unit persalinan dirumah sakit untuk

berespon segera ruptur uterus terjadi, dan

keinginan calon ibu (Walyani, 2015).

(f) Riwayat perdarahan pada persalinan atau pasca

persalinan

Tanyakan kepada klien apakah pernah

mengalami perdarahan pasca persalinan

sebelumnya. Perdarahan antepartum atai

intrapartum misalnya placenta previa, solisio

placenta, retensio placenta, atonia uteri, ruptu uteri,


52

dan lain-lain cenderung dapat berulangpada

kehamilan berikutnya (Walyani, 2015).

(g) Kehamilan dengan tekanan darah tinggi

Pertanyaan ini perlu ditanyakan untuk

mendiagnosis apakah klien berisiko mengalami

preeklamsia/eklamsia yang tanda dan gejalanya

merupakan tingginya tekanan tensi darah klien saat

hamil. Kehamilan dengan eklampsia perlu

mendapatkan perawatan yang intensif

(Walyani, 2015).

(h) Berat bayi <2,5 atau 4 kg

Berat lahir sangat penting untuk

mengidentifikasi apakah bayi kecil untuk masa

kehamilan (BBMK), suatu kondisi yang biasanya

berulang. Penilaian persalinan pervaginam, berat

lahir mencerminkan bahwa bayi dengan ukuran

terterntu berhasil memotong pelvis maternal

(Walyani, 2015).

(i) Masalah lain

Setiap komplikasi yang terkait dengan

kehamilan harus diketahui sehingga dapat

dilakukan antisipasi terhadap komplikasi berulang.

Sebagai contoh, kehamilan ektopik cenderung


53

berulang. Kondisi lain yang cenderung berulang

adakah anomali kongenital, diabetes gestasional,

dan lainnya. Apabila kondisi-kondisi ini

dilaporkan, sedapat mungkin dapatkan salinan

catatan medis (Walyani, 2015).

(8) Pola kebiasaan sehari-hari

(a) Nutrisi

i. Jenis makanan

Tanyakan kepada klien, apa jenis

makanan yang biasa ibu makan. Anjurkan

klien mengkonsumsi makan yang mengandung

zat bezi (150mg besi sulfat, 300mg besi

glukonat), asam folat (0,4-0,8 mg/hari), kalori

(ibu hamil umur 23-50 tahun perlu kalori

sekitar 2300kkal), protein (74gr/hari), vitamin,

dan garam mineral (kalsium, fosfor,

magnesium, seng, yodium) (Walyani, 2015).

ii. Porsi

Tanyakan bagaimana porsi makan klien.

Porsi makanan yang terlalu besar kadang bisa

membuat ibu hamil mual, terutama pada hamil

muda. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi

sering (Walyani, 2015).


54

iii. Frekuensi

Tanyakan bagaimana frekuensi makan

klien perhari. Anjurkan klien untuk makan

sedikit dan dengan frekuensi sering

(Walyani, 2015).

iv. Pantangan

Tanyakan apakah klien mempunyai

pantangan makanan (Walyani, 2015).

(b) Eliminasi

i. BAB (Buang Air Besar)

i) Frekuensi

Tanyakan kepada klien, apakah

BABnya teratur. Apabila klien

mengatakan terlalu sering, bisa dicurigai

klien mengalami diare sebaliknya apabila

klien mengatakan terlalu jarang BAB, bisa

dicurigai mengalami konstipasi.

ii) Warna

Tanyakan kepada klien, apa warna

fesesnya. Normalnya feses bewarna

kuning, kecoklatan, coklat muda

(Walyani, 2015).

ii. BAK (Buang Air Kecil)


55

i) Frekuensi

Tanyakan kepada klien seberapa

sering ia berkemih dalam sehari. Apabila

klien mengalami kesulitan berkemih maka

bidan harus dapat mengambil tindakan,

misalnya memasang kateter

(Walyani, 2015).

ii) Warna

Tanyakan bagaimana warna urine

klien normalnya urine bewarna bening.

Apabila klien mengatakan bahwa warna

urinenya keruh bisa dicurigai klien

menderita DM (Walyani, 2015).

iii) Bau

Tanyakan kepada klien bagaimana

warna bau urinenya. Bau urine normal

seperti bau amonia (Walyani, 2015).

(c) Aktifitas

Tanyakan bagaimana pola aktivitas klien, beri

anjuran kepada klien untuk menghindari

mengangkat beban berat, kelelahan, latian yang

berlebihan dan olahraga berat. Anjurkan klien

untuk melakukan senam hamil. Aktivitas harus


56

dibatasi didapatkan penyukit karena dapat

mengakibatkan persalinan prematur, KPD, dan

sebagainya (Walyani, 2015).

(d) Istirahat/tidur

i. Tidur siang

Kebiasaan tidur siang perlu ditanyakan,

tidur siang menguntungkan yang baik untuk

kesehatan. Apabila ternyata klien tidak

terbiasa tidur siang, anjurkan klien untuk

mencoba dan membiasakannya.

ii. tidur malam

Pola tidur malam perlu ditanyakan wanita

hamil tidak boleh kurang tidur, apabila tidur

malam jangan kurang dari 8 jam

(Walyani, 2015).

(e) Seksualitas

Berdasarkan beberapa penelitian, terdapat

perbedaan respons fisiologi terhadap seks antara

ibu hamil dengan wanita tidak hami. Terdapat

empat fase selama siklus renspons seksual, antara

lain: fase gairah seksual, fase plateau, fase

orgasmus, fase resolusi (Walyani, 2015).

(f) Personal hygine


57

i. Frekuensi mandi

Tanyakan kepada klien seberapa sering ia

mandi. Mandi diperlukan untuk menjaga

kebersihan atau hygine terutama perawatan

kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat

bertambah.dianjurkan menggunakan sabun

lembut atau ringan. Mandi berendam tidak

dianjurkan (Walyani, 2015).

ii. Frekuensi gosok gigi

Tanyakan kepada klien seberapa sering ia

menyikat giginya. Kebersihan gigi sangat

penting karena saat hamil sering terjadi caries

yang berkaitan dengan emesis-heperemesis

grafidarum, hipersalivasi dapat menimbulkan

timbunan kalsium disekitar gigi

(Walyani, 2015).

iii. Frekuensi ganti pakaian

Tanyakan kepada klien, seberapa sering ia

mengganti pakaiannya.pakaian yang

digunakan harus longgar, bersih, dan tidak ada

ikatan yang ketat paa daerah perut. Pakaian

dalam yang dikenakan harus bersih dan


58

menyerap keringat, dan pakaian dari bahan

katun (Walyani, 2015).

iv. Kebersihan vulva

Tanyakan kepada klien apakah ada

masalah terhadap vulvanya. Bari anjuran klien

untuk lebih menjaga kebersihan vulvanya. Hal

ini karena untuk menghindari penyakit-

penyakit yang diakibatkan karena kurangnya

kebersihan vulva (Walyani, 2015).

(g) Psikososial budaya

i. Peraasan tentang kehamilan ini

Dalam data ini kita bisa menanyakan

langsung kepasien bagaimana perasaannya

terhadap kehamilanaya (Sulistyawati, 2009).

ii. Kehamilan ini direncanakan / tidak

Ada bermacam-macam respon wanita

hamil terhadap kehamilanya, diantaranya

sebagai berikut :

Respon ibu terhadap kehamilan yang

diharapkan :

i) Siap untuk kehamilan dan siap menjadi

ibu

ii) Lama didambakan


59

iii) Salah satu tujuan pwerkawinan

Respon ibu hamil terhadap kehamilan yang

tidak diharapkan:

i) Belum siap

ii) Kehamilan sebagai beban (rerubah bentuk

tubuh, menggangu aktivitas)

(Walyani, 2015).

iii. Jenis kelamin yang diharapkan

Jenis kelamin janin yang tidak diharapkan

dapat memunculkan respon negatif berupa rasa

kecewa (Ningrum dan Marliandiani, 2015).

iv. Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini

Hal ini perlu ditanyakan karena keluarga

selain suami klien juga sangat berpengaruh

besar bagi kehamilan klien. Tanyakan

bagaimana respon dan dukungan keluarga lain

misalnya anak (apabila telah mempunyai

anak), orang tua, serta mertua klien. Apabila

teryata keluarga lain kurang mendukung,

temtunya bidan harus bisa memberikan

strategi bagi klien an suami agar kehmailan

klien tersebut dapat diterima di keluarga

(Walyani, 2015).
60

v. Kelarga lain yang tinggal serumah

Informasi tentang keluarga klien harus

mencakup asal keluarga, tempat lahir, orang-

orang yang tinggal bersama klien, individu

yang dianggap “keluarga”, dan individu yang

dapat diandalkan dalam memperoleh duungan,

tentang status klien sat ini, dan klien tinggal

dengan siapa klien tinggal. Hal ini

menunjukan bahwa bidan menyadari tidak

semua wanita hamil terikat dan sanggup untuk

sendiri menghadapi semua keadaan saat hamil

(Marmi, 2014).

vi. Pantangan makan

Untuk mendapatkan data ini bidan sangat

perlu melakukan pendekatan terhadap keluarga

pasien, terutama orang tua. Hali penting yang

biasanya mereka anut berkaitan dengan masa

hamil aalah menu makan yang berasal dari

daging, ikan, telur dan goreng-gorengan

karena dipercaya menyebabkan kelainan pada

janin.

Adat ini akan sangat merugikan pasien

dan janin karena hal tersebut justru akan


61

membuat pertumbuhan janin tidak optimal dan

pemulihan kesehatanya akan terlamabat.

Dengan banyaknya jenis akanan yang

seharusnya lebih banyak dari biasnya malah

semakin berkurang. Produksi ASI juga akan

ber kurang karena volume ASI sangat

dipengaruhi oleh asupan nutrisi dengan

kulaitas dan kuantitas yang cukup

(Sulistyaningsih, 2009).

vii. Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan

Hali ini perlu ditanyakan karena bangsa

indonesia mempunyai beraneka ragam suku

bangsa yang tentunya dari tiap suku bangsa

tersebut mempunyai tradisi yang dikhususkan

bagi wanita saat hamil. Misalnya pada suku

Banjar, apabila wanita telah hamil dan usia

kandungannya menginjak usia tiga bulan ada

sebuah tradisi yang rutin dilakukan yaitu

Batapung Tawar Tian Tiga Bulan. Tugas

bidan adalah mengingatkan bahwa tradisi-

tradisi semacam itu diperbolehkan saja selagi

tidak merugikan kesehatan klien saat hamil

(Walyani, 2015).
62

(9) Pengunaan obat-obatan / rokok

Hal ini perlu ditanyakan karena minuman

keras/obat terlarang tersebut langsung dapat

memengaruhi pertumbuhan, perkembangan janin, dan

menimbulkan kelahiran dengan berat badan lahir

rendah bahkan dapat menimbulkan caat bawaan atau

kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental.

Sehingga, apabila ternyata klien melakukan hal-hal

tersebut, bidan harus secara tegas mengingatkan klien

harus menghentikan kebiasaan buruk tersebut

(Walyani, 2015).

PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBJEKTIF )

Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa,

bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui

pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang

bidan lakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009).

Langkah –langkah pemeiksanya adalah sebagai berikut :

(1) Status generalis

(a) Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini, bidan perlu

mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.


63

Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan

kriteria :

i. Baik

Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika

pasien memperlihatkan respon yang baik

terhadap lingkungan dan orang lain, serta

secara fisik pasien tidak mengalami

ketergantungan dalam berjalan

(Sulistyawati, 2009).

ii. Lemah

Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika

ia kurang atau tidak memberikan respon yang

baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta

pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan

sendiri (Sulistyawati, 2009).

(b) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang

kesadaran pasien, bidan dapat melakukan

pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan

composmentis (kesadaran maksimal) sampai

dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar)

(Sulistyawati, 2009).

(c) TTV
64

Menurut Sulistyawati (2009) pemeriksaan

tanda vital meliputi tekanan darah, nadi pernafasan

dan suhu.

i. Tekanan darah

Penentuan tekanan darah (TD) sangat

penting pada masa hamil karena peningkatan

TD dapat membahayakan kehidupan ibu dan

bayi. Pada kehamilan normal, TD sedikit

menurun sejak minggu ke-8. Kondisi ini

menetap sepanjang trimester kedua dan

kemudian mulai kembali ke TD sebelum

hamil. Seluruh tekanan darah pada wanita

hamil harus diukur pada posisi duduk.

Pengukuran harus dilakukan pada lengan yang

sama terutama lengan kanan untuk

memperoleh hasil pengukuran yang konsisten.

Wanita yang tekanan darahnya sedikit

meningkat di awal pertengahan kehamilan

mungkin mengalamai hipertensi kronis atau,

jika wanita tersebut adalah nulipara dengan

sisitolik lebih dari 120 mmHg, ia beresiko

mengalami preeklamsia (Marmi, 2014).

Tekanan darah yang normal adalah 110/80


65

mmHg sampai 140/90 mmHg. Bila >140/90

mmHg , hati-hati adanya hipertensi /

preeklamsia. (Sulistyawati, 2009).

ii. Nadi

Denyut nadi maternal sedikit meningkat

selama hamil, tetapi jarang melebihi 100

denyut permenit (dpm). Curigai hipotiroidisme

jika denyut nadi lebih dari 100 dpm (Marmi,

2014). Nadi normal adalah 60 sampai 100

menit. Bila abnormal mungkin ada kelainan

paru dan jantung (Walyani, 2015).

iii. Pernapasan

Wanita hamil bernafas lebih dalam

(meningkatkan volume tidal), tetapi frekuensi

nafasnya kira-kira 2 kali bernafas dalam 1

menit. Peningkatan volume tidal menyebabkan

peningkatan volume nafas 1 menit sekitar 26%

(Marmi, 2014).

iv. Suhu

Suhu badan normal 36,50C sampai 37,50C,

bila suhu lebih tinggi dari 37,50c kemungkinan

ada infeksi (Walyani, 2015).


66

(d) TB

Diukur dalam cm, tanpa sepatu. Tinggi badan

kurang dari 145 cm ada kemungkinan terjadi

Cepalo Pelvic Disporpotion (CPD)

(Walyani, 2015).

(e) BB sebelum hamil

Berat badan ditimbang pada kunjungan awal

untuk membuat rekomendasi penambahan berat

badan pada wanita hamil (Walyani, 2015).

(f) BB sekarang

Salah satu sumber terbaru dari Istitute of

Medicine menggunakan Indeks Massa Tubuh

(IMT) untuk menentukan penambahan berat yang

direkomendasikan. IMT diperoleh dengan

menghubungkan tinggi badan klien dengan

beratnya saat hamil IMT = BB (Kg)/ (TB(m))2

(Marmi, 2014). Kategori IMT gizi kurang atau

KEK (IMT<18,5 ) kenaikan berat badan yang

dianjurkan selama hamil 12,75 s/d 18,16 Kg.

Katagori Normal (IMT 18,5-24,9) kenaikan berat

badan yang dianjurkan selama hamil 11,35 s/d

15,89 Kg. Katagori kelebihan BB (TMT > 25-

29,9) kenaikan berat badan yang dianjurkans


67

selama hamil 6,81 s/d 11,35 Kg. Kategori Obesitas

(IMT >/= 30) kenaikan berat badan yang

dianjurkan selama hamil 4,99 s/d 9,08 Kg

(Suryaningsih, 2018).

(g) LLA

Menurut KEMENKES (2013) ukuran LLA

kurang dari 23,5 cm merupakan indikasi diagnosis

kehamilan dengan Kekurangan Energi Kronik

(KEK).

(2) Pemeriksaan sistematis

(a) Kepala

i. Rambut

Pemeriksaan rambut meliputi warna,

kebersihan dan mudah rontok atau tidak

(Sulistyawati, 2009).

ii. Muka

Adakah cloasama gravidarum dan oedema

(Marmi, 2014).

iii. Mata

Pemeriksaan mata meliputi odema pada

kelopak mata (Pratiwi dan Saryon, 2010),

conjungtiva dan sklera (Sulistyawati, 2009).

iv. Hidung
68

Pemeriksaan hidung meliputi kebersihan

dan polip (Sulistyawati, 2009).

v. Telinga

Tanda-tanda infeksi pada telinga, serumen

dan kesimetrisan

(Pantiawati dan Saryono, 2010).

vi. Mulut/ gigi/ gusi

Periksa adanya karies, tonsillitis atau

faringitis. Hal tersebut merupakan sumber

infeksi (Walyani, 2015).

(b) Leher

Pemeriksaan meliputi pembengkakan

kelenjar limfe atau pembengkakan kelenjar tiroid

dan bendungan vena jugularis (Walyani, 2015).

(c) Dada dan Axilla

i. Mammae

Inspeksi bentuk payudara, benjolan,

pigmentasi putting susu. Palpasi adanya

benjolan (tumor mamae) dan colostrum

(Walyani, 2015) papila mammae menonjol

atau masuk (Pantiawati dan Saryono, 2010).


69

ii. Axilla

Retraksi pembesaran kelenjar limfe pada

ketiak, massa dan nyeri tekan

(Pantiawati dan Saryono, 2010).

(d) Ekstremitas

Pemeriksaan meliputi oedema di jari tagan,

kuku jari pucat, varises vena, reflek patella dan

human sigh (Pantiawati dan Saryono, 2010).

(3) Pemeriksan Khusus Obstetri

(a) Abdomen

(i) Inspeksi

Inspeksi pembesaran perut (bila

pembesaran perut itu berlebihan kemungkinan

asites, tumor, ileus dan lain-lain), pigmentasi

di linea alba, penampakan gerakan anak atau

kontraksi rahim, adakah strie gravidarum atau

luka bekas operasi (Walyani, 2015).

(ii) Palpasi

i) Kontraksi

Kontraksi Braxton Hicks timbul tidak

dapat diprediksi dan bersifat bersifat

sporadis, biasanya tidak ritmik dan

instensitasnya bervariasi. Kontraksi ini


70

semakin jelas pada trimester kedua

kehamilan dan kemudian kontraksi

kontraksi menstimulasi aktivitas pemicu

gerak pada fundus uteri dan seringkali

menimbulkan rasa tidak nyaman dan

memyebabkan kontraksi persalinan palsu.

Jika kontraksi ini mulai teratur dan

terkoordinasi dominan di fundus dan

ritmik dan intensitasnya semakin

meningkat sehingga mampu membuka

serviks maka dimulai proses kontraksi

persalinan yang sesungguhnya

(Oktaviani, 2018)

ii) Leopold I

Bertujuan untuk

mengetahui TFU dan

bagian janin yang ada di

Gambar 2.1 Leopold 1


fundus

(Sulistyawati, 2009).

iii) Leopold II

Bertujuan untuk

mengetahui bagian janin

Gambar 2.2 Leopold II


71

yang ada di sebelah kanan atau kiri ibu

(Sulistyawati, 2009).

iv) Leopold III

Bertujuan untuk

mengetahui bagian janin

yang terletak di bagian

bawah uterus

Gambar 2.3 Leopold III (Sulistyawati, 2009).

v) Leopold IV

Bertujuan untuk

mengetahui bagian

janin yang ada di

bawah dan untuk


Gambar 2.4 Leopold IV
mengetahui apakah

kepala sudah masuk panggul atau belum

(Sulistyawati, 2009). Dilakukan jika usia

kehamilan > 36 minggu (Oktaviani,

2018).

vi) TFU Mc Donald

Cara ini akurat bila dilakukan setelah

usia kehamilan 20 minggu. Caranya, garis

nol pada meteran diletakkan pada tepi atas

simfisis pubis, kemudian direntangkan ke


72

atas melalui perut hingga mencapai

fundus uteri. Timggi fundus uteri

dinyatakan dengan centimeter (cm)

(Pantiawati dan Saryono, 2010).

vii) TBJ

Mengukur TFU Mc Donald untuk

mengetahui TBJ

TBJ = (TFU - n) x 155

Jika bagian terbawah janin belum masuk

PAP n = 12

Jika bagian terbawah janin sudah masuk

PAP n = 11

(Sulistyawati, 2009)

iii. Auskultasi DJJ

Salah satu tehnik untuk menilai

kesejahteraan janin adalah dengan menghitung

DJJ. DJJ dapat didengar pertama kali pada usia

kehamilan 12 minggu apabila mengunakan

Doppler dan pada usia kehamilan 16-20

minggu jika mengunakan funduskop

(Suryaningsih, 2018).

i) Puctum Maximum
73

Puctum maxsimum yaitu tempat denyut

juantung janin terdengar paling keras,

biasanya pada bagian punggung janin. Pada

presentasi kepala, DJJ terdengar di bawah

pusat, sedangkan pada presentasi bokong,

DJJ terdengar setinggi atau dia atas pusat

(Suryaningsih, 2018).

ii) Frekuensi

Denyut jantung janin normalnya 120-

160 kali per menit yang dihitung selama 1

menit. Apabila denyut jantung kurang atau

lebih dari batasan tersebut, bayi dalam

kondisi fetal distress sehingga perlu

dilakukan pemerikasaan lebih lanjut untuk

memantau kesejahteraan janin

(Suryaningsih, 2018).

iii) Teratur / tidak

Menurut Suryaningsih (2018) mendengar

denyut jantung janin meliputi frekuensi

dan keteraturannya. Pola DJJ abnormal

berhubungan dengan hipoksemia janin,

yaitu defisiensi oksigen di dalam darah

arteri ( Cashion dkk, 2013).


74

(b) Pemeriksaan panggul

i. Kesan Panggul

Cadwell-Moloy mengemukakan 4 bentuk

dasar panggul yang didasarkan pada bentuk

segmen posterior and anterior dari PAP yaitu :

panggul gynecoid, panggul android, panggul

anthropoid, dan panggul platypelpiod

(Pantiawati dan Saryono, 2010).

ii. Distansia Spinarum

Jarak antara spina iliaka anterior kanan

kiri, ukuran normalnya 23-26 cm

(Pantiawati dan Saryono, 2010).

iii. Distansia Kristarum

Jarak yang terjauh antara krista iliaka

kanan dan kiri 26-29 cm

(Pantiawati dan Saryono, 2010).

iv. Konjungata Eksterna (Boudeloque)

Jarak antara pinggir atas symphisis dan

ujung processus spinosum ruas tulang lumbal

ke V +/- 18-20 cm

(Pantiawati dan Saryono, 2010).


75

v. Lingkar Panggul

Dari pinggir atas symphisis ke

pertengahan antara spina iliaka antara superior

dan trochanter mayor sepihak dan kembali

melalui tempat yang sama di pihak yang lain,

ukuran +/- 80-90 cm

(Pantiawati dan Saryono, 2010).

(c) Anogenital

i. Vulva vagina

Inspeksi untuk mengetahui andanya

oedema, varices, keputihan, perdarahan, luka,

cairan yang keluar, dan sebagainya (Walyani,

2015). Pemerikasaan genetalia luar meliputi

varices, perdarahan, luka, kelenjar bartolini

bebgkak massa, cairan yang keluar

pengeluaran dari uretra dan skene

(Pantiawati dan Saryono, 2010).

ii. Perineum

Perineum adalah daerah yang terletak di

bawah labia samapi dengan sebelum anus.

Pada proses persalinan, bagian ini yang


76

seringkali terjadi robekan dan jahitan dengan

derajat luka yang beragam (Bestari, 2018).

iii. Anus

Menurut Sulistyawati (2009) pemeriksaan

anus meliputi hemoroid dan kebersihan.

(4) Pemeriksaan penunjang

(a) Pemerksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan pada ibu

hamil pada kunjungan pertama adalah :

i. Kadar hemoglobin.

ii. Golongan darah.

iii. Tes HIV (ditawarkan pada ibu hamil di

epidermis meluas dan terkontrentrasi).

iv. rapid test atau apusan darah tebal dan tipis

untuk malaria (untuk ibu yang tinggal atau

memiliki riwayat berpergian kedaerah

endemik malaria dalam 2 minggu terakir).

Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi meliputi :

i. Urinalisis (terutama protein urin pada trimester

kedua dan ketiga) dan atau terdapat hipertensi.

ii. Kadar hemoglobin pada trimester ketiga

terutama jika dicurigai anemia.


77

iii. Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam

(BTA) : dengan ibu riwayat defisieansi imun,

batuk > 2 minggu atau LILA < 23,5 cm .

iv. Tes safilis.

v. Gula darah puasa (KEMENKES, 2013).

(b) Pemeriksaan penunjang lain

Pemeriksaan USG direkomendasikan :

i. Pada awal kehamilan (idealnya sebelum usia

kehamilan 15 minggu) untuk menentukan usia

gestasi, viabilitas janin, letak dan jumlah janin,

serta deteksi abnormalitas janin yang berat

ii. Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu untuk

deteksi abnormal janin

iii. Pada trimester ketiga untuk perencanaan

persalinan (KEMENKES, 2013).

2) Langkah II

Langkah dua yaitu interpretasi data dasar. Pada langkah ini

dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan seingga

dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik

(Barus, 2018).

a) Diagnosis Kebidanan/Nomenklatur
78

Dalam masalah ini yang di simpulkan bidan adalah sebagai

berikut.

(1) Paritas

(2) Usia kehamilan dalam minggu

(3) Keadaan janin

(4) Normal atau tidak normal (Sulistyawati, 2009)

b) Masalah

Di pertimbangkan untuk membuat rencana yang

menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan

bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap

diagnosisnya (Sulistyawati, 2009).

c) Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien

berdasarkan keadaan dan maslalahya (Sulistyawati, 2009).

3) Langkah III

Langkah identifikasi diagnosis atau masalah potensial. Pada

langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis

yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,

bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati

klien bidan diharapkan dapat bersiap bila diagnosis/masalah

potensial ini terjadi.pada langkah ini penting sekali melakukan

asuhan yang aman (Barus, 2018).


79

4) Langkah IV

Langkah mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera. Pada langkah ini

mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditanganai bersama

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi

klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari

proses manajemen kebidanan. Beberapa data mungkin

mengindikasikan situasi yang gawat ketika bidan harus

bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan

anak. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi

setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan

kolaborasi yang paling tepat dalam majemen asuhan klien

(Barus, 2018).

5) Langkah V

Langkah merencanakan asuhan secara menyeluruh

(intervensi). Pada langkah ini direncanakan asuhan yang

menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkapu. Setiap rencana asuhan haruslah

disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien,
80

agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan

bagian dari pelaksanaan rencana tersebut (Barus, 2018).

Perencanaan asuhan pada kunjungan pertama sebagai berikut :

a) Beri buku KIA dan jelaskan fungsi dan cara penggunaan

buku KIA.

b) Beri tablet Fe, kalsium dan vitamin dengan jumlah sesui

sampai dengan pemeriksaan berikutnya kecuai pada ibu

dengan malaria tidak diberikan Fe. Pada saat memberikan

obat, jelaskan fungsi, cara meminum dan efek samping obat

yang diberikan.

c) Lakukan imunisasi TT jika dari hasil skrining ibu

memerlukan imunisai TT.

d) Lakukan rujukan jika ada indikasi

e) Beri pendidikan kesehatan dan konseling mengenai HPL,

kunjungan ulang ibu hamil, gizi seimbang, imunisasi TT,

kebutuhan dasar ibu hamil, dukungan keluarga, peran suami

dalam kehamilan dan persalinan, persiapan persalinan, ASI

ekslusif, metode kontrasepsi, tanda bahaya kehamilan,

penyakitmenular dan tidak menular, pencegahan HIV

(daerah epidemic dan terkonsentrasi dan amanat persalinan

pada buku KIA (Suryaningsih, 2018).

6) Langkah VI
81

Langkah melaksakan perencanaan (implementasi). Pada

langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien

dan aman. Dalam situasi ketika bidan kolaborasi dengan dokter

untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan

bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah

bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan

bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien

akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatan mutu dari

asuhan klien (Barus, 2018).

7) Langkah VII

Langkah VII yaitu evaluasi. Pada lengkah ketujuh ini

dilakukan evaluasi keefektivan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan

diagnosis. Rencana dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian

rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut

efektif (Barus, 2018).

c. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kehamilan SOAP


82

Metode pendokumentasian SOAP disarikan dari proses

pemikiran penata laksanaan kebidanan dan di pakai untk

mendokumentasikan asuhan kebidnan dalam rekam medis klien

sebagai catatan kemajuan (Asrinah, 2010). Pernyataan standar

menurut KEPMENKES nomor 938/Menkes/SK/VII/2007 bidan

melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas

mengenai keadaan yang ditemukan. Metode yang digunakan untuk

membuat suatu data perkembangan dalam asuhan kebidanan adalah

dalam bentuk SOAP.

1) S (Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien

Data subjektif merupakan data yang berasal dari hasil

anamesis kepada pasien maupun keluarga meliputi biodata,

keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar

belakang sosial budaya (Suryaningsih, 2018).

2) O (Objective) : Data hasil observasi

Data objektif merupakan data yang berasal dari hasil

pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang

(Suryaningsih, 2018).

3) A (Assessment) : Diagnosa kebidanan

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif

(Asrinah, 2010). Penentuan diagnosis dan atau masalah

merupakan standar ke-2 yang harus dilakukan ketika bidan


83

melakukan asuhan kebidanan. Bidan menganalisis data yang

diporoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara

akurat dan logis untuk menegakkan diagnosis dan masalah

kebidanan yang tepat. Perumusan diagnosis harus sesuai dengan

standar nomeklatur kebidanan, sedangakan masalah dirumuskan

sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosis dan atau masalah

kebidanan dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara

mandiri, kolaborasi maupun rujukan (Suryaningsih, 2018).

1) P (Planning) : Apa yang dilakukan terhadap masalah

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan

datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang

sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesehatan

kesejahteraan nya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu

dari kebutuhan pasien yang harus dicapai di dalam batas waktu

tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapaikemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung

rencana dokter jika melakukan kolaborasi (Asrinah, 2010).


84

2. PERSALINAN

a. Konsep Dasar

1) Pengertian

Persalinan dan kelahiran normal adalah pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (36-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin

(Saifudin dalam Rukiyah, 2009).

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam

produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi

teratur,progresif, sering dan kuat yang nampaknya tidak saling

berhubungan berkerja dalam keharmonisan untuk melahirkan

bayi (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

2) Tanda- Tanda Persalinan

a) Adanya Kontraksi Rahim

Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk

melahirkan adalah mengejangnya rahim atau dikenal

dengan istilah kontraksi.Kontraksi tersebut berirama,

teratur, dan involuter, umumnya kontraksi bertujuan untuk

menyiapkan mulut rahim untuk membesar dan


85

meningkakan aliran darah di dalam plasenta. Setiap

kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu :

(1) Increment : ketika intensitas terbentuk.

(2) Acme : puncak atau maximum.

(3) Decement : ketika otot relaksasi

Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang

secara teratur dengan intensitas makin lama makin

meningkat. Perut akan mengalami kontraksi dan relaksasi,

di akhir kehamilan proses kontraksi akan lebih sering terjadi

(Huliana, dalam Walyani dan Purwoastuti, 2015). Mulanya

kontraksi terasa seperti sakit pada punggung bawah

berangsur-angsur bergeser ke bagian bawah perut mirip

dengan mules saat haid (Rose, dalam Walyani dan

Purwoastuti, 2015). Kontraksi terjadi simetris dikedua sisi

perut mulai dari bagian atas dekat saluran telur ke seluruh

rahim, kontraksi rahim terus berlangsung sampai bayi lahir

(Indiarti dalam Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Kontraksi uterus memiliki periode relaksasi yang

memiliki fungsi penting untuk mengistirahatkan otot uterus,

memberi kesempatan istirahat bagi wanita, dan

mempertahankan kesejahteraan bayi karena kontraksi uterus

menyebabkan kontraksi pembuluh darah plasenta.Ketika

otot uterus berelaksasi di antara kontraksi, uterus terasa


86

lembut dan mudah di tekan, karena uterus berkontraksi,

ototnya menjadi keras dan lebih keras, dan keseluruhan

uterus terlihat naik ke atas pada abdomen sampai ke

ketinggian yang tertinggi.Setiap kali otot berkontraksi,

rongga uterus menjadi lebih kecil dan bagian presentasi atau

kantong amnion di dorong ke bawah ke dalam

serviks.Serviks pertama-tama menipis, mendatar, dan

kemudian terbuka, dan otot pada fundus menjadi lebih tebal

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Durasi uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala

persalinan wanita tersebut.Kontraksi pada persalinan aktif

berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata

60 detik.Frekuensi kontraksi di tentukan dengan mengukur

waktu dari permulaan satu kontraksi ke permulaan kontraksi

selanjutnya.Kontraksi biasanya disertai rasa sakit, nyeri,

makin mendekati kelahiran. Kejang nyeritidak akan

berkurang dengan istirahat atau elusan, wanita

primiparaataupun yang sedang dalam keadaan takut dan

tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya serta tidak di

persiapkan degan tehnik relaksasi dan pernapasan untuk

mengatasi kontraksi ringan, sebaliknya wanita yang sudah

memiliki pengalaman atau telah di persiapkan dalam

menghadapi pengalaman kelahiran dan mendapat dukungan


87

dari orang terdekat atau tenaga profesional yang terlatih

mempimpin persalinan, atau wanita berpendidikan tidak

menunjukkan kehilangan kendali atau menangis bahkan

pada kontraksi yang hebat sekalipun

(Varney, dalam Walyani dan Purwoastuti, 2015)

Ketika merasakan kontraksi uterus, mulailah untuk

menghitung waktunya. Catatlah lamanya waktu antara satu

kontraksi berlangsung. Jika ibu merasakanmulas yang

belum teratur akan lebih baik menunggu di rumah sambil

berisitirahat dan mengumpulkan energi untuk persalinan.

Jika kontrakasi sudah setiap 5 menit sekali atau sangat sakit

dapat berangkat ke rumah sakit dengan membawa

perlengkapan yang sudah di persiapkan (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

b) Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir di sekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar

lendir servik pada awal kehamilan.Lendir mulanya

menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada mulut

rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir

yang berwarna kemerahan bercampur darah dan terdorong

keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang

menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan


88

membuka. Lendir inilah yang dimaksud sebagai Bloody

slim (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Bloody slim (Lendir darah) paling sering terlihat

sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan

harus di bedakan dengan cermat dari perdarahn murni.

Ketika melihat rabas sering, wanita sering kali berpikir

bahwa ia melihat tanda persalinan. Bercak darah tersebut

biasanya akan terjadi beberapa hari sebelum kelahiran tiba,

tetapi tidak perlu khawatir dan tidak perlu tergesa gesa ke

Rumah Sakit, tunggu sampai rasa sakit di perut atau bagian

belakang dan barengi oleh kontraksi yang teratur. Jika

keluar pendarahan hebat, dan banyak seperti menstruasi

segera ke Rumah Sakit

(Maulana dalam Walyani dan Purwoastuti, 2015)

c) Keluarnya Air Ketuban

Menurut Maulana dalam Walyani dan Purwoastuti,

(2015), Proses penting menjelang persalinan adalah

pecahnya air ketuban. Selama sembilan bulan masa gestasi

bayi aman melayang dalam cairan amnion.Keluarnya air

dan jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban yang

pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi.

Ketuban mulai pecah sewaktu-waktu sampai pada saat

persalinan.kebocoran cairan amniotik bervariasi dari yang


89

mengalir deras sampai yang menetes sedikit demi sedikit,

sehingga dapat ditahan dengan memakai pembalut yang

bersih(Stoppard dalam Walyani dan Purwoastuti, 2015).

