Sie sind auf Seite 1von 90

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama risalah dan dakwah. Artinya islam merupakan wahyu yang

disampaikan kepada Rasulullah dan harus disampaikan kepada seluruh umat

manusia. Umat islam adalah pendukung amanah untuk meneruskan risalah dengan

dakwah. Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat mutlak bagi

kesempurnaan dan keselamatan hidup bermasyarakat.1 Dalam Al-Qur’an, terdapat

banyak ayat yang memerintahkan berdakwah bagi umat islam, sebagai menyeru

umat manusia agar melaksanakan kebajikan (al-ma’ruf) dan meninggalkan

perbuatan buruk (al-munkar). Ini adalah kewajiban sebagai pembawaan fitrah

manusia selaku “socialbeing” dan kewajiban yang ditegaskan oleh risalah yaitu

Kitabullah dan Sunah Rasul.2

Bagi seorang muslim, dakwah merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa

ditawar-tawar lagi. Landasan mengenai perintah dakwah didasarkan pada Al-

Qur’an adalah surat An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:

   



  
  
    
   
   
 

1
Drs. Enjang, AS, M.Ag, Aliyudin, S.Ag. M.A, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah Pendekatan Filosofis Dan
Praktek (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), 42.
2
Ibid 40.

1
2

Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.3
Dari ayat di atas dapat mengambil kesimpulan bahwa secara garis besar metode-

metode yang terdapat dalam Al-Qur’an ada tiga, yaitu:

1. Al-hikmah.

2. Al-mau’idzah al-hasanah.

3. Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsan.

Dari ketiga metode diatas salah satunya yaitu metode dakwah bil-lisan yaitu Al-

mau’idzah al-hasanah. Al-mau’idzah al-hasanah yang berarti tutur kata yang baik,

nasehat yang baik dan harus dapat dilaksanakan dengan sasaran dakwah sebagai

suatu bimbingan, ajakan dan pengarahan penuh perhitungan.

Sarana dakwah mempunyai peranan dan kedudukan yang sama jika

dibandingkan dengan komponen atau unsur dakwah yang lainnya oleh karena itu,

pentingnya sarana dakwah sebagai salah satu unsur dakwah, maka sudah

seharusnya dalam proses dakwah, unsur dakwah tersebut harus digunakan dan

dimanfaatkan secara baik, tepat dan benar.

Panti Asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang didirikan secara

sengaja oleh pemerintah atau masyarakat yang bertanggung jawab dalam

melakukan pelayanan, penyantunan, pendidikan akhlak dan pengentasan anak

terlantar dan memiliki fungsi sebagai pengganti peranan orang tua dalam memenuhi

kebutuhan mental dan sosial pada anak asuh agar mereka memiliki kesempatan

yang luas untuk mengalami pertumbuhan fisik dan mengembangkan pemikiran

3
Al-Qur’an 16:25.
3

hingga ia mencapai tingkat kedewasaan yang matang dan mampu melaksanakan

peranan-perannya sebagai individu dan warga negara didalam

kehidupan bermasyarakat.

Dakwah yang berada di panti asuhan bukan hanya belajar mengajar semata, akan

tetapi didalamnya terdapat berbagai macam metode dakwah, salah satunya yaitu

dakwah dengan menggunakan metode mau’idzah hasanah.

Al-Mau’idzah al-hasanah menurut beberapa ahli bahasa dan pakar tafsir,

memiliki pengertian sebagai berikut: Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling

dari perbuatan jelek melalui tarhib dan targhib (dorongan dan motivasi),

penjelasan, keterangan, gaya bahasa, peringatan, penuturan, contoh teladan,

pengarahan, dan pencegahan dengan cara halus.4

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin menyusun skripsi ini dengan

meneliti tentang “Pengaruh Pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah

Terhadap Pembinaan Akhlak Remaja Di Yayasan Yatim Piatu ‘Al-Amin’

Gandu Mlarak Ponorogo”.

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas. Pada skripsi ini ada 3

rumusan masalah yang akan dibahas oleh peneliti sebagai bahan untuk di jadikan

objek penelitian dan menjadi bahan permasalahan yang akan di teliti nantinya:

1. Bagaimana pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah di Yayasan

Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo?


4
Drs. H. Muhyiddin, Asep, M.Ag. Agus Ahmad safei, M.A, Metode Pengembangan Dakwah(Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2002), 80.
4

2. Bagaimanakah pembinaan akhlak remaja Di Yayasan Yatim Piatu “Al-

Amin” Gandu Mlarak Ponorogo?

3. Adakah pengaruh pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah terhadap

pembinaan akhlak remaja di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak

Ponorogo?

C. Tujuan Penelitian

Dan setelah melihat dari rumusan masalah di atas, Maka peneliti berharap bisa

mencapai tujuan yang maksimal dari hasil penelitian tersebut. Adapun tujuannya

antara lain:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah di

Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo.

2. Untuk mengetahui pembinaan akhlak remaja di Yayasan Yatim Piatu “Al-

Amin” Gandu Mlarak Ponorogo.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pelaksanaan metode dakwah

mau’idzah hasanah terhadap pembinaan akhlak remaja di Yayasan Yatim

Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo.

D. Kegunaan Penelitian

1. Teoretis

Sebagai kontribusi pengetahuan dan wawasan khususnya bagi peneliti

sendiri dan bagi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian tentang

pengaruh pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah Terhadap


5

Pembinaan Akhlak Remaja Di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu

Mlarak Ponorogo, yang mana metode tersebut sangat maju pada saat ini.

2. Praktis

a. Sebagai masukan dan sumbangsih pikiran dalam rangka meningkatkan

aktifitas proses pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah Terhadap

Pembinaan Akhlak Remaja Di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu

Mlarak Ponorogo.

b. Bagi penulis sebagai salah satu syarat akademis dalam rangka memperoleh

gelar Sarjana Komunikasi Islam Strata Satu (S-1) di Fakultas Dakwah

Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (IAIRM) Pondok Pesantren

“Wali Songo” Ngabar Ponorogo.

c. Bagi IAIRM semoga karya ini dapat dijadikan kaca perbandingan untuk

pembuatan skripsi atau karya tulis ilmiah pada masa yang akan datang.

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan.Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap

rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.5

Berdasarkan asumsi tersebut, maka hipotesis yang dilakukan adalah

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

5
Prof. DR. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &
D,(Bandung: Alfabeta,2013), 96.
6

“Ada pengaruh pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah terhadap

pembinaan akhlak remaja di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu

Mlarak Ponorogo.”

2. Hipotesis Nihil (Ho)

“Tidak ada pengaruh pelaksanaan metode dakwah mau’idzoh hasanah

terhadap pembinaan akhlak remaja di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo.”

