Sie sind auf Seite 1von 4

KILAS BALIK UU PERTAMBANGAN DAN UU PEMERINTAHAN DAERAH NEWSLETTER #

Kilas Balik UU Pertambangan dan UU


Pemerintahan Daerah
INTI ARTIKEL

Dua bulan setelah dilantiknya Atas dasar hal tersebut, daerah Masalah Utama
Presiden Soeharto, Indonesia untuk merasa bahwa sentralisasi
pertama kalinya memiliki UU pengelolaan pertambangan tidak Setelah berkutat lama dengan otonomi
Pertambangan. Didahului oleh UU diimbangi dengan pemerataan daerah, pemerintah baru mampu
menerbitkan undang-undang
Penanaman Modal Asing, pembangunan di daerah, khususnya
pertambangan pada tahun 2009 (UU
pemerintah memastikan daerah penghasil. Pasca lengsernya
No. 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan
pengelolaan pertambangan di Orde Baru tuntutan terbesar yang Batubara). UU Minerba berusaha
Indonesia berorientasi kepentingan muncul adalah menghapus sistem mengatur inisiatif-inisiatif yang ada di
nasional berdasarkan sumber daya sentralisasi menjadi desentralisasi. daerah dengan meligitimasi pembagian
kelola yang saat itu tersedia. Terbitnya UU Otda membuka poros kewenangan pemerintah daerah antara
Namun setidaknya UU kekuasaan baru di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Sekitar 10
Pertambangan memiliki kelebihan, pemerintah daerah (Provinsi dan ribuan IUP terbit pada era berlakunya
yaitu diaturnya penggolongan Kabupaten/Kota) dalam berbagai UU Otda dengan satu kali revisi (UU No.
sektor, khususnya mengambil alih 32 Tahun 2004) dan UU Minerba.
komoditas antara strategis dan non-
strategis, serta vital dan non-vital. kewenangan pertambangan.
Sehingga sekalipun pengelolaan Revisi UU Minerba
pertambangan berada di lingkaran Revisi UU Minerba menjadi agenda
Obral Izin
pusat, pemerintah menyadari akan penting bagi segenap elemen
pentingnya menjaga kuantitas dan Pemerintah tidak segera merevisi
masyarakat sebagai pemangku
kualitas eksploitasi sumber daya undang-undang pertambangan kepentingan terbesar, khususnya di
alam pertambangan. setelah otonomi daerah. Akibatnya, daerah-daerah kaya tambang.
di tangan Kepala Daerah khususnya Antusiasme yang tinggi diwujudkan
Pemerintah menjadi aktor yang Bupati terjadi obral Izin Usaha
memberi dan memegang kontrak salah satunya oleh aksi penolakan
Pertambangan (IUP) yang tidak koalisi masyarakat sipil dan
perusahaan tambang yang bersifat
disertai kaidah pengelolaan pemerintah daerah di Kalimantan
strategis dan vital (mineral dan pertambangan yang baik. Timur atas draft RUU dan NA versi
batubara). Di sektor migas, ESDM.
pemerintah memusatkan kekuasaan Beberapa daerah melakukan inisiatif
pemberi dan pemegang kontrak ke otonomi pengaturan pertambangan
Pertamina. melalui penyusunan dan penerbitan
KILAS BALIK UU PERTAMBANGAN DAN UU PEMERINTAHAN DAERAH NEWSLETTER # 2