Jika ketuban yang terjadi tempat perlindungan bayi

sudah pecah, maka sudah saatnya bayi harus keluar. Bila

ibu hamil merasakan ada cairan yang merembes keluar dari

vagina dan keluarnya tidak dapat di tahan lagi, tetapi tidak

disertai mulas atau tanpa sakit, merupakan tanda ketuban

pecah dini, yakni ketuban pecah sebelum terdapat tanda-

tanda persalinan, sesudah itu akan terasa sakit karena ada

kemungkinan kontraksi. Bila ketuban pecah dini terjadi,

terdapat bahaya infeksi terhadap bayi. Ibu akan di rawat

sampai robekannya sembuh dan tidak ada lagi cairan yang

keluar atau sampai bayi lahir. Normalnya air ketuban ialah

air yang bersih, jernih dan tidak berbau

(Walyani dan Purwoastuti, 2015)

Segera hubungi dokter bila dicurigai ketuban pecah,

dan jika pemecahan ketuban tersebut disertai dengan

ketuban yang berwarna coklat kehijauan, berbau tidak enak,

dan jika ditemukan warna ketuban kecoklatan berarti bayi

sudah buang air besar di dalam rahim, yang sering sekali

menandakan bahwa bayi mengalami distress (meskipun

tidak selalu dan perlu segera di lahirkan), pemeriksaan


90

dokter akan menentukan apakah janin masih aman untuk

tetap tinggal di dalam rahim atau sebaliknya

(Nolan dalam Walyani dan Purwoastuti, 2015).

d) Pembukaan Serviks

Penipisan mendahului dilatasi serviks, pertama-tama

aktifitas uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah

penipisan kemudian aktifitas uterus yang menghasilkan

dilatasi serviks yang cepat (Liu dalam Walyani dan

Purwoastuti, 2015). Membukanya leher rahim sebagai

respon terhadap kontraksi yang berkembang.Tanda ini tidak

dirasakan oleh pasien tetapi dapat diketahui dengan

pemeriksaan dalam. Petugas akan melakukan pemeiksaan

untuk menentukan pematangan, penipisan, dan pembukaan

leher rahim.(Simkin dalam Walyani dan Purwoastuti, 2015).

3) Penyebab Mulainya Persalinan

a) Penurunan kadar progesterone

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim,

sebaiknya esterogen meningkatkan kontraksi otot rahim.

Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara kadar

progesteron dan esterogen di dalam darah tetapi pada ahir

kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his


91

b) Teori oksitosin

Pada ahir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh

karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.

c) Peregangan otot-otot

Dengan majunya kehamilan, maka makin teranglah otot-

otot rahim sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan

janin

d) Pengaruh janin

Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang

peranan penting oleh karena itu pada ansephalus kelahiran

sering lebih lama

e) Teori prostaglandin

Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15

hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan

kontraksi miometrium (Mochtar dalam Rukiyah dkk, 2009).

4) Faktor Yang Mempengaruhi Mulainya Persalinan

a) Passage

Passage adalah jalan lahir. Jalan lahir di bagi atas

bagian keras dan bagian lunak. Bagian keras meliputi

tulang-tulang panggul dan bagian lunak meliputi uterus,

otot dasar panggul, dan perinium. Janin harus mampu

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku,


92

oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus di

tentukan sebelum persalinan di mulai (Suhartika, 2018).

b) Power

Power atau kekekuatan yang mendorong janin pada

saat persalinan menurut Suhartika (2018) adalah his,

kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari

ligamen. Kekuatan primer yang di perlukan dalam

persalinan adalah his sedangkan sebagi kekuatan

sekundernya adalah tenaga mengedan ibu.

His adalah kontraksi otot-otot rahim. His di bedakan

menjadi his pendahuluan dan his persalinan. His

pendahuluan atau his palsu, yang sebenarnya merupakan

peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks.His pendahuluan

bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian

bawah dan lipat paha, tidak menyebakan nyeri yang

memencar dari pnggang ke perut bagian bawah seperti his

persalinan.

Perasaan nyeri bergantung pada ambang nyeri dari

seseorang yang di tentukan oleh kondisi jiwanya. Kontraksi

rahim bersifat otonom, artinya tidak di pengaruhi oleh

kemauan, tetapi dapat di pengaruhi dari luar, misalnya

rangsangan oleh jari-jari tangan.

Sifat his yang normal adalah :


93

(1) Kontraksi rahim di mulai dari kornu.

(2) Undal daminan, yaitu kekuatan paling tinggi di fundus

uteri.

(3) Otot rahim yang tidak berkontraksi tidak kembali ke

panjang semulan sehingga terjadi retraksi dan

pembentukan sekmen bawah rahim.

(4) Pada his terjadi perubahan pada servik yaitu menipis

dan membuka.

c) Passanger

Passanger dari janin dan plasenta. Janin bergerak di

sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa

faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap,

dan posisi janin. Janin dapat mempengaruhi persalinan

karena presentasi dan ukuranya.

Pada presentasi kepala, tulang - tulang masih di batasi

fontanel dan sutura yang belum keras, tepi tulang dapat

menyisip di antara tulang yang satu dengan tulang yang

lainnya ( di sebut moulage atau molase ) sehingga ukuran

kepala bayi menjadi lebih kecil (Suhartika, 2018).

5) Mekanisme Persalinan

a) Turunnya kepala di bagi menjadi 2 yaitu masuknya kepala

dalam pintu atas panggul dan majunya kepala.


94

b) Pembagian ini terutama berlaku pada primigravida.

Masuknya kedalam pintu atas panggul pada primigravida

sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada

multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan

persalinan.

c) Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya

dengan sutura sagitalis, melintang dengan fleksi yang

ringan.

d) Masuknya sutura sagitalis terdapat di tengah tengah jalan

lahir ialah tepat diantara simpisis dan promontorium, maka

kepala dikatakan dalam synclitismus dan syclitismus os

parietal depan dan belakang sama tingginya.

e) Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati simpisis atau

agak ke belakang mendekati promontorium maka posisi ini

disebut asynclitismus. Pada pintu atas panggul biasanya

kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan.

Ansyclitismus posterior ialah jika sutura sagitalis mendekati

simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os

parietal depan. Ansyclitismus anterior ialah jika sutura

sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal

depan lebih rendah dari os parietal belakang.

f) Majunya kepala pada primigravida terjadi setelah kepala

masuk kedalam rongga panggul dan biasanya baru dimulai


95

pada 2. Pada multigravida sebaiknya majunya kepala dan

masuknya kepala di rongga panggul terjadi bersamaan.

Yang menyebabkan masuknya kepala :Tekanan cairan

intrauteri, tekanan langsung oleh fundus pada bokong,

kekuatan meneran, meluruhnya badan janin oleh perubahan

bentuk Rahim.

g) Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya

dorong dari kontraksi dan posisi,serta peneranan selama

kala II oleh ibu.

h) Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada

waktu diameter biparietal dari kepala janin telah masuk

panggul ibu.

i) Desensus merupakan syarat utama kepala, terjadi karena

adanya tekanan cairan amnion, tekanan langsung pada

bokong saat kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan

pelurusan badan janin.

j) Fleksi, sangat penting bagi penurunan kepala selama kala II

agar bagian kecil masuk panggul dan terus turun. Dengan

majunya kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun besar.

Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala

yang lebih kecil melalui jalan lahir yaitu diameter

suboccipito bregmatika (9,5 cm) mengganti diameter

suboccipito frontalis (11,5 cm) fleksi disebabkan karena


96

janin didorong maju dan sebaiknya mendapat tekanan dari

pinggir pintu atas panggul atau dasar panggul akibat dari

kekuatan dorongan dan tahanan ini terjadi fleksi, karena

moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment

yang menimbulkan defleksi.

k) Putaran paksi dalam atau rotasi internal, pemutaran dari

bagian sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari

bagian depan memutar kebawah simpisis. Pada presentasi

belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-

ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar kedepan

bawah simpisis putaran paksi dalam mutlak perlu untuk

kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu

usaha untuk menyesuiakan posisi kepala dengan bentuk

jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu

bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri,

tetapi selalu kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru

setelah kepala sampai didasar panggul. Sebab-sebab putaran

paksi dalam : pada letak fleksi, bagian belakang kepala

merupakan bagian terendah dari kepala. pada bagian rendah

dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit yaitu

pada sebelah depan atas dimana terdapat hiastus genetalis

antara M. Pada ukuran terbesar dari bidang tengah panggul

ialah diameter ateroposterior.


97

l) Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter

enteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala akan

menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari

panggul.

m) Ekstensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala di dasar

panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal

ini terjadi pada saat lahir kepala, terjadi karena gaya tahanan

dari dasar panggul dimana gaya tersebut membentuk carrus,

yang mengarahkan kepala keatas menuju lubang vulva

sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk

melaluinya bagian leher dibawah occipeutnya akan bergeser

dibawah simpisis pubis dan bekerja sebagai titik poros

uterus yang berkontraksi kemudian memberi tekanan

tambahan atas kepala yang menyebabkan ekstensi kepala

lebih lanjut saat lubang vulva vagina membuka lebar. Pada

kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke

bawah dan satunya karena disebabkan tahanan dasar

panggul yang menolaknya keatas. Resultantenya ialah

kekuatan kearah depan atas.

n) Setelah suboccipute tertahan pada dinding bawah simpisis

maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas

adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput, maka

lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-


98

ubun besar, dahi hidung, dan mulut dan akhirnya dagu

dengan gerakan ekstensi. Subocciput yang menjadi pusat

pemutaran disebut hypomoclion.

o) Rotasi eksternal atau putaran paksi luar, terjadi bersamaan

dengan perputaran interior bahu. Setelah kepala lahir, maka

kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk

menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran

paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi. Restitusi

adalah perputaran sejauh 45º baik ke arah kiri atau kanan

bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran

dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan

tuber ischidicum. Gerakan yang terakhir ini adalah gerakan

paksi luar sebenarnya dan di sebabkan karena ukuran bahu,

menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu

bawah panggul.

p) Ekspulsi, setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di

bawah sympisis dan menjadi hyponoclion untuk kelahiran

bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan

selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi

jalan lahir mengikuti lengkung carrus (kurva jalan lahir)

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).


99

6) Partograf

a) Definisi

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase

aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf

adalah mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan

dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan

dalam mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara

normal dan dapat melakukan deteksi dini setiap

kemngkinan terjadinya partus lam

(Depkes RI dalam Rukiyah dkk, 2009).

b) Tujuan

Terdapat beberapa tujuan dilakukannya pencatatan

dengan partograf, yaitu : mencatat hasil observasi dan

kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks

melalui pemeriksaan dalam dan mendeteksi apakah proses

bejalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat

melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan

terjadinya partus lama. Partograf juga akan membantu

penolong persalinan jika dilakukan dengan tepat dan

konsisten, antara lain : mencatat kemajuan persalinan,

mencatat kondisi ibu dan janin, mencatat asuhan yang

diberikan selama persalinan dan kelahiran, menggunakan


100

informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi

adanya penyulit, menggunakan informasi yang ada untuk

membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu

(Rukiyah dkk, 2009).

c) Penggunaan Partograf

Menurut buku acuan persalinan normal semua ibu

dalam kala I persalinan, baik yang kemajuan persalinan

berjalan normal maupun abnormal, persalinan di institusi

pelayanan kesehatan ataupun dirumah, persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan harus dicacat dalam

partograf (Depkes RI dalam Rukiyah dkk, 2009).

Kondisi yang harus dicatat dalm partograf :

(1) Selama kala I fase laten :

Pencatatan selama fase laten Kala I persalinan

semua asuhan, pengamatan dan pemeriksan harus

dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik

dicatatan kemajuan persalinan maupun di Buku KIA

atau Kartu Menuju Sehat (KMS) (Depkes RI dalam

Rukiyah dkk, 2009). Kondisi ibu dan bayi yang harus

dicatat antara laina : Denyut Jantung Janin (DJJ) setiap

½ jam, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setian ½

jam, nadi ibu setiap ½ jam,pembukaan serviks setiap 4


101

jam, tekanan darah dan temperatur suhu setiap 4 jam,

produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam.

(2) Selama Kala I Fase Aktif

Halaman depan partograf menginstruksikan

observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan

menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-

hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan antara

lain :

(a) Informasi tentang ibu : nama, umur, Gravida, Para,

Abortus (Keguguran), nomor catatan medik/ nomor

puskesmas , tanggal dan waktu dimulai dirawat

(atau jika dirumah , tanggal dan waktu penolong

persalinan mulai merawat ibu), waktu pecshnys

selaput ketuban.

(b) Kondisi janin : Denyut Jantung Janin (DJJ), warna

dan adanya air ketuban, penyusupan (molase)

kepala janin, kemajuan persalinan : pembukaan

serviks, penurunan bagian terbawah atau presentasi

janin, garis waspada dan garis bertindak, jam dan

waktu : waktu mulainya fase aktif persalinan,

waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian,

kontraksi uterus frekuensi kontraksi dalam 10

menit, lama kontraksi (dalamdetik), obat-obatan


102

dan cairan intra vena yang diberikan kondisi ibu :

nadi, tekanan darah dan temperatur suhu, urine

(volume, dan protein).

(c) Mencatat temuan pada partograf

i. Informasi tentang ibu

ii. Antara lain lengkapi bagian awal partograf

secara teliti pada saat memulai asuhan

persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai

: jam atau pukul pada partograf) dan

perhatikan kemungkinan ibu datang dalam

fase laten. Catat waktu pecahnya selaput

ketuban.

(d) Kondisi janin

Bagian atau grafik pada partograf adalah untuk

pencatatan denyut jantung janin(DJJ), air ketuban

dan penyusupan (kepala janin) : Denyut jantung

janin : catat setiap ½ jam, air ketuban : catat warna

air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina :

beri tanda (U) jika selaput amnion masih utuh, beri

tanda (J) jika selaput amnion sudah pecah dan

warna air ketuban jernih, beri tanda (D) jika air

ketuban bercampur darah, beri tanda (K) jika tidak

ada cairan ketuban/kering.


103

Molding atau molage : tanda nol (0) jika teraba

sutura terpisah dan mudah dipalpasi, tanda satu (1)

jika terba sutura hanya saling bersentuhan, tanda

dua (2) jika teraba sutura saling tumpang tindih,

tapi masih bisa dipisahkan, tanda tiga (3) jika

sutura tumpang tindih tidak bisa dipisahkan.

(e) Kemajuan Persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah

untuk mencatat kemajuan persalinan.Angka 0-10

yang tertera dikolom paling kiri adalah besarnya

dilatasi serviks.Nilai setiap angka sesuai dengan

besarnya dilatasi serviks dalam satuan

centimeterdan menempati lajur dan kotak tersendir.

Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur

yang lain menunjukkan penambahan dilatasi

serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang

mencatat penurunan bagian terbawah janin

cantumkan angka 1-5 yang sesuai dengan metode

perlimaan, setiap kotak segi empat atau kubus

menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatan

waktu pemeriksaan, denyut jantung janin,

kontraksi uterus, dan frekuensi nadi ibu.

Pembukaan serviks nilai dan catat prmbukaan


104

serviks tiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada

tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase

aktif persalinan, catat dalam partograf setiap

temuan dari setiap pemeriksaan.Tanda “X” harus

dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan

lajur besarnya pembukaan serviks, pada

pemeriksaan pertama tanda “X” di tempatkan di

garis waspada selanjutnya tergantung besarnya

pembukaan.

Penurunan bagian terbawah janin setiap kali

melakukan pemeriksaan dalam atau lebih sering

jika di temukan tanda-tanda penyulit, cantumkan

hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan)

yang menunjukka seberapa jauh bagian terbawah

janin telah memasuki rongga panggul pada

persalinan normal penambahan pembukaan

didikuti penambahan penurunan bagian terbawah

janin, tulisan “turunnya kepala” dan garis tidak

terputus dari 0-5, tertera disisi yang sama dengan

angka pembukaan serviks. Beri tanda “O” yang

ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai

contoh , jika hasil pemeriksaan palpasi kepala

diatas simpisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan


105

tanda “O” di garis angka. Hubungkan tanda “O”

dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak

terputus.

Garis waspada dan garis bertindak dimulai

pada pembukaan 4 cm dan berakhir pada titik

dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi laju

pembukaan adalah 1 cm perjam.Pencatatan selama

fase aktif persalinan harus dimulai di garis

waspada.Jika pembukaan serviks mengarah

kesebelah kanan garis waspada, maka harus

dipertimbangkan adanya penyulit.Garis bertindak

sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) garis

waspada.Jika pembukaan serviks telah melampaui

dan berada disebelah kanan garis bertindak maka

hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan

untuk menyelesaikan persalinan

(Depkes RI dalam Rukiyah dkk, 2009).

(f) Pencatatan pada Lembar Belakang Partograf

Halaman belakang partograf merupakan

bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama

proses persalinan dan kelahiran bayi, serta

tindakan-tindakan yang di lakukan sejak kala I

hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya


106

bagian ini disebut sebagai catatan persalinan.Nilai

dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu

selama masa nifas (terutama pada kala IV

persalinan) untuk memungkinkan penolong

persalinan mencegah terjadinya penyulit dan

membuat keputusan klinik yang sesuai.

Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk

membuat keputusan klinik (misalnya : pencegahan

perdarahan pada kala IV persalinan). Selain itu,

catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat

digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana

pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan

bersih telah dilakukan

(JNPK-KR dalam Rukiyah dkk, 2009).

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-

unsur berikut :

Data atau informasi umum : Data dasar terdiri dari

tanggal, nama bida, termpat persalinan, alamat

tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk,

tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk

(JNPK-KR dalam Rukiyah dkk, 2009).

Pada saat kala I : Kala I terdiri dari penyataan-

pernyaytaan tentang partograf saat melewati garis


107

waspada, masalah-masalah lain yang timbul,

penatalaksanaanya, dan hasil penatalaksanaan

tersebut (JNPK-KR dalam Rukiyah dkk, 2009).

Kala II : Terdiri dari episiotomi, pendamping

persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah

lain, penatalaksaan masalah dan hasilnya (JNPK-

KR dalam Rukiyah dkk, 2009).

Kala III : Terdiri dari lamanya kala III, pemberian

oksitosin, penengangan tali pusat terkendali,

rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat

dilahirkan, retensio plasenta yang >30 menit,

laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah

lain, penatalaksanaan dan hasilnya

(JNPK-KR dalam Rukiyah dkk, 2009).

Bayi Baru Lahir : informasi yang perlu

diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat

dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi

baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan

hasilnya (JNPK-KR dalam Rukiyah dkk, 2009).

7) Tahapan Persalinan

Menurut Rukhiyah dkk (2009), terdapat 4 tahapan persalinan

yaitu:
108

a) Kala I

Pada kala I persalinan dimulainya proses persalinan

yang ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur,

adekuat, dan menyebabkan perubahan pada serviks hingga

mencapai pembukaan lengkap, fase kala I persalinan terdiri

dari awal kotraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm,

kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30

detik, tidak terlalu mules; fase aktif dengan tanda-tanda

kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik

atau lebih dan mules, pembukaan 4 cm hingga lengkap,

penurunan bagian terbawah janin, waktu pembukaan serviks

sampai pembukaan lengkap 10 cm, fase pembukaan dibagi

2 fase, yaitu fase laten : berlangsung 8 jam, pembukaan

terjadi sangat lambat sampai menjadi pembukaan. Fase

aktif: dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu

2 jam

pembukaan 3 menjadi 4 menjadi 9, fase deselerasi

pembukaan menjadi lambat kembali dalam 2 jam

pembukaan dari 9 menjadi lengkap. Lama kala I untuk

primigravida berlangsung 2 jam dan pembukaan 1 cm

pejam, pada multigravida berlangsung 8 jam dengan

pembukaan 2 cm perjam.

b) Kala II
109

Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan

lengkap, tampak bagian kepala janin melalui bukaan

introitus vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan

springter ani membuka, peningkatan pengeluaran lender dan

darah. Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai

bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada

primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala

pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul

sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang

secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karna

tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau buang air besar

dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin

mulai kelihatan, vulva membuka, perineum membuka,

perineum menegang. Dengan adanya his ibu dipimpin untuk

mengedan, maka lahir kepala di ikuti oleh seluruh badan

janin.

c) Kala III

Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan

berlangsungnya proses pengeluaran plasenta tanda-tanda

lepasnya plasenta: terjadi perubahan bentuk uterus dan

tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur

keluar melalui vagina/ vulva, adanya semburan darah secara

tib-tiba kala III, berlangsung tidak lebih dari 30 menit.


110

Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri

agak diatas pusat beberapa menit kemudian uterus

berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15

menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan

tekanan pada fundus uteri. Perngeluaran plasenta, disertai

dengan pengeluaran darah.

d) Kala IV

Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama postpartum.

8) Perubahan Fisiologis Pada Masa Persalinan

a) Perubahan Fisiologi pada Kala I

(1) Perubahan tekanan darah

Perubahan darah meningkat selama kontraksi

uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20

mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg

diantara kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah

menurun seperti sebelum masuk persalinan dan akan

naik lagi bila ada kontraksi (Suhartika, 2018).

(2) Perubahan metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat

aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan.

Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena


111

kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuh, kegiatan

metabolisme yang meningkat tercermin dengan

kenaikan suhu badan denyut nadi, pernafasan

kardiakoutput dan kehilangan cairan (Suhartika, 2018)

(3) Perubahan suhu badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama

persalinan, suhu mencapai tertinggi selama persalinan

dan segera setelah persalinan. Kenaikan ini di anggap

normal asal tidak melibihi 0,5 - 1ºC. Suhu badan yang

naik sedikit merupakan hal yang wajar namun bila

keadaan ini berlangsung lama mengindikasikan bahwa

adanya dehidrasi (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(4) Denyut nadi

Penurunan menyolok selama kontraksi uterus tidak

terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi

terlentang. Denyut jantung diantra kontraksi sedikit

lebih tinggi dibanding selama periode persalinan yang

belum masuk persalinan

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(5) Pernafasan

Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena

adanya rasa nyeri kekhawatiran serta penggunaan

tehnik pernafasan yang tidak benar (Suhartika, 2018).


112

(6) Perubahan renal

Polyuri sering terjadi selama persalinan hal ini di

sebabkan oleh kardiakoutput yang meningkat serta

glomerulus serta aliran plasma ke renal. Polyuri tidak

begitu kelihatan dalam posisi terlentang, yang

mempunyai efek mengurangi aliran urin selama

persalinan. Protein dalam urin(+1) selama persalinan

merupakan hal yang wajar, tetapi protein urine (+2)

merupakan hal yang tidak wajar, dan ini lebih sering

pada ibu primipara, anemia, persalinan lama, atau pada

kasus Pre eklampsia.

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(7) Perubahan gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan

makanan padat berkurang akan menyebabkan

pencernaan hampir terhenti selama persalinan dan akan

menyebabkan konstipasi

(Suhartika, 2018).

(8) Perubahan hematologis

Hemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 mL selama

persalinan dan kembali ke tingkat pra persalinan di hari

pertama jumlah sel-sel darah putih meningkat secara

progresif selama kala I persalinan sebesar 5000 s/d


113

15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap

hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Gula darah

akan turun selama dan akan turun secara mencolok

pada persalinan yang mengalami penyulit atau

persalinan lama (Suhartika, 2018).

(9) Kontraksi uterus

Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang

disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot tekanan pada

ganglia dalam serviks dan sekmen dalam rahim (SBR),

rengangan dari serviks rengangan dan tarikan pada

peritonium, itu semua terjadi pada saat kontraksi

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(10) Pembentukan segmen atas rahim dan bawah rahim

Segmen atas rahim terbentuk pada uterus bagian

atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kintra aktif,

terdapat otot sorong dan memanjang. Segmen atas

rahim terbentuk dari fundus sampai ishimus uteri .

Segmen bawah rahim terbentang di uterus bagian

bawah antara ishimus dengan serviks dengan sifat otot

yang tipis dan elastis, pada bagian ini banyak terdapat

otot yang melingkar dan memanjang (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).
114

(11) Perkembangan retraksiring

Retraksiring adalah batas pinggiran antara SAR

dan SBR dalam keadaan persalinan normal tidak

tampak dan akan kelihatan pada persalinan abnormal

karena kontraksi uterus yang berlebih, retaksiring akan

tampang sebagai garis atau batas yang menonjol

diantara sympisis yang merupakan tanda dan ancaman

ruptur uterus (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(12) Penarikan serviks

Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi

ostinum uteri internun (OUI) ditarik oleh SAR yang

menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi

bagian dari SBR bentuk serviks menghilang karena

kanalis servikalis membesar dan membentuk ostinium

uteri eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya

menjadi sempit (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(13) Pembukaan ostium

Otot interna dan ostium eksterna pembukaan

serviks disebabkan karena membesarnya OUE karena

otot yang melingkar di sekitar ostium merenggang

untuk dapat di lewati kepala

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).


115

(14) Show

Adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dari

sedikit lendir yang bercampur darah, lendir ini berasal

dari ekstruksi lendir yang menyumbat kanalis servikalis

sepanjang kehamilan sedangkan darah bearasal dari

desidua vena yang terlepas

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(15) Tonjolan kantong ketuban

Tonjolan kantong ketuban ini di sebabkan oleh

adanya renggangan SBR yang menyebabkan

terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus,

dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong

yang berisi cairan yang menonjol ke ostium uteri

internum yang terbuka. Cairan ini terbagi 2 yaitu fore

water dan hind water yang berfungsi melindungi

selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan

yang di arahkan ke cairan sama dengan tekanan ke

uterus ke uterus sehingga akan timbul generasi flound

presur (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(16) Pemecahan kantong ketuban

Pada ahir kala satu bila pembukaan sudah lengkap

dan tidak ada tahanan lagi, di tambah dengan kontraksi

yang kuat serta desakan janin yang menyebabkan


116

kantong ketuban pecah, diikuti dengan proses kelahiran

bayi (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

b) Perubahan Fisiologi Kala II Persalianan

(1) Kontraksi uterus

Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang

disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot tekanan pada

ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim

regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada

perinium, itu semua terjadi pada saat kontraksi

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(2) Perubahan- perubahan uterus

Keadaan sekmen atas rahim dan sekmen bawah

rahim. Dalam persalina perbedaan SAR dan SBR akan

tampak lebih jelas, dimana SAR di bentik oleh korpus

uteri dan bersifat memegang peranan aktif

(berkontraksi) dan di dindingnya bertambah tebal

dengan majunya persalianan, dengan kata lain SAR

mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan

mendorong anak keluar. Sedangkan SBR di bentuk oleh

sthimus uteri yang sifatnya memegang peranan pasif

dan makin tipis dengan majunya persalianan (di sebab

kan karena regangan), dengan kata lain SBR dan

serviks mengadakan rleksaia dan dilatasi


117

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(3) Perubahan pada serviks

Perubahan pada serviks pada kala dua di tandai

dengan pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dslsm

tidak teraba lagi bibir portio, Segmen Bawah Rahim

(SBR) dan serviks

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(4) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah

pecah terjadi perubahan, terutama pada dasar panggul

yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga

menjadi saluran yang dinding-dindingnya tipis karena

suatu regangkan dan kepala sampai di vulva, lubang

vulva menghadap ke depan atas dan anus, menjadi

terbuka, perineum menonjol dan tidak lama kemudian

kepala janin tampak pada vulva (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

c) Perubahan Fisik Lain yang Mengalami Perubahan

(1) Perubahan Sistem Reproduksi

Kontraksi uterus pada persalinan bersifat unik

mengingat kontraksi ini merupakan kontraksi otot

fisiologinya yang menimbulkan nyeri pada tubuh.

Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar


118

progresterone dan esterogen di dalam darah, tetapi pada

akhir kehamilan kadar esterogen dan progesterone

menurun kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai

sehingga menimbulkan kontraksi uterus. Kontraksi

uterus mula-mula jarang dan tidak teratur dengan

intensitasnya ringan, kemudian menjadi lebih sering,

lebih lama dan intensitasnya semakin kuat seiring

kemajuan persalinan(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(2) Perubahan Takanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi

disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20 mmHg.

Pada waktu-waktu di antara kontraksi tekanan darah

kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan

mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi miring,

perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat

dihindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat

semakin meningkatkan tekanan darah (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

(3) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat

meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini

terutama disebabkan oleh aktifitas otot. Peningkatan

aktifitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh,


119

denyut nadi, pernapasan,denyut jantung dan cairan

yang hilang (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(4) Perubahan Suhu

Perubahan suhu sedikit meningkat selama

persalinan dan tertinggi selama persalinaan dan

tertinggi selama dan segera setelah melahirkan.

Perubahan suhu di anggap normal bila peningkatan

suhu yang tidak lebih dari 0,5-1ºC yang mencerminkan

peningkatan metabolisme selama persalinan (Walyani

dan Purwoastuti, 2015).

(5) Perubahan Denyut Nadi

Perubahan yang mencolok selama kontraksi

disertai peningkatan selama fase peningkatan,

penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang

lebih rendah dari pada frekuensi diantara kontraksi dan

peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai

frekuensi lazim diantara kontraksi. Penurunan yang

mencolok selama kontraksi uterus tidak terjadi jika

wanita berada pada posisi miring bukan terlentang.

Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih

meningkat dibanding selama periode menjelang

persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan

metabolisme yang terjadi selama persalinan


120

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(6) Perubahan Pernafasan

Peningkatan frekuensi pernapasan ormal selama

persalinan dan mencerminkan peningkatan

metabolisme yang terjadi. Hiperventelasi yang

menunjang adalah temuan abnormal dan dapat

menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada

ekstremitas dan perasaan pusing) (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

(7) Perubahan pada Ginjal

Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi

ini diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung

selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju

filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliura

menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena

posisi ini membuat aliran urine berkurang selama

persalinan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(8) Perubahan pada Saluran Cerna

Absorbsi lambung terhadap terhadap makanan

padat jauh lebih berkuang. Apabila kondisi ini

diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam

lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja

dengan lambatsehingga waktu pengosongan lambung


121

menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan

waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan dilambung

tetap seperti biasa. Lambung yang penuh dapat

menimbulkan ketidaknyamanan dan penderita umum

selama masa transisi. Oleh karena itu, wanita harus di

anjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau

minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika

keinginan timbul guna mempertahankan energi dan

hidrasi. Mual dan muntah umum terjadi selama fase

transisi yang menandai akhir fase pertama persalinan

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(9) Perubahan Hematologi

Heoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr/100 ml

selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum

pesalinan pada hari pertama pasca partum jika tidak ada

kehilangan darah yang abnormal. Waktu koagulasi

darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen

plasma (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

9) Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

a) Dukungan fisik dan psikologis

Bidan harus mampu memberikan perasaan kehadiran :

(1) Selama bersama pasien, bidan harus konsentrasi penuh

untuk mendengarkan dan melakukan observasi


122

(2) Membuat kontak fisik : mencuci muka pasien,

mengusaap punggung dan memegang tangan pasien

dan lain-lain.

(3) Menempatkan pasien dalam keadaan yakin(bidan

bersikap tenang dan bisa menenangkan pasien)

Menurut Lesser dan Keane dalam Walyani dan

Purwoastuti (2015), ada lima kebutuhan dasar bagi wanita

dalam persalinan ialah :

(1) Asuhan fisik dan psikologis

(2) Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus

(3) Pengurangan rasa sakit

(4) Penerimaan atas sikap dan perilakunya

(5) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang

aman

Hasil penelitian (RCT) telah memperlihatkan efektifnya

dukungan fisik, emosional dan psikologi selama persalinan

dan kelahiran. Dalam Cochrane Database, suatu kajian

ulang sistematik dari 14 percobaan-percobaan yang

melibatkan 5000 wanita memperlihatkan bahawa kehadiran

seorang pendamping secara terus menerus selama

persalinan dan kelahiran akan menghasilkan :

(1) Kelahiran dengan tindakan (forceps, vacum maupun

secsio sesaria) menjaadi berkurang


123

(2) APGAR Score <7 lebih sedikit hasil kelahiran

bertambah baik

(3) Bersifat sayang ibu

(4) Lamanya persalinan menjadi semakin pendek

(5) Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman

melahirkan mereka

Metode mengurangi rasa sakit yang diberikan secara terus

menerus dalam bentuk dukungan mempunyai keuntungan-

keuntungan :

(1) Sederhana

(2) Efektif

(3) Biayanya murah

(4) Resikonya rendah

(5) Membantu kemajuan persalinan

b) Kebutuhan Makanan dan Cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan

aktif, oleh karena makan padat lebih lama tinggal dalam

lambung dari pada makanan cair, sehingga proses

pencernaan lebih lambat selama persalinan. Bila ada

pemberian obat, dapat juga merangsang terjadi

mual/muntah yang dapat mengakibatkan terjadinya aspirasi

ke dalam paru-paru, untuk mencegah dehidrasi, pasien

dapat diberikan banyak minum segar (jus, buah, sup)


124

selama proses persalinan, namun bila mual/muntah dapat

diberikan cairan IV.

c) Kebutuhan Eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama

proses persalinan. Bila pasien tidak dapat berkemih sendiri

dapat dilakukan kateterisasi oleh karena kandung kemih

yang penuh akan menghambat penurunan bagian terbawah

janin, selain itu juga akan meningkatkan rasa tidak nyaman

yang tidak dikenali pasien karena bersama dengan

munculnya kontraksi uterus. Rektum yang penuh akan

mengganggu penurunan bagian terbawah janin, namun bila

pasien mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan

kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk pada kala II.

Bila dierlukan sesuai indikasi dapat dilakukan lavement.

d) Posisioning dan Aktifitas

Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu

terlentang terus-menerus dalam masa persalinannya. Bidan

bisa mengabil tindakan-tindakan positif untuk merubah

kebiasan atau merubah setting tempat yang sudah

ditentukan (seperti menyarankan ibu berdiri atau berjalan-

jalan).

Ada beberapa posisi untuk persalinan yaitu :

(1) Posisi alasan/Rasionalisasi


125

(a) Duduk atau setengah duduk lebih mudah bagi

bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi

dan mengamati / mensupport perineum.

(b) Posisi merangkak baik untuk persalinan dengan

punggung yang sakit

i. Membantu bayi melakukan rotasi

ii. Peregangan minimal pada perineum

(c) Berjongkok atau berdiri membantu penurunan

kepala bayi

i. Memperbesar ukuran panggul : menambah 28%

ruang outletnya

ii. Memperbesar dorongan untuk meneran (bisa

memberi kontribusi pada lasaerasi perineum)

(d) Berbaring miring kiri memberi rasa snatai bagi ibu

yang letih

i. Memberi oksigenasi yang baik bagi bayi

ii. Membantu mencegah terjadinya laserasi

(e) Mengapa tidak boleh bersalin dalam posisi

terlentang/lithotomi?

i. Dapat menyebabkan Sindrome Supine

Hypotensi karena tekanan pada vena kava

inferior oleh kavum uteri, yang mengakibatkan

ibu pingsan dan hilangnya oksigen pada bayi.