F. Metode Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu

ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Atau suatu obyek penelitian

sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data.6

2. Definisi Operasional Dan Instrument (Istilah)

 Metode: cara yang teratur dan sigtimatis untuk pelaksanaan sesuatu, cara

kerja.7

 Dakwah: penerangan agama (islam).8

 Akhlak: budi pekerti, tingkah laku, perangai.9

3. Prosedur Pengumpulan Data

a. Observasi

6
Subagyo, Joko S.H. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), 23.
7
Pius A. Pratanto. M. Dahlan Al Barry. Kamus ilmiah popular (Surabaya: Arkola. 1994). 247.
8
Ibid
9
Ibid
7

Observasi yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di

dalam pengertian psikologik, observasi atau pengamatan meliputi

kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan

menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan

pengecap.10 Atau biasa di sebut pengamatan langsung.

b. Interview

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner

lisan. Adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.11

c. Kuesioner ( Angket )

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk di jawabnya.12

d. Dokumentasi
13
Dokumentasi artinya barang-barang tertulis. Didalamnya peneliti

menyelidiki tentang data-data, catatan-catatan, buku-buku, peraturan-

peraturan, dan dokumen dari Yayasan Yatim piatu “Al-Amin” Gandu

Mlarak Ponorogo.

4. Prosedur Analisis

10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
133.
11
Ibid 132.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010) 199.
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2002),
135.
8

Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah

Terhadap Pembinaan Akhlak Remaja Di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo digunakan teknik analisis data dengan menggunakan

rumus regresi linier sederhana :

𝛾 = 𝑎 + 𝑏𝑋

∑ 𝑌 − 𝑏. ∑ 𝑋
𝑎=
𝑛.

𝑛. ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋. ∑ 𝑌
𝑏= 2
𝑛. ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)

Dimana :

𝛾= Subyek variabel yang di proyeksikan.

𝑋= Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk di prediksikan.

𝑎= Nilai konstanta harga Y jika X = 0

𝑏= Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai

peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

n = Jumlah data yang dianalisis.

∑ 𝑋 = Jumlah nilai variabel (X)

∑ 𝑌 = Jumlah nilai variabel (Y)14

5. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah pembahasan dan memahami isi dari skripsi yang

akan diteliti, maka peneliti menulis sistematika penelitian skripsi ini terdiri dari

lima bab, yaitu sebagaimana digambarkan dibawah ini:

14
.Riduwan. Drs. M.B.A. Rumus Dan Data Dalam Analisis Statistika (Bandung:Alfabeta,2007), 133.
9

BAB I : PENDAHULUAN, yang menjabarkan tentang pola dasar yang melatar

belakangi pemikiran dan ide penulis dimana di dalamnya terdiri

dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, hipotesis, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

BAB II: LANDASAN TEORI, yang mengemukakan tentang metode dakwah

mau’idzah hasanah yang terdiri dari: pengertian metode dakwah,

macam-macam metode dakwah, pengertian mau’idzah hasanah,

ruang lingkup mau’idzah hasanah. Tinjauan tentang akhlak remaja

terdiri dari: pengertian akhlak remaja, faktor-faktor yang

mempengaruhi akhlak remaja, cakupan akhlak remaja yang terdiri

dari: akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap manusia, akhlak

terhadap lingkungan.

BAB III: METODE PENELITIAN, pada bab ini berisi pembahasan mengenai

pendekatan dan jenis penelitian, ruang lingkup peneliti, populasi,

data dan sumber data, teknik pengumpulan data.

BAB IV: PAPARAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DATA, merupakan

laporan dari data yang peneliti dapatkan selama mengadakan

penelitian yang meliputi: Data umum Yayasan Yatim Piatu “Al-

Amin” Gandu Mlarak Ponorogo, letak geografis, sejarah berdiri,

keadaan anak remaja,struktur organisasi sarana dan prasarana,

jadwal kegiatan, paparan penyajian data pelaksanaan metode

dakwah mau’idzah hasanah, data akhlak remaja, dan analisis data.


10

BAB V: PENUTUP, yang berisikan ini tercakup tentang kesimpulan, saran-

saran penulis, lampiran-lampiran, daftar pustaka.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah

1. Pengertian Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta”

(melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian dapat kita artikan

bahwa metode dakwah cara yang dilalui untuk mencapai tujuan atau cara

yang sigtimatis untuk pelaksanaan sesuatu.

Arti dakwah secara bahasa (etimologi) merupakan sebuah kata dari

bahasa Arab dalam bentuk masdar. Kata dakwah berasal dari kata (da’a,

yad’u, da’watan), yang berarti seruan, panggilan, undangan atau do’a.

Enjang AS, M.Ag. dalam bukunya dasar-dasar ilmu dakwah pendekatan

filosofis dan praktek mengutip pandangan ilmuan tentang arti dakwah

adalah sebagai berikut: Menurut Abdul Aziz, secara etimologis kata

dakwah berarti: memanggil, menyeru, menegaskan atau membela sesuatu

dan memohon do’a.15

Sedangkan pengertian dakwah menurut istilah (terminologi)

dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan Allah (sistem islam) secara

menyeluruh, baik dengan lisan, tulisan, maupun dengan perbuatan sebagai

ikhtiar (upaya) muslim untuk mewujudkan nilai-nilai ajaran islam dalam

realitas kehidupan pribadi (syahsyiah), keluarga (usrah), dan masyarakat

15
Enjang, AS, M.Ag, Aliyudin, S.Ag. M.A, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah Pendekatan Filosofis
Dan Praktek (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), 3.

11
12

(jama’ah) dalam segi kehidupan secara menyeluruh sehingga terwujud

khairul ummah (masyarakat madani).16

Drs. H. Asep muhyidin, M.Ag. dalam bukunya metode

pengembangan dakwah mengutip pandangan beberapa pakar ilmuan

tentang arti dakwah adalah sebagai berikut:

1) Pendapat Syeikh Ali Mahfudz, dakwah adalah mendorong

manusia kepada kebaikan dan petunjuk, memerintahkan perbuatan

yang diketahui kebenarannya, melarang perbuatan yang merusak

individu dan orang banyak agar mereka memperoleh kebahagiaan

di dunia dan di akhirat.

2) Pendapat Ahmad Ghalwusy, dakwah adalah menyampaikan pesan

islam kepada manusia di setiap waktu dan tempat dengan metode-

metode dan media-media yang sesuai dengan situasi dan kondisi

para penerima pesan dakwah (khalayak dakwah).

3) Pendapat Sayyid Mutawakil, dakwah adalah mengorganisasikan

kehidupan manusia dalam menjalankan kebaikan,

menunjukkannya ke jalan yang benar dengan menegakkan norma

sosial budaya dan menghindarkannya dari penyakit sosial.