peraturan-peraturan daerah (Perda). diakibatkan oleh aktifitas daerah yang tidak pernah disahkan
Tetapi hal ini juga tidak menjamin pertambangan semakin oleh pemerintah terkait. Sebagian
praktik pengelolaan pertambangan meningkatakan resiko bencana dan besar daerah penghasil tambang di
oleh pemerintah daerah sesuai kerentanan suatu wilayah. Mulai dari Indonesia belum mengesahkan
dengan kaidah pertambangan yang kekeringan, longsor, banjir, hingga RTRW. Salah satu contoh misalnya di
baik. pencemaran akibat limbah dari Kota Samarinda: dengan luas wilayah
Setelah berkutat lama dengan aktifitas pertambangan. 718 km persegi, terdapat area WIUP
otonomi daerah, pemerintah baru Kecamatan Bahodopi, Kabupaten sebesar 509 km persegi. Sementara
mampu menerbitkan undang- Morowali, Sulawesi tengah, itu, luasan lahan pertanian menurut
undang pertambangan pada tahun misalnya. Kawasan yang sebelumnya BPS Kota Samarinda sebesar 34.782
2009 (UU No. 4 Tahun 2009 tentang tidak pernah tersentuh banjir ini hektar dan luasan pemukiman sekitar
Mineral dan Batubara). UU Minerba mulai rutin dilanda banjir bandang 6000-an hektar. Dengan demikian
berusaha mengatur inisiatif-inisiatif sejak tambang nikel PT. Bintang sudah terlihat bahwa sekitar 19 ribu
yang ada di daerah dengan Delapan Mineral beroperasi di hektar lahan penggunaannya
meligitimasi pembagian kawasan hulu Sungai Bahodopi sejak tumpang tindih antara tambang,
kewenangan pemerintah daerah 2010. Dalam kurun lima tahun pertanian, perkebunan, dan
antara provinsi dan kabupaten/kota. terakhir, setidaknya sudah terjadi perumahan.
Sekitar 10 ribuan IUP terbit pada era tiga kali banjir bandang dengan
berlakunya UU Otda dengan satu kali ketinggian air 1,5 hingga 2 meter
UU Minerba di mata Masyarakat
revisi (UU No. 32 Tahun 2004) dan UU yang menenggelamkan ratusan Sipil: Perizinan, Pengelolaan
Minerba. rumah di kecamatan tersebut. Manfaat, dan Safeguard
Hal yang sama juga terjadi di
Lemahnya Komitmen Kewenangan,
Polemik Ledakan Izin di Daerah Samarinda, Ibu kota Kalimantan
Mekanisme, dan Pengawasan
Timur. Wilayah konsesi tambang
Tentu saja ledakan pemberian izin Perizinan
batubara yang mengapling 71% luas
dalam waktu yang relatif singkat ini Kota Samarinda menyebabkan banjir Ledakan izin tidak diiringi dengan
menimbulkan banyak permasalahan, yang semakin rutin datang. Hingga komitmen kuat mengelola
baik permasalahan administratif 2015 tercatat 35 titik banjir, pertambangan sebagaimana
maupun permasalahan di lapangan. meningkat dari 29 titik banjir pada dimandatkan dalam Pasal 33 Ayat 3
Temuan Komisi Pemberantasan 2011. Tidak hanya melumpuhkan UUD 1945. Dari aspek kewenangan,
Korupsi (KPK) dalam Koordinasi dan kegiatan warga, banjir Samarinda telah terjadi karut marut perizinan
Supervisi Sektor Mineral dan juga telah menggerogoti keuangan sejak dialihkannya kewenangan dari
Batubara yang dilakukan sejak 2014, Negara sebesar Rp 600 miliar yang pemerintah pusat ke pemerintah
tercatat: sebanyak 4.843 izin yang diambil dari APBD Kaltim tiap daerah. Belum selesainya proses
tidak memiliki Nomor Pokok Wajib tahunnya. penataan perizinan, pemerintah
Pajak; 4.563 izin berstatus Non Clear mengeluarkan UU 23/2014 yang
Data KPK dalam laporan yang sama
and Clean; hanya 2.304 atau 29% izin kembali mengalihkan kewenangan
juga menunjukkan bahwa 90% IUP
yang taat dalam pembayaran pajak; dari pemerintah kabupaten/kota ke
tidak dilengkapi dengan dokumen
sebanyak 25,8 juta Ha konsesi pemerintah provinsi. Dalam hal ini,
tambang dari 6.163 izin berada di reklamasi dan pascatambang, serta
pemerintah belum memiliki
Hutan Konservasi, Hutan Lindung tumpang tindih dengan kawasan
ketegasan dalam mengelola
dan Hutan Produksi, namun hanya hutan lindung dan hutan konservasi.
kewenangan pertambangan.
441.000 Ha atau 517 izin yang Berdasarkan laporan Civil Society
Against Mining Corruption, terdapat Dari sisi mekanisme, ledakan izin
mengantongi Izin Pinjam Pakai
247 IUP yang beroperasi di wilayah merepresentasikan tidak
Kawasan Hutan (IPPKH).
hutan lindung, dimana paling banyak transaprannya proses perizinan mulai
Kondisi faktual di lapangan juga berada di Sulawesi Tengah (105 IUP) dari pengajuan sampai penerbitan
sama bermasalahnya. Lonjakan dan Kalimantan Timur (62 IUP). izin. Berangkat dari kasus dalam
perizinan tambang mineral dan Kotak 1, dalam perizinan hampir
Permasalahan tumpang tindih izin
batubara semakin mendorong tidak ada informasi yang terbuka
percepatan kerusakan lingkungan. juga terjadi di ruang lingkup
tentang siapa-siapa saja yang
perencanaan tata ruang dan wilayah
Perubahan bentang alam yang melakukan permohonan izin, yang
KILAS BALIK UU PERTAMBANGAN DAN UU PEMERINTAHAN DAERAH NEWSLETTER # 3