126

ii. Dapat menambah rasa sakit

iii. Bisa memperlama proses persalinan

iv. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan

pernafasan

v. Membuat buang iar lebih sulit

vi. Membatasi pergerakan ibu

vii. Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya

viii. Bisa membuat proses meneran menjadi lebih

sulit

ix. Bisa menambah kemungkinan terjadinya

laserasi pada perineum

x. Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki

dan punggung

e) Penguranagan Rasa Nyeri

Menurut Penny Simpkin dalam Walyani dan

Purwoastuti (2015), menjelaskan cara-cara untuk

mengurangi rasa sakit ini ialah :

(1) Mengurangi sakit di sumbernya

(2) Memberikan rangsangan alternatif yang kuat

(3) Mengurangi reaksi mental yang negatif, emosional, dan

reaksi fisik pada ibu terhadap rasa sakit


127

Menurut Varney’s Midwifery dalam Walyani dan

Purwoastuti (2015), pendekatan-pendekatan untuk

mengurangi rasa sakit :

(1) Adanya seseorang yang dapat mendukung dalam

persalinan

(2) Pengaturan posisi

(3) Relaksasi dan latihan pernafasan

(4) Istirahat dan privasi

(5) Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang

akan dilakukan

(6) Asuhan diri

(7) Sentuhan dan massase

(8) Counterpressure untuk mrngurangi tegangan pada

Ligament Sacroiliaka

(9) Pijatan ganda pada pinggul

(10) Penekanan pada lutut

(11) Kompres hangat dan kompres dingin

(12) Berendam

(13) Pengeluaran suara

(14) Visualisasi dan pemusatan perhatian

(15) Musik
128

Sedangkan menurut Sumarah dalam Walyani dan

Purwoastuti (2015), mengategorikan kebutuhan ibu dalam

proses persalinan meliputi :

(1) Kebutuhan fisiologi

(a) Oksigen

(b) Makan dan minum

(c) Istirahat selama tidak ada his

(d) Kebersihan badan terutama genetalia

(e) Buang air kecil dang buang air besar

(f) Pertolongan persalinan yang terstandar

(g) Penjahitan perineum bila perlu

(2) Kebutuhan rasa aman

(a) Memilih tempat dan penolong persalinan

(b) Informasi tentang proses persalinan atau tindakan

yang akan dilakukan

(c) Posisi tidur yang dikehendaki ibu

(d) Pendampingan oleh keluarga

(e) Pantauan selama persalinan

(f) Intervensi yang diperlukan

(3) Kebutuhan dicintai dan mencintai

(a) Pendampingan oleh suami/keluarga

(b) Kontak fisik (memberi sentuhan ringan)

(c) Masase untuk mengurangi rasa sakit


129

(d) Berbicara dengan suara yang lembut dan sopan

(4) Kebutuhan harga diri

(a) Merawat bayi sendiri dan menetekinya

(b) Asuhan kebidanan dengan memperhatikannya

privasi

(c) Pelayanan yang bersifat empati dan simpati

(d) Informasi bila akan melakukan tindakan

(e) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan

positif yang ibu lakukan

(5) Kebutuhan aktualisasi diri

(a) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan

(b) Memilih pendamping selama persalinan

(c) Bounding attachment

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Persalinan

1) SOAP Kala 1

a) S (Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien

Data subjektif merupakan pengumpulan data

berdasarkan anamesis baik langsung maupun tidak langsung

dengan ibu bersalin. Data ini biasanya berisikan identitas

ibu dan suami, keluhan utama, riwayat kehamilan sekarang,

riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Riwayat

kesehatan ibu dan keluarga, riwayat biopsikososial


130

(Suhartika, 2018). Pengkajian pada ibu bersalin kala I

meliputi usia kehamilan, masalah/komplikasi dengan

kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan yang

terdahulu (Walyani dan Purwoastuti, 2015)

b) O (Objective) : Data hasil observasi

Data objektif adalah data yang berdasarkan hasil

pemeriksaan saat itu, meliputi : keadaan umum, tanda vital,

pemeriksaan fisik secara umum, pemeriksaan obstetri

(palpasi leopold dan DJJ), pemeriksaan dalam dan

pemeriksaan penunjang. Data – data tersebut lalu

diananlisis menjadi diagnosis, masalah dan kebutuhan

(Suhartika, 2018).

c) A (Assessment) : Diagnosa kebidanan

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa

mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru

dalam datab subjektif maupun objektif, maka proses

pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang

tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan

menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat

terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat

(Asrinah, 2010).
131

d) P (Planning) : Apa yang dilakukan terhadap masalah

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

akan datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi

pasien yang sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan

kesehatan kesejahteraan nya. Proses ini termasuk kriteria

tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai di

dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus

membantu pasien mencapaikemajuan dalam kesehatan dan

harus mendukung rencana dokter jika melakukan kolaborasi

(Asrinah, 2010). Tanda bahaya kala I dan menejemen

rujukan kehamilan kurang dari 37 minggu yaitu segera

rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan

penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetrik dan BBL.

Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan

serta semangat (Walyani dan Purwoastuti, 2015)

2) SOAP Kala II

a) S (Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien

Data subjektif kala dua didapat dari hasil anamesis

ketika ibu mengeluh mulesnya semakan sering dansakit,

mengeluarkan lender darah semakin banyak dan atau

disertai pengeluaran ketuban serta ada dorongan untuk

meneran (Suhartika, 2018).

b) O (Objective) : Data hasil observasi


132

Data objektif didapat dari hasil pemeriksaan, yaitu

keadaan umum ibu, tanda-tanda vital, denyut jantung janin,

penurunan bagian terendah janin, hasil pemeriksaan dalam

didapat porsio sudah tidak teraba, pembukaan lengkap,

ketuban utuh atau sudah pecah, bagian terndah janin sudah

di hodge 4 atau di dasar panggul. Selain itu terdapat tanda

kala dua yaitu tekanan pada anus, perenium menonjol, anus

dan vulva membuka (Suhartika, 2018).

c) A (Assessment) : Diagnosa kebidanan

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa

mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru

dalam datab subjektif maupun objektif, maka proses

pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang

tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan

menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat

terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat

(Asrinah, 2010).

d) P (Planning) : Apa yang dilakukan terhadap masalah

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

akan datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi

pasien yang sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan


133

kesehatan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria

tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai di

dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus

membantu pasien mencapaikemajuan dalam kesehatan dan

harus mendukung rencana dokter jika melakukan kolaborasi

(Asrinah, 2010).

Penatalaksanaan yang dilakukan sesui dengan data dan

analisis yang ditegakan, yaitu memberi tahu bahwa ibu

sudah memasuki kala pengeluaran, mempersilahkan ibu

untuk memilih posisi yang nyaman, memepersiapkan

pertolongan persalinan dengan perinsip pencegahan infeksi

yang benar sesuai standar, memimpin ibu meneran efektif

dan menolong persalinan sampai bayi lahir

(Suhartika, 2018).

3) SOAP Kala III

a) S (Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien

Data subjektif yang dikaji berupa kebutuhan biologis

(misalnya apakah ibu merasa haus) dan kondisi psikologis

(misalnya perasaan dan penerimaan ibu terhadap bayinya)

serta ibu merasakan mules atau tidakc (ada tidaknya

kontraksi uterus yang dirasakan ibu terkait pelepasan

plasenta) (Ekayanthi, 2018).


134

b) O (Objective) : Data hasil observasi

Data objektif yang dikaji berupa tinggi fundus uterus,

tidak ada janin kedua, konsistensi uterus (kontaksi), kondisi

kandung kemih, pengeluaran darah dari genetalia dan tali

pusat (Ekayanthi, 2018)

c) A (Assessment) : Diagnosa kebidanan

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa

mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru

dalam data subjektif maupun objektif, maka proses

pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang

tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan

menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat

terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat

(Asrinah, 2010). Analis yang dapat ditegakan yaitu inpartu

kala tiga (Ekayanthi, 2018).

d) P (Planning) : Apa yang dilakukan terhadap masalah

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

akan datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi

pasien yang sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan

kesehatan kesejahteraan nya. Proses ini termasuk kriteria

tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai di


135

dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus

membantu pasien mencapaikemajuan dalam kesehatan dan

harus mendukung rencana dokter jika melakukan kolaborasi

(Asrinah, 2010). Adapun penatalkasaan asuhan yang

dilakukan pada kla tiga, meliputi (Ekayanthi, 2018):

(1) Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan

(2) Memberi injeksi oksitosin

(3) Menjepit dan memotong tali pusat

(4) Melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) jika tidak ada

indikasi

(5) Melakukan pengosongan kandung kemih (jika

kandungkemih teraba penuh pada pemeriksaan

abdomen)

(6) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT),

sambil mengamati tanda-tanda pelepasan plasenta (jika

belum lepas)

(7) Melahirkan plasenta (jika sudah ada tanda–tanda

pelepasan plasenta, yaitu uterus teraba keras dan

globuler, terdapat pengeluaran/semburan darah tiba–

tiba, dan tali pusat bertambah panjang)

(8) Melakukan masase uterus selama 15 detik (untuk

memastikan uterus berkontraksi dengan baik)

(9) Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban


136

(10) Memeriksa laserasi pendarahan.

4) SOAP Kala IV

Metode pendokumentasian SOAP disarikan dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan dan di pakai untk

mendokumentasikan asuhan kebidnan dalam rekam medis klien

sebagai catatan kemajuan

(Asrinah, 2010).

a) S (Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien

Data subjektif merupakan data yang berhubungan salah

dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai

kekuatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan

langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung

dengan diagnosis. Pada orang yang bisu, di bagian data di

belakang “S” diberi tanda “O” atau “X” ini menandkan

orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang

akan dibuat.

b) O (Objective) : Data hasil observasi

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil

observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium / pemriksaan diagnostik lain.

Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain

dapat dimasukkan dlam data objektif ini sebagai data

penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis


137

pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. Data

fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian

teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG

dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain

dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat di

observasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti

dari diagnosa yang akan ditegakkan. Menurut Walyani dan

Purwoastuti (2015) pemantauan kala empat meliputi

keadaan umum dan kesadaran, tanda-tanda vital, tonus

uterus, TFU, kandung kemih, perdarahan dan hematoma.

c) A (Assessment) : Diagnosa kebidanan

Assessment merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif

dan objektif. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa

mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru

dalam datab subjektif maupun objektif, maka proses

pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis

yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien

akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien,

dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang

tepat.

d) P (Planning) : Apa yang dilakukan terhadap masalah


138

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

akan datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi

pasien yang sebaik mungkin atau

menjaga/mempertahankan kesehatan kesejahteraan nya.

Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan

pasien yang harus dicapai di dalam batas waktu tertentu,

tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapaikemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung

rencana dokter jika melakukan kolaborasi.


139

3. BAYI BARU LAHIR

a. Konsep Dasar

1) Pengertian

Bayi lahir normal adalah bayi yang dilahirkan pada usia

kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram

(Ekayanti, 2018). Bayi baru lahir atau disebut juga neonatus

merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja

mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan

penyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstra

uterin.Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2500-4000 g

(Ibrahim Kristian dalam Dewi, 2010).

2) Perubahan Fisiologis Bayi Segera Setelah Lahir

a) Termoregulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh

mereka sehingga mengalami stress dengan adanya

perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan

lingkungan Rahim ibu yang hangat, bayi kemudian masuk

ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin.

Suhu dingin menyebabkan air ketuban menguap melaui

kulit sehingga mendinginkan bayi.

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :


140

(1) Konduksi : kehilangan panas tubuh melaui kontak

langsung antara tubuh bayi permukaan dingin, contoh

meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya

lebih rendah dari tubuh bayi dan menyerap panas tubuh

bayi jika bayi diletakkan diatas benda – benda tersebut.

(2) Konveksi : kehilangan panas tubuh saat bayi terpapar

udara sekitar yang lebih dingin, contohnya ruangan

yang dingin, adanya alirean udara vdaria kipoas angina,

hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin

ruangan.

(3) Radiasi : kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai

suhu tubuhlebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena

benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh

bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

(4) Evaporasi : pengupan cairan ketuban pada permukaan

tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah

lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan

(Ekayanti, 2018).

b) Sistem Pernafasan

Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa

mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin

mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan


141

setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru

bayi.

Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena

beberapa hal berikut :

(1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir

( stimulasi mekanik).

(2) Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi

kimiyawi).

(3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu

di dalam uterus (stimulasi sensorik).

(4) Refleks deflasi Hering Breur

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam

waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi

pertama kali uuntuk mempertahankan tekanan anveoli,

selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya

tarikan nafas dan pengeluaran dengan merintih dengan

udara sehingga tertahan di dalam. Cara neonatus

bernafas dengan cara bernafas difagmatik dan

abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya

bernafas belum tertur. Apabila surfaktan berkurang

makan alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku,

sehingga atelectasis dalam kondisi seperti ini (anoksia),


142

neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya

karena adanya kelanjutkan metabolisme anaerobik

(Dewi,2010).

c) Sistem Pencernaan

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan muali

menghisap dan menelan. Reflek muntah dan reflek batuk

yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan

mencerrna makanan (selain usus) masih terbatas. Hubungan

antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna

yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan

neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas yaitu

kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup

bulan,dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara

lambat bersama dengan pertumbuhanya.

Dengan adanya kapasitas lambung yang masih terbatas

ini akan sangat penting bagi pasien untuk mengatur pola

intake cairan pada bayi dengan frekuensi sedikit tapi sering,

contohnya memberi ASI sesuai keinginan bayi. Usus bayi

masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi

dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam

saluran pencernaanya. Di samping itu bayi baru lahir juga

belum dapat mempertahankan air secara efisien dibanding


143

dengan orang dewasa, sehingga kondisi ini dapat

menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus

(Walyani dan Purwoastuti, 2015)

d) Sistem Kardiovaskuler dan Darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harusmelewati paru

untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi

melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.

Untuk membuat sirkulasi yang baik gun amendukung

kehidupan diluar Rahim, harus terjadi 2 perubahan besar

berikut ini. :

(1) Penutupan voramen ovale pada antrium jantung

(2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem

pembuluh darah adalah sebagai berikut. Pada saat tali pusat

dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan

tekanan antrium kanan menurun. Tekanan antrium kanan

menurun karena menguranganya aliran ndarah ke antrium

kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume

dan tekanan antrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini

membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit

mengalir keparu untuk nmenjalani proses oksigenasi ulang.

Pernafasan pertama menurunkan reistensi pembuluh

darah paru dan meningkatkan tekanan antrium kanan.


144

Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkann

relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru.

Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan

volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan

peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan

tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional

akan menutup (Ekayanti, 2018).

e) Metabolism Glukosa

Dalam menjalankan fungsinya, otak memerlukan

glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan

tali pusat dengan klem pada saat lahir,seorang bayi harus

mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri .

pada setiap bayi lahir, glukosa darah akan turun dalam

waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat

dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

(1) Melalui pengunaan ASI (bayi lahir sehat harus di

dorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah

lahir)

(2) Melalui pengunaan cadangan glikogen

(3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama

lemak (Ekayanthi, 2018).


145

f) Sistem Ginjal

Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar

natrium juga relatif lebih besar dibandingkan dengan kalium

karena ruangan ekstra seluler yang luas. Fungsi ginjal

belum sempurna karena :

(a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.

(b) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan

volume tubulus proksimal.

(c) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan

dengan orang dewasa(Walyani dan prurwoastuti, 2015).

3) Asuhan Bayi Baru Lahir Dalam 2 Jam Pertama

a) Penilaian Awal Pada Bayi Segera Setelah Lahir

(1) Sebelum bayi lahir

(a) Apakah kehamilan cukup bulan ?

(b) Apakah air ketuban jernih tidak bercampur

mekonium ?

(2) Segera setelah bayi lahir sambil meletakkan bayi diatas

kain bersih dan kering (yang telah disiapkan pada perut

bawah ibu)

(a) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak

mengap-mengap ?

(b) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?


146

Dalam alur manajemen BBL alur penatalaksanaan BBL

mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan keadaan

BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban

bersih dan langsung menangis atau bernafas spontan

dan bergerak aktif dilakukan manajemen BBL normal

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

b) Pemotongan Tali Pusat

Pemotongan tali pusat dilakukan dengan menjepit tali

pusat di dua tempat dengan klem. Klem pertama diletakkan

3 cm dari pusat bayi, klem kedua diletakkan 2 cm dari klem

pertrama, kemudian tali pusat dipotong di tengah – tengah

klem. Waktu optimal untuk penjepitan tali pusat setelah

persalinan masih belum jelas. Beberapa ahli menganjurkan

menunda pemotongan tali pusat sehingga pernafasan bayi

stabil dan pulsasi berhenti (tali pusat berhenti berdenyut)

untuk memastiakn bayi mendapatkan tambahan transfuse

plasenta sebanyak 70 ml darah. Hal ini dibantah oleh ahli

lain yang berpendapat bahwa hal tersebuit dapat

mengakibatkan terjadinya icterus pada bayi baru lahir

(Ekayanthi, 2018).

c) Resusitasi

(1) Terjadinya asfiksia. Tiga kondisi patologis yang

menyebabkan asfiksia yaitu kurangnya oksigenasi,


147

retensi karbon dioksida yang berlebih, dan asidosis

metabolic (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

(2) Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat waktu untuk

mengembalikan efek-efek biokimia asfiksia sehingga

mencegah kerusakan otak dan organ yang akibatnya

akan ditanggung sepanjang hidupnya (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

(3) Sebelum memutuskan untuk melakukan resusitasi perlu

adanya identifikasi dari kondisi bayi yang didasarkan

pada beberapa hal berikut :

T : Trauma

U : Asfiksia janin

M : Medikasi internal

M : Malformasi

S : Sepsis

S : Syok

(4) Teknik resusitasi bayi baru lahir yang efektif menurut

Dewi, 2010 antara lain :

(a) Penghisapan lender

Beberapa BBL tidak segera melakukan

pernapasan secara spontan karena tidak dapat

mengeluarkan lendir sendiri maka bidan harus

melakukan penghisapan lendir. Penghisapan lendir


148

dimulai dari mulut kemudian dilanjutkan ke

hidung. Alat penghisap lendir yang digunakan

adalah suction dengan selang yang lembut.

Penghisapan lendir de lee tidak dianjurkan karena

saat digunakan tangan bidan akan terpajan cairan

dari tubuh bayi. Cairan atau lendir kebanyakan

berada di daerah orofaring bayi (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

(b) Posisi yang benar

Setiap bayi dengan gangguan pernapasan

spontan sebaiknya ditempatkan dalam posisi tidur

terlentang dengan posisi leher sedikit

ekstensi.Tindakan ini membantu meminimalkan

penyempitan trakea dan memaksimalkan aliran

udara.Apabila oksiput bayi sangat bengkak,

letakkan gulungan kain setinggi 1-2 cm dibawah

bahu bayi untuk mempertahankan jalan nafas agar

sedikit hiperekstensi (Walyani dan Purwoastuti,

2015).

(c) Stimulasi taktil

Sambil melakukan evaluasi usaha nafas bayi,

bidan melakukan stimulasi taktil untuk merangsang

nafas bayi.Apabila bayi abnea memberikan respons


149

terhadap stimulasi taktil, berarti bayi berada dalam

periode abnea primer (Walyani dan Purwoastuti,

2015).

(d) Pemberian oksigen

Apabila setelah stimulasi taktil bayi dapat

bernafas dengan teratur dan spontan namun warna

kulit bayi masih kehitaman maka dapat diberikan

oksigen 100% yang mengalir dengan bebas.Untuk

memberikan oksigen dalam aliran bebas ini bidan

dapat menggunakan selang oksigen yang

dihubungkan dengan masker wajah atau bag

anastesi yang ditempatkan didekat wajah bayi.

Warna kulit bayi yang kemerahan mengindikasikan

adanya peningkatan kondisi bayi dan pemberian

oksigen dapat dikurangi secara bertahap (Walyani

dan Purwoastuti, 2015).

i. Pemberian Ventilasi Tekanan Positif (VTP)

Apabila tidak ada pernapasan teratur dan

spontan atau jika warna kulit bayi tetap

kehitaman, maka bidan harus memulai

tindakan pemberian ventilasi tekanan positif

dengan menggunakan bag dan masker


150

resusitasi serta sumber oksigen dengan volume

5-10 liter/menit.

ii. Prosedur untuk Ventilasi Tekanan Positif

(VTP)

Teknik pemberian ventilasi tekanan positif

atau Positife Pressure Ventilation (PPV)

adalah sebagai berikut :

i) Lakukan penghisapan hidung dan

orofaring untuk menghilangkan secret.

ii) Atur posisi kepala bayi pada posisi netral

karena jika hiper ekstensi maka udara

akan masuk eksofagus.

iii) Pasang masker diatas hidung dan mulut,

pastikan sekatnya rapat.

iv) Tekanan untuk nafas pertama harus 40-50

cmH2O.

v) Nafas selanjutnya memerlukan tekanan

sekitar 25 cmH2O atau tekanan terendah

yang memungkinkan bidan untuk melihat

ekspansi dinding dada.

vi) Biarkan ventilasi 40-50 kali/menit selama

23 menit.
151

vii) Minta asisten untuk melakukan auskultasi

lobus atas anterior para untuk memeriksa

penghisapan darah.

Lanjutkan pemberian oksigen yang mengalir

bebas dengan masker wajah setelah bayi

bernafas.

5) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini

mungkin, eksklusif selama 6 bulan diteruskan sampai 2

tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.

Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang

(asih), memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih

refleks dan motorik bayi (asah)

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam asuhan bayi baru

lahir menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), antara

lain :

(a) Langkah 1

Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan dan

letakkan di atas perut bawah ibu.

(b) Langkah 2

Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama

paling sedikit 1 jam.


152

(c) Langkah 3

Biarkan bayi mencari dan menemukan puting

susu dan anjurkan ibu dan keluarga untuk tidak

mengintruksi menyusu, misalnya memindahkan

payudara satu ke payudara yang lain. Bila bayi harus

dipindah sebelum 1 jam usahakan ibu dan bayi

dipindahkan bersamaan dengan mempertahankan

kontak kulit ibu dan bayi. Jika bayi belum menemukan

puting dalam 1 jam posisikan bayi lebih dekat dengan

puting ibu. Biarkan kontak kulit dengan kulit selama

30-60 menit berikutnya. Jika bayi belum menemukan

puting dalam waktu 2 jam pindahkan ibu keruang

pemulihan dengan bayi tetap didada ibu, lanjutkan

perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang,

memberi vitamin K, dan salep mata) dan kemudian

kembalikan bayi pada ibu untuk menyusu.

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Metode pendokumentasian SOAP disarikan dari proses

pemikiran penata laksanaan kebidanan dan di pakai untk

mendokumentasikan asuhan kebidnan dalam rekam medis klien

sebagai catatan kemajuan (Asrinah, 2010)


153

1) S (Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien

Data subjektif merupakan data yang berhubungan salah dari

sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekuatiran dan

keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada orang

yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi tanda “O” atau

“X” ini menandkan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan

diagnosa yang akan dibuat.

2) O (Objective) : Data hasil observasi

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi

yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan

informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dlam

data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis. Data fisiologis, hasil observasi

yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar

X, rekaman CTG, USG dan lain-lain) dan informasi dari

keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini.

Apa yang dapat di observasi oleh bidan akan menjadi komponen

yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan. Menurut

Walyani dan Purwoastuti (2015),pengkajian ini bertujuan untuk

mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus


154

ke kehidupan luar uterus yaitu meliputi penilaian APGAR,

riwayat kesehatan bayi baru lahir (factor genetic, maternal,

antenatal, perinatal), pemeriksaan umum (antropometri : lingkar

kepala, lingkar dada, panjang badan, berat bada), pemeriksaan

tanda-tanda vital (suhu bayi, nadi, pernafasan, tekanan darah),

dan pemeriksaan fisik secara sistematis head to too (kepala,

telinga, mata, hidung, mulut, leher, dada, bahu, lengan, tangan,

perut, kelamin, ekstremitas bawah, punggung dan kulit).

3) A (Assessment) : Diagnosa kebidanan

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena

keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan

akan ditemukan informasi baru dalam datab subjektif maupun

objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat

dinamis. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya

perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil

keputusan/tindakan yang tepat. Mengidentifikasi perlunya

tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau ada hal yang

perlu dikonsultasi atau ditangani bersama dengan tim kesehatan

lain sesuai kebutuhan bayi (Walyani dan Purwoastuti, 2015).


155

4) P (Planning) : Apa yang dilakukan terhadap masalah

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan

datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang

sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesehatan

kesejahteraan nya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu

dari kebutuhan pasien yang harus dicapai di dalam batas waktu

tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapaikemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung

rencana dokter jika melakukan kolaborasi.


156

4. NIFAS

a. Konsep Dasar

1) Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, berlangsung kira-kira 6 minggu (Depkes RI, 2009)

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan semula (sebelum hamil).Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2015).

Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode

pemulihan segera setelah lahirnya bayi dan plasenta serta

mencerminkan keadaan fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi

kembali mendekati keadaan sebelum hamil.Periode ini

berlangsung 6 minggu atau berakhir saat kembalinya kesuburan

(Coad dan Dunstall dalam Marliandiani dan Ningrum, 2015).

2) Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

a) Perubahan sistem reproduksi

Selama masa nifas alat-alat reproduksi internal maupun

eksternal berangsur-angsur kembali ke keadaan sebelum

hamil.Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut

involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting


157

lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain

sebagai berikut :

(1) Uterus

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus maka dimulailah masa nifas.Oksitosin yang

dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior

menginduksi kontraksi miometrium yang saling

berkaitan dan kuat. Rongga uterus telah kosong, maka

uterus secara keseluruhan berkontraksi ke arah bawah

dan dinding uterus kembali menyatu satu sama lain,

dan ukuran uterus secara bertahap kembali seperti

sebelum hamil

(Coad dan Dunstall dalam Marliandiani dan Ningrum,

2015).

Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan

pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya

(Sulistyawati, 2015).

(a) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat

dengan berat 1000 g.

(b) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah

pusat.

(c) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba

pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 g.


158

(d) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas

simpisis dengan berat 350 g.

(e) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri

mengecil ( tidak teraba) dengan berat 50 g.

Menurut Marliandiani dan Ningrum (2015) proses

involusi uterus adalah sebagai berikut :

(a) Iskemia miometrium

Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi

uterus yang terus-menerus setelah pengeluaran

plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif

anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

(b) Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi

penghentian hormon estrogen saat pelepasan

plasenta.

(c) Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri

sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim

proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang

telah mengendur hingga panjangnya sepuluk kali

panjang sebelum hamil dan lebarnya lima kali

lebar sebelum hamil yang terjadi selama


159

kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan

hormon estrogen dan progesteron.

(d) Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi

dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan

pembuluh darah yang mengakibatkan

berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

membantu untuk mengurangi perdarahan.

(2) Lokia

Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa

nifas.Lokia mengandung darah dan sisa jaringan

desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokia

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi

asam yang ada pada vagina normal. Lokia berbau amis

atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada

setiap wanita. Lokia yang berbau tidak sedap

menandakan adanya infeksi. Lokia mempunyai

perubahan warna dan volume karena adanya proses

involusi (Sulistyawati, 2015).

Menurut Sulistyawati, 2015 Lokia dibedakan menjadi 3

jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :

(1) Lokia rubra / merah


160

Lokia ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-

4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna

merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo

(rambut bayi), dan mekonium.

(2) Lokia sanguinolenta

Lokia ini berwarna merah kecoklatan dan

berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai

hari ke-7 post partum.

(3) Lokia serosa

Lokia ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau

laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari

ke-14

(4) Lokia alba / putih

Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan

yang mati. Lokia alba ini dapat berlangsung selama

2-6 minggu post partum.

Pada umumnya jumlah Lokia lebih sedikit

bila wanita post partum dalam posisi berbaring

daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan

bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam


161

posisi berbaring dan mengalir keluar saat berdiri

(Merliandiani dan Ningrum, 2015).

b) Perubahan pada serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks

agak menganga seperti corong, segera setelah bayi

lahir.Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara

korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.

Serviks berwatna merah kehitam-hitaman karena penuh

dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-

kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena

robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks

tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum

hamil.

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu

persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap.

Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga

rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada

minggu ke-6 post partum, serviks sudah menutup kembali

(Sulistyawati, 2015).
162

c) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan

bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,

kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak

hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur

akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih

menonjol.

Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir.

Luka pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan

sembuh secara perpriman (sembuh dengan sendirinya),

kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin

menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi

sepsis (Sulistyawati, 2015).

d) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi

kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang

bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah

kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap kendur

daripada keadaan sebelum persalinan (Sulistyawati, 2015).


163

e) Perubahan sistem pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan

dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar

progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan

tubuh, meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan

kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar

progesteron mulai menurun. Namun faal usus memerlukan

waktu 3-4 hari untuk kembali normal (Sulistyawati, 2015).

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan

pada sistem pencernaan menurut Marliandiani dan Ningrum

(2015), antara lain sebagai berikut :

(1) Nafsu makan

Rasa lelah yang amat berat setelah proses persalinan

dapat mempengaruhi nafsu makan ibu. Sebagian ibu

tidak merasakan lapar sampai rasa lelah itu hilang.Ada

juga yang merasakan lapar segera setelah persalinan.

Sebaikanya setelah persalinan segera mungkin berikan

ibu minuman hangat dan manis untuk mengembalikan

tenaga yang hilang secara bertahap berikan makanan

yang sifatnya ringan karena alat pencernaan juga perlu

waktu untuk memulihkan keadannya.

(2) Motilitas
164

Secara khas, penurunan tonus.Pada persalinan

bedah sesar kelebihan analgesik dan anestesi bisa

memperlambat pengambilan tonus dan motilitas ke

keadaan normal.

(3) Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal

ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan awal nifas, diare sebelum persalinan,

enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,

hemoroid, ataupun laserasi jalan lahir. Sistem

pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk

kembali normal.

j) Perubahan sistem perkemihan

Pada saat persalinan bagian terdepan janin akan

menekan otot-otot pada kandung kemih dan uretra yang

mengakibatkan timbulnya gangguan pada sistem

perkemihan (pilliteri dalam Barus, 2018). Saluran kemih

kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu

(Marliandiani dan Ningrum, 2015). Setelah proses

persalinan berlangsung biasanya ibu akan sulit untuk buang

air kecil dalan 24 jam pertama (Sulistyawati, 2015). Segera

setelah persalinan, kandung kemih akan mengalami

overdistensi pengosongan yang tidak sempurna dan residu


165

urin yang berlebihan akibat adanya pembengkakan,

kongesti dan hipotonik pada kandung kemih. Efek ini akan

hilang pada 24 jam pertama post partum, apabila tidak

hilang maka dicurigai terjadi infeksi saluran kemih.

Diuresis akan terjadi pada hari pertama hingga hari ke lima

post partum (Sumiaty, 2018).

(1) Perubahan sistem muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan.

Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman

otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan

pendarahan setelah plasenta dilahirkan

(Marliandiani dan Ningrum, 2015).

Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal

yaitu perubahan pada ligamen, diafragma panggul, fasia dan

dinding abdomen. Ligamentum latum dan ligamentum

rotundum memerlukan waktu yang cukup lama untuk

kembali pulih karena pada saat kehamilan, kedua

ligamentum ini mengalami perenggangan dan penenduran

yang cukup lama sehingga kondisi ligamen tersebut pada

saat nifas lebih kendur dibanding kondisi saat tidak hamil.

Hal ini akan berangsur-angsur pulih pada 6-8 minggu post

partum (Sumiaty, 2018).


166

Sebagai akibat putusnya serat-serat plastik kulit dan

distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada

waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan

kendur untuk sementara waktu.Untuk memulihkan kembali

jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serat otot-otot

dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk

melakukan laatihan-latihan tertentu atau senam nifas

(Marliandiani dan Ningrum, 2015).

(2) Perubahan tanda-tanda vital

(1) Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan

akan naik sedikit ( 37,50 – 380C) sebagai akibat kerja

keras sewaktu melahirkan dan kelelahan. Apabila

keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.Biasanya,

pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya

pembentukan ASI.Payudara menjadi bengkak dan

bewarna merah karena adanya banyaknya ASI. Bila

suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada

endometrium (mastitis, tractus genetalis, atau sistem

lain. (Sulistyawati, 2015)

(2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 – 80

x/menit. Pada saat persalinan denyut nadi akan


167

mengalami penngkatan. Denyut nadi yang melebihi 100

x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau

perdarahan postpartum

(Merliandiani dan ningrum 2015).

(3) Tekanan darah

Tekanan darah normal untuk sistole berkisar 110 –

140 mmHg dan untuk diastole 60 – 80 mmHg. Setelah

persalinan, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah

dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya

perdarahan pada proses persalinan. Bila tekanan darah

mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada

sistole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu

dicurigai timbulnya hipertensi atau pre eklamsia post

partum(Merliandiani dan Ningrum 2015).

(4) Pernapasan

Pada ibu post partum pada umumnya pernapasan

menjadi lambat atau kembali normal seperti saat

sebelum hamil pada bulan keenam setelah persalinan.

Hal ini karena ibu dalam kondisi pemulihan atau dalam

kondisi istirahat (Maryunani, 2009). Bila nadi, suhu

tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran

pernapasan. Bila pada masa nifas pernapasan menjadi


168

cepat kemungkinan ada tanda-tanda syok.

(Merliandiani dan Ningrum 2015).

i. Perubahan sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan

untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang

diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan

kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara

cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada

proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2 – 4 jam pertama

setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu mengeluarkan

banyak sekali jumlah urine.Hilangnya pengesteran membantu

mengurangi retensi cairan yang melekat dengan

meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama

kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan.

Pada persalinan, vagina kehilangan darah sekitar 200- 500

ml, sedangkan persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali

lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt

(haematokrit).

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba – tiba.

Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan

menyababkan beban pada jantung dan akan menimbulkan

dekompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio.

Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi


169

dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah

kembali seperti sediakala.Umumnya, ini terjadi pada 3 – 5

hari post partum (Sulistyawati, 2015).

j) Perubahan sistem hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar

fibrinogen dan plasma serta faktor-faktpr pembekuan darah

meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah

akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan

peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah.

Leukositosis adalah meningkatnya jumah sel-sel

darah, putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah

leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama

masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa

naik lagi sampai 25.000 – 30.000 tanpa adanya kondisi

patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin,

hematokrip, dan eritrosit sangat bervariasi.Hal ini

disebabkan volume darah, volume plasenta, dan status gizi

dan hidrasi dari wanita tersebut.Jika hematokrit pada hari

pertama atau kedua lebih rendah dari titik dua persen atau

lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka


170

pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak.

Titik dua persen kurang lebih sama dengan kehilangan

darah 500 ml darah.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada

kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit

dan hemaglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan

normal dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan

darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml,

minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan

selama sisa masa nifas berkisar 500 ml

(Marliandiani dan Ningrum, 2015).

k) Perubahan sistem endokrin

Perubahan sistem endokrin menurut Marliandiani dan

Ningrum (2015), antara lain :

(1) Hormon plasenta

Hormon plasenta HCG (Human Chorionic

Gonadotropin) menurun dengan cepat setelah

persalinan dan menetap sampai 10% dalam tiga jam

hingga hari ketujuh post partum dan sebagai onset

pemenuhan mamae pada hari ketiga post partum.

(2) Hormon pituitary

Menurunnya kadar estrogen merangsang kelenjar

pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin.


171

Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara dan

merangsang produksi ASI.

(3) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Kadar prolaktin meningkat secara progresif

sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui kadar

prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam

setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi

oleh kekerapan menyusui, lama tiap kali menyusui, dan

banyak makanan tambahan yang diberikan. Untuk ibu

yang menyusui dan tidak menyusui akan memengaruhi

lamanya ibu mendapatkan menstruasi kembali.

(4) Hormon estrogen dan progesterone

Setelah persalinan, kadar estrogen menurun 10%

dalam kurun waktu sekitar tiga jam. Progesteron turun

pada hari ketiga post partum kemudian digantikan

dengan peningkatan hormon prolaktin daan

prostaglandin yang berfungsi sebagai pembentukan ASI

dan meningkatkan kontraksi uterus sehingga mencegah

terjadinya perdarahan.

3) Kebutuhan Pada Masa Nifas

a) Kebutuhan gizi
172

Menurut Dewi Maritalia dalam Marliandiani dan Ningrum

(2015), zat-zat yang dibutuhkan diet ibu pasca bersalin

adalah :

(1) Mengkonsumsi tambahan kalori sesuai kebutuhan. Jika

masih menyusui tambah kalori tiap hari sebanyak 500-

700 kalori.

(2) Penuhi diet berimbang terdiri atas protein, kalsium,

mineral, vitamin, sayuran hijau, dan buah.

(3) Kebutuhan cairan sedikitnya 3 liter perhari yang dapat

diperoleh dari air putih, sari buah, susu, atau sup.

(4) Untuk mencegah anemia konsumsi tablet zat besi

selama masa nifas.