4) Pendapat Ibnu Taymiyah, dakwah adalah menyampaikan pesan

islam berupa:

a. Mengimani Allah

16
Enjang, AS, M.Ag, Aliyudin, S.Ag. M.A, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah Pendekatan Filosofis Dan
Praktek (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), hal 5.
13

b. Mengimani segala ajaran yang dibawa oleh semua utusan

Allah, dengan membenarkannya dan mentaati segala yang

diperintahkan

c. Menegakkan pengikraran syahadatain

d. Menegakkan shalat

e. Mengeluarkan zakat

f. Menunaikan puasa di bulan ramadhan

g. Menunaikan ibadah haji

h. Mengimani malaikat, kitab-kitab Allah, para Rasul Allah,

kebangkitan setelah wafat, kepastian baik-buruk yang

datang dari Allah.

i. Menyeru agar hamba Allah hanya beribadah kepada-Nya

dan seakan-akan melihat-Nya.

5). Pendapat Zakaria, dakwah adalah aktifitas para ulama dan orang-

orang yang memiliki pengetahuan agama islam dalam memberi

pengajaran kepada orang banyak (khalayak dakwah) hal-hal

yang berkenan dengan urusan-urusan agama dan kehidupannya

sesuai dengan realitas dan kemampuannya.

Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa metode

dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i

(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai tujuan atas dasar hikmah

atau kasih sayang.17

17
Drs. H. Muhyiddin, Asep, M.Ag. Agus Ahmad safei, M.A, Metode Pengembangan
Dakwah(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), 33.
14

2. Macam-Macam Metode Dakwah

Allah SWT berfirman dalam Q.S An-Nahl: 125

   




  
   
   
    
 
 
Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl;
125).18

Dari Ayat tersebut menunjukkan bahwa metode dakwah itu meliputi tiga

cakupan yaitu:

1). Hikmah

Kata al-hikmah mempunyai banyak pengertian. Dalam

beberapa kamus kata al-hikmah dapat diartikan: al-adl (keadilan),

al-hilm (kesabaran dan ketabahan), an-nubuwah (kenabian), al-ilm

(ilmu pengetahuan), al-Qur’an, falsafah, kebijakan, pemikiran atau

pendapat yang baik, al-haqq (kebenaran), meletakkan sesuatu pada

tempatnya, kebenaran sesuatu, mengetahui sesuatu yang paling

utama dengan ilmu yang paling utama.19

18
Al-Qur’an 16:25.
19
Drs. Enjang, AS, M.Ag, Aliyudin, S.Ag. M.A, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah Pendekatan
Filosofis Dan Praktek (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), 88
15

Drs. H. Asep Muhyidin, dalam bukunya dakwah dalam

perspektif Al-Qur’an mengutip pandangan beberapa pakar ilmuan

tentang arti dakwah dengan hikmah adalah sebagai berikut:

Menurut Ibnu Rusyd, dakwah dengan hikmah artinya dakwah

dengan pendekatan substansi yang mengarah pada falsafah dengan

nasihat yang baik, yang berarti retorika yang efektif dan populer,

serta argumentatif atau dialektis yang unggul.20

Menurut Sayid Qutub, dakwah dengan metode hikmah akan

terwujud apabila memperhatikan tiga faktor. Pertama, keadaan dan

situasi orang-orang yang didakwahi. Kedua, kadar atau ukuran

materi dakwah yang disampaikan agar mereka merasa tidak

keberatan dengan beban materi tersebut. Ketiga, metode

penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian

rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.21

Menurut Muhammad Husen Yusuf , dakwah dengan hikmah

berarti dakwah yang disesuaikan dengan kadar akal, bahasa, dan

lingkungan para pendengarnya. Sebab manusia secara fitrah terdiri

atas tiga macam. Salah satunya manusia yang secara fitrah

memiliki tendensi pada kebenaran. Dengan pemikirannya, ia

menerima dakwah dengan mudah, selama dakwah itu tegak dan

dijalankan sesuai dengan proporsinya. Ia tidak akan berbelit-belit

dalam menyambut dakwah dan tidak ragu untuk membelanya demi

berjuang di jalan Allah, seperti yang dilakukan generasi pertama

20
Muhyidin, Asep. M.A. Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Bandung:CV Pustaka Setia,
2002), 162.
21
Ibid,.164.
16

islam mereka tidak ra gu-ragu untuk menyambut ajaran

Rasulullah. Dengan hanya mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dan

penjelasan-penjelasan yang disampaikan kepada mereka.22

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa al-hikmah

adalah kemampuan da’i dalam memilih, memilah dan

menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Di

samping itu juga al-hikmah merupakan kemampuan Da’i dalam

menjelaskan doktrin-doktrin islam serta realitas yang ada dengan

argumentasi yang logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena

itu, al-hikmah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara

kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.

Prinsip-prinsip metode dakwah bil hikmah ditujukan terhadap

mad’u yang kapasitas intelektual pemikirannya terkategorikan

khawas, cendekiawan dan ilmuwan.23

2). Mau’idzah Al Hasanah

Terminologi Mau’idzah al-hasanah dalam perspektif dakwah

sangat populer, bahkan dalam acara-acara seremonial (tabligh)

seperti Maulid Nabi dan Isra’ Mi’raj, istilah mau’idzah hasanah

mendapat porsi khusus dengan sebutan-sebutan “acara yang

ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara. Namun demikian

supaya tidak menjadi kesalahfahaman maka, akan dijelaskan

pengertian mau’idzah al-hasanah.

22
Muhyidin, Asep. M.A. Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Bandung:CV Pustaka Setia,
2002), 164.
23
Ibid,.164.
17

Mau’idzah al-hasanah, menurut beberapa ahli bahasa dan

pakar tafsir, memiliki arti sebagai berikut: pelajaran dan nasihat

yang baik, berpaling dari perbuatan jelek melalui tarhib dan targhib

(dorongan dan motivasi), penjelasan, keterangan, gaya bahasa,

peringatan, penuturan, contoh teladan, pengarahan, dan pencegahan

dengan cara halus.

3.) Al Mujadalah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan.

Metode dakwah ketiga yang disodorkan Al-Qur’an dalam

surat an-nahl, adalah wa jadilhum bi al-lati hiya ahsan.

Dari segi etimologi (bahasa) lafadz al-mujadalah terambil

dari kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila

ditambahkan huruf alif pada huruf jim yang mengikuti wazan

faa’ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujadalah”

perdebatan.24

Al-mujadalah al-ahsan merupakan upaya dakwah melalui

bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang baik, sopan,

santun, saling menghargai, dan tidak arogan. Dalam pandangan

Muhammad Husain Yusuf, cara dakwah ini diperuntukkan bagi

manusia jenis ketiga. Mereka adalah orang-orang yang hatinya

dikungkung secara kuat oleh tradisi jahiliyah, yang dengan

sombong dan angkuh melakukan kebathilan, serta mengambil

posisi arogan dalam menghadapi dakwah. Kesombongannya yang

transparan mendorongnya untuk berkata:

24
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Besar Bahasa Arab (Jakarta: Pustaka Progresif,1997),
175.
18

   


  
  

Dan mereka berkata: "Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan
kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif)
ini?25

Bagi manusia semacam itu, keindahan balaghah Al-Qur’an

dan nasihat yang baik tidak berarti apa-apa. Mereka harus

dihadapkan pada perdebatan yang baik dengan cara menegakkan

berbagai argumentasi yang dapat mematahkan arogansinya, tetapi

tetap menjaga sikap keras dan kasar kepada mereka hanya

membuatnya semakin sombong.