mendapatkan izin, dan sampai mana menyelesaikan pada tenggat waktu masyarakat sipil, sehingga apapun
prosesnya. Segala bentuk informasi yan disepakati. Sementara itu, Seno agenda yang dilakukan pemerintah
sektor pertambangan tidak pernah Margo Utomo Tenaga Ahli Komisi VII terkait proses akan langsung
dibuat accessible oleh pemerintah DPR RI menyatakan, target direspon oleh masyarakat sipil.
kabupaten. Meninjau UU KIP, banyak pemerintah mengesahkan RUU Terlebih, pemerintah dan DPR
pemerintah daerah yang belum Minerba adalah Juni 2016. Namun sampai saat ini belum membuka
mengesahkan Daftar Informasi sampai saat ini, RUU Minerba belum ruang diskusi atau konsultasi publik
Publik sektor pertambangan di PPID pernah dirapatkan sama sekali oleh yang melibatkan masyarakat sipil
masing-masing SKPD. Komisi VII. terkait Revisi UU Minerba.
Sementara itu dari sisi pengawasan Saat ini, telah terbit draft RUU dan Menurut salah satu sumber informasi
internal, hanya ada satu instrumen NA yang beredar namun belum resmi yang berasal dari Ditjen Minerba,
pengawas teknis di pemerintah dirilis oleh lembaga terkait sebagai ESDM telah beberapa kali
kabupatan yaitu Inspektur Tambang. draft resmi. Kedua belah pihak baik mengundang asosiasi praktisi, pegiat
Namun pemerintah kabupaten selalu DPR maupun ESDM masih dan pengusaha pertambangan untuk
berkendala dalam jumlah dan menyatakan menggodok bersama forum diskusi terarah terkait Revisi
kualitas SDM Inspektur Tambang di draft RUU dan NA yang terbaik. UU Minerba. Seharusnya pemerintah
daerah. Jumlah Inspektur Tambang Menurut Sonny Heru Prasetyo, draft membuka ruang diskusi serupa
tidak memadai untuk mengawasi yang sudah beredar tidak dapat dengan masyarakat sipil sehingga
ratusan izin di wilayahnya. Kapasitas dijadikan acuan karena bukan tercipta keseimbangan ide dan
Inspektur Tambang sering dianggap merupakan draft resmi. Sonny argumentasi dalam proses
formalitas oleh pelaku usaha dan menyarankan agar advokasi seluruh pembahasan.
Bupati. Ada kasus Inspektur elemen masyarakat baik ditingkat
Tambang yang melaporkan perihal pusat maupun daerah tidak
kejanggalan operasi pertambangan berdasarkan draft yang masih Materi Perubahan: Berangkat dari
dengan baik, dia kemudian prematur dan belum resmi, tetapi Pembelajaran
dipindahkan ke SKPD lain tidak lagi lebih kepada memunculkan Berangkat dari segala polemik terjadi
menjadi Inspektur Tambang. Karena diskursus-diskursus publik yang pada hampir seluruh aspek dalam
mungkin pelaku usaha resah dan dapat mendorong DPR sedikit implementasi UU Minerba, berbagai
mengadukannya kepada Bupati, tergesa-gesa melakukan kelompok masyarakat dengan latar
sehingga Bupati mencabut pembahasan RUU Minerba. belakang beragam kini mewarnai
jabatannya diskursus publik dengan merespon
Masyarakat Sipil bersikap
Revisi UU Minerba tiap-tiap isu perubahan, antara lain:
Revisi UU Minerba menjadi agenda
UU Minerba masuk dalam Prolegnas penting bagi segenap elemen Perundang-undangan
Prioritas 2016 sejak 2015 sebagai UU masyarakat sebagai pemangku Pemerintah dihadapkan dengan
perubahan. UU Minerba telah kepentingan terbesar, khususnya di hadirnya UU 23/2014 sebagai
berulangkali - sebanyak 9 kali - di daerah-daerah kaya tambang. konsideran Revisi UU Minerba. Bagi
Judicial Review (JR) ke Mahkamah Antusiasme yang tinggi diwujudkan segenap praktisi hukum – salah
Konstitusi dengan hadirnya UU salah satunya oleh aksi penolakan satunya Dr. Tri Haryati, FHUI – yang
23/2014 sebagai materi konsideran koalisi masyarakat sipil dan bergerak di bidang hukum
utama revisi. pemerintah daerah di Kalimantan perundang-undangan, pemerintah
Revisi UU Minerba merupakan Timur atas draft RUU dan NA versi tidak dapat melaksanakan suatu
inisiatif DPR, sehingga perubahan ESDM. Sikap tersebut digagas oleh produk hukum yang bertentangan
semuanya akan digodok oleh DPR. JATAM. dengan produk hukum terbaru. Jika
Namun, Sonny Heru Prasetyo Sementara itu di tingkat nasional, tidak segera merevisi UU Minerba
Kasubbag Perundang-undangan Biro beberapa Organisasi Masyarakat yang masih memandatkan
Hukum Ditjen Minerba menyatakan Sipil juga menyatakan menolak draft kewenangan di tangan
bahwa pemerintah – dalam hal ini RUU dan NA di Jakarta yang juga Bupati/Walikota, pemerintah di nilai
KESDM – turut mempersiapkan diprakarsai oleh JATAM. Hal ini gagal dalam melaksanakan norma
ancang-ancang materi perubahan menunjukkan bahwa proses Revisi peraturan perundang-undangan
jika DPR tidak mampu UU Minerba menjadi perhatian besar sebagaimana mestinya.
Bagaimanapun, cara
KILAS BALIK UU PERTAMBANGAN DAN UU PEMERINTAHAN DAERAH NEWSLETTER # 4