(5) Vitamin A (200.000 IU) selain untuk ibu, vitamin A

dapat diberikan kepada bayi melalui ASI.

b) Ambulasi dini

Menurut Dewi Maritalia dalam Marliandiani dan

Ningrum (2015), penelitian membuktikan bahwa ambulasi

dini dapat mencegah terjadinya sumbatan pada aliran

darah.Tersumbatnya aliran darah bisa menyebabkan

terjadinya trombosis vena dalam (deep vein thrombosis)

dan dapat menimbulkan infeksi pada pembuluh darah.

Adapun keuntungan dari ambulasi dini antara lain :

(1) Ibu merasa lebih sehat dan lebih kuat.


173

(2) Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

(3) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan

maupun pendidikan kepada ibu mencapai cara

perawatan bayi sehari-hari.

(4) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (ekonomis)

(Marliandiani dan Ningrum, 2015).

Langkah-langkah mobilisasi dini yang dapat dilakukan ibu

untuk turun dari tempat tidur adalah sebagai berikut :

(1) Awali dengan mengatur nafas, miring kiri, miring

kanan, dan duduk.

(2) Duduk dengan tubuh ditahan dengan tangan, geserkan

kaki ke sisi ranjang dan biarkan kaki menggantung

sebentar.

(3) Dengan bantuan orang lain, perlahan-lahan ibu berdiri

dan masih berpegangan pada tempat tidur.

(4) Jika terasa pening, duduklah kembali. Stabilkan diri

beberapa menit sebelum melangkah

(Marliandiani dan Ningrum, 2015).

c) Eliminasi (buang air kecil dan besar)

Segera setelah persalinan, ibu nifas dianjurkan

untuk buang air kecil karena kandung kemih yang penuh

dapat mengganggu kontraksi uterus, dan menimbulkan

komplikasi yang lain misalnya infeksi. Pasien dengan pasca


174

jahitan perineum cenderung takut untuk buang air kecil

karena merasa nyeri pada luka perineumnya. Bidan harus

dapat mengidentifikasi dengan baik penyebab yang terjadi

apabila dalam waktu >4 jam, ibu nifas belum buang air

kecil. Beri motivasi ibu untuk buang air kecil meski terasa

sedikit nyeri pada daerah luka perineumnya

(Klein dalam Sumiaty, 2018).

Ibu nifas dianjurkan buang air besar pada 24 jam

pertama post partum. Bidan dapat menganjurkan ibu untuk

mengonsumsi bahan makanan yang banyak mengandung

serat seperti buah dan sayur serta memperbanyak minum air

agar dapat memperlancar proses eliminasi (Sumiaty, 2018).

d) Kebersihan diri

Menjaga kebersihan diri selama masa nifas

merupakan upaya untuk memelihara kebersihan tubuh

mulai dari pakaian, kebersihan dari ujung rambut sampai

kaki.Terutama pada daerah genetalia perlu mendapatkan

perhatian yang lebih karena terdapat pengeluaran

cairan/darah Lokia.Letak vagina yang berdekatan dengan

meatus eksternus uretrae dan anus, yakni daerah tersebut

banyak mengandung mikroorganisme patogen. Tujuan

melakukan personal higiene antara lain :

(1) Meningkatkan derajat kesehatan


175

(2) Mengurangi risiko infeksi

(3) Memberikan rasa nyaman

(4) Pemperbaiki personal higiene yang kurang

(Marliandiani dan Ningrum, 2015).

Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri

ibu post partum menurut Sulistyawati (2015), antara lain :

(1) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi

dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena

keringat atau debu dapat menyebabkan kulit bayi

mengalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dengan

bayi.

(2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan

daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,

baru kemudian membersihkan daerah anus.

(3) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau

minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat

untuk disampaikan kepada pasien. Masih adanya luka

terbuka di dalam rahim dan vagina sebagai satu-satunya

post de entre kuman penyebab infeksi rahim maka ibu

harus senantiasa menjaga suasana keasaman dan

kebersihan vagina dengan baik.


176

(4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia

selesai membersihkan daerah kemaluannya.

(5) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk

menyentuh daerah luka. Ini yang kadang kurang

diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan. Karena

rasa ingin tahunya, tidak jarang pasien berusaha

menyentuh luka bekas jahitan di perineum tanpa

memperhatikan efek yang dapat ditimbulkan dari

tindakannya ini. Apalagi pasien kurang memperhatikan

kebersihan tangannya sehingga tidak jarang terjadi

infeksi sekunder.

e) Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang

berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.

Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada

ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk

energi menyusui bayinya nanti (Sulistyawati, 2015).

Menurut Sulistyawati (2015), kurang istirahat pada

ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian,

misalnya :

(1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

(2) Memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan.
177

(3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk

merawat bayi dan dirinya sendiri.

Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan

keluarga bahwa untuk kembali melakukan kegiatan-

kegiatan rumah tangga, harus dilakukan secara perlahan-

lahan dan bertahap.Selain itu, pasien juga perlu diingatkan

untuk selalu tidur siang atau beristirahat selagi bayinya

tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam

sehari, yang dapat dipengaruhi melalui istirahat malam dan

siang (Sulistyawati, 2015).

f) Seksual

Masa nifas yang berlangsung selama enam minggu

atau 40 hari merupakan masa pembersihan rahim.Setelah

enam minggu diperkirakan pengeluaran Lokia telah bersih,

semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan

luka bekas SC biasanya telah sembuh dengan baik,

sehingga ibu dapat memulai kembali hubungan

seksual.Hubungan seksual yang memuaskan memerlukan

suasana hati yang tenang. Kecemasan akan menghambat

proses perangsangan sehingga produksi cairan pelumas

pada dinding vagina akan terhambat. Cairan pelumas yang

minim akan berakibat gesekan penis dan dinding vagina

tidak terjadi dengan lembut, akibatnya akan terasa nyeri dan


178

tidak jarang akan ada luka lecet baik di dinding vagina

maupun kulit penis suami. Kondisi inilah yang yang

menyebabkan sakit.Selain itu ada dua lagi penyebab yang

mungkin menurunkan gairah seksual ibu pasca melahirkan,

pertama yaitu luka persalinan, kedua penyebab tidak

langsung yakni depresi, baby blues, atau kelelahan.Pada

prinsipnya tidak ada masalah untuk memulai melakukan

hubungan seksual apabila ibu siap secara fisik maupun

psikis.Keputusan bergantung pada pasangan yang

bersangkutan (Marliandiani dan ningrum, 2015).

g) Latihan/senam nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang

maksimal, sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal

mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan normal

dan tidak ada penyulit post partum (Sulistyawati, 2015).

Tujuan senam nifas menurut Merliandiani dan

Ningrum (2015), antara lain :

(1) Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu.

(2) Mempercepat proses involusi uteri.

(3) Membantu pemulihan dan mengencangkan otot

panggul, perut, dan perineum.

(4) Memperlancar pengeluaran Lokia.

(5) Membantu mengurangi rasa sakit.


179

(6) Mengurangi risiko komplikasi.

Manfaat senam nifas menurut Merliandiani dan Ningrum

(2015), antara lain :

(1) Membantu memperbaiki sirkulasi darah sehingga

mencegah terjadinya pembekuan pada pembuluh darah

terutama pembuluh tungkai.

(2) Memperbaiki sikap tubuh dan otot-otot punggung pasca

persalinan.

(3) Memperbaiki otot pelvis dan peregangan otot abdomen.

(4) Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca persalinan.

(5) Mempercepat terjadinya proses involusi organ-organ

reproduksi.

Kerugian tidak melakukan senam nifas menurut

Marliandiani dan Ningrum antara lain :

(1) Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga

sisa darah tidak dapat dikeluarkan.

(2) Perdarahan yang abnormal, bila kontraksi uterus baik

risiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan.

(3) Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah).

(4) Timbul varises.

Menurut Garrey dan Govan dalam Sulisstyawati

(2015), beberapa contoh gerakan yang dapat dilakukan saat

melakukan senam nifas antara lain :


180

(1) Tidur terlentang, tangan di samping badan. Tekuk salah

satu kaki, kemudian gerakkan ke atas mendekati perut.

Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara bergantian

untuk kaki kanan dan kiri. Setelah itu, rileks selama 10

hitungan.

(2) Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki

ditekuk. Kerutkan otot bokong dan perut bersamaan

dengan mengangkat kepala, mata memandang ke perut

selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak

15 kali. Rileks selama 10 hitungan.

(3) Tidur terlentang, tangan di samping badan, angkat

bokong sambil mengerutkan otot anus selama 5

hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks

selama 10 hitungan.

(4) Tidur terlentang, tangan di samping badan. Angkat kaki

kiri lurus ke atas sambil menahan otot perut, lakukan

gerakan sebanyak 15 kali hitungan, bergantian dengan

kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.

(5) Tidur terlentang, letakkan kedua tangan di bawah

kepala, kemudian bangun tanpa mengubah posisi kedua

kaki (kaki tetap lurus). Lakukan gerakan sebanyak 15

kali hitungan, kemudian rileks selama 10 kali hitungan


181

sambil menarik napas panjang lewat hidung, keluarkan

lewat mulut.

Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudut

900. Gerakan perut ke atas sambil otot perut dan anus

dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5 hitungan.

Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali, kemudian rileks

selama 10 hitungan.

4) Tahapan masa nifas

Pengawasan masa nifas penting dilakukan secara cermat

terhadap perubahan fisiologis masa nifas dan mengenali tanda-

tanda keadaan patologis pada tiap tahapannya. Kembalinya

sistem reproduksi pada masa nifas dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu sebagai berikut :

a) Puerperium dini

Beberapa jam setelah persalinan, ibu dianjurkan segera

bergerak dan turun dari tempat tidur. Hal ini bermanfaat

mengurangi komplikasi kandung kemih dan konstipasi,

menurunnya frekuensi trombosis dan emboli paru pada

masa nifas

(Cuningham dalam Marliandiani dan Ningrum, 2015).

b) Puerperium intermedial
182

Suatu masa yakni kepulihan menyeluruh dari organ-

organ reproduksi internal maupun eksternal selama kurang

lebih 6-8 minggu (Marliandiani dan Ningrum, 2015).

c) Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali

dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil

atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Rentang

waktu remote puerperium setiap ibu akan berbeda,

bergantung pada berat ringannya komplikasi yang dialami

selama hamil dan persalinan. Waktu sehat sempurna dapat

berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan

tahunan (Marliandiani dan Ningrum, 2015).

5) Kunjungan

Menurut buku KIA (2018) kunjungan masa nifas terbagi

menjadi kunjungan pertama 6 jam – 3 hari setelah persalinan,

kunjungan kedua, 4 hari – 28 hari, setelah persalinan dan

kunjungan ketiga 28 hari – 42 hari setelah persalinan. Menurut

Merliandiani dan Ningrum (2015), antara lain :

a) Kunjungan pertama 6-8 jam setelah persalinan, yang

bertujuan untuk sebagai berikut :

(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

(2) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan

serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.


183

(3) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang

cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia

uteri.

(4) Konseling tentang pemberian ASI awal.

(5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir (bounding attachment).

(6) Menjaga bayi tetap sehat melalui mencegahan

hipotermi.

(7) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka

bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi

baru lahir dalam keadaan baik.

b) Kunjungan kedua, 6 hari setelah persalinan, yang bertujuan

untuk sebagai berikut :

(1) Memastikan proses involusi uterus berjalan normal,

uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri

(TFU) di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal.

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, tanda-tanda

infeksi, atau perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

(4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan

cukup cairan.
184

(5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta

tidak ada tanda-tanda adanya penyulit.

(6) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru

lahir.

c) Kunjungan ketiga, 2 minggu setelah persalinan menurut

Sulistyawati (2015), yang bertujuan untuk sebagai berikut

(1) Persepsinya tentang persalinan dan kelahiran,

kemampuan kopingnya yang sekarang, dan bagaimana

ia merespon terhadap bayi barunya.

(2) Kondisi payudara meliputi congesti, apakah ibu

menyusui atau tidak, tindakan kenyamanan apa yang ia

gunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan. Selain

itu, apakah ibu mengalami nyeri payudara (lecet,

pembengkakan payudara, merah, padas, dan lain-lain).

(3) Asupan makanannya, baik kualitas maupun

kuantitasnya.

(4) Nyeri, kram abdomen, fungsi bowel.

(5) Adanya kesulitan atau ketidaknyamanan dengan

urinasi.

(6) Jumlah, warna, dan bau perdarahan lokea.

(7) Nyeri, pembengkakan perineum, dan jika ada jahitan,

lihat kerapatan jahitan. Ibu mungkin perlu cermin dan


185

memeriksanya sendiri atau meminta pasangannya untuk

memeriksanya jika ia melaporkan adanya gejala-gejala

tersebut.

(8) Adanya hemoroid dan tindakan kenyamanan yang

digunakan.

(9) Adanya nyeri, edema, dan kemerahan pada ekstremitas

bawah.

(10) Apakah ibu pendapatkan istirahat yang cukup, baik

pada siang maupun malam hari.

(11) Siapa yang ada untuk membantu ibu baru dengan

manajemen rumah tangganya dan bagaimana bantuan

ini diberikan (berguna atau mengganggu).

(12) Tingkat aktivitas saat ini, dalam hal keperawatan bayi

baru lahir, rumah tangga, dan latihan (latihan kegel dan

pengencengan abdomen).

(13) Bagaimana keluarga menyesuaikan diri dengan adanya

bayi baru di rumah.

(14) Tingkat kepercayaan diri ibu saat ini dalam

kemampuannya merawat bayi.

(15) Respon ibu terhadap bayi.

(16) Bagaimana kedudukan bayi dalam keluarga.


186

(17) Sumber-sumber dirumah (fasilitas MCK, bagaimana

suplai air, jendelagorden, suplai perawatan bayi, dan

lain-lain).

Pengkajian terhadap bayi meliputi :

(1) Bagaimana dengan suplai ASI-nya, apakah ada

kesulitan dalam menyusui.

(2) Pola berkemih dan buang air besar, termasuk

frekuensinya.

(3) Warna kulit bayi, ikterus atau sianosis.

(4) Keadaan tali pusat, tanda-tanda infeksi.

(5) Keadaan genital.

(6) Bagaimana bayi bereaksi terhadap lingkungan

sekitarnya, termasuk apakah bayi dapat tidur dengan

nyenyak, tidur pulas dan tampak puas setelah menyusu,

sering menangis, sangat tajam perhatiannya saat

terjaga, dan lain-lain.

Selain pengkajian dalam anamnesa, bidan juga perlu

melakukan pemeriksaan fisik singkat pada ibu dan bayi

yang meliputi :

Pada ibu :

(1) Tekanan darah.

(2) Suhu tubuh.

(3) Keadaan payudara.


187

(4) Pengkajian abdomen.

(5) Pemeriksaan perineum, termasuk pengkajian Lokia.

Pada bayi :

(1) Vital sign

(2) Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi yaitu turgor kulit,

cekungan fontanel (ubun-ubun besar).

(3) Auskultasi jantung dan paru-paru.

(4) Pemeriksaan tali pusat.

(5) Pemeriksaan sirkumsisi (jika sudah disirkumsisi).

(6) Penapisan untuk ikterus.

(7) Observasi responsifitas / perhatian

(8) Pengkajian kesejahteraan fisik dan kekuatan

pernapasan.

Bentuk asuhan yang diberikan dalam tahap ini, antara lain :

(1) Mendorong suami dan keluarga untuk lebih

memperhatikan ibu nifas

(2) Memberikan dukungan mental dan apresiasi atas apa

yang telah dilakukan oleh ibu untuk meningkatkan

kemampuan dan ketrampilannya merawat bayi dan

ibunya.

(3) Memastikan tidak ada kesulitan dalam proses

menyusui.
188

d) Kunjungan keempat, 6 minggu setelah persalinan menurut

Sulistyawati, 2015 yang bertujuan untuk sebagai berikut :

(1) Permulaan hubungan seksual – jumlah wantu,

penggunan kontrasepsi, dispareuni, kenikmatan, dan

kepuasan wanita terhadap pasangannya.

(2) Metode KB yang diinginkan, riwayat KB yang lalu.

(3) Telepon ke bidan, dokter, dan RS mengenai masalah

yang ada.

(4) Adanya gejala demam, kedinginan, pilek, dan

sebagainya.

(5) Keadaan payudara.

(6) Fungsi perkemihan.

(7) Latihan pengencangan otot perut.

(8) Fungsi pencernaan, konstipasi, dan bagaimana

penanganannya.

(9) Resolusi Lokia, apakah haid sudah mulai lagi.

(10) Kram atau nyeri tungkai.

6) Tujuan Kunjungan Masa Nifas

Menurut Sulistyawati (2015), asuhan yang diberikan kepada ibu

nifas bertujuan untuk :

a) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu

dan bayi
189

Dengan diberikannya asuhan, ibu akan

mendapatkan fasilitas dandukungan dalam upayanya untuk

menyesuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu

dengan kelahiran anak pertama) dan pendampingan

keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan

kelahiran anak berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini

dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayi

pun akan meningkat.

b) Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi

pada ibu

Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas,

kemungkinan munculnyapermasalahan dan komplikasi

akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun

dapat lebih maksimal.

c) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu

Meskipun ibu dan keluarga mengetahui

permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan

rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat,

misalnya mereka lebih memilih untuk tidak datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan

tertentu.Jika bidan senantiasa mendampingi pasien dan

keluarga maka keputusan tepat dapat diambil sesuai dengan

kondisi pasien sehingga kejadian mortalitas dapat dicegah.


190

d) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta

memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya

dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus. Pada saat

memberikan asuhan nifas, ketrampilan seorang bidan sangat

dituntut dalam memberikan pendidikan kesehatan terhadap

ibu dan keluarga. Ketrampilan yang harus dikuasai oleh

bidan, antara lain berupa materi pendidikan yang sesuai

dengan kondisi pasien, teknik penyimpanan, media yang

digunakan, dan pendekatan psikologis yang efektif sesuai

dengan budaya setempat. Hal tersebut sangat penting untuk

diperhatikan karena banyak pihak yang beranggapan bahwa

jika bayi telah lahir dengan selamat, serta secara fisik ibu

dan bayi tidak ada masalah maka tidak perlu lagi dilakukan

pendampingan bagi ibu.Padahal bagi para ibu (terutama ibu

baru), beradaptasi dengan peran barunya sangatlah berat dan

membutuhkan suatu kondisi mental yang maksimal.

e) Imunisasi ibu terhadap tetanus dengan pemberian asuhan

yang maksimal pada ibu nifas, kejadian tetanus dapat

dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian tetanus

sudah banyak mengalami penurunan.

f) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang

pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan

hubungan yang baik antara ibu dan anak. Saat bidan


191

memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan

pemantauaan yang diberikan tidak hanya sebatas pada

lingkup permasalahan ibu, tetapi bersifat menyeluruh

terhadap ibu dan anak. Kesempatan untuk berkonsultasi

tentang kesehatan, termasuk kesehatan anak dan keluarga

akan sangat terbuka. Bidan akan mengkaji pengetahuan ibu

dan keluarga mengenai upaya mereka dalam rangka

peningkatan kesehatan keluarga. Upaya mengembangan

pola hubungan psikologis yang baik antara ibu, anak, dan

keluarga, juga dapat ditingkatkan melalui prlaksanaan

asuhan ini.

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Nifas

Metode pendokumentasian SOAP diartikan dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan dan di pakai untuk

mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam rekam medis klien

sebagai catatan kemajuan (Asrinah, 2010).

1) S (Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien

Data subjektif merupakan data yang berhubungan salah dari

sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekuatiran dan

keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada orang

yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi tanda “O” atau
192

“X” ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan

diagnosa yang akan dibuat. Pada masa nifas data subjektif yang

perlu dikaji meliputi semua catatan sebelumnya, pengalaman

persalinan sebelumnya, dan keluhan utama (Sumiaty, 2018).

Adapun data subjektif yang perlu dikaji selama masa nifas

normal adalah status paritas, riwayat kehamilan, persalinan,

nifas yang lalu dan riwayat nifas yang lalu (Lisnawati, 2011).

2) O (Objective) : Data hasil observasi

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi

yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan

informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dlam

data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis. Data fisiologis, hasil observasi

yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar

X, rekaman CTG, USG dan lain-lain) dan informasi dari

keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini.

Apa yang dapat di observasi oleh bidan akan menjadi komponen

yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan. Komponen

pemeriksaan fisik dan penilaian meliputi kesehatan umum,

tanda-tanda, fudus, Lokia dan kandung kemih (Sumiaty, 2018).


193

3) A (Assessment) : Diagnosa kebidanan

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena

keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan

akan ditemukan informasi baru dalam datab subjektif maupun

objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat

dinamis. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya

perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil

keputusan/tindakan yang tepat(Sumiaty, 2018). Contoh : Ny X

P..A.. postpartum spontan ... jam (Lisnawati, 2011).

4) P (Planning) : Apa yang dilakukan terhadap masalah

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan

datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang

sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesehatan

kesejahteraan nya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu

dari kebutuhan pasien yang harus dicapai di dalam batas waktu

tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapaikemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung

rencana dokter jika melakukan kolaborasi. Rencana asuhan

untuk ibu normal pada masa nifas awal meliputi : tanda-tanda

bahaya masa nifas, bagaimana cara menghubungi bidan,

perawatan payudara, gizi, kebersihan diri, istirahat, dan


194

melanjutkan kegiatan seksual, pemberian suplemen zat besi,

membahas kontasepsi pasca-bersalin, dan menjatwalkan

kunjungan ulang ke klinik untuk pemeriksaan pasca-bersalin

lanjutan (Jumiaty, 2018).


195

5. KELUARGA BERENCANA

a. Konsep Dasar

1) Pengertian

Keluarga berencana (KB) merupakan program yang

bertujuan untuk mengontrol jumlah penduduk dengan

mengurangi junmlah anak yang dilahirkan oleh perempuan usia

15 – 49 tahun, yang kemudian disebut angka kelahiran total

/total vertility rate (TVR). Dengan pengaturan jumlah anak

tersebut diharapkan keluarga yang mengikuti program KB dapat

meningkatkan kesejahteraan dan kulitas kehidupan

(Tando, 2018).

Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

melaluli pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan

kelahiran, poeminaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera

(UU No. 10 tahun 1992).

Tindakan yang memantu pasangan suami istri untuik

menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval

diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam

hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah

anak pada keluarga

(WHO expert committee dalam Tando, 2018).


196

2) Macam-Macam KB

a) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

(1) Pengertian

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah

kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu

(ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan asi

tanpa tambahan atau minuman apapun lainnya

(Affandi, 2014).

Metode Amenorea Laktasi (MAL) mengandalkan

pemberian air susu ibu (ASI eksklusif) untuk menekan

ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat yang harus

dipenuhi yaitu ibu belum mengalami haid lagi. Bayi

disusui secara eksklusif dan sering, sepanjang siang dan

malam, bayi berusia kurang dari enam bulan

(KEMENKES, 2013).

(2) Cara kerja

Penundaan atau penekanan ovulasi (Affandi, 2014).

(3) Keuntungan kontrasepsi

i. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam

bulan pasca persalinan).

ii. Segera efektif.

iii. Tidak mengganggu senggama.

iv. Tidak efek samping secara sistemik.


197

v. Tidak perlu pengawasan medik.

vi. Tidak perlu obat atau alat.

vii. Tanpa biaya (Affandi, 2014).

(4) Kerugian terbatasan

i. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar

segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan.

ii. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

iii. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid

atau sampai dengan umur 6 bulan.

iv. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus

hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Affandi, 2014).

(5) Indikasi

Ibu yang menyusui secara eksklusif bayinya

berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapatkan

haid setelah melahirkan (Affandi, 2014).

(6) Kontraindikasi

i. Sudah mendapat haid setelah bersalin.

ii. Tidak menyusui secara eksklusif.

iii. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.

iv. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam

(Affandi, 2014).
198

b) Metode keluarga berencana (KBA)

(1) Pengertian

Metode kontrasepsi alamiah merupakan metode

kontrasepsi KB yang tidak menggunakan alat-alat

teknologi karena penggunaannya sangat alami yaitu

dengan memanfaatkan perilaku pasangan dalam

ketaatannya untuk mencegah terjadinya kehamilan

(Tando, 2018).

(2) Keuntungan kontrasepsi

(a) Dapat digunakan untuk mengindari atau mencapai

kehamilan.

(b) Tidak ada resiko kesehatan erupa dengan

kontrasepsi.

(c) Tidak ada efek samping sistemik.

(d) Murah atau tanpa biaya (Affandy, 2014).

(3) Keterbatasan

(a) Sebagai kontrasepsi sedang (9 – 20 kehamilan per

100 perempuan selama taun pertama pemakaian).

(b) Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin

pasangan untuk mengikuti intrusi.

(c) Perlu ada pelatihan seagai persyaratan untuk

menggunakan jenis KBA yang paling efektiv

secara benar.
199

(d) Diutuhkan pelatih atau guru KBA (bukan tenaga

medis).

(e) Pelatih atau guru KBA harus mampu memantu ibu

mengenali masa suburnya, memotivasi pasangan

untuk menaati peraturan jika ingin menghindari

kehamilan dan menyediakan alat bantu jika

diperlukan, misalnya buku catatan khusus,

termometer.

(f) Perlu pantang selama masa subur untuk

menghindari selama kesuburan.

(g) Perlu pencatatan setiap hari.

(h) Infeksi vagina membuat lendir servik sulit dinilai.

(i) Termometer basal diperlukan untuk metode

tertentu.

(e) Tidak melindungi dari IMS termasuk HBV (virus

hepatitis B) HIV/AIDS (Affandy, 2014).

(4) Indikasi

(a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus

haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik

karena saat menyusui maupun pre menoupuse.

(b) Semua perempuan dengan paritas berapapun

termasuk nulipara.

(c) Perempuan kurus maupun gemuk.


200

(d) Perpempuan yang merokok.

(e) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu,

hipertensi sedang, varises, disminore, sakit kepala

sedang mapun hebat, mioma uteri, endometritis,

kista ovari, anemia difisiensi besi, hepatitis virus,

malaria, tromosis vena dalam atau emboli paru.

(f) Pasangan dengan alasan agama dan filosofi untuk

tidak menggunakan metode lain.

(g) Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode

lain.

(h) Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari

seminggu pada seriap siklus haid.

(f) Pasangan haid ingin dan bermotivasi untuk

mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan

gejala kesuburan

(Affandy, 2014).

(5) Kontraindikasi

(a) Perempuan dari segi umur, paritas atau masalah

kesehatannya membuat kehamilan menjadi kondisi

resiko tinggi.

(b) Perempuan sebelum mendapat haid menyusui,

segera setelah abortus, kecuali MOB.


201

(c) Perempuan dengan siklus haid dengan perubahan

yang tidak teratur kecuali MOB.

(d) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja

sama (berpantang) selama waktu tertentu dalam

siklus haid.

(g) Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah

genetalianya (Affandy, 2014).

c) Senggama terputus

(1) Pengertian

Senggama terputus adalah metode keluarga

tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya

atau penis dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi

(Affandy, 2014).

(2) Cara kerja

Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi

sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga

tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan

kehamilan dapat dicegah

(Affandy, 2014).

(3) Keuntungan

(a) Kontrasepsi

i. Efektif bila dilaksanakan dengan benar.

ii. Tidak mengganggu produksi ASI.


202

iii. Dapat digunakan sebagai pendukungmetode

KB lainnya.

iv. Tidak ada efek samping.

v. Dapat digunakan setiap waktu.

vi. Tidak membutuhkan biaya (Affandy, 2014).

(b) Nonkontrasepsi

i. Meningkatkan keterlibatan suami dalam

keluarga berencana.

ii. Untuk pasangan memungkinkan hubungan

lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam

(Affandy, 2014).

(4) Kerugian

(a) Efektivitas sangat bergantung pada kesediaan

pasangan untuk melakukan senggama terputus

setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4 – 27

kehamilan per 100 perempuan per tahun).

(b) Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma

dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada

penis.

(c) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual

(Affandy, 2014).

(5) Indikasi
203

a) Suami yang ingin berpaartisipasi aktif dalam

keluarga berencana.

b) Pasangan yang taat beragama atau mempunyai

alasan filosofi untuk tidak memakai metode –

metode lain.

c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan

segera.

d) Pasangan yang memerlukan metode sementara,

sambil menunggu metode yang lain.

e) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.

f) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak

teratur (Affandy, 2014).

(6) Kontraindikasi

a) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.

b) Suami yang sulit melakukan senggama terputus.

c) Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.

d) Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja

sama.

e) Pasangan yang kurang dapat salinmg

berkomunikasi.

f) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama

terputus (Affandy, 2014).

d) Metode barier
204

1) Kondom

(a) Pengertian

Merupakan selubung atau karet yang dapat

terbuat dari berbagai bahan diantarnya lateks (karet),

plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewan)

yang terpasang pada penis saat berhubungan

seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang

tipis berbentuk silinder, dengan muara berpinggir

tebal, yang bilang digulung berbentu rata atau

mempunyai bentuk seperti puting susu

(Affandy, 2014).

(b) Cara kerja

Kondom menghalangi terjadinya pertemuan

sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma

diujung selubung karet yang dipasang pada penis

sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam

saluran reproduksi perempuan

Mencegah penularan mikroorganisme (IMS

termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan

ke pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat

dari lateks dan vinil) (Affandy, 2014).

(c) Efektifitas
205

Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada

setiap kali berhubungan seksual.Pada beberapa

pasangan, pemakaian tidak efektif karena tidak

dipakai secara konsisten.Secara ilmiah didapatkan

angka kegagalan kondom yaitu 2 – 12 kehamilan per

100 perempuan pertahun (Affandy, 2014).

(d) Keuntungan

(1) Kontrasepsi

(a) Efektif bila digunakan dengan benar.

(b) Tidak menggangu produksi ASI.

(c) Tidak menggangu kesehatan klien.

(d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

(e) Murah dan dapat dibeli secara umum.

(f) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan

khusus.

(g) Metode kontrasepsi sementara bila metode

kontrasepsi lainnya harus ditunda

(Affandy, 2014).

(2) Nonkontrasepsi

(a) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut

ber KB.
206

(b) Dapat mencegah penularan IMS.

(c) Mencegah ejakulasi dini

(d) Membantu mencegah terjadinya kanker

serviks (mengurangi iritasi bahan kasinogenik

eksogen pada serviks).

(e) Saling berinterkasi sesama pasangan.

(f) Mencegah imunoinverlitas (Affandy, 2014).

(e) Kerugian

(1) Efektifitas tidak terlalu tinggi.

(2) Cara penggunaan mempengaruhi keberhasilan

kontrasepsi.

(3) Agak mengganggu hubungan seksual

(mengurangi sentuhan langsung)

(4) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan

untuk mempertahankan ereksi.

(5) Harus selalu tersedia saat berhubungan seksual.

(6) Beberapa klien malu meberi kondom ditempat

umum.

(7) Pembuangan kondom bekas mungkin

menimbulkan masalah dalam hal limbah

(Affandy, 2014).

(f) Kontraindikasi
207

(1) Tidak sesuai untuk pria yang mempunyai

pasangan yang berisiko tinggi apabila terjadi

kehamilan.

(2) Alergi terhadap bahan dasar kondom.

(3) Menginginkan kontrasepsi jangak panjang.

(4) Tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan

untuk melakukan hubungan seksual.

(5) Tidak peduli berbagai persyaratan kontrasepsi

(Affandy, 2014).

e) Diafragma

(1) Pengertian

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat

dari lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina

sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks

(Affandy, 2014).

(2) Cara kerja

Menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai

saluran reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi)

dan sebagai alat tempat spermisida (Affandy, 2014).

(3) Keuntungan

(a) Kontrasepsi

i. Efektif bila digunakan dengan benar.

ii. Tidak menggangu produksi ASI.


208

iii. Tidak menggangu hubungan seksual karena telah

terpasang sampai 6 jam sebelumnya.

iv. Tidak menggangu kesehatan klien.

v. Tidak mempunyai pengarus sistemik (Affandy,

2014).

(b) Nonkontrasepsi

i. Salah satu perlindungan terhadap

IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan

dengan spermisida.

ii. Bila digunakan pada saat haid menampung darah

menstruasi (Affandy, 2014).

(4) Kerugian

(a) Efektifitas sedang (bila digunakan dengan spermisida

angka kegagalan 6 – 16 kehamilan per 100

perempuan pertahun).

(b) Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada

kepatuhan mengikuti cara penggunaan.

(c) Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan

menggunakannya setiap berhubungan seksual.

(d) Pmeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih

diperelukan untuk memastikan ketepatan

pemasangan.
209

(e) Pada beberapa penggunaan menjadi infeksi saluran

uretra.

(f) Pada 6 jam pasca berhubungan seksual, alat masih

harus pada diposisinya (Affandy, 2014).

(5) Indikasi

(a) Sesuai untuk klien yang tidak menyukai metode

kontrasepsi hormonal, seperti perokok, atau di atas

usia 35 tahun.

(b) Tidak menyukai penggunaan AKDR.

(c) Menyusui dan perlu kontrasepsi.

(d) Memerlukan proteksi terhadap IMS.

(e) Memerlukan metode sederhana sambil menunggu

metode yang lain (Affandy, 2014).

(6) Kontraindikasi

(a) Tidak sesuai untuk klien yang berdasarkan umur dan

paritas serta masalah kesehatan menyebabkan

kehamilan menjadi resiko tinggi.

(b) Terinfeksi saluran uretra

(c) Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh

alat kelaminnya ( vulva dan vagina).

(d) Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan.

(e) Ingin metode efektif (Affandy, 2014).

f) Spermisida
210

(1) Pengertian

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)

digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh

sperma. Dikemas dalam bentuk:

(a) Aerosol (busa).

(b) Tablet vagina, suppositoria, atau dissolvable film.

(c) Krim (Affandy, 2014).

(2) Cara kerja

Menyebabkan sel membran sperma terpecah,

memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan

kemampuan pembuahan sel telur (Affandy, 2014).

(3) Keuntungan

(a) Kontrasepsi

i. Efektif seketika (busa dan krim).

ii. Tidak mengganggu produksi ASI.

iii. Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.

iv. Tidak menggangu kesehatan klien.

v. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

vi. Mudah digunakan.

vii. Meningkatkan lubrikasi selama berhubungan

seksual.

viii.Tidak perlu resep dokter atay pemeriksaan

kesehatan khusus (Affandy, 2014).


211

(b) Nonkopontrasepsis

Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS

termasuk HBV dan HIV/AIDS (Affandy, 2014).

(4) Kerugian

(a) Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100

perempuan per tahun pertama).

(b) Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada

kepatuhan mengikuti cara penggunaan.

(c) Ketergantungaan pengguna dari motivasi

berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan

hubungan seksual.

(d) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah

aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual (

tablet busa vagina, supositoria, dan film).

(e) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam (Affandy, 2014).

(5) Indikasi

(a) Tidak menyukai penggunaan AKDR.

(b) Menyusui dan perlu kontrasepsi.

(c) Memerlukan proteksi terhadap IMS

(d) Memerlukan metode sederhana sambil menunggu

metode yang lain (Affandy, 2014).

(6) kontraindikasi

(a) terinfeksi saluran uretra.


212

(b) Mempunyai sindrom syok karena keracunan.

(c) Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh

alat kelaminnya (Affandy, 2014).

(7) Efek samping

(a) Iritasi vagina.

(b) Iritasi penis dan tidak nyaman.

(c) Gangguan rasa panas di vagina.

(d) Kegagalan tablet tidak larut (Affandy, 2014).

(8) Cara penggunaan

(a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum

mengisi dengan aplikator (busa atau krim) dan insersi

spermisida.

(b) Pentingnya untuk menggunakan spermisida setiap

melakukan aktifitas hubungan seksual.

(c) Jarak tunggu sesudah menggunakan tablet vagina

atau suppositoria adalah 10-15 menit

(d) Tidak ada jarak tunggu setelah memasukan busa.