Berdasarkan ekspresi ungkapan dalam ayat wajadilhum bi

al-lati hiya ahsan, bahwa dalam perdebatan atau diskusi

(mujadalah) terdapat dua metode yang baik (hasan) dan metode

yang lebih baik (ahsan) diskusi dengan metode ahsan adalah

dengan segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang berdiskusi,

kemudian dari situ dibahas masalah-masalah perbedaan kedua

belah pihak sehingga diharapkan mencapai segi-segi persamaan.

Prinsip-prinsip metode ini ditujukan sebagai reaksi

alternatif dalam menjawab tantangan respon negatif dari mad’u,

khususnya dalam sasaran yang menolak, tidak peduli, atau acuh tak

acuh, bahkan melecehkan seruan.

25
Al-Qur’an surat Az-zuhruf 43:31.
19

Metode alternatif ini mengajak dan menyadarkan para juru

dakwah untuk menghadapi berbagai realitas tantangan dan kendala

yang akan dihadapinya, yakni beragam sikap mad’u dalam

menanggapi seruan ke jalan illahi. Ada yang bersikap menerima

(mukmin), acuh tak acuh, menolak secara terbuka (kafir), dan ada

yang menolak secara diam-diam (munafiq). Dalam menggunakan

metode mujadalah ini para da’i tetap harus bi-al-lati hiya ahsan.

Karena antara shifat dan maushuf, dalam konotasi maknanya tidak

dapat dipisahkan, bahkan menjadi syarat atau takhsis (pembatasan).

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan apabila

metode ini dipakai, yakni: pertama, tidak merendahkan pihak

lawan, apalagi menghina, mengejek, dan menghujatnya. Kedua,

tujuan diskusi hanyalah semata-mata menunjukkan kebenaran

sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Ketiga, tetap menghormati

pihak lawan sebab jiwa manusia tetap memiliki harga diri. Ia tidak

boleh merasa kalah dalam diskusi sehingga harus diupayakan agar

ia tetap merasa dihargai dan dihormati.26

3. Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah

Pengertian mau’idzah hasanah

Mau’idzah hasanah ialah bimbingan atau konseling dengan cara

mengambil pelajaran-pelajaran atau i’tibar-i’tibar dari perjalanan

kehidupan para Nabi, Rasul dan para Auliya-Allah. Bagaimana Allah

26
Dr. Muhiddin , Asep, Dakwah dalam perspektif al-Qur’an, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2003.
Hal. 169
20

membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara

berprilaku serta menanggulangi berbagai problem kehidupan. Bagaimana

cara mereka membangun ketaatan dan ketaqwaan kepada-Nya,

bagaimana cara mereka mengembangkan eksistensi diri dan menemukan

jati diri dari hal-hal yang dapat menghancurkan mental spiritual dan

moral.27

Drs. H. Asep muhyidin, dalam bukunya dakwah dalam perspektif

al-Qur’an mengutip pandangan beberapa pakar ilmuan tentang arti

dakwah mau’idzah hasanah, menurut beberapa ahli bahasa dan pakar

tafsir , memiliki pengertian sebagai berikut:

1) Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari perbuatan jelek

melalui tarhib dan targhib (dorongan dan motivasi), penjelasan,

keterangan, gaya bahasa, peringatan, penuturan, contoh teladan,

pengarahan, dan pencegahan secara halus.

2) Pelajaran, keterangan, penuturan, peringatan, pengarahan dengan

gaya bahasa yang mengesankan, atau menyentuh dan terpatri

dalam nurani.

3) Simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil

yang memuaskan melalui al-qaul ar-rafiq 9 ucapan lembut dengan

penuh kasih sayang).

4) Kelembutan hati menyentuh jiwa dan memperbaiki peningkatan

amal.

27
Drs. Adz-dzaky, Hamdani Bakran, psikoterapi dan konseling islam, Yogyakarta : Fajar Pustaka
Baru, 2001. Hal. 149
21

5) Nasihat, bimbingan, dan arahan untuk kemaslahatan. Dilakukan

dengan baik dan penuh tanggung jawab, akrab, komunikatif,

mudah dicerna, dan terkesan di hati sanubari mad’u.

6) Suatu ungkapan dengan penuh kasih sayang yang terpatri dalam

kalbu, penuh kelembutan sehingga terkesan dalam jiwa, tidak

melalui cara pelarangan dan pencegahan, sikap mengejek,

melecehkan, menyudutkan atau menyalahkan, meluluhkan hati

yang keras, menjinakkan kalbu yang liar.

7) Tutur kata yang lemah lembut, perlahan-lahan, bertahap, dan

sikap kasih sayang dalam konteks dakwah, dapat membawa

seseorang merasa dihargai rasa kemanusiaannya dan mendapat

respon positif dari mad’u.28

Dengan demikian, dakwah melalui mau’idzah hasanah ini jauh dari

sikap egois, emosional, dan apologi.

Prinsip-prinsip metode ini diarahkan terhadap mad’u. Yang

kapasitas intelektual dan pemikiran serta pengalaman spiritualnya

tergolong kelompok awam. Dalam hal ini, peranan juru dakwah adalah

sebagai pembimbing, teman dekat yang setia, menyayangi dan

memberikan segala hal yang bermanfaat, serta membahagiakan

mad’unya.

Cara berdakwah model ini memang lebih spesifik ditujukan kepada

manusia jenis kedua, yaitu keumuman manusia. Mereka adalah orang-

orang yang tidak mencapai taraf kemampuan manusia jenis pertama.

28
Muhiddin, Asep, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2003),
Hal. 166.
22

Secara potensial mereka memiliki fitrah terhadap kebenaran, tetapi

mereka selalu ragu-ragu antara mengikuti kebenaran yang disampaikan

kepada mereka.