memberlakukan peraturan terpisah dari pemerintah dengan polemik seperti minerba, misalnya
perundang-undangan pola kerja business to business. Tidak lingkungan, konflik dengan
mencerminkan kepatutan lagi business to government. Namun masayrakat dan daerah, dan
pemerintah dalam bernegara dan karena sektor strategis seperti sebagainya.
berbangsa, baik di mata masyarakat minerba tidak mungkin diliberalisasi
Kewenangan
maupun di mata dunia internasional. penuh seperti swasta, Perhapi
menawarkan pemerintah Di sisi lain, terdapat argumen tidak
Kelembagaan serupa dari berbagai kalangan.
membentuk BUMNK (Badan Usaha
Selain dalam menyusun dan Milik Negara Khusus) Minerba. Kelembagaan yang sekarang
melaksanakan peraturan perundang- Dengan kerangka BUMN, praktisi dipraktikan memang masih
undangan, cermin kebajikan lain dan pegiat usaha pertambangan menimbulkan banyak permasalahan.
pemerintah dalam bernegara adalah lebih merasa diperlakukan secara Tetapi dengan menyerahkan sektor
dengan mengelola kelembagaan efektif dan efisien dengan minerba ke BUMNK, pemerintah
secara efektif dan efisien. Selama ini, pendekatan business to business. berarti melepas sektor strategi ke
sektor minerba dikelola oleh upaya-upaya perluasan pasar yang
Berbagai pihak kemudian merespon
kelembagaan sektoral langsung menguntungkan dan memudahkan
argumen tersebut. Salah satu Tenaga
dibawah pemerintah yaitu bisnis pelaku usaha. Akhmad Yani
Ahli di Badan Penelitian dan
Kementerian ESDM yang secara Kepala Dinas Pertambangan dan
Pengembangan (Balitbang) DPR RI
fungsional membawahi Ditjen Energi (Distamben) Kabupaten
menyatakan bahwa BUMNK menjadi
Minerba dan Dinas Pertambangan di Kolaka mengatakan: “pemerintah
penting. Kesuksesan sektor migas
daerah, serta Kemendagri yang tidak dapat begitu saja melepas
dengan badan pengelolanya,
membawahi setiap penyelenggaraan kewenangan pertambangan dari
SKKMIGAS agaknya menjadi contoh
pemerintah daerah. daerah. Daerah masih dalam tahap
praktik baik. Walaupun masih banyak
Menurut Resvani dari Perhimpunan belajar dalam mengelola
permasalah khususnya dalam hal
Ahli Pertambangan Indonesia, pertambangan yang tidak luput
transparansi PSC dan cost recovery,
sturuktur dan sistem kelembagaan dari kesalahan, selayaknya anak
tetapi pemerintah setidaknya berani
yang demikian sudah tidak aplikabel kecil yang beru belajar jalan, ada
merelakan pengelolaan sektor migas
terhadap perkembangan model kalanya ia jatuh, lalu kembali
melalui suatu kelembagaan khusus
bisnis dan tata kelola pertambangan bangkit. Tetapi hasilnya, anak
terpisah dari pemerintah. Hal ini
saat ini. Menurutnya, dibutuhkan tersebut dapat berjalan lancar saat
terkait pengelolaan migas yang
suatu kelembagaan khusus yang tumbuh dewasa akibat
sampai saat ini tidak menemui
pembelajaran jatuh-bangunnya.”

NEWSLETTER EDISI I

*Tulisan ini disarikan dari penelitian yang dilakukan oleh Article


Kilas Balik UU
33 Indonesia dengan judul yang sama dengan peneliti utama Pertambangan dan UU
Pemerintahan Daerah

PERUMAHAN KALIBATA INDAH


JALAN SALAK BLOK L NO 10
PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN
www.artice33.co.id
email: sekretariat@article33.or.id
telp /fax: 021-29122183

Das könnte Ihnen auch gefallen