(e) Pentingnya untuk mengikuti anjuran dari pabrik

tentanga cara penggunaan dan penyimpanan dari

setiap produk (misalnya kocok aerosol sebelum

diisikan kedalam aplikator )

(f) Spermisida di tempatkan jauh di dalam vagina

sehingga servik terlindungi dengan baik


213

(Affandy, 2014).

g) Kontrasepsi kombinasi ( hormon esterogen dan progesteron )

(1) Pil kombinasi

(a) Pengertian

Berisi estrogen dan progesteron.

(b) Jenis-jenis

i. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21

tablet mengandung hormon aktif esterogen atau

progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7

tablet hormon aktif.

ii. Bifasik: pil yang tersedia dalam 21 tablet

mengandung hormon aktif esterogen atau

progestin (E/P) dengan 2 dosis yang berbeda

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

iii. Trifasik: pil yang tersedia 21 tablet mengandung

hormon aktif esterogen atau progestin (E/P)

dengan 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet

tanpa hormon aktif

(Affandy, 2014).

(c) Cara kerja

i. Menekan ovulasi.

ii. Mencegah implantasi.


214

iii. Lendir servik mengental sehingga sulit dilalui

sperma.

iv. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi

telur dengan sendirinya akan terganggu pula

(Affandy, 2014).

(d) Manfaat

i. Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir

menyerupai efektivitas tubektomi), bila

digunakan setiap setiap hari ( 1 kelahiran per

1000 perempuan dalam tahun pertama

penggunaan).

ii. Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.

iii. Tidak mengganggu hubungan seksual.

iv. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah

haid berkurang (mencegah anemia) tidak terjadi

nyeri haid.

v. Dapat digunakan jangka panjang selama

perempuan masih ingin menggunakannya untuk

mencegah kehamilan.

vi. Dapat digunakan sejak usia remaja.

vii. Mudah dihentikan setiap saat.

viii. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan

pil dihentikan.
215

ix. Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker

ovarium, kanker endometrium, kista ovarium,

penyakit radang panggul, kelainan jinak pada

payudara dan disminore (Affandy, 2014).

(e) Keterbatasan

i. Mahal dan membosankan karena

menggunakannnya setiap hari.

ii. Mual terutama pada 3 bulan pertama.

iii. Pendarahan bercak atau pendarahan sela,

terutama pada 3 bulan pertama.

iv. Pusing.

v. Nyeri payudara.

vi. Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan

tertentu kenaikan berat badan justru memili

dampak positif.

vii. Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil

kombinasi.

viii. Tidak boleh diberikan pada perempuan yang

menyusui ( mengurangi ASI )

ix. Pada sebagian kecil perempuan dapat

menimbulkan depresi dan perubahan suasana

hati, sehingga keinginan untuk melakukan

hubungan seksual berkurang.


216

x. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi

cairan sehingga resiko stroke, dan gangguan

pembekuan darah pada vena dalam sedikit

meningkat. Pada perempuan usia>35 tahun dan

merokok perlu hati-hati.

xi. Tidak mencegah IMS (infeksi menular seksual),

HBV, HIV/AIDS (Affandy, 2014).

(f) Indikasi

i. Usia reproduksi yang telah memiliki anak

ataupun yang belum memiliki anak.

ii. Menginginkan metode kontrasepsi dengan

efektivitas tinggi.

iii. Setelah melahirkan ataupun menyusui.

iv. Anemia karena berlebihan.

v. Nyeri haid hebat.

vi. Siklus haid tidak teratur.

vii. Riwayat kehamilan ektopik.

viii. Kelainan payudara jinak.

ix. Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal,

pembuluh darah, mata dan syaraf.

x. Penyakit tiroid, penyakit radang panggul,

endometriosis atau tumor ovarium jinak.

xi. Varises vena (Affandy, 2014).


217

(g) Kontraindikasi

i. Hamil atau diduga hamil.

ii. Menyusui eksklusif.

iii. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya.

iv. Penyakit hati akut atau hepatitis.

v. Merokok dengan usia>35 tahun.

vi. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan

darah >180/mmHg.

vii. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau

kencing manis>20 tahun.

viii. Kanker payudara atau dicurigai kanker

payudara.

ix. Migran dan gejala neurologik fokal ( epilepsi

atau riwayat epilepsi ).

x. Tidak dapat menggunakan pil secara teratur

setiap hari (Affandy, 2014).

(2) Suntikan kombinasi

(a) Pengertian

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol

Sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali

(cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5


218

mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M.

sebulan sekali (Affandy, 2014).

(b) Cara kerja

i. Menekan ovulasi.

ii. Membuat lendir servik menjadi kental sehingga

penetrasi sperma terganggu.

iii. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga

implantasi terganggu.

iv. Menghambat transportasi gamet oleh tuba

(Affandy, 2014).

(c) Efektivitas

Sangat efektif ( 0,1-0,4 kehamilan per 100

perempuan) selama tahun pertama penggunaan

(Affandy, 2014).

(d) Keuntungan

i. Kontrasepsi

i) Resiko terhadap kesehatan kecil.

ii) Tidak berpengaruh pada hubungan suami

istri.

iii) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.

iv) Jangka panjang.

v) Efek samping sangat kecil.

vi) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik


219

(Affandy, 2014).

ii. Nonkontrasepsi

i) Mengurangi jumlah perdarahan.

ii) Mengurangi nyeri saat haid.

iii) Mencegah anemia.

iv) Khasiat pencegahan terhadap kanker

ovarium dan kanker endometrium.

v) Mengurangi penyakit payudara jinak dan

kista ovarium.

vi) Mencegah kehamilan ektopik.

vii) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu

penyakit radang panggul.

viii) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada

perempuan perimenopouse (Affandy,

2014).

(e) Kerugian

i. Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak

teratur, perdarahan bercak atau spotting, atau

perdarahan sampai 10 hari.

ii. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan

keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan

kedua atau ketiga.


220

iii. Ketergantungan klien terhadap pelayaanan

kesehatan. Klien harus kembali 30 hari untuk

mendapatkan suntikan.

iv. Efektivitasnya berkurang bila digunakan

bersamaan dengan obat-obat epilepsi (venitoin

dan barbiturat) atau obat tuberkulosis

(rivampisin).

v. Dapat terjadi efek samping yang serius seperti

serangan jantung, stroke, bekuan darah pada

paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya

tumor hati.

vi. Penambahan berat badan.

vii. Tidak menjamin terhadap penularan infeksi

menular seksual, hepatitis B virus atau infeksi

virus HIV.

viii. Kemungkinan terlambatnya pemulihan

kesuburan setelah penghentian pemakaian

(Affandy, 2014).

(f) Indikasi

i. Usia reproduksi.

ii. Telah memiliki anak ataupun yang belum

memiliki anak.
221

iii. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan

efektivitas yang tinggi.

iv. Menyusui ASI pasca persalinan lebih dari 6

bulan.

v. Pasca persalinan atau tidak menyusui.

vi. Anemia.

vii. Nyeri haid hebat.

viii. Haid teratur.

ix. Riwayat kehamilan ektopik.

x. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

(Affandy, 2014).

(g) Kontraindikasi

i. Hamil atau diduga hamil.

ii. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.

iii. Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

iv. Penyakit hati akut (virus hepatitis)

v. Usia lebih dari 35 tahun yang merokok.

vi. Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan

tekanan darah tinggi (>180/110mmHg).

vii. Riwayat kelaianan tromboemboli atau dengan

kencing manis lebih dari 20 tahun.


222

viii. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan

sakit kepala atau migran.

ix. Keganasan pada payudara (Affandy, 2014).

(3) Kontrasepsi progestin

(a) Kontrasepsi suntikan progestin

i. Pengertian

Untuk suntikan 3 bulanan (depoprovera) dapat

dilakukan penyuntikan tiap 12 minggu dengan

progesteron dengan angka kegagalan sebesar

3% (Affandy, 2014).

ii. Cara kerja

i) Mencegah ovulasi.

ii) Mengentalkan lendir serviks sehingga

menurunkan penetrasi sperma.

iii) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan

atrofi.

iv) Menghambnat penetrasi gamet oleh tuba

(Affandy, 2014).

iii. Efektivitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki

efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan

per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya


223

dilakukian secara teratur sesuai jadwal yang

telah ditentukan (Affandy, 2014).

iv. Keuntungan

i) Sangat efektivitas.

ii) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

iii) Tidak berpengaruh pada hubungan suami

istri.

iv) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak

berdampak serius terhadap penyakit jantung,

dan gangguan pembekuan darah.

v) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.

vi) Sedikit efek samping.

vii) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

viii) Dapat digunakan oleh perempuan usia> 35

tahun sampai perimenoupuse.

ix) Mencegah kanker endometrium dan

kehamilan ektopik.

x) Menurunkan kejadian kanker jinak

payudara.

xi) Mencegah beberapa penyebab radang

panggul.

xii) Menurunkan krisis anemia bulan sabit

(sickle cell) (Affandy, 2014).


224

v. Keterbatasan

i) Sering ditemukan gangguan haid,seperti:

(i) Siklus haid yang memendek atau

memanjang.

(ii) Perdarahan yang banyak atau sedikit.

(iii)Perdarahan tidsk teratur atau perdarahan

bercak (spotting).

(iv)Tidak haid sama sekali

ii) Klien sangat bergantung pada tempat sarana

pelayanan kesehatan (harus kembali untuk

suntikan)

iii) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu

sebelum suntikan berikut

iv) Permasalahan berat badan merupakan efek

samping tersering

v) Tidak menjamin perlindungan terhadap

penularan infeksi menular seksual, hepatitis

B virus, atau infeksi HIV.

vi) Terlambatnya kembali kesuburan setelah

penghentian pemakaian.

vii) Terlambatnya kembali kesuburan bukan

karena terjadinya kerusakan/kelainan pada

organ genetalia, melainkan karena belum


225

habisnya pelepasan obat suntikan dari

deponya (tempat suntikan).

viii) Terjadi perubahan pada lipid serum pada

penggunaan jangka panjang.

ix) Pada penggunaan jangka panjang dapat

sedikit menurunkan kepadatan tulang

(dsensitas).

x) Pada penggunaan jangka panjang dapat

menimbulkan kekeringan pada vagina,

menurunkan libido, gangguan emosi

(jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat

(Affandy, 2014).

(b) Indikasi

(1) Usia reproduksi.

(2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.

(3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang

memiliki efektivitas tinggi.

(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

(6) Setelah abortus atau keguguran.

(7) Telah banyak anak, tetap[i belum menghendaki

tubektomi

(8) Perokok.
226

(9) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah

gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

(10) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenition dan

barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).

(11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung

estrogen.

(12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

(13) Anemia defisiensi besi.

(14) Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak

boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

(Affandy, 2014).

(c) Kontraindikasi

(1) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin

7/100.000 kelahiran).

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

(3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,

terutama amenorea.

(4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker

payudara.

(5) Diabetes militus disertai komplikasi (Affandy, 2014).

h) Kontrasepsi pil progestin (minipil)

(1) Cara kerja


227

(a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks

di ovarium (tidak begitu kuat).

(b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal

sehingga implantasi lebih sulit.

(c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat

penetrasi sperma.

(d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma

terganggu.

(2) Efektivitas

Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil

sampai terlupa 1-2 tablet atau jangan sampai ada terjadi

gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena

akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat

besar.Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein

bersamaan dengan minipil perlu dihindari karena mukolitik

jenis ini dapat mengingkatkan penetrasi sperma sehingga

kemampuan kontrasektif dari minipil dapat terganggu

(Affandy, 2014).

Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka :

(a) Jangan sampai ada tablet yang lupa

(b) Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari).

(c) Senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah

penggunaan minipil.
228

(3) Keuntungan

(a) Kontrasepsi

i) Sangat efektif bila digunakan secara benar.

ii) Tidak menggangu hubungan seksual.

iii) Tidak mempengaruhi ASI.

iv) Kesuburan cepat kembali.

v) Nyaman dan mudah digunakan.

vi) Sedikit efek samping.

vii) Dapat dihentikan setiap saat.

viii)Tidak mengandung esterogen (Affandy, 2014).

(b) Nonkontrasepsi

i) Mengurangi nyeri haid.

ii) Mengurangi jumlah darah haid.

iii) Menurunkan tingkat anemia.

iv) Mencegah kanker endometrium.

v) Melindungi penyakit radang panggul.

vi) Tidak meningkatkan pembekuan darah.

vii) Dapat diberikan pada penderita endometriosis.

viii)Kurang menyebabkan peningkatan tekana darah,

nyeri kepala dan depresi.

ix) Dapat mengurangi keluhan premenstrual syndrom

(sakit kepala, perut kembung, nyeri dada, nyeri pada

betis, lekas marah).


229

x) Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat

sehingga relatif aman diberikan pada perempuan

mengidap kecing manis yang belum mengalami

komplikasi (Affandy, 2014).

(4) Keterbatasan

(a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan

sela, spotting, amenorea).

(b) Peningkatan / penurunan berat badan.

(c) Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama.

(d) Bila lupa satu pil saja, kegagalan akan menjadi lebih

besar.

(e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing,

dermatitis/jerawat.

(f) Resiko kehamilan ektopik cujkup tinggi (4 dari 100

kehamilan), tetapi resiko ini lebih rendah jika

dibandingkan perempuan yang tidak menggunakan

minipil.

(g) Efektivitasnya menjadi lebih rendah bila digunakan

bersamaan dengan obat tuberkulosis atau epilepsi.

(h) Tidak melindungi diri dari infeksi menular sesksual

atau HIV/AIDS.

(i) Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan didaerah

muka), tetapi sangat jarang terjadi (Affandy, 2014).


230

(5) Indikasi

(a) Usia reproduksi.

(b) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak.

(c) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat

efektiv selama periode menyusui.

(d) Pasca persalinan dan tidak menyusui.

(e) Pasca keguguran.

(f) Perokok segala usia.

(g) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama kurang dari

180/110 mmHg) atau dengan masalah pembekuan

darah.

(h) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang

tidak menggunakan estrogen (Affandy, 2014).

(6) Kontraindikasi

(a) Hamil atau diduga hamil.

(b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

(c) Tidak dapat menerima gangguan haid.

(d) Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat

untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat).

(e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

(f) Sering lupa menggunakan pil.

(g) Miom uterus. Progestin memicu miom uterus.


231

(h) Riwayat stroke. Progestrin menyebabkan spasme

pembuluh darah (Affandy, 2014).

i) Kontrasepsi implan

1) Pengertian

Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak

permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara

tiga hingga lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh the

population countil, yaitu organisasi international yang

didirikan taun 1952 untuk mengembangkan teknologi

kontrasepsi (Affandy, 2014).

2) Cara kerja

Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir

servik, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan

mengurangi transportasi sperma.Implan dimasukikan dibawah

kulit dan bertahan hingga 3 – 7 tahun tergantung jenisnya

(Kemenkes, 2013).

3) Efektivitas

Pada umumnya, resiko kehamilan kurang dari 1 diantara

100 ibu dalam 1 tahun (Kemenkes, 2013).

4) Keuntungan

(a) Tidak mengganggu ASI

(b) Mengurangi resiko radang panggul

(c) Dapat mengurangi resiko anemia defisiensi besi


232

(d) Tidak menggangu senggama

(e) Perlindungan jangka panjang (Kemenkes, 2013).

j) AKDR dengan progestin.

(1) Pengertian

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroit

adalah prigestase yang mengandung progesteron dari

mirena yang mengandung levonogestrel (Affandy,

2014).

(2) Cara kerja

(a) Endometrium mengalami transformasi yang ireguler,

epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi.

(b) Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok

bersatunya ovum dengan sperma.

(c) Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba

fallopi.

(d) Menginaktifkan sperma (Affandy, 2014).

(3) Efektivitas

Sangat efektif, yaitu 0,5-1 kehamilan per 100

perempuan selama satu tahun pertama penggunaan

(Affandy, 2014).

(4) Keuntungan

(a) Kontrasepsi
233

i. Efektif dengan proteksi jangka panjang ( 1

tahun ).

ii. Tidak menggangu hubungan suami istri.

iii. Tidak berpengaruh terhadap ASI.

iv. Kesuburan segera kembali setelah AKDR

diangkat.

v. Efek samping sangat kecil.

vi. Memiliki efek sistemik yang sangat kecil

(Affandy, 2014).

(b) Nonkontrasepsi

i. Mengurangi nyeri haid.

ii. Dapat diberikan pada usia perimenopouse

bersamaan dengan pemberian esterogen, untuk

pencegahan hiperplasia endometrium.

iii. Mengurangi jumlah darah haid.

iv. Sebagai pengobatan alternatif penggantian

operasi pada perdarahan uterus disfungsional

dan ademisiosis.

v. Merupakan kontrasepsi pilihan utaman pada

perempuan perimenopause.

vi. Tidak mengurangi kerja obat tuberkulosis

ataupun obat epilepsi, karena AKDR yang


234

mengandung progestin kerjanya terutama lokal

pada endometrium

(Affandy, 2014).

5) Keterbatasan

(a) Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan

infeksi genetalia sebelum pemasangan AKDR.

(b) Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan

pencabutan AKDR.

(c) Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat,

sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan.

(d) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi

amenorea.

(e) Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi

(<1/100 kasus.

(f) Kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi.

(g) Bertambahnya resiko mendapat penyakit radang

panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas.

(h) Mahal.

(i) Progestin dapat meningkatkan resiko trombosis

sehingga perlu hati-hati pada perempuan

perimenopause. Resiko ini lebih rendah bila

dibandingkandengan pil kombinasi.


235

(j) Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol

pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati-

hati pada peremppuan dengan penyakit

kardiovaskuler.

(k) Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara.

(l) Progestin dapat mempengaruhi jenis-jenis tertentu

hiperlipidemia.

(m) Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus

(Affandy, 2014).

6) Indikasi

(a) Usia reproduksi.

(b) Telah memiliki anak maupun belum.

(c) Menginnginkan kontrasepsi yang efektif jangka

panjang untuk mencegah kehamilan.

(d) Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi.

(e) Pascakeguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda

radang panggul.

(f) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal

kombinasi.

(g) Sering lupa menggunakan pil.

(h) Usia perimenopause dan dapat digunakan

bersamaan dengan pemberian estrogen.


236

(i) Mempunyai risiko rendah mendapat penyakit

menular seksual (Affandy, 2014).

7) Kontraindikasi

(a) Hamil atau diduga hamil.

(b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya.

(c) Menderita vaginitis, salpingitis, endometritis.

(d) Menderita penyakit radang panggul atau

pascakeguguran septik.

(e) Kelainan kongenital rahim.

(f) Miom submukosum.

(g) Rahim yang sulit digerakkan.

(h) Riwayat kehamilan ektopik.

(i) Penyakit trofoblas ganas.

(j) Terbukti menderita penyakit tuberkulosis panggul.

(h) Kanker genetalia/payudara (Affandy, 2014).

k) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

(1) Pengertian

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroit

adalah prigestase yang mengandung progesteron dari

mirena yang mengandung levonogestrel (Affandy,

2014).

(2) Cara kerja


237

(a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke

tuba fallopi.

(b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai

kavum uteri.

(c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan

ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma

sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan

dan mengurangi kemampuan sperma untuk

fertilisasi.

(d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur

dalam uterus (Affandy, 2014).

(3) Keuntungan

(a) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat

efektif →0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan

dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 –

170 kehamilan).

(b) AKDR dapat efektif segera setalah pemasangan.

(c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari

CuT-380A dan tidak perlu diganti).

(d) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat ingat.

(e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

(f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak

perlu takut untuk hamil.


238

(g) Tidak ada efek samping hormonal Cu AKDR

(CuT-380A).

(h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

(i) Dapat dipasang segera setalah melahirkan atau

sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

(j) Dapat digunakan sampai menopouse (1 tahun atau

lebih setelah haid terakhir).

(k) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

(l) Membantu mencegah kehamilan ektopik (Affandy,

2014).

(4) Keterbatasan

(a) Efek samping yang mungkin terjadi:

(b) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan

pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).

(c) Haid lebih lama dan banyak.

(d) Perdarahan (spotting) atanar menstruasi.

(e) Saat haid lebih sakit.

(f) Komplikasi lain:

i) Merasakan sakit dan kejang selama 5 hari

setelah pemasangan.

ii) Perdarahan berat pada waktu haid atau

diantaranya yang memungkinkan penyebab

anemia.
239

iii) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila

pemasangannya benar).

iv) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

v) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan

IMS atau perempuan yang sering berganti

pasangan.

vi) Penyakit radang panggul terjadi sesudah

perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP

dapat memicu infertilitas.

vii) Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis

diperlukan dalam pemasangan AKDR. Sering

kali perempuan takut selama pemasangan.

viii) Sedikit nyeri pada perdarahan (spotting)

terjadi segera setelah pemasangan AKDR

.biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

ix) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya

sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus

melepaskan AKDR

x) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa

diketahui (sering terjadi apabila AKDR

dipasang segera sesudah melahirkan)


240

xi) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik

karena fungsi AKDR untuk mencegah

kehamilan normal.

xii) Perempuan harus memeriksa posisi benang

AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan

ini perempuan harus memasukkan jarinya

kedalam vagina, sebagian perempuan tidak

mau melakukan ini (Affandy, 2014).

(5) Indikasi

(a) Usia reproduksi.

(b) Keadaan nulipara.

(c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka

panjang.

(d) Menyusui yang menginginkan menggunakan

kontrasepsi.

(e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.

(f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat

adanya infeksi.

(g) Risiko rendah dari IMS.

(h) Tidak menghendaki metode hormonal.

(i) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil

setiap hari.
241

(j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari

senggama (lihat kontrasepsi darurat) (Affandy,

2014).

(6) Kontra indikasi

(a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan

hamil)

(b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai

dapat dievaluasi).

(c) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis,

servisitis).

(d) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita PRP atau abortus septik.

(e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor

jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

(f) Penyakit trofoblas TBC pelvik.

(g) Kanker alat genital.

(h) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Affandy,

2014).

(7) Efektifitas

(a) AKDR post-plasma telah dibuktikan tidak

menambah risiko infeksi, perforasi dan perdarahan.


242

(b) Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini

harus disadari oleh pasien , bila mau akan dapat

dipasang lagi.

(c) Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat

memperkecil resiko ekspulsi. Oleh karena itu

diperlukan pelatihan (Affandy, 2014).

(8) Waktu penggunaan

(a) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat

dipastikan klien tidak hamil.

(b) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

(c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama

atau setelah 4 minggu pascapersalinan, setelah 6

bulan apabila menggunakan metode amenorea

laktasi (MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi

pada pemasangan segera atau selama 48 jam

pascapersalinan.

(d) Setelah menderita abortus (segera atau dalam

waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.

(e) Selama 1 sampai 5 hari setelah enggama yang tidak

dilindungi (Affandy, 2014).

l) Kontrasepsi Mantap

(1) Pengertian Tubektomi


243

Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk

perempuan yang tidak ingin anak lagi perlu prosedur

bedah untuk melakukan tubektomi sehingga diperlukan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya

untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk

menggunakan metode ini (Affandy, 2014).

(2) Efektifitas

(a) Kuranng dari 1 kehamilan per 100 (5 per 1000)

perempuan pada tahun pertama penggunaan.

(b) Pada 10 tahun penggunaan, terjadi sekitar

2kehamilan per 100 perempuan (18-19 per 1000

perempuan) (Affandy, 2014).

(3) Keuntungan

(a) Tidak mempengaruhi proses menyusui.

(b) Tidak bergantung pada faktor senggama.

(c) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

(d) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

(Affandy, 2014).

(4) Kerugian

(a) Bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan

kembali), kecuali dengan operasi renkanalisasi.

(b) Klien dapat menyesal dikemudian hari.


244

(c) Risiko komplikasi keccil (meningkat apabila

digunakan anestesi umum).

(d) Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek

setelah tindakan.

(e) Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan

dokter spesial ginekologi atau dokter spesialis

bedah untuk proses laparoskopi).

(f) Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HBV dan

HIV/AIDS (Affandy, 2014).

m) Vasektomi

(1) Pengertian Vasektomi

Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki

yang tidak ingin anak lagi.Perlu prosedur bedah untuk

melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk

memastikan apakah seorang klien sesuai untuk

menggunakan metode ini (Affandy, 2014).

(2) Cara kerja

Dengan cara mengoklusi deferensia sehingga alur

transportasi sperma terhambat sehinga proses fertilisasi

(penyatuan dengan ovum) (Affandy, 2014).

(3) Keuntungan
245

(a) Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka

panjang.

(b) Mordibitas dan mortalitas jarang.

(c) Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka

panjang.

(d) Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya

penggunaan kontrasepsi (Affandy, 2014).

(4) Keterbatasan

(a) Permanen (non-reversible) dan timbul masalah bila

nklien menikah lagi.

(b) Bila tak siap ada kemungkinan penyesalan

dikemudian hari.

(c) Perlu pengosongan depot sperma divesikula

seminalis hingga perlu 20 kali ejakulasi.

(d) Resiko dan efek samping pembedahan kecil.

(e) Ada nyeri/rasa tak nyaman pasca bedah.

(f) Perlu tenaga terlatih.

(g) Tidak melindungi klien terhadap PMS (misalnya :

HBV, HIV/AIDS). (Affandy, 2014).

(5) Indikasi

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan

vertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan

ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan


246

pasangannya serta melemahkan ketahan dan kualitas

keluarga (Affandy, 2014).

(6) Kontraindikasi

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk

menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan

melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur

transportasi sperma terhambat dan proses fertilitas

(Affandy, 2014).

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Metode pendokumentasian SOAP diartikan dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan dan dipakai untuk

mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam rekam medis klien

sebagai catatan kemajuan (Asrinah, 2010)

1) S (Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien

Data subjektif merupakan data yang berhubungan salah dari

sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekawatiran

dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau

ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.

Pada orang yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi

tanda “O” atau “X” ini menandakan orang itu bisu (Asrinah,

2010). Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.

Tanyakan tujuan ibu berkontasepsi dan jelaskan pilihan metode


247

yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut, tanyakan juga apa

ibu sudah memikirkan pemilihan metode tertentu, tanyakan

status kesehatan ibu dan kondisi medis yang dimilikinya

(Kemenkes, 2013)

(h) O (Objective) : Data hasil observasi

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi

yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan

informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam

data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis. Data fisiologis, hasil observasi

yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar

X, rekaman CTG, USG dan lain-lain) dan informasi dari

keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini.

Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen

dari diagnosa yang akan ditegakkan (Asrinah, 2010).

(i) A (Assessment) : Diagnosa kebidanan

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena

keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan

akan ditemukan informasi baru dalam datab subjektif maupun

objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat


248

dinamis. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya

perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil

keputusan/tindakan yang tepat (Asrinah, 2010).

3) P (Planning) : Apa yang dilakukan terhadap masalah

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan

datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang

sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesehatan

kesejahteraan nya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu

dari kebutuhan pasien yang harus dicapai di dalam batas waktu

tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapaikemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung

rencana dokter jika melakukan kolaborasi (Asrinah, 2010).


249

B. KERANGKA PIKIR

Bedasarkan tinjauan teori tentang masa hamil, nifas, dan kunjungan ulang

masa nifas maupun bayi baru lahir maka peneliti dapat menyusun kerangka

pikir:
Ibu Hamil UK. 28-40 minggu

Fisiologis Patologis

Penerapan Asuhan Kebidanan Rujuk


pada Kehamilan Fisiologis :
Kunjungan I (UK. 28-32
mgg)
Kunjungan II (UK. 33-36

Bersalin

Fisiologis Patologis

Pemantauan Rujuk
kemajuan persalinan
kala I-IV dengan
partograf

Bayi Baru Lahir Nifas

Fisiologis Patologis Fisiologis Patologis

Penerapan Asuhan Rujuk


Penerapan Asuhan Rujuk
Kebidanan pada BBL – Kebidanan pada Ibu
Neotanus Fisiologis : Nifas Fisiologis : KB
Kunjungan I (umur 6 jam – Kunjungan I (6 jam –
3 hari) 3 hari)
Kunjungan II (umur 4 jam Kunjungan II (4 – 28 Kunjungan I (4– 9 hari PP) :
– 7 hari) hari) konseling pelayanan KB)
Kunjungan III (umur 8 jam Kunjungan III (28– Kunjungan II (8 – 14 hari
– 14 hari) 42 hari) PP : Evaluasi Konseling
Kunjungan IV (umur >15 Pelayanan KB)
hari)

Kementerian RI 2015.Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta, Gavi


250

C. LANDASAN HUKUM

1. Permenkes RI Nomer 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelengaraan

Praktik Bidan

a. Kewenangan Bidan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan

Praktik Bidan. Kewenangan yang dimiliki antara lain meliputi :

1) Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki

kewenangan untuk memberikan :

a) Pelayanan kesehatan ibu;

b) Pelayanan kesehatan anak; dan

c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

2) Pasal 19

a) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal

18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan.

b) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud ayat 1

meliputi pelayanan :

(1) Konseling pada masa sebelum hamil;

(2) Antenatal pada kehamilan normal;


251

(3) Persalinan normal;

(4) Ibu nifas normal;

(5) Ibu menyusui; dan

(6) Konseling pada masa antara dua kehamilan.

c) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana

dimaksud pada ayat 2, Bidan berwenang melakukan :

(1) Episiotomi;

(2) Pertolongan persalinan normal;

(3) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan

perujukan;

(5) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

(6) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

(7) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi

air susu ibu eksklusif;

(8) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga

dan postpartum;

(9) Penyuluhan dan konseling;

(10) Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan

(11) Pemberian surat keterangan kehamilan dan

kelahiran.

3) Pasal 20
252

a) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal

918 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan

anak pra sekolah.

b) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud pada ayat 1), bidan berwenang melakukan :

1. Pelayanan neonatal esensial;

2. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan

perujukan;

3. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah; dan

c) Konseling dan penyuluhan.

d) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat 2)

huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan

perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian

imunisasi Hb0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan

tanda bahay, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus

yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu

ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

e) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat 2) huruf b meliputi :

(1) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui

pembersihan jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau

kompresi jantung;
253

(2) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan

BBLR melalui penggunaan selimut atau fasilitas dengan cara

menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;

(3) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan

alkohol atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat

tetap bersih dan kering; dan

(4) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru

lahir dengan infeksi gonore (GO).

f) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah sebagaimana dimaksud pada ayat 2) huruf c meliputi

kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala,

pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi

dini penyimpangan tumbuh kembang balita dengan

menggunakan Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP).

g) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada pada

ayat 2) huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi,

edukasi (KIE), kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi

baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir,

pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan

tumbuh kembang.

b. Pasal 21
254

Dalam meberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c,

Bidan berwenang memberikan :

a) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana; dan

b) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

2. Kemenkes No.369/Menkes/SK/2007 Tentang Standar Profesi Bidan

a. STANDAR I : Pengkajian

1) Pernyataan standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan,

dan lengkap dari semua yang berkaitan kondisi klien.

2) Kriteria pengkajian

a) Data tepat, akurat, dan lengkap.

b) Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa, keluhan utama,

riwayat obstetrik, riwayat kesehatan dan, latar belakang

sosial budaya).

c) Data obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis, dan

pemeriksaan penunjang)

b. STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Potensial

1) Pernyataan standar

Bidan menganalisa yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk

menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.


255

2) Kriteria pengkajian

a) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.

b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.

c) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara

mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

c. STANDAR III : Perencanaan

1) Pernyataan standar

Bidan menentukan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan.

2) Kriteria perencanaan

a) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi klien, tindakan seger, tindakan antisipasi, dan

asuhan komprehensif.

b) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.

c) Mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya

klien/keluarga.

d) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan

klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa

asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.

e) Mempertimbangkan kebijakan dan pertauran yang berlaku,

sumberdaya serta fasilitas yang ada.

d. STANDAR IV : Implementasi

1) Pernyataan standar
256

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence

based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif.. dilaksanakan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan.

2) Kriteria

a) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-

sosial-spiritual-kultural.

b) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari

klien dan atau keluarganya (inform concent).

c) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.

d) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.

e) Menjaga privacy klien/pasien.

f) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

g) Mengikuti perkembangan pasien secara berkesinambungan.

h) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada

dan sesuai.

i) Melakukan tindakan sesuai standar.

j) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

e. STANDAR V : Evaluasi

1) Pernyataan standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistemastis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang


257

sudah diberikan sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

2) Kriteria evaluasi

a) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan

asuhan sesuai kondisi klien.

b) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada

klien dan keluarga.

c) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

d) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi

klien/pasien.

f. STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

1) Pernyataan standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat,

singkat, dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan

dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

2) Kriteria pencatatan asuhan kebidanan

a) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia (rekam medis/ KMS/ Status

pasien/ buku KIA).

b) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa, O adalah

data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan, A adalah

analisis, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan, P


258

adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan, dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan

rujukan.
259

BAB III

METODOLOGI STUDI KASUS

I. Jenis Laporan Kasus

Laporan kasus ini merupakan laporan studi kasus dengan metode

observasional deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan

secara obyektif (Swarjana, 2015). Studi kasus adalah studi yang dilakukan

dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri

dari unit tunggal (Swarjana, 2015).

LTA ditulis berdasarkan laporan kasus asuhan kebidanan

berkesinambungan pada Ny. V hamil, bersalin dan nifas dilakukan dengan

mengunakan jenis metode Studi Kasus studi penelaahan kasus dengan cara

meneliti suatu permasalahan yang berhubungan dengan kasus itu sendiri,

faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul

sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap

perlakuan.

J. Lokasi Laporan Kasus

Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan kasusdilakukan

(Swarjana, 2015). Dalam studi kasus inidilaksanakan di UPT Puskesmas

Banyuanyar Surakarta.

259
260

K. Subjek Laporan Kasus

Subyek studi kasus adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti

(Arikunto, 2013). Subjek yang diberi asuhan kebidanan adalah Ny V hamil

normal mulai usia kehamilan 31 minggu pada bulan Februari 2018 di UPT

Puskesmas Banyuanyar Surakarta kemudian diikuti sampai ibu bersalin 37+4

dan nifas s/d Mei 2018.

L. Waktu Laporan Kasus

Waktu studi kasus merupakan waktu yang digunakan penulis untuk

pelaksanaan studi kasus dan berapa lama dilakukan (Swarjana, 2015).

Pengambilan kasus dilakukan pada bulan Februari-Mei 2018.

M. Instrument Laporan Kasus

Instrumen studi kasus adalah alat bantu yangdigunakan untuk

pengumpulan data (Arikunto, 2013). Instrument yangdigunakan adalah

pedoman observasi, wawancara dan studi dokumentasi dalam bentuk format

asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sesuai

dengan KEPMENKES Nomer 938/Menkes/SK/VIII/2007


261

N. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh

peneliti dengan wawancara mendalam, fokus group discussion (diskusi

kelompok terarah) dan observasi (Saryono dan Anggraeni, 2010).

Data primer dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan

secara sistematik dan dilakukan dengan menggunakan indra

penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk

mengumpulkan data pada ibu (Nursalam, 2008). Inspeksi

yangdilakukan adalah pada bagian kepala, rambut, muka,

mata, hidung, telinga, gigi/mulut, leher, dada/axilla, perut,

ekstermitas, vulva, vagina.

2) Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera

peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrument yang sensitif

dan digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu,

turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran

(Nursalam, 2008). Palpasi yangdilakukan adalah leopold,

kontraksi.
262

3) Perkusi

Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-

ngetukkan jari ke bagian tubuh klien yangdikaji untuk

membandingkan bagian kiri dengan kanan (Nursalam, 2008).

Perkusi yangdilakukan adalah pemeriksaan reflek patella

untuk mengetahui kepekaan saraf tendon (lutut) ligamentum

patella.