Drs. H. Asep Muhyiddin, dalam bukunya dakwah dalam perspektif

al-Qur’an mengutip pandangan Muhammad Husain Yusuf tentang

dakwah dengan mau’idzah hasanah adalah sebagai berikut:

Mereka membutuhkan pelajaran yang baik (mau’idzah hasanah),


ucapan yang mengena (qoul baligh) serta penjelasan yang berguna,
berupa sugesti (targhib) untuk mengikuti kebenaran, penjelasan
tentang kebaikan mengikuti kebenaran, serta ancaman (tarhib)
mengikuti kebatilan, serta penjelasan atas dosa dan nista yang
terdapat dalam kebatilan, begitu pula seterusnya sampai benar-
benar jelas kepada mereka jalan yang lurus dan cahaya yang terang,
serta dapat menghilangkan keraguan mereka untuk masuk ke dalam
barisan orang-orang mukmin di bawah panji Nabi dan Rasul yang
paling mulia.29

Dengan demikian, dakwah dengan pendekatan mau’idzah hasanah

ini, perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:

a) Tutur kata yang lembut sehingga akan terkesan di hati.

b) Menghindari sikap sinis dan kasar.

c) Tidak menyebut-nyebut kesalahan atau sikap menghakimi

orang yang diajak bicara ( mukhathab)

4. Ruang Lingkup Mau’idzah Hasanah

Diantara ruang lingkup mau’idzah hasanah ialah:

1) Nasihat Atau Petuah

29
Muhiddin, Asep, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2003),
Hal. 166.
23

Nasihat atau petuah adalah tutur kata yang berisi tentang ajaran

islam agar dilakukan oleh orang yang diberi nasihat. Isi ajaran

islam yang dinasihatkan sangat beragam, namun umumnya tentang

nasihat agar umat islam melaksanakan ajarannya sebagaimana

terdapat dalam Qur’an dan hadits, seperti melaksanakan shalat lima

waktu, anjuran agar umat islam bersatu, tolong-menolong antar

sesama dan anjuran untuk berbuat baik.30

Metode Nasihat sangat penting dalam pendidikan,

pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual, dan

sosial anak, sebab nasihat ini dapat membukakan mata anak pada

hakekat sesuatu, dan mendorongnya situasi luhur, dan menghiasi

dengan akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip-

prinsip islam. Maka, tak heran jika kita mendapatkan Al-Qur’an

memakai metode ini, yang berbicara kepada jiwa dan mengulang-

ngulangnya dalam beberapa ayat dan tempat. Di bawah ini adalah

contoh dari Al-Qur’an dalam menuturkan nasihat dan peringatan.

Allah berfirman dalam Surah Luqman :

  


  
  
   
  
 
 
  
  
   

30
Dr. Aripudin, Acep, Pengembangan Metode Dakwah (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,
2011), Hal. 84
24

 
  
  
    
  
 
 
  
  
    
 
  
  
   
   
  
  
   
    
  
 

  
  
   
   
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku,
Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah
Maha Halus lagi Maha mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat
25

dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah


(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).31

2) Kisah

Kisah berasal dari kata qassa-yaqussu yang artinya penuturan atau

cerita. Cara kisah banyak ditemui dalam Al-Qur’an, seperti kisah

para Nabi dan umatNya terdahulu agar dijadikan pelajaran bagi

umat-umat sesudahnya.32

3) Tabsyir Wa Tandzir.

Yaitu salah satu cara untuk memberikan semangat atau dorongan

ke arah yang positif (penggiringan dan penggemaran), atau

tegasnya merupakan motivasi. Hal itu dapat dilakukan melalui

penyampaian kabar gembira, janji, dan ancaman, atau melalui

penghargaan atas segala usaha dan amal shaleh dengan pahala.

Dengan kata lain dapat disebut sebagai pembentukan psikologis,

sikap. Pendekatan melalui tabsyir dilakukan dengan ilustrasi

pahala, penghargaan, dengan janji mendapatkan kehidupan surga

bagi seseorang yang menerima positif atau beriman dan

menjalankan amal saleh. Adapun pendekatannya melalui tandzir

dilakukan melalui ilustrasi sanksi, akibat buruk, dan atau mendapat

ancaman suatu kehidupan pahit, gersang, dan sangat menyedihkan,

yaitu suatu kehidupan an-nar. Muhammad Ghazali

mengemukakan lima contoh dari uslub dakwah dalam Al-Qur’an

31
Al-Qur’an 31:13-17
32
Dr. Aripudin, Acep, Pengembangan Metode Dakwah (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,
2011), Hal. 100.
26

yang bernadakan tabsyir wa tandzir adalah sebagai berikut:

permintaan kepatuhan dan ketaatan, penuntutan berakhlak mulia,

dorongan untuk bertakwa, dorongan dan pengampunanuntuk

beriman dan beramal shaleh, pendorongan agar tabah menanti janji

Allah33.

4) Wasiat

Dalam konteks dakwah adalah ucapan berupa arahan kepada orang

lain terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi. Wasiat

termasuk dalam dua kategori yaitu: Wasiat yang masih hidup

kepada orang yang masih hidup yaitu berupa ucapan, pelajaran,

arahan tentang sesuatu. Wasiat orang meninggal (ketika menjelang

ajalnya tiba) kepada orang yang masih hidup berupa ucapan atau

berupa harta benda atau warisan.34

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang merupakan bentuk

jamak dari “khuluq” . secara bahasa “akhlak” mempunyai arti budi pekerti,

tabiat, watak. Dalam kebahasaan akhlak sering disinonimkan dengan moral

etika.

Drs. H. Thoyib Sah Saputra, dalam bukunya aqidah akhlak mengutip

pandangan beberapa pakar ilmuan tentang definisi akhlak sebagai berikut :

33
Dr. H, Muhyiddin Asep, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an (Bandung:CV Pustaka Setia,
2002), hal 79.
34 34
Dr. H, Muhyiddin Asep, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an (Bandung:CV Pustaka Setia,
2002), hal 79.
27

1) Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang

biasa dilakukan. Artinya segala sesuatu kehendak yang terbiasa

dilakukan, disebut akhlak.35

2) Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak sebagai perilaku jiwa

seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa

melalui pertimbangan sebelumnya.

3) Al-Ghazali mendefinisikan akhlak segala sifat yang tertanam dalam

hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah

tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan harus melatih diri

dan membiasakannya dalam hidup sehari-hari. Seorang harus berlatih

dan membiasakan diri berfikir dan berkehendak baik, serta mewujudkan

pemikiran dan kehendak baiknya itu dalam hidup sehari-hari.36 Akhlak

adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras

dan sungguh-sungguh.

Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga

pendidikan dan melalui berbagai metode terus dikembangkan. Ini

menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan ini

ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim

yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada

ibu dan bapak, sayang kepada semua makhluk Tuhan. Sebaliknya

keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak

dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan

35
Drs. H. Saputra, Thoyib Sah, M.Pd, Drs. H. Wahyudin, M.Pd, Aqidah Akhlak (Semarang : PT
Karya Toha Putra, 2002), hal 48
36
Drs. H. Saputra, Thoyib Sah, M.Pd, Drs. H. Wahyudin, M.Pd, Aqidah Akhlak (Semarang : PT
Karya Toha Putra, 2002), hal 48.
28

pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu

masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini

menunjukkan bahwa akhlak perlu dibina.

Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada

saat di mana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari

kemajuan di bidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan mudah

berkomunikasi dengan apapun yang ada di dunia ini, yang baik atau

yang buruk, karena ada alat telekomunikasi. Peristiwa yang baik atau

yang buruk dengan mudah dapat dilihat melalui pesawat televisi,

internet, faximile dan seterusnya. Film, buku-buku, tempat-tempat

hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat juga banyak. Demikian

produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup materialistik

dan hedonistik semakin menggejala. Semua ini jelas membutuhkan

pembinaan akhlak.37

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak.

Menurut Abuddin Nata, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya,

ada tiga aliran. Pertama aliran nativisme, Kedua aliran empirisme, dan

ketiga aliran konvergensi.

Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh

terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari

dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal. Jika

37
Prof. Dr. H. Nata Abuddin, MA, Akhlak Tasawuf (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009),
hal 157.
29

seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang

baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.

Menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh

terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu

lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.

Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik,

maka baiklah anak itu. Demikian juga sebaliknya.

Menurut aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak

dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan anak, dan faktor dari

luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau

melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke

arah yang baik yang ada didalam diri manusia dibina secara intensif

melalui berbagai metode.38

Aliran konvergensi itu sesuai dengan ajaran ajaran islam. Hal ini

dapat dipahami dari QS. An-Nahl, 16:78 sebagai berikut :

  


  
  
 

  
 
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S An-Nahl 16:78)39

3. Cakupan Akhlak

38
Prof. Dr. H. Nata Abuddin, MA. Akhlak Tasawuf (Jakarta : PT RajaGrafindo persada, 2009),
hal 167
39
Al-Qur’an 16:17.
30

a. Akhlak Terhadap Allah

Sikap laku perbuatan seorang muslim kepada khaliq Al-Ma’bud bi-

haq, adalah sebagai pancaran jiwa ummat yang ta’at dan patuh, taqwa

dan pasrah karena kesadaran yang utuh, bahwa segala yang dimiliki,

mulai dari kehidupan pribadinya dan apa yang diperolehnya, seperti

hibah dan warisan, sampai kepada yang diusahakannya dengan berbekal

keahlian, keterampilan dan ketekunan sehingga dapat mencapai

kedudukannya yang mulia, semua yang diterimanya adalah semata-

mata karena “munnah dan fadl” (pemberian dan penghargaan dari

Allah.40

Hubungan manusia dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, menurut

ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa Merupakan Prima causa. Yaitu

hubungan yang seharusnya diutamakan dan secara tertib diatur tetap di

pelihara. Sebab menjaga hubungan dengan Allah, manusia akan

terkendali tidak melakukan kejahatan terhadap dirinya sendiri,

masyarakan dan lingkungan hidupnya. Dan inti taqwa kepada Allah

adalah melaksanakan segala perintah dan menjauhi semua larangan-

Nya.41 Oleh karena itu umat islam akan selalu bersikap dan berakhlak

sebagai berikut :

1) Mengabdi hanya kepada Allah

2) Tunduk dan patuh hanya kepada Allah

3) Berserah diri pada ketentuan Allah

4) Bersyukur kepada Allah

40
KH. Salim, Abdullah, Akhlaq Islam (Membina Rumah Tangga Dan Masyarakat), hal 20
41
Drs. Taufikurokhman, M.Ag, Aqidah Akhlak ,Jawa Timur : MDC, 2005, Hal. 31
31

5) Ikhlas menerima keputusan Allah

6) Penuh harap kepada Allah

7) Takut dengan rasa tunduk dan patuh

8) Takut terhadap siksaan Allah

9) Berdo’a memohon pertolongan Allah

10) Cinta dan penuh harap kepada Allah

11) Takut kehilangan Rahmat Allah yang diharapkan.42

b. Akhlak Terhadap Manusia Dan Sesama Muslim.

Akhlak atau sikap seseorang terhadap orang lain sesama manusia

harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut:

1) Menghormati perasaan orang lain

2) Memberi salam dan menjawab salam

3) Pandai berterima kasih

4) Memenuhi janji

5) Tidak boleh mengejek

6) Tidak mencari-cari kesalahan

7) Tidak menawar sesuatu yang sedang ditawar orang lain

Pada dasarnya cara berbuat baik kepada sesama muslim sama

dengan cara berbuat baik kepada saudara dan kepada tetangga, terutama

dalam hal saling menghormati, saling menyayangi, saling menolong,

dan bermusyawarah dalam setiap perkara. Saling menghormati dan

saling menyayangi merupakan landasan pokok dalam menciptakan

persaudaraan dan persatuan sesama muslim. Apabila pada diri setiap

42
KH. Salim, Abdullah, Akhlaq Islam (Membina Rumah Tangga Dan Masyarakat),hal23
32

muslim sudah tertanam sifat hormat dan sayang terhadap sesama

muslim. Maka perbuatan-perbuatan baik lainya dengan mudah dapat

terwujud. Cara berbuat baik terhadap sesama muslim sudah banyak di

terangkan oleh Rasulullah saw.

َ َ‫ ِإذَا لَ ِق ْيتَهُ ف‬: ُ‫َح ُّق ْال ُم ْس ِل ُم َعلَ ْى الم ْس ِل ِم ِستَّة‬


‫س ِل ْم َعلَ ْي ِه‬
‫ص ْحهُ َو ِإذَا‬ َ ‫ص َح َك فَا ْن‬ َ ‫ َو ِإذَا ا ْست َ ْن‬.ُ‫اك فَأ َ ِج ْبه‬
َ ‫َوإذَا دَ َع‬
َ ‫ض فَعُ ْدهُ َو ِإذَا َم‬
‫ات‬ َ ‫س فَ َح ِمدَ هللاُ فَش َِمتْهُ َو ِإذَا َم ِر‬ َ ‫ط‬ َ ‫َع‬
)‫فَاَتْبَ ْعهُ (رواه مسلم‬
Artinya: hak orang islam terhadap orang islam lainnya ada enam: (1)
apabila engkau berjumpa denganya, berilah salam kepadanya. (2)
apabila ia mengundangmu, penuhilah undangannya, (3) Apabila ia
meminta nasihat kepadamu, nasihatilah dia, (4) apabila ia bersin lalu
memuji Allah (membaca alhamdulillah), maka do’akanlah
(yarkhamukallah), (5) apabila ia sakit, tengoklah dia, dan (6) apabila ia
meninggal dunia, maka iringkanlah dia. (HR. Muslim).43

Adapun dalam berhubungan dengan sesama muslim diajarkan oleh

syari’at islam sebagai berikut:

1) Menghubungkan tali persaudaraan

2) Saling tolong menolong

3) Membina persatuan

4) Waspada dan menjaga keselamatan bersama

5) Berlomba mencapai kebaikan

6) Bersikap adil

7) Tidak boleh mencela dan menghina

8) Tidak boleh menuduh dengan tuduhan fasiq atau kafir

9) Tidak boleh bermarahan

10) Memenuhi janji

43
Asyqolani, Ibnu Hajar. Bulughul maram (Surabaya: Al-Miftah), hal 306.
33

11) Saling memberi salam

12) Menjawab bersin

13) Mengunjungi mereka yang sakit

14) Menyelenggarakan pemakaman jenazah

15) Bebaskan diri dari suatu sumpah

16) Tidak bersikap iri dan dengki

17) Melindungi keselamatan jiwa dan harta

18) Tidak boleh bersikap sombong

19) Fitnah dan penghianatan adalah sifat tercela

20) Bersifat pemaaf.44

c. Akhlak Terhadap Lingkungan

Yang dimaksud lingkungan disini adalah segala sesuatu yang

berada di sekitar manusia, baik tumbuh-tumbuhan, binatang, maupun

benda-benda tak bernyawa seperti air.