4) Auskultasi

Auskutasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan

stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh

tubuh (Nursalam, 2008). Auskultasi yangdilakukan adalah

memeriksa denyut jantung janin, mengukur tekanan darah

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang diteliti, sehingga metode

ini memberikan hasil secara langsung (Hidayat, 2014). Pada studi

kasus ini wawancaradilakukan pada pasien, keluarga dan tenaga

kesehatan dengan menggunakan pedoman wawancara berupa

format asuhan kebidanan Varney dan SOAP.

c. Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung kepada responden peneliti untuk

mencari perubahan atau hal-hal yangditeliti (Hidayat, 2014) Dalam


263

studi kasus ini observasi yangdilakukan pada Ny. V pada masa

hamil meliputi observasi keadaan umum, vital sighs (tekanan darah,

nadi, suhu dan respirasi), dan abdomen untuk mengetahui keadaan

janin melalui DJJ dan pemeriksaan leopold. Observasi pada ibu

nifas dilakukan melalui pemeriksaan keadaan umum, vital sighs

(tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan), kontraksi uterus, PPV

dan pemilihan metode kontrasepsi yang cocok dan sesuai dengan

kebutuhan ibu.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari gambar dan dokumen untuk

mendukung data primer (Saryono dan Anggraeni, 2010).

a. Studi dokumentasi

Kegiatan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto,2010).

Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan

mengumpulkan data yang diambil dari catatan rekam medik klien,

buku KIA, dan data kesehatan ibu dan anak di Puskesmas

Banyuanyar.

b. Studi kepustakaan

Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka

mencari landasan teoritis dari permasalahan (Hidayat, 2014). Studi


264

kasus pada Ny. V mengambil dari buku-buku kepustakaan tahun

2008-2018.

O. Alat-Alat Yang Dibutuhkan

1. Alat dan bahan yangdigunakan untuk melakukan observasi dan

pemeriksaan fisik antara lain : tensimeter, stestokop, dopler / laenec,

timbangan berat badan, thermometer, jam, haandscoon, pita ukur fundus

(meteran), senter, sarung tangan DTT dan baskom berisi larutan klorin

0.5%..

2. Alat dan bahan yangdigunakan untuk melakukan wawancara : format

asuhan kebidanan Varney dan SOAP pada ibu hamil, bersalin dan nifas,

bayi baru lahir dan KB.

3. Alat dan bahan yangdigunakan untuk melakukan studi dokumentasi

catatan medik atau status pasien, buku KIA.

P. Jadwal Studi Kasus

Jadwal studi kasus adalah langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun

proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporn penelitian, berserta

waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan (Notoatmodjo, 2012).

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun

proposal, sampai dengan penulisan Laporan Tugas Akhir, beserta waktu

berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut. Jadwal Laporan Tugas

Akhir terlampir.
265

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran umum lokasi UPT Puskesmas Banyuanyar dengan

kepemilikan Pemerintah Kota dibawah pengawasan Dinas Kesehatan

Surakarta. Lokasi Puskesmas Banyuanyar di Jl. Raya Banyuanyar No.14

Banyuanyar, Surakarta Jawa Tengah. Puskesmas Banyuanyar mempunyai

wilayah kerja dua kelurahan yaitu kelurahan Banyuanyar, dan kelurahan

Sumber. Wilayah kerja UPT Puskesmas Banyuanyar seluas 255 Ha,

merupakan dataran rendah dengan akses transportasi kesemua wilayah

mudah dijangakau dengan adanya transportasi umum maupun

kendaraan pribadi, didukung dengan sarana jalan yang beraspal

(Puskesmas Banyuanyar, 2018).

UPT Puskesmas Banyuanyar merupakan puskesmas tipe

perawatan sekaligus Puskesmas PONED. UPT Puskesmas Banyuanyar

memiliki 1 pusekesmas pembantu yaitu pustu Sumber. Layanan yang

dimiliki Puskesmas Banyuanyar adalah Rawat Inap, Poli Umum, Poli

Gigi, Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), termasuk tata laksana balita

sakit dan KB, konsultasi gizi, Khitan, bedah minor, pengobatan TBC,

pengobatan kusta, pemasangan Implan dan IUD, pemeriksaan IVA test,

Konsultasi Sanitasi, Imunisasi, Pelayanan Persalinan, PONED dan IGD

(Puskesmas Banyuanyar, 2018).

265
266

B. Tinjauan Kasus

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NORMAL PADA NY. VG1P0A0

UMUR 20 TAHUN UMUR KEHAMILAN 31MINGGU

DI UPT PUSKESMAS BANYUANYAR

SURAKARTA

Ruang : Ruang KIA

Tanggal masuk : 22 Febuari 2018

No Register :-

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

Nama : Ny. V Nama : Tn. A

Umur : 20 Tahun Umur : 20 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa Indonesia Suku Bangsa : Jawa Indonesia

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Sumber, RT1/RWII Sumber, Banyuanyar, Surakarta


267

B. ANAMNESIA (DATA SUBYEKTIF)

Tanggal : 22 Febuari 2018 Pukul : 10.00 WIB

1. Keluhan utama pada waktu masuk

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya dan mengeluh sesak

nafas saat tidur dan menyebabakan sulit tidur di malam hari.

2. Riwayat menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama umur 13

tahun.

b. Siklus : Ibu mengatakan jarak menstruasinya ± 28 hari.

c. Lama : Ibu mengatakan lama menstruasinya 6-7 hari.

d. Banyaknya : Ibu mengatakan sehari ganti pembalut ± 3 kali

e. Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur

f. Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darahnya encer dan berwarna

merah.

g. Dismenorhoe :Ibu mengatakan merasakan nyeri perut pada

saat menstruasi dan tidak memngangu aktifitas.

3. Riwayat hamil ini

a. HPHT : 20 Juli 2017

b. HPL : 27 April 2018

c. Gerakan janin

Ibu mengatakan mulai merasakan gerakan janin sejak umur

kehamilan 16 minggu dan bergerak >10 kali dalam 12 jam.


268

d. Vitamin/jamu yang dikonsumsi

Ibu mengatakan tidak mengonsumsi vitamin/jamu selain dari bidan

e. Keluhan keluhan pada

Trimester I : Ibu mengatakan mual di pagi hari.

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Trimester III : Ibu mengatakan dada sesak saat tidur.

f. Riwayat ANC

Trimester I : Pada umur kehamilan 8 minggu.

Trimester II : Pada umur kehamilan 15 minggu, dan 20+4 minggu.

Trimester III : Pada umur kehamilan 28+1 minggu.

g. Penyuluhan yang pernah didapat

Trimester I : Ibu mengtakan belum mendapat penyuluhan.

Trimester II : Ibu mengtakan belum mendapat penyuluhan.

Trimester III : Ibu mengtakan belum mendapat penyuluhan.

h. Imunisasi TT

Ibu mengatakan telah mendapatkan imunisasi TT1 saat akan

menikah.

i. Kekhawatiran khusus

Ibu mengatakan kawatir dengan keadaan sesak nafas saat tidur

yang dialami.

4. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang


269

Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita sakit apapun

seperti (batuk, pilek, demam).

b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa

berdebar-debar saat beraktivitas ringan dan

tidak berkeringat dingin ditelapak tangan.

2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri

pada pinggang bagian bawah dan sakit saat

buang air kecil.

3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas

4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk yang

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

5) Hepatitis :Ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning

pada mata, kuku, dan kulit.

6) DM :Ibu mengatakan tidak pernah merasa haus,

lapar, dan sering kencing dimalam hari

lebih dari 6 kali.

7) Hipertensi : Ibu mengatakan sebelum hamil tekanan

darah tidak pernah lebih dari 140/90

mmHg.

8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

kejang sampai mengeluarkan busa dari

mulut.
270

9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita

penyakit lainnya seperti HIV/AIDS.

c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dari keluarganya yaitu ibu kandungnya memiliki

riwayat penyakit menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis, TBC, dan

penyakit menurun seperti Hipertensi, DM, dll.

d. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan ada riwayat keturunan kembar dari ibu kandung.

e. Riwayat operasi

Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi apapun.

5. Riwayat perkawinan

a. Status perkawinan

Ibu mengatakan perkawinannya sah, kawin 1 kali.

Kawin : umur 19 tahun, dengan suami umur 19 tahun

Lamanya : 1 tahun dan belum memiliki keturunan.

6. Riwayat keluarga berencana

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun

7. Riwayat kehamilan,persalinan,dan nifas yang lalu

Anak Nifas
Tgl/Thn Tempat UK Jenis Keadaan
No Penolong BB Anak
Partus Partus (bln) Partus JK PB Keadaan Laktasi
(gr) (cm) Sekarang
1. Hamil Sekarang
271

8. Pola lebiasaan sehari-hari

a. Nutrisi

Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi

sedang dengan menu makanan nasi, sayur,

dan lauk. Minum dalam sehari 6-7 gelas, air

putih.

Selama hamil : Ibu mengatakan makan 5 kali sehari porsi

kecil dengan menu makanan nasi, sayur,

lauk. Minum dalam sehari 8-10 gelas, air

putih dan susu.

Keluhan : Tidak ada keluhan.

b. Eliminasi

Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1x sehari konsistensi

lunak, warna dan bau khas feses, BAK 3-4

kali sehari, warna dan bau khas urine.

Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1x sehari konsistensi

lunak, warna dan bau khas feses, BAK

meningkat menjadi 5-6 kali sehari, warna

dan bau khas urine.

Keluhan : Tidak ada keluhan.


272

c. Aktivitas

Sebelum hamil : Ibu mengatakan setiap hari bekerja sebagai

pelayan restoran dan melakukan pekerjaan

rumah dibantu ibu kandungnya.

Selama hamil : Ibu mengatakan berhenti dari pekerjaannya

dan melakukan pekerjaan rumah dibantu

ibu kandungnya.

Keluhan : Tidak ada keluhan.

d. Istirahat /tidur

Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur malam 8 jam, dan

tidak pernah tridur siang

Selama hamil : Ibu mengatakan tidur malam 7 jam dan

tidur siang 2 jam.

Keluhan : Ibu mengatakan istirahat malamnya

berkurang karena sesak nafas saat tidur.

e. Seksualitas

Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan

seksual 2 kali dalam seminggu.

Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan

hubungan seksual 1 kali dalam 2 minggu.

Keluhan : Tidak ada keluhan.


273

f. Personal Hygiene

Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok

gigi, ganti pakaian 2 kali sehari dan

keramas 2 hari sekali.

Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok

gigi, ganti pakaian 3 kali sehari dan

keramas 2 hari sekali.

Keluhan : tidak ada keluhan.

g. Psikososial budaya :

1) Perasaan tentang kehamilan ini

Ibu mengatakan senang terhadap kehamilan ini.

2) Kehamilan ini direncanakan /tidak

Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan dan tujuan dari

perkawinanya.

3) Jenis kelamin yang diharapkan

Ibu mengatakan laki-laki ataupun perempuan sama saja ibu

hanya ingin anaknya lahir selamat dan normal.

4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga

suaminya sangat mendukung kehamilan ini.

5) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan tinggal bersama suami dan kedua orang tua

kandungnya.
274

6) Pantangan makanan

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun.

7) Kehamilan adat istirahat dalam kehamilan

Ibu mengatakan ada adat istiadat mitoni.

h. Penggunaan obat-obatan/rokok

Ibu mengatakan tidak menggunakan obat apapun dan hanya

mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan, dan ibu tidak

merokok dan suami tidak merokok.

C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBYEKTIF)

1. Status generalis

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 100/70 mmHg S : 36,5 °C

N : 82 x/menit R : 22 x/menit

d. TB : 158 cm

e. BB sebelum hamil : 47 kg

f. BB sekarang : 55 kg

g. LLA : 24 cm

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : Bersih, warna hitam, tidak rontok,tidak

berketombe.
275

2) Muka : Bersih, tidak oedema, tidak ada cloasma

gravidarum.

b. Mata

1) Oedema : Tidak oedema.

2) Conjungtiva : Merah muda, tidak pucat.

3) Sklera : Putih.

c. Hidung : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada secret

d. Telinga : Bersih, simetris kanan dan kiri, tidak ada

serumen.

e. Mulut/gigi/gusi : Bersih tidak ada stomatitis, gigi tidak ada

caries, gusi tidak berdarah dan tidak

bengkak.

f. Leher

1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran

kelenjar gondok

2) Tumor : Tidak ada benjolan

3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran

kelenjar limfe.

g. Dada dan Axilla :

1) Mammae

a) Membesar : Normal

b) Tumor : Tidak ada benjolan

c) Simetris : Simetris kanan dan kiri


276

d) Areola : Hyperpigmentasi

e) Puting susu : Menonjol

f) Kolostrum : sudah keluar

2) Axilla

a) Benjolan : Tidak ada benjolan

b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

h. Ekstremitas

1) Atas : Simetris, jari-jari lengkap, kuku

tidak pucat.

2) Bawah

a) Varices : Tidak ada varices

b) Oedema : Tidak oedema

c) Reflek patella : Positif (+) kanan dan kiri

d) Kuku : Tidak pucat

3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (lokalis)

a. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran Perut : Sesuai dengan umur kehamilan

b) Bentuk perut : Memanjang

c) Linea albi/nigra : Linea nigra

d) Strie Albican /Livide : tidak ada strie

e) Kelainan : Tidak ada kelainan

f) Pergerakan anak : Terlihat 1 kali


277

2) Palpasi

a) Kontraksi : Belum ada

b) Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus

xiphoideus (px), fundus teraba

lunak, bulat, tidak melenting

(bokong).

c) Leoplod II : Kanan : Bagian kanan ibu teraba

seperti papan, memanjang, keras

(punggung)

Kiri : Bagian kiri ibu teraba seperti

bagian-bagian kecil janin

(ekstremitas).

d) Leoplod III : Bagian terbawah janin teraba bulat,

melenting, keras (kepala).

e) Leoplod IV : Bisa digoyangkan (belum masuk

PAP), kedua ujung tangan masih

dapat menyatu/ konvergen.

f) TFU Mc Donald : 23 cm

g) TBJ : (23-12) x155 : 1705 gram

3) Auskultasi

DJJ : Punctum maximum : Punctum maximum di kanan

bawah perut ibu

Frekuensi : 144 x/menit


278

Teratur /Tidak : Teratur

b. Pemeriksaan Pnggul

1) Kesan panggul : Normal, Gynecoid

2) Distantia Spinarum : 24 cm

3) Distansia Kristarum : 26 cm

4) Konjugata Eksterna (Boudeloque) : 20 cm

5) Lingkar Panggul : 82 cm

c. Anogenital

1) Vulva Vagina

a) Varices : Tidak ada varices

b) Luka : Tidak ada luka

c) Kemerahan : Tidak kemerahan

d) Nyeri : Tidak nyeri

e) Kelenjar Bartolini : Tidak ada pembesaran

kelenjar Bartolini

f) Pengeluaran pervaginam : Tidak ada pengeluaran

pervaginam

2) Perinium

a) Bekas Luka : Tidak ada bekas luka

b) Lain-lain : Tidak dilakukan

3) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium: 07 Desember 2017

Hb : 11,5 g/dl
279

Protein : Negatif (-)

HbsAg : Negatif (-)

HIV : Negatif (-)

b) Pemeriksaan penunjang lain : dilakukan tanggal 02

Februari 2018 dengan hasil ketuban jernih cukup, janin

tunggal, usia gestasi 30 minggu, puka, kepala belum

masuk panggul, DJJ 148 x/menit, TBJ 1.530 gram.

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 22 Februari 2018 Pukul : 10.10 WIB

A. Diagnosa Kebidanan

Ny.V G1P0A0 umur 20 tahun umur kehamilan 31 minggu, janin tunggal,

hidup intra ureri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala,

bagian terbawah janin belum masuk PAP, hamil normal.

Data Dasar :

DS :

1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan mengeluh

sesak nafas saat tidur dan menyebabakan sulit tidur di malam hari

2. Ibu mengatakan bernama Ny. V dan berumur 20 tahun.

3. Ibu mengatakan HPHT 20 Juli 2017.

4. Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama.

5. Ibu mengatakan belum pernah keguguran.


280

DO :

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 100/70 mmHg N : 82x/menit

R : 22x/ menit S : 36,5 ºC

4. TB : 158 cm

5. BB sebelum hamil : 47 kg

6. BB sekarang : 55 kg

7. Muka : Bersih, tidak oedema, tidak ada cloasma

gravidarum

8. Ekatermitas : Tidak ada varices, dan tidak ada

pembengkakan

9. Palpasi

a. Kontraksi : Belum ada

b. Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xyphoideus

(px), fundus teraba lunak, bulat, tidak

melenting (bokong).

c. Leoplod II : Kanan : Bagian kanan ibu teraba

datar, keras dan memanjang seperti papan

(punggung).

Kiri : Bagian kiri ibu teraba seperti

Bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas).


281

d. Leoplod III : Bagian terbawah janin teraba bulat,

melenting, keras (kepala).

e. Leoplod IV : Bisa digoyangkan (belum masuk

PAP), kedua ujung tangan masih

dapat menyatu/ konvergen.

f. TFU Mc Donald : 23 cm

g. TBJ : (23-12)x155 : 1.705 gram

10. Auskultasi

DJJ : Punctum maximum : Punctum maximum di kanan

bawah perut ibu

Frekuensi : 144 x/menit

Teratur /Tidak : Teratur

B. Masalah

Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya karena merasa sesak nafas

saat tidur.

C. Kebutuhan

Berikan support mental dan jelaskan pada ibu bahwa keluhanya adalah

fisiologis.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Tidak ada
282

IV. TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal : 22 Febuari 2018 Pukul : 10.20 WIB

1. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu.

2. Jelaskan penyebab ketidaknyamanan sesak nafas pada ibu hamil

trimester III.

3. Jelaskan kepada ibu cara mengatasi ketidaknyamanan sesak nafas

pada kehamilan trimester III.

4. Anjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilanya secara teratur ke

puskesmas atau bila ada keluhan.

5. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 10 Maret

2018.

6. Lakukan pendokumentasian hasil tindakan.

VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN

Tanggal : 22 Febuari 2018 Pukul : 10.25 WIB

1. Memberitahu kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan sehat.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui TD 100/70 mmHg keadaan ibu sehat

dan DJJ 144 kali/menit kepala berada dibawah belum masuk panggul

semua dalam batas normal.


283

2. Menjelaskan kepada ibu pada kehamilan usus-usus tertekan oleh

rahim yang membesar kearah batas antara rongga perut dan dada

sehingga rongga dada tertekan oleh isi.

Evaluasi : Ibu sudah paham penyebab sesak nafas yang dilalaminya.

3. Menjelaskan cara mengurangi ketidaknyamanan sesak nafas yaitu

dengan cara tidur dengan bantal extra untuk menyangga punggung

dan perut, makan dengan porsi kecil tapi sering, jangan merokok dan

jika sesak nafas berlebihan segera datang ke petugas kesehatan.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui cara mengatasi ketidaknyamanan

sesak nafas.

4. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilanya secara teratur ke

puskesmas 2 minggu sekali atau bila ada keluhan.

Evaluasi : Ibu bersedia memeriksakan kehamilnya secara teratur 2

minggu sekali ke puskesmas atau bila ada keluhan

5. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada

tanggal 10 Maret 2018.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui bahwa akan dilakukan kunjungan

rumah pada tanggal 10 Maret 2018.

6. Melakukan pendokumentasian hasil tindakan.

Evaluasi : Telah dilakukan pendokumentasian hasil tindakan.


284

DATA PERKEMBANGAN I

KUNJUNGAN RUMAH

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NORMAL PADA NY. V G1P0A0

UMUR 20 TAHUN UMUR KEHAMILAN 33+2 MINGGU

DI UPT PUSKESMAS BANYUANYAR

SURAKARTA

Tanggal : 10 Maret 2018

Jam : 09.30 WIB

A. Data Subyektif

1. Ibu mengatakan tidak sesak nafas lagi saat tidur dan ibu mengatakan sudah

bisa tidur nyenyak di malam hari

2. Ibu mengatakan sudah periksa ke puskesmas dan mendapatkan suntikan

TT2 pada tanggal 09 Maret 2018.

3. Ibu mengatakan tidak mau mengkonsumsi tablet Fe karena membuat sulit

BAB.

4. Ibu mengatakan gerakan janinnya >10x dalam 12 jam.

B. Data Obyektif

1. KeadaanUmum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis
285

3. TTV : TD : 100/70 mmHg S : 36,5 ºC

N : 80 x/menit R : 22 x/menit

4. UmurKehamilan : 33+2 minggu

5. DJJ : 140 x/m

6. TFU : 25 cm

7. BB : 56 kg

8. TBJ : (25-12) x 155 = 2.015 gram

9. PemeriksaanFisik

a. Muka : Bersih, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum

b. Mata : Tidak oedema, conjungtiva merah muda, sklera putih

c. Payudara

1) Aerola : Hyperpigmentasi

2) Putting susu : Menonjol

3) Pengeluaran : Kolostrum

d. Ekstremitas

1) Atas : Simetris kanan dan kiri, jari-jari lengkap, kuku tidak pucat

2) Bawah :

a) Varices : Tidak ada varices

b) Oedema : Tidak oedema

c) Reflek patella : Positif (+) kanan dan kiri

d) Kuku : Tidak pucat


286

e. Palpasi

1) Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px),

fundus teraba lunak, bulat, tidak melenting

(bokong)

2) Leopold II : Kanan : Bagian kanan ibu teraba seperti papan,

memanjang, keras (punggung)

Kiri : Bagian kiri ibu teraba seperti bagian-bagian

kecil janin (ekstremitas)

3) Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, melenting,

keras (kepala)

4) Leopold IV : Kedua ujung tangan masih dapat menyatu/

konvergen (belum masuk PAP)

C. Assessment

Ny.V G1P0A0 umur 20 tahun umur kehamilan 33+2minggu, tunggal, hidup

intra uteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, bagian

terbawah janin belum masuk PAP, normal.

D. Planning

Tanggal : 10 Maret 2018 Pukul : 09.35 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik


287

Evaluassi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan TD 100/70 mmHg,

DJJ 140 x/menit, kepala janin berada di bawah dan belum masuk panggul

ibu dan bayi dalam keadaan normal.

2. Memberitahu ibu tentang KIE kebutuhan zat besi ibu hamil dan

memberitahu ibu makanan yang mengadung tinggi zat besi yaitu daging

berwarna merah, hati dan sayuran berwarna hijau. (SAP terlampir)

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan paham tentang KIE Tablet FE

3. Memberitahu ibu tentang KIE gizi ibu hamil. (SAP terlampir)

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan paham tentang KIE gizi pada ibu hamil

4. Menganjurkan ibu untuk banyak minum dan makan-makanan yang

mengandung serat tinggi seperti buah-buahnan dan sayuran, segera BAB

jika ada dorongan serta membiasakan BAB secra teratur untuk mengurangi

efek samping sulit buang air besar dan menganjurkan ibu untuk tetap

mengkonsumsi tablet besi.

Evaluasi : Ibu sudah paham dan bersedia minum bnayk dan makan-

makanan yang mengandung serat tinggi.

5. Mengajurkan ibu untuk memeriksakan kehamilanya ke puskesmas secara

teratur 2 minggu sekali atau bila ada keluhan.

Evaluasi : Ibu bersedia memeriksakan kehamilanya secara teratrur ke

puskesmas 2 minggu sekali atau bila ada keluhan.

6. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 16

Maret 2018.
288

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui akan dilakukan kunjungan rumah pada

tanggal 16 Maret 2018.

7. Mendokumentasi hasil tindakan.

Evaluasi : Tindakan sudah didokumentasikan.


289

DATA PERKEMBANGAN II

KUNJUNGAN RUMAH

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NORMAL

PADA NY.V G1P0A0 UMUR 20 TAHUN UMUR KEHAMILAN 34+1

MINGGUDI UPT PUSKESMAS BANYUANYAR

SURAKARTA

Tanggal : 16 Maret 2018

Jam : 09.00 WIB

E. Data Subyektif

5. Ibu mengatakan mengkonsumsi daging berwarna merah, hati,

mengkonsumsi sayuran berwarna hijau dan menerapkan gizi simbang.

6. Ibu mengatakan tidak mau mengkonsumsi tablet Fe karena membuat sulit

BAB.

7. Ibu mengatakan pegal-pegal pada punggung bawah dan sering BAK di

malam hari sebanyak 3 kali.

8. Ibu mengatakan gerakan janin nya >10x dalam 12 jam

F. Data Obyektif

10. KeadaanUmum : Baik

11. Kesadaran : Composmentis


290

12. TTV : TD : 110/70 mmHg S : 36,5 ºC

N : 80 x/menit R : 22 x/menit

13. Umur Kehamilan : ibu mengatakan umur kehamilannya 34+6 minggu

14. DJJ : 144 x/m

15. TFU : 26 cm

16. BB : 56,5 kg

17. TBJ : (26-12) x 155 = 2.170 gram

18. Pemeriksaan Fisik

f. Muka : Bersih, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum

g. Mata : Tidak oedema, conjungtiva merah muda, sklera putih

h. Payudara

1) Aerola : Hyperpigmentasi

2) Putting susu : Menonjol

3) Pengeluaran : Kolostrum

i. Ekstremitas

3) Atas : Simetris kanan dan kiri, jari-jari lengkap, kuku tidak pucat

4) Bawah:

a) Varices : Tidak ada varices

b) Oedema : Tidak oedema

c) Reflek patella : Positif (+) kanan dan kiri

d) Kuku : Tidak pucat

j. Palpasi

5) Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px),


291

fundus teraba lunak, bulat,tidak melenting

(bokong)

6) Leopold II : Kanan : Bagian kanan ibu teraba seperti papan,

memanjang,keras (punggung)

Kiri : Bagian kanan ibu teraba seperti bagian-

bagian kecil janin (ekstremitas)

7) Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, melenting,

keras (kepala)

8) Leopold IV : Kedua ujung tangan masih dapat menyatu/

konvergen (belum masuk PAP)

G. Assessment

Ny.V G1P0A0 umur 20 tahun umur kehamilan 34+1minggu, tunggal, hidup

intra uteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, bagian

terbawah janin belum masuk PAP, normal.

H. Planning

Tanggal : 16 Maret 2018 Pukul : 09.10 WIB

8. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan TD 110/70 mmHg,

DJJ : 144 X/menit , kepala janin berada di bawah dan belum masuk

panggul, ibu dan janin dalam keadaaan baik..

9. Memberitahu ibu tentang KIE tanda bahaya Trimester III.(SAP terlampir)


292

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan paham tentang KIE tanda bahaya

Trimester III.

10. Memberitahu ibu tentang KIE persiapan persalinan (SAP terlampir)

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan paham tentang KIE persiapan

persalinan.

11. Memberitahui ibu ketidaknyamanan yang mungkin terjadi di trimester III

yaitu sesak dada, nyeri pinggang, sulit tidur, sering BAK dan kontraksi

palsu. Mengajurkan ibu untuk menggunakan bra dan baju yang longgar,

menghindari sandal dengan hak tinggi dan menghinari duduk atau bediri

dalam waktu yang lama untuk mengurangi keluhan pegal-pegal.

Mengajurkan untuk membatasi minum sebelum tidur, sering menganti

celana dalam, dan mengajari senam kegel untuk mengurangi keluhan

sering BAK.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti ketidaknyamanan yang mungkin terjadi di

trimester III dan cara mengatasinya.

12. Menganjurkan ibu memeriksakan kehamilannya secara teratur 2 minggu

sekali di puskesmas atau bila ada keluhan.

Evaluasi : Ibu bersedia untuk memeriksakan kehamilannya 2 minggu

sekali di puskesmas secara teratur atau bila ada keluhan.

13. Mendokumentasi hasil tindakan

Evaluasi : Tindakan sudah didokumentasikan.


293

LAPORAN PERSALINAN NY. V G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 37+4

DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

A. Persalinan

Ny. V umur 20 tahun G1P0A0 umur kehamilan 37+3 pada tanggal 08

April 2018 pukul 21.00 WIB datang di puskesmas Banyuanyar Surakarta, ibu

mengatakan kenceng-kenceng yang dirasakannya semakin sering, serta keluar

lendir darah, saat diperiksa dalam hasil pembukaan 1 cm. Bidan

menganjurkan Ny. V untuk pulang dan datang lagi ketika kontraksi semakin

kuat. Penulis menganjurkan Ny. V untuk berjalan-jalan untuk mempercepat

pembukaan serta makan minum untuk tenaga dalam persalinan nanti. Pukul

22.30 WIB ibu datang ke puskesmas Bayuanyar, bidan melakukan

pemeriksaan dalam dan hasilnya pembukaan bertambah menjadi 2 cm. Ny. V

mengatakan tidak yakin dengan HPHT kehamilanya sekarang. Bidan

menganjurkan Ny V untuk bersalin di RS Panti Waluyo dengan alasan

ditakutakan jika terjadi persalinan prematur. Tanggal 09 April 2018 Pukul

01.00 WIB ibu tiba di RS Panti Waluyo dilakukan pemeriksaan dalam dan

hasilnya pembukaan bertambah menjadi 5 cm. Pukul 02.00 WIB bidan

melakukan pemeriksaan dalam dan hasilnya pembukaan bertambah 7 cm.

Pukul 02.30 WIB ibu merasakan kenceng-kenceng yang begitu hebat dan

sudah tidak bisa ditahan dan merasakan ingin mengejan seperti ingin BAB

ibu mengatakan setelah dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan hasilnya


294

pembukaan lengkap 10 cm. Ibu mengatakan bidan mulai memimpin

persalinan.

Pukul 03.00 WIB ibumengatakantelahmelahirkanbayinya,

bayimenangiskuat, gerakanaktif, warnakulitkemerahandantidakadakelainan,

ibumengatakansetelahbayilahirdilakukan IMD 1 jam. Pukul 03.15 WIB

ibumengatakanari-ari lahir lengkap,

danibumengatakantidakmengalamiperdarahan. Keadaanibudanbayibaik,

pemeriksaanibudiperolehhasiltekanandarah 100/80 mmhg, nadi 84 x/menit,

respirasi 20 x/menit, suhu 36,6ºC, perdarahandalambatas normal,

laserasipadaperinium, dijahitjelujur,

plasentakotiledondanselaputketubanlengkap.

B. Bayi Baru Lahir

Hasil pemeriksaan bayi baru lahir 0 hari, berjenis kelamin perempuan,

berat badan 2500 gram, Panjang badan 47cm, Lingkar kepala 33 cm, tidak

ada kelainan kongenital. Nadi, suhu, respirasi dalam batas normal. Hasil

pemeriksaan sistematis dari kepala hingga ujung kaki dalam keadaan normal.

Hasil pemeriksaan reflek moro, sucking, rooting, tonick neck, grasping dan

babinski dalam batas normal. Urine dan mekonium sudah keluar, urine

berwarna jernih dan mekonium sudah keluar berwarna hijau kehitaman.

Diagnosa kebidanan yang didapatkan dari data subyektif dan obyektif adalah

bayi Ny. E bayi baru lahir normal.


295

LAPORAN NIFAS NY. V P1A0 1 HARI POST POSTPARTUM

DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

Tanggal 10 April 2018 pukul 07.30 WIB Ibu mengatakan dirawat 1 hari di

RS Panti Waluyo, Ibu mengatakan mendapatkan konseling mengenai ASI

ekslusif, gizi selama masa nifas, manfaat Vitamin A dan perawatan bayi

sehari-hari. Ibu mengatakan setelah melahirkan perutnya terasa mules dan

nyeri pada luka jahitan jalan lahir. Pukul 08.00 WIB dilakukan pemeriksaan

keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu

36,6ᵒ C, respirasi 20 kali/menit, kontraksi uterus keras, dan pengeluaran

pervaginam dalam batas normal. Dilakukan pemeriksaan laboratorium

dengan hasil Hb 12,5 gr/dl. Ibu mengatakan dokter mengizinkan ibu pulang

beserta bayinya. Ibu pulang dari rumah sakit tanggal 10 April 2018 pukul

11.00 WIB (data didapatkan dari pasien dan dokumen rekam medis pasien).
296

DATA PERKEMBANGAN I

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL

PADA NY. V P1A0 UMUR 20 TAHUN 8 HARI POST PARTUM

DI UPT PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA

Ruang : KIA

Tanggal Masuk : 17 April 2018

No Register :-

I. PENGKAJIAN

A. DATA SUBYEKTIF

Tanggal : 17 April 2018 Pukul : 10.00 WIB

1. Alasan utama pada waktu masuk

Ibu mengatakan melahirkan anaknya 8 hari yang lalu dan ingin

memeriksakan keadaanya.

2. Keluhan

Ibu mengatakan luka jahitnya masih basah.

3. Riwayat Persalinan ini

a. Tempat persalinan : Rumah Sakit Panti Waluyo

b. Penolong : Dokter

c. Tanggal / Jam Persalinan : 9 April 2018/ 03.00 WIB

d. Umur Kehamilan : 37+4 minggu

e. Jenis Persalinan : Normal

f. Tindakan Lain : Tidak ada


297

g. Komplikasi / Kelainan dalam persalinan : Tidak ada

h. Perineum

1) Ruptur / tidak : Ruptur

2) Dijahit / tidak : Dijahit jelujur

4. Pola Kebiasaan Saat Nifas

a. Nutrisi

1) Diet makanan

Ibu mengatakan tidak melakukan diet makanan dan ibu semua

makanan dimakan dan tidak ada pantang makanan

2) Perubahan Pola Makan

Ibu mengatakan selama nifas porsi makan 4x sehari dengan

porsi banyak. Jenis : nasi, sayur, ikan, dan susu

b. Eliminasi

1) BAB

Sebelum nifas : Ibu mengatakan BAB 1x sehari, konsistensi

lembek warna coklat, dan bau khas feses

Selama nifas : Ibu mengatakan pada saat nifas BAB 1x sehari,

konsistensi lembek warna coklat, dan bau khas feses

2) BAK

Sebelum nifas : Ibu mengatakan pada saat nifas BAK 5-6x

sehari, warna kuning bening, bau khas urin

Selama nifas : Ibu mengatakan pada saat nifas BAK 5-6x

sehari, warna kuning bening, bau khas urin


298

c. Istirahat / Tidur

Ibu mengatakan tidur siang 2 jam dan tidur malam 6 jam

d. Personal Hygiene

Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x, ganti pakaian 2x,

dan ganti pembalut 3x sehari atau jika sudah penuh

e. Keadaan Psikologis

Ibu mengatakan senang telah melahirkan anaknya dan keluarga

senang atas kehadiran anaknya.

5. Data Pengetahuan

a. Cara membersihkan vulva

Ibu mengatakn belum mengerti cara membersihkan daerah

kemaluan dengan benar.

b. Perawatan Payudara

Ibu mengatakan belum mengetahui perawatan payudara yang

benar.

c. Mobilisasi / senam

Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang senam nifas.

d. Zat besi

Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang pentingnya zat besi

pada ibu nifas.

e. Vitamin A pada ibu nifas

Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang pentingnya vitamin A

pada ibu nifas.


299

f. Gizi ibu menyusui

Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang gizi ibu menyusui.

g. ASI

Ibu mengatakan memberikan ASI secara ekslusif.

h. Teknik menyusui yang benar

Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang tehnik menyusui yang

benar.

i. Tanda bahaya nifas

Ibu mengatakan belum mengetahui tentang tanda bahaya ibu nifas.

B. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBYEKTIF )

1. Status Generalis

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 100/70 mmHg R : 20 x/menit

N : 82 x/menit S : 36,5ᵒC

d. TB : 158 cm

e. BB sebelum hamil : 47 kg

f. BB sekarang : 50 kg

g. LLA : 23,5 cm

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : bersih, tidak rontok, hitam, lurus


300

2) Muka : tidak oedema, tidak pucat, bersih

3) Mata

a) Oedema : tidak oedema

b) Conjungtiva : merah muda

c) Sclera : putih

4) Hidung : tidak ada secret, tidak ada benjolan

5) Telinga : simetris, tidak ada serumen

6) Mulut / gigi / gusi : tidak stomatitis, tidak ada caries, gusi tidak

berdarah

b. Leher

1) Kelenjar Gondok : tidak ada pembengkakan kelenjar gondok

2) Tumor : tidak ada benjolan

3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada pembengkakan

c. Dada dan Axilla

1) Mammae

a) Pembengkakan : tidak ada pembengkakan

b) Tumor : tidak ada benjolan

c) Simetris : simetris kanan dan kiri

d) Areola : hyperpigmentasi

e) Puting susu : menonjol

f) Kolostrum / ASI : ASI sudah keluar

2) Axilla

a) Benjolan : tidak ada benjolan


301

b) Nyeri : tidak nyeri tekan

d. Ekstremitas

1) Atas : simetris, tidak oedema, jari tangan lengkap

2) Bawah

a) Varices : tidak varices

b) Oedema : tidak oedema

c) Betis merah / lembek / keras : tidak merah/lembek/keras

d) Human Sign : negatif

3. Pemeriksaan Khusus Obstetri ( Lokalis )

a. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran Perut : sesuai

b) Linea alba / nigra : linea nigra

c) Strie albican / Livide : strie albican

d) Kelainan : tidak ada

2) Palpasi

a) Kontraksi : keras

b) TFU : 2 jari diatas sympisis

c) Kandung kencing : kosong

b. Anogenital

1) Vulva Vagina

a) Varices : tidak ada

b) Kemerahan : tidak ada


302

c) Nyeri : tidak nyeri

d) Lochea : serosa

2) Perineum

a) Keadaan Luka : mulai mengering

b) Bengkak / kemerahan: tidak ada bengkak

3) Anus

a) Haemoroid : tidak ada

b) Lain – Lain : tidak ada

4) Inspekulo

a) Vagina : ada pengeluaran pervaginam

b) Portio : tidak dilakukan

5) Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan

b. Pemeriksaan peneunjang lain : tidak dilakukan

III. ASSESSMENT

Tanggal : 17 April 2018 Pukul : 10.10 WIB

Ny.V P1A0 umur 20 tahun post partum hari ke 8 normal.


303

IV. PLANNING

Tanggal : 17 April 2018 pukul : 10.15 WIB

1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan baik

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya TD 100/70

mmHg, tidak ada tanda-tand infeksi, pengeluaran dari jalan lahir dalam

batas normal dan jahitan mulai mengering.

2. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas meliputi pendarahan

dari vagina, pengeluran berbau busuk, sakit perut bagian bawah atau

punggung, sakit kepala, nyeri ulu hati,bengkak di wajah dan tanggan,

demam, muntah, nafsu makan hilang, betis sakit kemerahan panas dan

perasaan tidak mampu merawat bayinya. Segera datang ke petugas

kesehatn bila mengalami salah satu tanda diatas.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas.

3. Memberitahu ibu cara merawat payudara yaitu dengan cara mengusap

telapak tangan pada payudara secara memutar dan dihentakkan sedikit,

menggunakan punggung jari, dan sisi tangan lakukan 20-30 kali.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui cara merawat payudara dengan benar.

4. Memberitahu ibu cara merawat perinium dengan cara membersihkan

vulva yaitu saat selesai BAK maupun BAB pada saat cebok dari depan

kebelakang dan dikeringkan dengan handuk kering.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui cara merawat perinium.


304

5. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal

08 Mei 2018.

Evaluasi : Ibu mengetahui akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal

08 Mei 2018

6. Melakukan dokumentasi tindakan.

Evaluasi : Telah dilakukan dokumentasi tindakan.


305

DATA PERKEMBANGAN II

KUNJUNGAN RUMAH

Ruang : KIA

Tanggal masuk : 08 Mei 2018

No Register :-

A. DATA SUBYEKTIF

Tanggal : 08 Mei 2018 Pukul : 10.00 WIB

1. Keadaan

Ibu mengatakan dalam keadaan baik.

2. Keluhan

Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

3. ASI lancar/tidak

Ibu mengatakan ASI nya lancar.

4. KB apa

Ibu mengatakan ingin menggunakan KB AKDR (Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim) atau IUD.

5. Bayi menyusu dengan baik

Ibu mengatakan bayi menyusu dengan baik sesuai kemauan bayi.

B. DATA OBYEKTIF

1. Keadaan Umum : baik

2. Kesadaran : composmentis
306

3. TTV

a. TD : 100/80 mmHg N : 80 x/menit

b. S : 36,5 °C P : 20 x/menit

4. Perineum : jahitan sudah kering

5. Laktasi : lancar

6. Lochea : tidak ada

7. TFU : tidak teraba

C. ASSESSMENT

Ny. V P1A0 umur 20 tahun post partum 29 hari normal

D. PLANNING

Tanggal : 08 Mei 2018 pukul : 10.10 WIB

1. Memberitahu kondisi ibu dan hasil pemeriksaan

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya TD 100/80

mmHg, pengeluaran dari jalan lahir dalam batas normal, luka jahit

sudah kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

2. Memberitahu ibu tentang KIE macam-macam alat kontrasepsi yaitu

MAL, kalender, pil progestin, suntik progestin, pil kombinasi, suntik

kombinasi, AKDR, AKBK, vasektomi, tubektomi, metode sederhana

(kondom, diafragma, senggama terputus). (SAP terlampir)

Evaluasi : Ibu mengatakan ingin menjadi akseptor KB IUD


307

3. Menjelaskan pada ibu alat kontrasepsi IUD merupakan alat kontrasepsi

jangka panjang yang dipasang didalam rahim. Kontrasepsi ini sangat

efektif. Adapun cara kerjanya menegah sperma dan ovum bertemu

sehingga mencegah kehamilan. Keuntungannya tidak mempengaruhi

ASI, jangka panjang hingga 10 tahun, dan terhindar dari efek samping

hormonal. Efek samping yang mungkin terjadi adalah perubahan siklus

haid, haid lebih lama lebih banyak, spotting, dan saat haid lebih sakit.

Evaluasi : Ibu sudah paham mengenai KB IUD.

4. Memberikan informasi kepada ibu bahwa pemasangan IUD bisa

dilakukan di puskesmas.

Evaluasi : Ibu bersedia datang ke puskesmas untuk melakukan

pemasangan IUD.
308

C. PEMBAHASAN

1. Asuhan Kebidanan Kehamilan ANC 1

Menurut Kemenkes (2013) pemeriksaan kehamilan dilakukan

sebanyak 4 kali. Satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan

dua kali pada trimester III. Berdasarkan teori diatas kasus ini sesuai

dengan teori tersebut, Ante Natal Care (ANC) yang dilakukan oleh Ny. V

telah memenuhi pelayanan kesehatan ibu hamil Ny. A pada trimester I

periksa sebanyak 1 kali, trimester II periksa sebanyak 2 kali, trimester III

periksa sebanyak 3 kali, sehingga teori dan praktik tidak ada kesenjangan.

a. Pengumpulan Data Dasar

Penulis mengumpulkan semua informasi akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

pasien/klien. Pada Pemeriksaan pertama dilakukan tanggal 22 Februari

2018 di puskesmas Banyuanyar diperoleh data dari hasil anamnesa

yaitu:

1) Data Subyektif

Menurut teori Walyani(2015) pengkajian identitas seperti

nama untuk memperlancar komunikasi, umur untuk mengetahui

kehamilan yang berisiko berdasarkan usia klien/pasien dan suami,

agama untuk dapat melaksanakan asuhan yang boleh/tidak bolah

dilakukan berdasarkan kepercayaan klien/pasien dan suami, suku

harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang

peka budaya kepada klien dan mengidentifikasi wanita atau


309

keluarga yang memiliki resesif otosom dengan insiden yang tinggi

pada populasi tertentu, pendidikan membantu klinis memahami

klien sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan baca

tulis klien/pasien dan suami, pekerjaan untuk mengetahui apakan

klien berada dalam keadaan utuh dan dan untuk mengkaji potensi

kelahiran prematur dan terhadap bahaya lingkungan kerja yang

dapat merusak janin, alamat untuk mengetahui alamat lengkap ibu

lebih memudahkan bidan saat pertolongan persalinan dan untuk

mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan terdekat. Dari data

yang diperoleh penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dan praktik.Dari hasil pengkajian identitas umur ditemukan Ny. V

berumur 20 tahun, menurut teori Walyani (2015) mengatakan

bahwa untuk mengetahui umur yang beresiko berdasarkan usia

klien dibawah 16 dan di atas 35 tahun, merupakan umur-umur

yang beresiko tinggi untukhamil. Umur yang baik untuk kehamilan

maupun persalinan adalah 19-25 tahun, maka dari pengkajian

diatas tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat

bidan. Hal ini disebut tanda dan gejala. Dituliskan sesuai dengan

yang diungkapkan oleh klien serta tanyakan sejak kapan hal

tersebut dikeluhkan oleh klien (Walyani, 2015). Dalam pemeriksan

pertama Ny. V mengalami keluhan sesak nafas saat tidur dan


310

menyebabkaan sulit tidur pada malam hari. Maka tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

Menurut Sulistyawati (2009) dilakukan pengkajian mengenai

riwayatmentruasi. Penulis mendapat data dari Ny.A, data yang

diperoleh menarche dilakukan pengkajian untuk mengetahui umur

klien saat mengalami menstruasi pertama kali (normalnya usia 12-

16 tahun). Siklus menstruasi normalnya antara 23-32 hari lamanya

normal menstruasi 7-15 hari. Banyaknya perdarahan ketika klien

menstruasi, mengetahui jenis perdarahan klien ketika menstruasi,

mengetahui keluhan klien ketika mengalami menstruasi apakah

bersifat normal atau abnormal. Hasil pengkajian riwayat

menstruasi Ny.V usia 13 tahun, lamanya 6-7 hari, siklus ±28 hari,

jumlah darah banyaknya 3 kali ganti pembalut dalam sehari,

keluhan tidak ada maka teori dan praktik tidak ditemukan

kesenjangan.

Penulis mengkaji HPHT (Haid pertama menstrusi terakhir)

menurut teori Walyani (2015) untuk menafsir kapan kira-kira bayi

akan dilahirkan. Sedangkan HPL (Hari Perkiraan Lahir) untuk

menghitung hari perkiraan lahir dapat menggunakan rumus

naygele, yaitu HPL : (HPHT+7) dan (bulan pertama haid terakhir-

3) dan (tahun haid terakhir+1). Pada pengkajian didapat HPHT Ny.

V pada 20 Juli 2018 dan HPL 27 Mei 2018, jadi antara teori dan

praktik tidak ada kesenjangan.


311

Pergerakan janin pertama menurut Marmi (2014) biasanya

gerakan janin dalam rahim dapat dirasakan pada usia kehamilan

18-20 minggu (walaupun tiap individu bisa bebeda-beda). Dari

data yang diperoleh penulis bahwa Ny.Vmerasakan gerakan janin

pertama pada usia kehamilan 16 minggu maka ditemukan

kesenjangan antara teori dengan praktik yaitu ibu merasakn

gerakan janin diusi kehamilan 16 minggu.

Tanyakan secara spesifik suplemen vitamin dan pengobatan

bukan tradisonal. Minta klien membawa kotak vitamin pada saat

kunjungan pranatal supaya kandungan vitamin tersebut

didokumentasikan (Walyani, 2015). Pada pengkajian Ny. V

mengatakan tidak mengonsumsi vitamin/jamu selain dari bidan

tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Tanyakan kepada klien apakah ada masalah pada kehamilan

trimester I, masalah - masalah tersebut misalnya hipremesis

gravidarum, anemia, dan lain lain (Walyani, 2015). Ny. V

mengatakan mual muntah di pagi hari pada trimesterr I, tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

Tanyakan kepada klien masalah apa yang pernah ia rasakan

pada trimester II kehamilan pada kehamilan sebelumnya. Hal ini

untuk sebagai faktor persiapan apabila kehamilan yang sekarng

akan terjadi hal seperti lagi (Walyani, 2015). Ny. V mengatakan


312

tidak ada keluhan apapun. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.

Tanyakan kepada klien masalah apa yang pernah ia rasakan

pada trimeseter III kehamilan pada kehamilan sebelumnya. Hal ini

untuk sebagai faktor persiapan apabila kehamilan yang sekarng

akan terjadi hal seperti itu lagi (Walyani, 2015). Ny. V mengatakan

dada sesak saat tidur.

Menurut Walyani (2015) tanyakan kepada klien asuhan apa

yang pernah ia dapatkan pada trimeseter I, II, dan III kehamilan

sebelumnya dan tanyakan bagaimana pengaruhnya terhadap

kehamilan. Apabila baik bidan bisa memberikan lagi asuhan

kehamilan tersebut pada kehamilan sekarang, Penyuluhan apa yang

pernah didapat klien perlu ditanyakan untuk mengetahui

pengetahuan apa saja yang kira-kira telah didapat klien dan

berguna bagi kehamilan. Ibu mengatakan mendapatkan informasi

mengenai gizi ibu hamil. tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.

Menurut Walyani (2015), Imunisasi TT (Tetanus Toxoid),

diperlukan untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus

neonatorum, imunisasi dapat dilakukan pada trimester I atau II

pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu.

Lakukan penyuntikan secara IM (intramuscular), dengan dosis 0,5


313

ml. Pada pengakajian, Ny. V melakukan imunisasi TT sudah 1 kali

yaitu pada saat TT pertama pada saat akan menikah.

Menurut Pantiawati dan Saryono (2010), kekhawatiran

kekhawatiran lain dalam kehamilan meliputi cemas menghadapai

persalinan, rasa khawatir akan kondisi kandungan / janinnya. Ny.

V mengatakan khawatir dengan keadaannya karena mengalami

sesak nafas saat tidur. Tidak terjadi kesenjangan anatara teori dan

prektik.

Menurut Walyani (2015) tanyakan kepada klien penyakit apa

yang sedang diderita sekarang. Tanyakan bagaimana urutan

kronologis dari tanda-tanda dan klasifikasi dari setiap tanda

penyakit tersebut. Hal ini diperlukan untuk menentukan bagaimana

asuhan berikutnya. Ny. V mengatakan saat ini tidak sedang

menderita sakit apapun seperti (batuk, pilek, demam). Tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan praktik.

Menurut Sulistyawati (2009) perlu dikaji riwayat penyakit

sistemik, data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan

sebagai penandan (warning) akan adanya penyukit masa hamil.

Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa hamil yang

melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ

yang mengalami gangguan. Beberapa data penting tentang riwayat

kesehatan pasien yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien

pernah atau sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes


314

militus (DM), ginjal, hipertensi (hipotensi). Dari pengkajian Ny. V

engatakan tidak memiliki riwayat penykit sistemik seperti jantung,

DM, ginjal dan hipertensi. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.

Dilakukan pengkajian data riwayat penyakit menurut

Walyani (2015), tanyakan kepada klien apakah mempunyai

keluarga yang saat ini sedang menderita penyakit menular. Apabila

klien mempunyai penyakit keluarga yang sedang menderita

penyakit menular, sebaiknya bidan menyarankan kepada kliennya

untuk hindari secara langsung atau tidak langsung bersentuhan

fisik atau mendekati keluarga tersebut untuk sementara waktu agar

tidak menular pada ibu hamil dan janinnya. Berikan pengertian

kepada keluarga yang sedang sakit tersebut agar tidak terjadi

kesalahpahaman. Tanyakan kepada klien apakah mempunyai

penyakit keturunan. Hal ini diperlukan apakah isi janin

kemungkinan akan menderita penyakit tersebut atau tidak, hal ini

bisa dilakukan dengan cara membut daftar penyakit apa saja yang

pernah diderita oleh keluarga klien yang dapat diturunkan

(penyakit genetik, misalnya hemofili, TD dan sebagainya).

Biasanya dibuat dalam silsilah keluarga atau pohon keluarga. Pada

saat melakukan anamnesa apakah ada perut lebih buncit dari

semestinya, gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil, uterus

terasa lebih cepat membesar, pernah hamil kembar atau adanya


315

riwayat keturunan kembar. Riwayat penyakit atau kelainan

ginekologi serta pengobatannya dapat memberi keterangan penting,

terutama operasi yang pernah di alami. Dari data pengkajian

didapatkan dari keluarga Ny. V dan suami tidak ada memiliki

riwayat penyakit menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis, TBC, dan

penyakit menurun seperti Hipertensi, DM, dll. Ny. V mengatakan

ada riwayat keturunan kembar dari ibu kandung. Ny.V mengatakan

belum pernah melakukan operasi apapun. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik.

Menurut Walyani (2015) tanyakan status klien, apakah ia

sekarang sudah menikah atau belum menikah. Hal ini penting

untuk mengetahui status kehamilan tersebut apakah dari hasil

pernikahan yang resmi atau hasil dari kehamilan yang tidak

diinginkan. Status pernikahan bisa berpengaruh bisa berpengaruh

pada psikologis ibunya pada saat hamil. Tanyakan kepada klien

pada usia berapa ia menikah. Hal ini diperlukan karena apabila

mengatakan bahwa ia menikah diusia muda sedangkan klien pada

saat kunjungan awal ketempat bidan tersebut sudah tak lagi muda

dan kehamilannya adalah yang pertama, pada kemunginan bahwa

kehamilan saat ini adalah kehamilan yang sangat diharapkan. Hal

ini akan berpengaruh bagaimana asuhan kehamilannya. Tanyakan

kepada klien sudah berapa lama ia menikah. Apabila klien

mengatakan bahwa telah lama menikah dan baru saja bisa


316

mempunyai keturunan, kemungkinan kehamilannya saat ini adalah

kehamilan yang sangat diharapkan. Ny. V mengatakan

perkawinannya sah, kawin 1 kali.Kawinumur 19 tahun, dengan

suami umur 19 tahun lamanya 1 tahun dan belum memiliki

keturunan. Tidak ada kesenjanganantara teori dan praktik.

Menurut Walyani (2015) tanyakan riwayat metode

kontrasepsi meliputi metode, lama dan keluhan selama

menggunakan metode kontrasepsi tersebut. Tidak ada

kensenjangan antara teori dan praktik.

Penulis mengkaji riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas

yang lalu menurut Walyani (2015), untuk mengetahui riwayat ibu

sebelum kehamilan sekarang meliputi jumlah kehamilan, jumlah

anak yang hidup, jumlah kelahiran premature, jumlah keguguran,

persalinan dengan tindakan, riwayat perdarahan pada persalinan

atau pascapersalinan, kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat

bayi <2,5 atau 4 kg dan masalah lain sehingga bidan dapat

memberikan asuhan yang tepat berdasarkan riwayat sebelumnya

penyulit juga perlu ditanyakan untuk mengantisipasi adanya

riwayat berulang pada klien yang meliputi perdarahan,

episiotomi/perdarahan, SC maupun persalinan normal dengan

tindakan. Keadaan bayi yang lalu : mengetahui keadaan bayi

sebelumnya meliputi jenis kelamin bayi, ASI ekslusif atau tidak,

sejak kapan diberikan makanan tambahan, dan masalah apa yang


317

klien alami selama menyusui. Dari pengkajian di dapat data Ny. V

hamil ke pertama belum pernah melahirkan dan belum pernah

keguguran (G1P0A0), maka tidak ditemukan kesenjangan dengan

teori.

Menurut Walyani (2015) tanyakan kepada klien, apa jenis

makanan yang biasa ibu makan. Anjurkan klien mengkonsumsi

makan yang mengandung zat bezi (150mg besi sulfat, 300mg besi

glukonat), asam folat (0,4-0,8 mg/hari), kalori (ibu hamil umur 23-

50 tahun perlu kalori sekitar 2300kkal), protein (74gr/hari),

vitamin, dan garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium, seng,

yodium). Tanyakan bagaimana porsi makan klien. Porsi makanan

yang terlalu besar kadang bisa membuat ibu hamil mual, terutama

pada hamil muda. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi

sering.Tanyakan bagaimana frekuensi makan klien perhari.

Anjurkan klien untuk makan sedikit dan dengan frekuensi sering.

Selama hamil Ny. V mengatakan makan 5 kali sehari porsi kecil

dengan menu makanan nasi, sayur, lauk. Minum dalam sehari 8-10

gelas, air putih susu dan tidak ada keluhan. Tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik.

Menurut Walyani (2015) tanyakan kepada klien, apakah

BABnya teratur. Apabila klien mengatakan terlalu sering, bisa

dicurigai klien mengalami diare sebaliknya apabila klien

mengatakan terlalu jarang BAB, bisa dicurigai mengalami


318

konstipasi. Tanyakan kepada klien, apa warna fesesnya.

Normalnya feses bewarna kuning, kecoklatan, coklat muda.

Tanyakan kepada klien seberapa sering ia berkemih dalam sehari.

Apabila klien mengalami kesulitan berkemih maka bidan harus

dapat mengambil tindakan, misalnya memasang kateter. Tanyakan

bagaimana warna urine klien normalnya urine bewarna bening.

Apabila klien mengatakan bahwa warna urinenya keruh bisa

dicurigai klien menderita DM. Tanyakan kepada klien bagaimana

warna bau urinenya. Bau urine normal seperti bau ammonia. Dari

datapengkajian Ny. V mengatakan BAB 1x sehari

konsistensilunak, warna dan bau khas feses, BAK meningkat

menjadi 5-6 kali sehari, warna dan bau khas urine dan tidak ada

keluhan. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Menurut Walyani (2015) tanyakan bagaimana pola aktivitas

klien, beri anjuran kepada klien untuk menghindari mengangkat

beban berat, kelelahan, latian yang berlebihan dan olahraga berat.

Anjurkan klien untuk melakukan senam hamil. Aktivitas harus

dibatasi didapatkan penyukit karena dapat mengakibatkan

persalinan prematur, KPD, dan sebagainya. Dari data pengkajian

Ny. V mengatakan selama hamil berhenti dari pekerjaannya

melakukan pekerjaan rumah dibantu ibu kandungnya dan tidak ada

keluhan.tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.


319

Menurut Walyani (2015) kebiasaan tidur siang perlu

ditanyakan, tidur siang menguntungkan yang baik untuk kesehatan.

Apabila ternyata klien tidak terbiasa tidur siang, anjurkan klien

untuk mencoba dan membiasakannya. Pola tidur malam perlu

ditanyakan wanita hamil tidak boleh kurang tidur, apabila tidur

malam jangan kurang dari 8 jam. Dari data pengkajian didapat Ny.

V mengatakan tidur malam 7 jam dan tidur siang 2 jam. Keluhan

Ny. V mengatakan istirahat malamnya berkurang karena sesak

nafas saat tidur. Terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.

Menurut Walyani (2015) berdasarkan beberapa penelitian,

terdapat perbedaan respons fisiologi terhadap seks antara ibu hamil

dengan wanita tidak hami. Terdapat empat fase selama siklus

renspons seksual, antara lain: fase gairah seksual, fase plateau, fase

orgasmus, fase resolusi. Dari data pengkajian sebelum hamil Ny. V

mengatakan melakukan hubungan seksual 2 kali dalam seminggu.

Selama hamil Ny. V mengatakan melakukan hubungan seksual 1

kali dalam 2 minggu.dan tidak ada keluhan. Tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan praktik.

Menurut Walyani (2015) tanyakan kepada klien seberapa

sering ia mandi. Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan atau

hygine terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan

keringat bertambah.dianjurkan menggunakan sabun lembut atau

ringan. Mandi berendam tidak dianjurkanTanyakan kepada klien


320

seberapa sering ia menyikat giginya. Kebersihan gigi sangat

penting karena saat hamil sering terjadi caries yang berkaitan

dengan emesis-heperemesis grafidarum, hipersalivasi dapat

menimbulkan timbunan kalsium disekitar gigi. Tanyakan kepada

klien, seberapa sering ia mengganti pakaiannya.pakaian yang

digunakan harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat

paa daerah perut. Pakaian dalam yang dikenakan harus bersih dan

menyerap keringat, dan pakaian dari bahan katun.Dari data

pengkajian Ny. V mengatakan sebelum hamil mandi 2 kali sehari,

gosok gigi, ganti pakaian 2 kali sehari dan keramas 2 hari sekali.

Selama hamilNy. V mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi,

ganti pakaian 3 kali sehari dan keramas 2 hari sekali dan Ny. V

mengatakan tidak ada keluhan. Tidak terjadi kesenjanagn antara

teori dan praktik

Penulis mengkaji psikososial budaya. Menurut Sulistyawati

(2009) perasaan tentang kehamilan ini perlu dikaji guna bagaimana

perasaannya terhadap kehamilanaya. Ny. V mengatakan senang

dengan kehamilanya.Menanyakan kehamilan ini direncanakan /

tidak., menurut Walyani (2015) respon ibu terhadap kehamilan

yang diharapkan :

a) Siap untuk kehamilan dan siap menjadi ibu

b) Lama didambakan

c) Salah satu tujuan perkawinan


321

Dari data pengkajian Ny. V mengatakan mengatakan

kehamilan ini direncanakan dan tujuan dari perkawinanya.

Menurut Ningrum dan Marliandiani (2015) jenis kelamin janin

yang tidak diharapkan dapat memunculkan respon negatif berupa

rasa kecewa. Dari data pengkajian Ny. V laki-laki ataupun

perempuan sama saja ibu hanya ingin anaknya lahir selamat dan

normal. Menurut Walyani (2015) perlu menanyakan bagaimana

respon dan dukungan keluarga lain misalnya anak (apabila telah

mempunyai anak), orang tua, serta mertua klien. Apabila teryata

keluarga lain kurang mendukung, temtunya bidan harus bisa

memberikan strategi bagi klien an suami agar kehmailan klien

tersebut dapat diterima di keluarga. Dari data pengkajian Ny. V

mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga suaminya

sangat mendukung kehamilan ini. Menurut Marmi (2014)

Informasi tentang keluarga klien harus mencakup asal keluarga,

tempat lahir, orang-orang yang tinggal bersama klien, individu

yang dianggap “keluarga”, dan individu yang dapat diandalkan

dalam memperoleh duungan, tentang status klien sat ini, dan klien

tinggal dengan siapa klien tinggal. Hal ini menunjukan bahwa

bidan menyadari tidak semua wanita hamil terikat dan sanggup

untuk sendiri menghadapi semua keadaan saat hamil. dari data

pengkajian Ny. V mengatakan tinggal bersama suami dan kedua

orang tua kandungnya. Menurut Sulistyanimgsih (2009) pantang


322

makann sangat merugikan pasien dan janin karena hal tersebut

justru akan membuat pertumbuhan janin tidak optimal dan

pemulihan kesehatanya akan terlamabat. Dengan banyaknya jenis

akanan yang seharusnya lebih banyak dari biasnya malah semakin

berkurang. Produksi ASI juga akan ber kurang karena volume ASI

sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dengan kulaitas dan

kuantitas yang cukup (Sulistyaningsih, 2009). Dari data pengkajian

Ny. V mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun. Menurut

Walyani (2015) kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan perlu

ditanyakan karena bangsa Indonesia mempunyai beraneka ragam

suku bangsa yang tentunya dari tiap suku bangsa tersebut

mempunyai tradisi yang dikhususkan bagi wanita saat hamil.

Misalnya pada suku Banjar, apabila wanita telah hamil dan usia

kandungannya menginjak usia tiga bulan ada sebuah tradisi yang

rutin dilakukan yaitu Batapung Tawar Tian Tiga Bulan. Tugas

bidan adalah mengingatkan bahwa tradisi-tradisi semacam itu

diperbolehkan saja selagi tidak merugikan kesehatan klien saat

hamil. Dari data pengkajian Ny. V mengatakan ada adat istiadat

mitoni. Tidak ada kensenjangan antara teori dan praktik.

Menurut Walyani (2015) Pengunaan obat-obatan / rokokperlu

ditanyakan karena minuman keras/obat terlarang tersebut langsung

dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan janin, dan

menimbulkan kelahiran dengan berat badan lahir rendah bahkan


323

dapat menimbulkan caat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan

perkembangan mental. Sehingga, apabila ternyata klien melakukan

hal-hal tersebut, bidan harus secara tegas mengingatkan klien harus

menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Dari data pengkajian Ny.

V mengatakan tidak menggunakan obat apapun dan hanya

mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan, dan ibu tidak

merokok dan suami tidak merokok.

2) Data Obyektif

Menurut Sulistyawati (2009) pemeriksaan keadaan umum

untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien

secara keseluruhan. Dari hasil pemeriksaan Ny. V dalam keadaan

baik. Menurut Sulistyawati (2009) pemeriksaan kesadaran untuk

mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat

melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan

composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien

tidak dalam keadaan sadar). Dari hasil pemeriksaan Ny. V dalam

keadaan composmentis.Penentuan tekanan darah (TD) sangat

penting pada masa hamil karena peningkatan TD dapat

membahayakan kehidupan ibu dan bayi. Pada kehamilan normal,

TD sedikit menurun sejak minggu ke-8. Kondisi ini menetap

sepanjang trimester kedua dan kemudian mulai kembali ke TD

sebelum hamil. Seluruh tekanan darah pada wanita hamil harus

diukur pada posisi duduk. Pengukuran harus dilakukan pada lengan


324

yang sama terutama lengan kanan untuk memperoleh hasil

pengukuran yang konsisten. Wanita yang tekanan darahnya sedikit

meningkat di awal pertengahan kehamilan mungkin mengalamai

hipertensi kronis atau, jika wanita tersebut adalah nulipara dengan

sisitolik lebih dari 120 mmHg, ia beresiko mengalami preeklamsia

(Marmi, 2014). Tekanan darah yang normal adalah 110/80 mmHg

sampai 140/90 mmHg. Bila >140/90 mmHg , hati-hati adanya

hipertensi / preeklamsia. (Sulistyawati, 2009). Dari hasil

pemeriksaan tekanan darah Ny. V adalah 100/70 mmHg. Denyut

nadi maternal sedikit meningkat selama hamil, tetapi jarang

melebihi 100 denyut permenit (dpm). Curigai hipotiroidisme jika

denyut nadi lebih dari 100 dpm (Marmi, 2014). Nadi normal adalah

60 sampai 100 menit. Bila abnormal mungkin ada kelainan paru

dan jantung (Walyani, 2015). Dari hasil pemeriksaan denyut nadi

Ny. V adalah 82 kali/menit.Wanita hamil bernafas lebih dalam

(meningkatkan volume tidal), tetapi frekuensi nafasnya kira-kira 2

kali bernafas dalam 1 menit. Peningkatan volume tidal

menyebabkan peningkatan volume nafas 1 menit sekitar 26%

(Marmi, 2014). Dari hasil pemeriksaan frekuensi nafas Ny. V

adalah 22 kali/menit.Suhu badan normal 36,50C sampai 37,50C,

bila suhu lebih tinggi dari 37,50c kemungkinan ada infeksi

(Walyani, 2015). Dari hasil pemeriksaan suhu badan Ny. V adalah

36,50C. Menurut Walyani (2015) tinggi badan diukur dalam cm,


325

tanpa sepatu. Tinggi badan kurang dari 145 cm ada kemungkinan

terjadi Cepalo Pelvic Disporpotion (CPD). Dari hasil

pemeriksaantinggi badan Ny. V adalah 158 cm. BB sebelum hamil

berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk membuat

rekomendasi penambahan berat badan pada wanita hamil

(Walyani, 2015), dari hasil anamessa Ny. V mengatakan BB

sebelum hamil 47 Kg. Menurut Walyani (2015) perlu dilakukan

pemeriksan BB selama hamil. Salah satu sumber terbaru dari

Istitute of Medicine menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)

untuk menentukan penambahan berat yang direkomendasikan. IMT

diperoleh dengan menghubungkan tinggi badan klien dengan

beratnya saat hamil IMT = BB (Kg)/ (TB(m))2 (Marmi, 2014).

Kategori IMT gizi kurang atau KEK (IMT<18,5 ) kenaikan berat

badan yang dianjurkan selama hamil 12,75 s/d 18,16 Kg. Katagori

Normal (IMT 18,5-24,9) kenaikan berat badan yang dianjurkan

selama hamil 11,35 s/d 15,89 Kg. Katagori kelebihan BB (TMT >

25-29,9) kenaikan berat badan yang dianjurkans selama hamil 6,81

s/d 11,35 Kg. Kategori Obesitas (IMT >/= 30) kenaikan berat

badan yang dianjurkan selama hamil 4,99 s/d 9,08 Kg

(Suryaningsih, 2018). Dari hasil pemeriksaan BB Ny. V adalah 55

kg, sehingga dapat dihitung terjadi penambahan berat badan

sebanyak 7 kg. Menurut KEMENKES (2013) ukuran LLA kurang

dari 23,5 cm merupakan indikasi diagnosis kehamilan dengan


326

Kekurangan Energi Kronik (KEK). Dari hasil pemeriksaan LLA

Ny. V adalah 24 cm. Dari hasil pembahasan ini tidak ditemukan

kesenjanag antara teori dan praktik.

Penulis melakukan pemeriksaan sistematis meliputi bagian

kepala dimulai dari rambut, menurut Sulistyawati (2009)

pemeriksaan rambut meliputi warna, kebersihan dan mudah rontok

atau tidak. Muka adakah cloasama gravidarum dan oedema

(Marmi, 2014). pemeriksaan mata meliputi odema pada kelopak

mata (Pratiwi dan Saryon, 2010), conjungtiva dan sklera

(Sulistyawati, 2009). Pemeriksaan hidung meliputi kebersihan dan

polip (Sulistyawati, 2009). Tanda-tanda infeksi pada telinga,

serumen dan kesimetrisan (Pantiawati dan Saryono, 2010). Mulut/

gigi/ gusi periksa adanya karies, tonsillitis atau faringitis. Hal

tersebut merupakan sumber infeksi (Walyani, 2015). Dari data

pemeriksaan Ny. V memiliki rambut yang bersih, warna hitam,

tidak rontok,tidak berketombe. Muka bersih, tidak oedema, tidak

ada cloasma gravidarum. Mata tidak oedema. merah muda

dan tidak pucat. Sklera berwarna Putih. Hidung bersih, tidak ada

benjolan dantidak ada secret. Telinga bersih, simetris kanan dan

kiri, tidak ada serumen. Mulut/gigi/gusi Nersih tidak ada

stomatitis, gigi tidak ada caries, gusi tidak berdarah dan tidak

bengkak. Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan

praktik.
327

Menurtut Walyani (2015) pemeriksaan leher meliputi

pembengkakan kelenjar limfe atau pembengkakan kelenjar tiroid

dan bendungan vena jugularis. Dari data pemeriksan ridak ada

pembesaran kelenjar gondok, tidak ada benjolan dan tidak ada

pembesaran kelenjar limfe. Tidak terjadi kesenjangan antara teori

dan praktik.

Melakukan pemeriksaan dada dan axilla yang meliputi

inspeksi bentuk payudara, benjolan, pigmentasi putting susu.

Palpasi adanya benjolan (tumor mamae) dan colostrum (Walyani,

2015) papila mammae menonjol atau masuk (Pantiawati dan

Saryono, 2010). Retraksi pembesaran kelenjar limfe pada ketiak,

massa dan nyeri tekan (Pantiawati dan Saryono, 2010). Dari data

pemeriksaan Ny. V diketahui pembesaran payudara normal, tidak

ada benjolan, simetris kanan dan kiri, areola hyperpigmentasi,

puting susu menonjol dan kolostrum sudah keluar. Pada

pemeriksaan axilla tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.

Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

Pemeriksaan meliputi oedema di jari tagan, kuku jari pucat,

varises vena, reflek patella dan human sigh (Pantiawati dan

Saryono, 2010). Dari hasil pemeriksaan Ny. V ekstremitas atas

atas simetris, jari-jari lengkap, kuku tidak pucat. Ekstremitas

bawah tidak ada varices, tidak oedema, reflek patella positif (+)

kanan dan kiri dan kuku tidak pucat


328

Pemeriksan khusus obstetri abdomen dilakuan Inspeksi

pembesaran perut (bila pembesaran perut itu berlebihan

kemungkinan asites, tumor, ileus dan lain-lain), pigmentasi di linea

alba, penampakan gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah strie

gravidarum atau luka bekas operasi (Walyani, 2015). Dari data

pemeriksaan Ny. V pembesaran perut sesuai dengan umur

kehamilan, bentuk perut memanjang , ada linea nigra, tidak

ada strie, tidak ada kelainan dan pergerakan anak terlihat 1 kali.

Penulis tidak menemukan kesenjangan atara teori dan praktik.

Dilakuan pemeriksaan palpasi meliputi kontraksi Braxton

Hicks timbul tidak dapat diprediksi dan bersifat bersifat sporadis,

biasanya tidak ritmik dan instensitasnya bervariasi. Kontraksi ini

semakin jelas pada trimester kedua kehamilan dan kemudian

kontraksi kontraksi menstimulasi aktivitas pemicu gerak pada

fundus uteri dan seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman dan

memyebabkan kontraksi persalinan palsu. Jika kontraksi ini mulai

teratur dan terkoordinasi dominan di fundus dan ritmik dan

intensitasnya semakin meningkat sehingga mampu membuka

serviks maka dimulai proses kontraksi persalinan yang

sesungguhnya (Oktaviani, 2018). Pemeriksaan leopold I Bertujuan

untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di fundus

(Sulistyawati, 2009). Leopold II bertujuan untuk mengetahui

bagian janin yang ada di sebelah kanan atau kiri ibu (Sulistyawati,
329

2009). Leopold III bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang

terletak di bagian bawah uterus (Sulistyawati, 2009). leopold IV

bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah dan

untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau belum

(Sulistyawati, 2009). Dilakukan jika usia kehamilan > 36 minggu

(Oktaviani, 2018). TFU Mc Donald cara ini akurat bila dilakukan

setelah usia kehamilan 20 minggu. Caranya, garis nol pada meteran

diletakkan pada tepi atas simfisis pubis, kemudian direntangkan ke

atas melalui perut hingga mencapai fundus uteri. Timggi fundus

uteri dinyatakan dengan centimeter (cm) (Pantiawati dan Saryono,

2010). TBJ mengukur TFU Mc Donald untuk mengetahui TBJ,

TBJ = (TFU - n) x 155. Jika bagian terbawah janin belum masuk

PAP n = 12. Jika bagian terbawah janin sudah masuk PAP n = 11

(Sulistyawati, 2009). Auskultasi DJJ adalah salah satu tehnik untuk

menilai kesejahteraan janin adalah dengan menghitung DJJ. DJJ

dapat didengar pertama kali pada usia kehamilan 12 minggu

apabila mengunakan Doppler dan pada usia kehamilan 16-20

minggu jika mengunakan funduskop (Suryaningsih, 2018). Puctum

maxsimum yaitu tempat denyut juantung janin terdengar paling

keras, biasanya pada bagian punggung janin. Pada presentasi

kepala, DJJ terdengar di bawah pusat, sedangkan pada presentasi

bokong, DJJ terdengar setinggi atau dia atas pusat (Suryaningsih,

2018). Denyut jantung janin normalnya 120-160 kali per menit


330

yang dihitung selama 1 menit. Apabila denyut jantung kurang atau

lebih dari batasan tersebut, bayi dalam kondisi fetal distress

sehingga perlu dilakukan pemerikasaan lebih lanjut untuk

memantau kesejahteraan janin (Suryaningsih, 2018). Menurut

Suryaningsih (2018) mendengar denyut jantung janin meliputi

frekuensi dan keteraturannya. Pola DJJ abnormal berhubungan

dengan hipoksemia janin, yaitu defisiensi oksigen di dalam darah

arteri ( Cashion dkk, 2013). Dari hasil pemeriksaan didapat Ny. V

kontraksi belum ada, leopold I TFU 3 jari di bawah

prosesus xiphoideus (px), fundus teraba lunak, bulat, tidak

melenting (bokong). leoplod II bagian kanan ibu teraba seperti

papan, memanjang, keras(punggung) bagian kiri ibu teraba

seperti bagian-bagian kecil janin (ekstremitas), leoplod III bagian

terbawah janin teraba bulat, melenting, keras (kepala), bisa

digoyangkan (belum masuk PAP), leoplod IV kedua ujung

tangan masih dapat menyatu/ konvergen. TFU Mc Donald 23 cm.

TBJ (23-12) x155 : 1705 gram. Auskultasi DJJ Punctum

maximum di kanan bawah perut ibu, frekuensi 144 x/menit,

teratur. Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan

praktik.

Menurut teori Cadwell-Moloy mengemukakan 4 bentuk dasar

panggul yang didasarkan pada bentuk segmen posterior and

anterior dari PAP yaitu : panggul gynecoid, panggul android,


331

panggul anthropoid, dan panggul platypelliod (Pantiawati dan

Saryono, 2010). Distansia Spinarum adalah jarak antara spina

iliaka anterior kanan kiri, ukuran normalnya 23-26 cm (Pantiawati

dan Saryono, 2010). Distansia Kristarum adalah jarak yang terjauh

antara krista iliaka kanan dan kiri 26-29 cm (Pantiawati dan

Saryono, 2010). Konjungata Eksterna (Boudeloque) adalah jarak

antara pinggir atas symphisis dan ujung processus spinosum ruas

tulang lumbal ke V +/- 18-20 cm (Pantiawati dan Saryono, 2010).

Lingkar Panggul diukur dari pinggir atas symphisis ke pertengahan

antara spina iliaka antara superior dan trochanter mayor sepihak

dan kembali melalui tempat yang sama di pihak yang lain, ukuran

+/- 80-90 cm (Pantiawati dan Saryono, 2010). Dari data

pemeriksaan panggul Ny. V memiliki kesan panggul normal,

gynecoid, distantia spinarum 24 cm, distansia kristarum 26 cm,

konjugata eksterna (boudeloque) 20 cm, lingkar panggul 82 cm.

Penulis tidak menemukan kesenjanagan antra teori dan praktik.

Melakukan pemeriksaan anogenital meliputi vulva vagina

inspeksi untuk mengetahui andanya oedema, varices, keputihan,

perdarahan, luka, cairan yang keluar, dan sebagainya (Walyani,

2015). Pemerikasaan genetalia luar meliputi varices, perdarahan,

luka, kelenjar bartolini bebgkak massa, cairan yang keluar

pengeluaran dari uretra dan skene (Pantiawati dan Saryono, 2010).

Perineum adalah daerah yang terletak di bawah labia samapi


332

dengan sebelum anus. Pada proses persalinan, bagian ini yang

seringkali terjadi robekan dan jahitan dengan derajat luka yang

beragam (Bestari, 2018). Anus menurut Sulistyawati (2009)

pemeriksaan anus meliputi hemoroid dan kebersihan. Dari data

pemeriksaan Ny. V anogenital vulva vagina tiadak ada varices,

tidak ada luka, tidak kemerahan, tidak nyeri tidak ada pembesaran

kelenjar bartolini dan tidak ada pengeluaran pervaginam. Hasil

inspeksi perineum tidak ada bekas luka dan lain-lain tidak

dilakukan.

Pemeriksaan penunjang meliputi pemerksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan pada ibu hamil pada

kunjungan pertama adalah golongan darah, tes HIV (ditawarkan

pada ibu hamil di epidermis meluas dan terkontrentrasi), rapid test

atau apusan darah tebal dan tipis untuk malaria (untuk ibu yang

tinggal atau memiliki riwayat berpergian kedaerah endemik

malaria dalam 2 minggu terakir). Pemeriksaan laboratorium sesuai

indikasi meliputi urinalisis (terutama protein urin pada trimester

kedua dan ketiga) dan atau terdapat hipertensi, kadar hemoglobin

pada trimester ketiga terutama jika dicurigai anemia. pemeriksaan

sputum bakteri tahan asam (BTA) : dengan ibu riwayat defisieansi

imun, batuk > 2 minggu atau LILA < 23,5 cm. tes safilis. Gula

darah puasa (KEMENKES, 2013). Dari data pemariksaan pada

tanggal : 07 Desember 2017


333

Hb : 11,5 g/dl

Golongan darah :O

Protein : Negatif (-)

HbsAg : Negatif (-)

HIV : Negatif (-).

Pemeriksaan penunjang lain pemeriksaan USG

direkomendasikan pada awal kehamilan (idealnya sebelum usia

kehamilan 15 minggu) untuk menentukan usia gestasi, viabilitas

janin, letak dan jumlah janin, serta deteksi abnormalitas janin yang

berat.Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu untuk deteksi

abnormal janin, Pada trimester ketiga untuk perencanaan

persalinan (KEMENKES, 2013). Ny. V kemilnnya pernah di USG

1 kali dilakukan tanggal 02 Februari 2018 dengan hasil ketuban

jernih cukup, janin tunggal, usia gestasi 30 minggu, puka, kepala

belum masuk panggul, DJJ 148 x/menit, TBJ 15.30 gram. Terjadi

perbedaan yaitu perbedaan perhitungan usia kehamilan, bedasrkan

HPHT 28+1 minggu, bedasarkan USG 30 minggu. Penulis tidak

menemukan kesenjangan antara teori dan praktik..

b. Interpretasi Data

1) Diagnosa kebidanan

Dalam masalah ini yang di simpulkan bidan adalah sebagai berikut.

a) Paritas

b) Usia kehamilan dalam minggu


334

c) Keadaan janin

d) Normal atau tidak normal (Sulistyawati, 2009)

Diangnosis keidanan yang dapat ditegakkan pada Ny. V adalah :

Ny.V G1P0A0 umur 20 tahun umur kehamilan 31 minggu, janain

tunggal, hidup intra ureri, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk PAP, hamil

normal.

DS :

a) Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dan

mengeluh sesak nafas saat tidur dan menyebabakan sulit tidur

di malam hari

b) Ibu mengatakan bernama Ny. V dan berumur 20 tahun.

c) Ibu mengatakan HPHT 20 Juli 2017.

d) Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama.

e) Ibu mengatakan belum pernah keguguran.

Dasar diperolehnya diagnose berdasarkan hasil wawancara

terhadap klien/pasien.

DO :

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, BB sebelum hamil

47 kg, BB sekarang 55 kg TB 158 cm, TD 100/70 mmHg,

pernapasan 22 x/menit, nadi 82 x/menit, suhu 36,5OC.

Palpasi Leeopold :
335

Leopold I : TFU 3 jari dibawah xypoid, bagian fundus teraba

bulat,lunak,tidak melenting ( bokong)

Leopold II : bagian kiri teraba teraba keras memanjang seperti

papan (punggung). Bagian kanan teraba bagian-bagian terkecil

janin (ekstremitas)

Leopold III : bagian bawah teraba bulat, keras ( kepala ) tidak

bisa digoyangkan.

Leopold IV : posisi tangan pemeriksa divergen 4/5 bagian sudah

masuk panggul

TFU (Mc.Donald) : 23 cm

TBJ : (23-11) X 155 = 1.790 gram

Auskultas : di kuadran III kiri bawah

DJJ : 134 x/menit frekuensi teratur

Gerakan Janin : aktif, gerakan kurang lebih 10x dalam

sehari.

Dasar diperolehnya diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan yang

dilakukan oleh bidan

2) Masalah

Di pertimbangkan untuk membuat rencana yang

menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana

wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya

(Sulistyawati, 2009). Pada hamil 32 minggu keatas karena usus-

usus tertekan uterus yang membesar kearah diafragma sehingga


336

diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan kebanyakan

wanita hamil mengalami kesulitan bernafas (Pantiawati dan

Saryono, 2010). Ny. V mengatakan cemas dengan kehamilannya

karena merasa sesak nafas saat tidur. Tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan praktik

3) Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien

berdasarkan keadaan dan maslalahya (Sulistyawati, 2009). Penulis

memberikan support mental dan jelaskan pada Ny.V bahwa

keluhanya adalah fisiologis penulis tidak menemukan kesenjangan

anatra teori dan praktik.

c. Diagnosa Potensial

Langkah identifikasi diagnosis atau masalah potensial. Pada

langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap bila diagnosis/masalah potensial ini

terjadi.pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman

(Barus, 2018). Ny. V hamil dalam kondisi normal sehingga tidak ada

diagnosa potensial yang mungkin terjadi. Jadi, antara teori dan praktik

tidak ada kesenjangan.

d. Antisipasi Masalah
337

Langkah mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera. Pada langkah ini mengidentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk

dikonsultasikan atau ditanganai bersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat ketika

bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu

dan anak. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi

setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi

yang paling tepat dalam majemen asuhan klien (Barus, 2018) Pada

hasil pengkajian data yang dilakukan, Ny.V tidak memerlukan

tindakan segera. Maka tidak ada kesenjangan antara teori dengan

praktek.

e. Perencanaan

Langkah merencanakan asuhan secara menyeluruh (intervensi).

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkapu. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui

oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat

dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari


338

pelaksanaan rencana tersebut (Barus, 2018). Adapun perencanaan yang

dilakukan kepada Ny. V adalah Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu,

jelaskan penyebab ketidaknyamanan sesak nafas pada ibu hamil

trimester III, jelaskan kepada ibu cara mengatasi ketidakmnyamanan

sesak nafas pada kehamilan trimester III, anjurkan ibu untuk

memeriksakan kehamilanya secara teratur ke puskesmas atau bila ada

keluhan. beritahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal

10 Maret 2018 dan lakukan pendokumentasian hasil tindakan. Penulis

tidak menemukan kesenjangan antra teori dan praktik.

f. Pelaksanaan

Langkah melaksakan perencanaan (implementasi). Pada

langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Dalam situasi ketika bidan kolaborasi dengan dokter untuk menangani

klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta

meningkatan mutu dari asuhan klien (Barus, 2018). Adapun

pelaksanan yang dilakukan kepada Ny. V yaitu memberitahu kepada

ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan sehat. Menjelaskan kepada ibu

pada kehamilan usus-usus tertekan oleh rahim yang membesar kearah

batas antara rongga perut dan dada sehingga rongga dada tertekan oleh
339

isi perut dan menyebabkan kesulitan bernafas. Menurut Pantiawati dan

Saryono (2010) ada hamil 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan

uterus yang membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang

leluasa bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami

kesulitan bernafas. Menjelaskan cara mengurangi ketidaknyamanan

sesak nafas yaitu dengan cara tidur dengan bantal extra untuk

menyangga punggung dan perut, makan dengan porsi kecil tapi sering,

jangan merokok dan jika sesak nafas berlebihan segera datang ke

petugas kesehatan. Beberapa ketidaknyamanan dan cara mengatasi

pada trimester III menurut Pantiawati dan Saryono (2010) salah

satunya sesak nafas dengan cara sikap tubuh yang benar, tidur dengan

bantal ekstra, makan jangan terlalu kenyang porsi kecil tapi sering,

jangan merokok , iika berlebihan pergi ke dokter. Menganjurkan Ny. V

untuk memeriksakan kehamilanya secara teratur ke puskesmas 2

minggu sekali atau bila ada keluhan. Memberitahu ibu bahwa akan

dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 10 Maret 2018. Melakukan

pendokumentasian hasil tindakan.

g. Evaluasi

Pada lengkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektivan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis.


340

Rencana dianggap efektif jika memang benar efektif dalam

pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut

telah efektif sedang sebagian belum efektif. Langkah ini sebagai

pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif (Barus, 2018)

Pada asuhan yang diberikan pada tanggal 22Februari 2018 ini

pada kunjungan ke 1 pada trimester ke III ibu sudah mengetahui

mengenai gizi seimbang ibu hamil, penyebab ketidaknyamanan sesak

nafas sat tidur dan cara mengatasi ketidaknyamanan tersebut.

Pernyataan standar menurut KEPMENKES nomor

938/Menkes/SK/VII/2007 bidan melakukan pencatatan secara

lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai keadaan yang ditemukan.

Metode yang digunakan untuk membuat suatu data perkembangan

dalam asuhan kebidanan adalah dalam bentuk SOAP.

2. Asuhan kebidanan kehamilan data perkembangan I

Pada kunjungan ke 2 Trimester III ini dilakukan pada tanggal

10 Maret 2018. Ny. tidak sesak nafas lagi saat tidur dan Ny. V

mengatakan sudah bisa tidur nyenyak di malam hari Ny. V

mengatakan sudah periksa ke puskesmas dan mendapatkan suntikan

TT2 pada tnggal 09 Maret 201. Ny. V mengatakan tidak mau

mengkonsumsi tablet Fe karena membuat ibu sulit BAB.

Menurut Sulistyawati (2009) rahim semakin membesar akan

menekan rektum dan usus bagin bawah, sengga terjadi sembelit atau

konstipasi. Sembelit atau konstipasi semakin berat karena gerakan otot


341

di dalam usus diperlambat oleh tingginya progesteron. Menurut

Sulistyawati cara mengatasi sembelit dengan cara meinkatkan diet

asupan cairan, mengkonsumsi buah prem atau just perm, minum cairan

dingin atau hangat terutama saat terutama kosong, istirahat cukup,

senam hamil. membiasakan buang air besar secara teratur buang air

besar segera setelah ada dorongan . tidak terjadi kesenjangan antara

teori dan praktik.

Menurut Marmi (2014) adapun informasi penting yang harus di

sampaikan pada minggu 28-36 minggu diantaranya mendorong

perilaku yang sehat ( gizi, latiahan dan kebersihan, istirahat dan

sebagainya. Melakukan tindakan pencegahan antara tetanus

neonatorum, anemia kekerangan zat besi, penggunaan praktek

tradisional yang merugikan. Penulis memberikan informasi mengenai

gizi ibu hamil dan Tablet Fe. Ny. V mengatakan telah mendapatkan

imunisasi TT kedua pada tanggal 09 Maret 2018. Sehingga tidak

terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.

3. Asuahan kebidanan kehamilan data perkembangan II

Pada kunjungan ke 3 Trimester III ini dilakukan pada tanggal

16 Maret2018. Ny. V mengatakan mengkonsumsi daging berwarna

merah, mengkonsumsi sayuran berwarna hijau hati dan menerapkan

gizi simabang. Ny. V mengatakan tidak mau mengkonsumsi tablet Fe.

Ny. V mengatakan pegal-pegal pada punggung bawah dan sering

BAK di malam hari sebanyak 3 kali. Sendi pelvik pada saat kehamilan
342

sedikit dapat bergerak. Perubahan tubuh secara bertahap dan

peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan

wanita berubah secara mencolok. Struktur ligament dan otot tulang

belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan berat. Wanita

muda yang cukup berotot dapat mentoleransi perubahan ini tanpa

keluhan akan tetapi wanita tua dapat mengalami ganguan punggung

yang cukup berat selama dan segera kehamilan (Pantiawati dan

Saryono, 2010).Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke

pintu atas panggul keluhan sering kencing akan mulai tertekan kembali

(Pantiawati dan Saryono, 2010). Menurut Sulistyawati (2009) cara

mengatasi sakit punggung atas dan bawah diantaranya gunakan posisi

tubuh yang baik, gunakan bra yang menopang dengan ukuran yang

tepat, gunakan kasur yang keras dan gunakan bantal ketika tidur untuk

meluruskan punggung. Cara mengatsi sering kencing batasi minum

sebelum tidur, pakai duk yang bersih dan latihan senam

kagel(Pantiawati dan Saryono, 2010). Tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktik.

Adapun informasi penting yang harus di sampaikan pada

minggu 28-36 minggu menurut Marmi (2014) adalah memulai

persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

Pada kunjungan ke 3 penulis memberikan informasi mengenai

persiapan persalinan dan tanda bahaya persalinan. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.


343

4. Asuhan Kebidanan Persalinan

Pada pengkajian ini penulis menggunakan teknik

wawancara/anamnesa yang sudah dilakukan pada saat kehamilan hanya

diperjelas untuk yang lebih menunjang pada persalinan.

Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan

adalah mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi(Walyani

dan Purwoastuti, 2015).Lendir di sekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar

lendir servik pada awal kehamilan.Lendir mulanya menyumbat leher

rahim, sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga

menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur

darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim

yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka.

Lendir inilah yang dimaksud sebagai Bloody slim(Walyani dan

Purwoastuti, 2015).Penipisan mendahului dilatasi serviks, pertama-tama

aktifitas uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan

kemudian aktifitas uterus yang menghasilkan dilatasi serviks yang cepat

(Liu dalam Walyani dan Purwoastuti, 2015). Ny. V umur 20 tahun

G1P0A0 umur kehamilan 37+3 pada tanggal 08 April2018 pukul 21.00

WIB datang di puskesmas Banyuanyar Surakarta, ibu mengatakan

kenceng-kenceng yang dirasakannya semakin sering, serta keluar lendir

darah, saat diperiksa dalam hasil pembukaan 1 cm. tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik.


344

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) bidan memberitahu ibu

bahwa ia tidak perlu terlentang terus-menerus dalam masa persalinannya.

Bidan bisa mengabil tindakan-tindakan positif untuk merubah kebiasan

atau merubah setting tempat yang sudah ditentukan (seperti menyarankan

ibu berdiri atau berjalan-jalan). Berjongkok atau berdiri membantu

penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran panggul : menambah 28%

ruang outletnya, memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi

kontribusi pada lasaerasi perineum). Makanan padat tidak boleh diberikan

selama persalinan fase aktif, oleh karena makan padat lebih lama tinggal

dalam lambung dari pada makanan cair, sehingga proses pencernaan lebih

lambat selama persalinan. Bila ada pemberian obat, dapat juga merangsang

terjadi mual/muntah yang dapat mengakibatkan terjadinya aspirasi ke

dalam paru-paru, untuk mencegah dehidrasi, pasien dapat diberikan

banyak minum segar (jus, buah, sup) selama proses persalinan, namun bila

mual/muntah dapat diberikan cairan IV. Bidan menganjurkan Ny. V untuk

pulang dan datang lagi ketika kontraksi semakin kuat. Penulis

menganjurkan Ny. V untuk berjalan-jalan untuk mempercepat pembukaan

serta makan minum untuk tenaga dalam persalinan nanti. Tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan praktik. Pengkajian pada ibu bersalin kala I

meliputi usia kehamilan, masalah/komplikasi dengan kehamilan yang

sekarang, riwayat kehamilan yang terdahulu (Walyani dan Purwoastuti,

2015). Tanda bahaya kala I dan menejemen rujukan kehamilan kurang dari

37 minggu yaitu segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan


345

penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetrik dan BBL. Dampingi ibu ke

tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat (Walyani dan

Purwoastuti, 2015). Pukul 22.30 WIB ibu datang ke puskesmas

Bayuanyar, bidan melakukan pemeriksaan dalam dan hasilnya pembukaan

bertambah menjadi 2 cm. Ny. V mengatakan tidak yakin dengan HPHT

kehamilanya sekarang. Bidan menganjurkan Ny V untuk bersalin di RS

Panti Waluyo dengan alasan ditakutakan jika terjadi persalinan prematur.

Tanggal 09 April 2018 Pukul 01.00 WIB ibu tiba di RS Panti Waluyo

dilakukan pemeriksaan dalam dan hasilnya pembukaan bertambah menjadi

5 cm. Pukul 02.00 WIB bidan melakukan pemeriksaan dalam dan hasilnya

pembukaan bertambah 7 cm. Terjadi kesenjanagan antara teori dan praktik

yaitu ibu tidak didampingi saat dirujuk ke RS Panti Waluyo.

Menurut Rukhiyah dkk (2009) gejala dan tanda kala II, telah terjadi

pembukaan lengkap, tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus

vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan springter ani membuka,

peningkatan pengeluaran lender dan darah. Dimulai dari pembukaan

lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam

pada primigravida. Data subjektif kala dua didapat dari hasil anamesis

ketika ibu mengeluh mulesnya semakan sering dan sakit, mengeluarkan

lendir darah semakin banyak dan atau disertai pengeluaran ketuban serta

ada dorongan untuk meneran (Suhartika, 2018).Pukul 02.30 WIB Ny. V

merasakan kenceng-kenceng yang begitu hebat dan sudah tidak bisa

ditahan dan merasakan ingin mengejan seperti ingin BAB ibu mengatakan
346

setelah dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan hasilnya pembukaan

lengkap 10 cm. Ibu mengatakan bidan mulai memimpin persalinan. Pukul

03.00 WIB ibumengatakantelahmelahirkanbayinya, bayimenangiskuat,

gerakanaktif, warnakulitkemerahandantidakada kelainan. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik.

Kala III data objektif yang dikaji berupa tinggi fundus uterus, tidak

ada janin kedua, konsistensi uterus (kontaksi), kondisi kandung kemih,

pengeluaran darah dari genetalia dan tali pusat (Ekayanthi, 2018). Adapun

penatalaksaan asuhan yang dilakukan pada kala tiga, meliputi (Ekayanthi,

2018) memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan :

a. Memberi injeksi oksitosin

b. Menjepit dan memotong tali pusat

c. Melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) jika tidak ada indikasi

d. Melakukan pengosongan kandung kemih (jika kandungkemih teraba

penuh pada pemeriksaan abdomen)

e. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), sambil mengamati

tanda-tanda pelepasan plasenta (jika belum lepas)

f. Melahirkan plasenta (jika sudah ada tanda–tanda pelepasan

plasenta, yaitu uterus teraba keras dan globuler, terdapat

pengeluaran/semburan darah tiba–tiba, dan tali pusat bertambah

panjang)

g. Melakukan masase uterus selama 15 detik (untuk memastikan

uterus berkontraksi dengan baik)


347

h. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban

i. Memeriksa laserasi pendarahan.

Pukul 03.15 WIB ibu mengatakan ari-ari lahir lengkap, dan ibu

mengatakan tidak mengalami perdarahan. ibu mengatakan setelah bayi

lahir dilakukan IMD. Keadaan ibu dan bayi baik, pemeriksaan ibu

diperoleh hasil tekanan darah 100/80 mmhg, nadi 84 x/menit, respirasi

20 x/menit, suhu 36,6ºC, perdarahan dalam batas normal, plasenta

kotiledon dan selaput ketuban lengkap. Tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan praktik.

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang

untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin

atau menjaga/mempertahankan kesehatan kesejahteraan nya. Proses ini

termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus

dicapai di dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus

membantu pasien mencapaikemajuan dalam kesehatan dan harus

mendukung rencana dokter jika melakukan kolaborasi(Asrinah, 2010).

Ny. V mengtakan perinium nya terjadi robekan dan dijahit. Hasil

pemeriksaan dijahit dengan tehnik jelujur. Tidak ada kesenjanagna

antara teori dan praktik.

5. Bayi Baru Lahir

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015),pengkajian adaptasi bayi

baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus yaitu

meliputi penilaian APGAR, riwayat kesehatan bayi baru lahir (factor


348

genetic, maternal, antenatal, perinatal), pemeriksaan umum (antropometri :

lingkar kepala, lingkar dada, panjang badan, berat bada), pemeriksaan

tanda-tanda vital (suhu bayi, nadi, pernafasan, tekanan darah), dan

pemeriksaan fisik secara sistematis head to too (kepala, telinga, mata,

hidung, mulut, leher, dada, bahu, lengan, tangan, perut, kelamin,

ekstremitas bawah, punggung dan kulit).

Pukul 03.00 WIB Ny. V mengatakantelahmelahirkanbayinya,

bayimenangiskuat, gerakanaktif,

warnakulitkemerahandantidakadakelainan. Hasil pemeriksaan bayi baru

lahir 0 hari, berjenis kelamin perempuan, berat badan 2500 gram, Panjang

badan 47cm, Lingkar kepala 33 cm, Lingkar, tidak ada kelainan

kongenital. Nadi, suhu, respirasi dalam batas normal. Hasil pemeriksaan

sistematis dari kepala hingga ujung kaki dalam keadaan normal. Hasil

pemeriksaan reflek moro, sucking, rooting, tonick neck, grasping dan

babinski dalam batas normal. Urine dan mekonium sudah keluar, urine

berwarna jernih dan mekonium sudah keluar berwarna hijau kehitaman.

Diagnosa kebidanan yang didapatkan dari data subyektif dan obyektif

adalah bayi Ny. E bayi baru lahir normal. Tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktik.

6. Asuhan kebidanan masa nifas kujungan I

Menurut buku KIA (2018) kunjungan masa nifas terbagi menjadi

kunjungan pertama 6 jam – 3 hari setelah persalinan, kunjungan kedua, 4


349

hari – 28 hari, setelah persalinan dan kunjungan ketiga 28 hari – 42 hari

setelah persalinan.

Penulis melakukan kunjungan I di rumah sakit menurut

Merliandiani dan Ningrum (2015), antara lain kunjungan pertama 6-8 jam

setelah persalinan, yang bertujuan untuk sebagai berikut :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan

rujukan bila perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah

perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

d. Konseling tentang pemberian ASI awal.

e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir (bounding attachment).

f. Menjaga bayi tetap sehat melalui mencegahan hipotermi.

g. Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus

menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau

sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

Ibu mengatakan dirawat 1 hari di RS Panti Waluyo, Ibu mengatakan

mendapatkan konseling mengenai ASI ekslusif, gizi selama masa nifas,

manfaat Vitamin A dan perawatan bayi sehari-hari. Ibu mengatakan

setelah melahirkan perutnya terasa mules dan nyeri pada luka jahitan jalan

lahir. Tanggal 10 April 2018 dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan

hasil Hb 12,5 gr/dl. Ibu mengatakan dokter mengizinkan ibu pulang


350

beserta bayinya. Ibu pulang dari rumah sakit tanggal 10 April 2018 pukul

11.00 WIB.

7. Asuhan kebidanan nifas kunjungan II

Kunjungan ke II, 4 – 28 hari postpartum dengan hasil pemeriksaan

tinggi fundus 2 jari diatas sympisis, kontraksi keras, kandung kemih

kosong, lokea serosa. Menurut Lokia serosa lokia ini berwarna kuning

kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14(Sulistyawati, 2015).

Maka tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik. Dilakukan asuhan

pada kunjungan ke II yaitu menilai tanda infeksi, tanda bahaya nifas,

perawatan payudara dan personal hygine. Menurut Marliandiani dan

Ningrum (2015) menjaga kebersihan diri selama masa nifas merupakan

upaya untuk memelihara kebersihan tubuh mulai dari pakaian, kebersihan

dari ujung rambut sampai kaki.Terutama pada daerah genetalia perlu

mendapatkan perhatian yang lebih karena terdapat pengeluaran

cairan/darah Lokia.Letak vagina yang berdekatan dengan meatus eksternus

uretrae dan anus, yakni daerah tersebut banyak mengandung

mikroorganisme patogen. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

8. Asuhan kebidanan nifas kunjungan III

Kunjungan ke III dilakukan pada hari ke 14 hari. penulis melakukan

kunjungan pada hari ke 29. Hasil pemeriksaan tinggi fundus tidak teraba,

kandung kemih kosong, lochea alba. Menurut sulistyawati (2015) Lokhea


351

alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Maka tidak

terdapat kesenjangan dengan teori.

Pada kunjungan ketiga dilakukan asuhan yaitu menyarankan ibu untuk

berKB. Pada Pemilihan kontrasepsi harus sudah di pertimbangkan pada

masa nifas, kontrasepsi yang mengandung hormon bila digunakan harus

menggunakan obat yang tidak mengganggu ASI seperti progesterone atau

mengunakan alat kontrasepsi non hormonal seperti metode sederhana

misalnya kondom, MAL, ataupun IUD. Pada kunjungan yang telah

dilakukan, data yang diperoleh tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik, ibu bersedia melakukan KB.

9. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Pada hasil anamnesa Ny.V didapatkan hasil ibu masih menyusui

bayinya usia 29 hari Ny. V memilih untuk melakukan KB IUD yang

tidak mengganggu masa menyusui. Menurut Affandy, (2014) KB IUD

tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Jadi tidak ada kesenjangan

antara teori dengan praktek.


352

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah penulis melakukan asuhan manajemen kebidanan dengan

menggunakan pendekatan komprehensif dan pendokumentasian secara

Varney dan SOAP. Pada Ny. V usia 20 tahun G1P0A0 di Puskesmas

Banyuanyar dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB yang

dilakukan dari bulan Februari sampai Mei 2018 maka penulis dapat

mengambil kesimpulan :

1. Pengkajian pada Ny. V telah dilakukan secara komprehensif dengan

mengunakan pendekatan menejemen kebidanan dengan hasil pada

data data objektif dan data objektif dalam batas normal.

2. Interpretasi data dasar pada Ny. V secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan menejemen kebidanan didapatkan diagnosa

pada saat hamil, bersalin, nifas dan bbl dalam keadaan baik dan tanpa

komplikasi.

3. Asuhan komprehensif pada Ny. V tidak terdapat diangnosa potensial.

4. Asuhan komprehensif pada Ny. V tidak terdapat tidak dilakukan

tindakan segera karena ibu dan bayi dalam keadaan yang baik.

5. Perencanaan asuhan kebidanan pada Ny. V meliputi pemberian KIE

tablet besi, KIE gizi ibu hamil, KIE persiapan persalinan, KIE tanda

352
353

bahaya trimester III, tanda bahaya nifas dan KIE pemilihan alat

kontrasepsi seluruh perencanaan telah dilakukan.

6. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. V telah dilakukan

pemeriksaan ANC dilakukan pada tanggal 22 Februari 2018,

kunjungan hamil I dilakukan pada tanggal 10 Maret 2018, kunjungan

hamil II dilakukan tanggal 16 Maret 2018, observasi persalinan, bayi

baru lahir dan kunjungan nifas I dilakukan tanggal 09 April 2018,

kujungan nifas II dilakukan tanggal 17 April 2018, Kunjungan Nifas

III dilakukan tanggal 8 Mei 2018 keseluruhan pelaksanaan telah

dilaksanakan sesui rencana dengan hasil keadaan baik.

7. Evaluasi dari seluruh data, pemeriksaan, perencanaan dan tindakan

dapat disimpulkan bahwa Ny. V dalam keadaan baik dan mampu

melaksanakan seluruh anjuran yang telah disarankan.

8. Dari keseluruhan asuhan komprehensif yang telah dilakukan pada Ny.

V menurut 7 langkah varney di temukan kesenjangan antara teori dan

praktik yaitu pada saat dirujuk ke RS Panti Waluyo ibu tidak

didampingi petugas kesehatan dikarenakan keadaan ibu baik dan jarak

rumah sakit yang dekat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyampaikan saran

yang mungkin bermanfaat yaitu :

1. Bagi profesi
354

Diharapkan bidan lebih mampu melakukan antisipasi segera

dan melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu.

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan lebih meningkatkan pelayanan dalam menangani

kasus kebidanan komprehensif baik sarana, prasarana maupun

tenaga kesehatan yang ada di puskesmas.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan lebih meningkatkan mutu pendidikan, saranana dan

prasarana dalam proses pembelajaran agar mahasiswa dapat

meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang teori-teori

managemen kebidanan komprehensif.


355

DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, Dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Astuti, S, Dkk. 2017. Asuhan Ibu Dalam Kehamilan. Jakarta : Penerbit Erlangga
. 2017. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta : Penerbit
Erlangga

Barus, Dkk. 2018. Kebidanan Teori dan Asuhan Volume 1. Jakarta : ECG
. 2018. Kebidanan Teori dan Asuhan Volume 2. Jakarta : ECG
Dewi, V.N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika

DINKES ProvinsiJawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah


Tahun 2015. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Hidayat, A.A. 2014. Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis


data.Jakarta : Salemba Medika

Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI

. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : Kementria


Kesehatan RI

. 2007. Standar Profesi Bidan. Jakarta: DepartemenKesehatan RI


. 2017. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
355

Lisnawati, L. 2011. Buku Pintar Bidan Aplikasi Penatalaksanaan Gawat Darurat


Kebidanan Di Rumah Sakit. Jakarta : TIM

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar

Ningrum ,E.W, Joriaah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta : TIM

Ningrum, N.P, Marliandiani, Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas dan Menyusui. Jakarta : Salemba Medika

Purwoastuti, T.E, Walyani, E.S. 2015. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta : Pustaka Baru

Risneni, Asih, Y. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : TIM


Saifuddin, A.B. 2017. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo

Saryono, Pntiawati, I. 2010. Asuhan Kebdanan I (Kehamilan). Yogyakarta : Nulia


Medika

Suliatyawati, Ari. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Penerbit
ANDI

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika

Sunarsih, T, Dewi,Y.N.L. 2011. Asuhan Kebidanan Untuk Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika
357

Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka


Baru Press

Yusuf, S.F,. 2015. Metologi Penelitian Kesehatan. Padangsidiapuan Utara :


Darmais Press.

Das könnte Ihnen auch gefallen