Akhlak manusia dan sikapnya terhadap tumbuh-tumbuhan

sebagai rahmat Allah yang besar ini, di antaranya sebagai berikut:

1) Menjaga kelestarian alam

2) Tidak menebang pohon

3) Tidak kencing dibawah pohon

4) Memelihara pohon tanaman

5) Menanam pohon yang bermanfaat

6) Membayar zakat dari hasil tanaman.45

44
KH. Salim, Abdullah, Akhlaq Islam (Membina Rumah Tangga Dan Masyarakat), hal 153
45
KH. Salim, Abdullah, Akhlaq Islam (Membina Rumah Tangga Dan Masyarakat), hal 175.
34

Akhlak manusia dan sikapnya terhadap binatang diantaranya

sebagai berikut:

1) Memberi makan dan minum

2) Tidak mempermainkan binatang

3) Sembelih dengan baik

4) Jangan bebani terlalu berat

5) Tidak menyiksa dengan cara apapun

6) Binatang yang boleh dibunuh

7) Dilarang memberi tanda dengan besi panas pada bagian

muka binatang

8) Membayar zakat

9) Tidak melalaikan ibadah46

Adapun akhlak manusia dan sikapnya terhadap air, diantaranya

sebagai berikut:

1) Menjaga air jangan terkena polusi

2) Tidak boros menggunakan air

3) Mendirikan salat istisqa’

4) Berdo’a dikala menggunakan air.47

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa persiapan untuk menjadi dewasa

yang matang dan sehat. Masa ini biasanya diikuti keguncangan emosi,

46
KH. Salim, Abdullah, Akhlaq Islam (Membina Rumah Tangga Dan Masyarakat),hal 183
47
Ibid. Hal 186
35

kebimbangan dalam mencari pegangan hidup, serta kesibukan mencari

bekal pengetahuan dan kepandaian untuk menjadi senjata pada usia

dewasa. Masa remaja sebagai masa pencarian identitas diri, sebelum

memasuki usia remaja, seorang anak akan memasuki masa adolesen

(peralihan) antara usia 9-13 tahun. Masa ini juga dikenal dengan masa

pubertas. Pada masa pubertas, orang memiliki dorongan kuat untuk

mengaktualisasikan diri menurut jenis kelamin untuk mendapat

pengakuan sebagai penegasan identitas diri.

Secara fisik, masa remaja (12-19 tahun) sedang berada dalam

pertumbuhan yang sangat pesat. Suara yang tadinya nyaring kekanak-

kanakan menjadi berubah sehingga disangka flu karena terdengar

serak-serak basah. Badan pun ikut berubah menjadi tinggi dan besar,

berubah menjadi seorang remaja. Produksi hormon seks meningkat

sehingga timbul ciri-ciri seks sekunder.

Perubahan biologis lain yang terjadi pada anak laki-laki, yaitu

tumbuhnya bulu-bulu kumis, jenggot, dan jambang, bahu makin

bidang, dan otot-ototnya mulai berkembang sehingga nampak gagah.

Adapun perubahan biologis pada anak wanita adalah mengalami

masa menstruasi (haid), pinggul semakin lebar sebagai penyangga

yang kukuh bayi yang akan dikandungnya kelak.

Beberapa keadaan emosi pada usia remaja yang paling menonjol

dapat dikemukakan sebagai berikut: a). Gangguan jiwa berat sering

kali muncul pertama kali pada usia remaja. b). gangguan kepribadian

sering kali muncul dengan tanda-tanda, seperti suka berbohong. c).


36

Menantang atau melawan tatanan dari sistem kehidupan yang

menurutnya tidak sesuai. d). Mencari perhatian dengan menonjolkan

kelebihan yang dimilikinya sehingga keberadaannya ingin diakui. e).

Butuh akan cinta dengan mulai merasakan adanya kecenderungan pada

lawan jenis. f). Terikat dengan kelompok sehingga sering terjadi

konflik antara anak dan orang tuanya, g). Ingin tahu dan mencoba

sesuatu yang baru. h). Mencari figur idola di luar rumah yang dirasa

paling baik bagi dirinya.

2. Akhlak Terpuji Dalam Pergaulan Remaja

Dalam pergaulan sehari-hari di tengah masyarakat, terutama antar

muda-mudi, seorang remaja harus memiliki pegangan yang kukuh.48

Berikut ini adalah dalil-dalil yang mewajibkan kita memiliki akhlak

karimah antara lain:

a. Hidup Tolong Menolong Dalam Kebaikan Dan Ketakwaan.

Yaitu melaksanakan ta’awun dan tasamuh dalam kehidupan

sehari-hari seperti: meringankan beban hidup orang lain,

menutup aib, memberi bantuan seseorang, Mengunjungi orang

yang sakit atau menerima musibah, Tidak menggangu

ketenangan tetangga.

48
Abdul Rohman, Roli, Menjaga Aqidah Dan Akhlak, (Surakarta: PT Tiga Serangkai, 2009), hal
107.
37

 ...
   
  
...  
...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan.(Q.S. Al-Ma’idah 5:2).49

b. Berbuat Ikhsan Kepada Kedua Orang Tua

 

 
  
  
  
 
 
dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.( Q.S. Luqman
31:14).50

c. Jujur Dan Adil

 
 
  
  
 
  
 
 
  
   
  
 
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,

49
Al-Qur’an, 5:2.
50
Ibid., 31:14.
38

menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali


kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.S Al-
ma’idah 5:8).51

d. Amanah Dan Menepati Janji

Amanah berarti suatu yang dipercayakan (dititipkan) kepada

orang lain sedangkan menepati janji adalah berbuat sesuatu

sesuai dengan janji yang telah diucapkan. 52

 
  
 

 
 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui. (Q.S Al-Anfal 8:27).53

3. Akhlak Negatif Dalam Pergaulan Remaja

Remaja yang pada hakikatnya sedang sibuk berjuang dari dalam itu

jika dihadapkan pada dunia luar dan lingkungan yang kurang serasi,

penuh kontradiksi, serta penuh ketidakstabilan. Akibatnya mereka

akan mudah jatuh pada kesengsaraan batin, hidup dalam kecemasan,

ketidakpastian, dan kebingungan. Hal yang seperti ini yang

menyebabkan remaja-remaja jatuh kepada kelainan kelakuan yang

membahayakan bagi dirinya sendiri atau orang lain. Prilaku negatif

remaja antara lain sebagai berikut:

51
Al-Qur’an, 5:8.
52
Ibrahim, Membangun Akidah Dan Akhlak, (Surakarta: PT Tiga Serangkai, 2008), hal 70.
53
Al-Qur’an, 8:27.
39

a. Suka keluyuran, menghabiskan waktu tanpa agenda dan tujuan

yang jelas.

b. Bermalas-malasan dan suka menunda atau meringankan

pekerjaan.

c. Ragu-ragu dan cenderung bimbang dalam menjalani kehidupan.

d. Sering mengecilkan kemampuan dan potensi diri sendiri.

e. Mementingkan bermain ataupun santai daripada belajar.

f. Mudah larut dalam berbagai kesenangan tanpa perhitungan.

g. Kecenderungan untuk mengabaikan segala kebiasaan baik,

seperti malas belajar, beribadah dan berkarya.

h. Munculnya praktik hidup sehari-hari dengan gaya hidup penuh

santai, duduk-duduk di pinggir jalan, main-main yang

memakan waktu lama (bilyard, play station dan catur), bersenda

gurau berlebihan, jalan-jalan pagi atau sore hari pada hari libur,

menonton TV yang berlebihan, serta menonton hiburan yang

bersifat hura-hura dan tidak mendidik.54

54
Abdul Rohman, Roli, Menjaga Aqidah Dan Akhlak, (Surakarta: PT Tiga Serangkai, 2009), hal
108.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Didalam melaksanakan penelitian, setiap peneliti butuh suatu metode

yang tepat. Dengan metode yang cocok dan tepat merupakan langkah awal

untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan. Metode yang digunakan

oleh setiap peneliti dinamankan metodologi penelitian.

Untuk penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan pendekatan

penelitian kuantitatif. Yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan angka-

angka atau statistik dari dua variabel untuk dapat dikaji secara terpisah dan

kemudian dihubungkan. Dalam penelitian ini menggunakan metode survai.

Metode survai dilakukan untuk mengumpulkan data tentang

pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah dan akhlak remaja, dengan

menggunakan angket sebagai instrumen penelitian.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup yang peneliti ambil dalam penelitian skripsi ini

antara lain:

1. Penelitian dilaksanakan di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu

Mlarak Ponorogo.

2. Tentang pengaruh pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah

terhadap pembinaan akhlak remaja.

40
41

C. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 93 Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Yayasan Yatim Piatu

Al-Amin Gandu Mlarak Ponorogo yang berjumlah 30 orang.

D. Data Dan Sumber Data

Untuk mencukupi segala keperluan dalam penelitian skripsi ini, maka

diperlukan data yang sesuai dengan permasalahan, yaitu tentang

pelaksanaan metode dakwah mauidzah hasanah terhadap pembinaan akhlak

remaja .

Sedangkan yang menjadi sumber datanya adalah:

a. Responden dan informan.

1. Responden, yaitu seluruh remaja di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo.

2. Informan, yaitu bapak kepala Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo.

b. Dokumentasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang valid dan mencapai tujuan, maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode yakni :

93
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: alfabeta, 2010), hal 117.
42

1. Observasi

Observasi yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan

mata. Didalam pengertian psikologik, observasi atau pengamatan

meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan

menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan

pengecap. 94 Atau bisa disebut juga pengamatan langsung.

2. Interview

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau

kuesioner lisan.Adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (interviewer) untuk memparoleh informasi dari

terwawancara.95

Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang

pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah terhadap pembinaan

akhlak remaja di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak

Ponorogo.

3. Kuesioner ( Angket )

Keusioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk di jawabnya.96

Metode ini digunakan untuk mencari data tentang kondisi

pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah terhadap pembinaan

akhlak remaja.

94
Prof. Dr. suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.
rineka cipta, 2002), hal 133.
95
Ibid 132.
96
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), hal 199.
43

4. Dokumentasi

Dokumentasi artinya barang-barang tertulis.97 Didalamnya peneliti

menyelidiki tentang data-data, catatan-catatan, buku-buku, peraturan-

peraturan, dan dokumen dari Yayasan Yatim piatu “Al-Amin” Gandu

Mlarak Ponorogo.

F. Teknik Analisis Data

Adapun yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data ini melalui tiga

tahap:

1. Analisis Data

Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisa dalam bentuk

angka-angka. Pada analisis data ini diperoleh angka-angka dari hasil

angket yang diajukan kepada responden, kemudian memberikan

penilaian dengan memberikan skor menggunakan skala likert sebagai

berikut:

a. Untuk alternatif jawaban a dengan skor 4

b. Untuk alternatif jawaban b dengan skor 3

c. Untuk alternatif jawaban c dengan skor 2

d. Untuk alternatif jawaban d dengan skor 1

Kemudian setelah melakukan penskoran sebagai data awal variabel

X (Pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah) dan variabel Y

(akhlak remaja), maka langkah selanjutnya yaitu mencari ada atau

tidaknya pengaruh antara variabel X dan variabel Y dengan rumus Regresi

linier sederhana.

97
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.
rineka cipta,2002), hal 135.
44

2. Analisis Uji Hipotesis

Mencari pengaruh antara variabel X terhadap Y melalui teknik

regresi linear sederhana, dengan rumus:98

𝛾 = 𝑎 + 𝑏𝑋

∑ 𝑌 − 𝑏. ∑ 𝑋
𝑎=
𝑛.

𝑛. ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋. ∑ 𝑌
𝑏= 2
𝑛. ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)

Dimana :

𝛾= Subyek variabel yang di proyeksikan.

𝑋= Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk di

prediksikan.

𝑎= Nilai konstanta harga Y jika X = 0

𝑏= Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang

menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-)

variabel Y

n= Jumlah data yang dianalisis.

∑ 𝑋 = Jumlah nilai variabel (X)

∑ 𝑌 = Jumlah nilai variabel (Y)99

98
.Riduwan. Drs. M.B.A. Rumus Dan Data Dalam Analisis Statistika (Bandung:Alfabeta,2007),
hal 133.
99
Ibid.,133.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Data Umum Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak

Ponorogo.

a) Letak Geografis

Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” adalah lembaga panti asuhan di

ponorogo. Yang berlokasi di kecamatan Mlarak tepatnya Desa Gandu

Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur.100

b) Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu “ Al-Amin” Gandu

Mlarak Ponorogo.

Berdirinya Yayasan Yatim Piatu “Al-amin” Gandu Mlarak

Ponorogo dilatarbelakangi oleh pengalaman batin yang cukup panjang

dari suami isteri Drs. H. Ahmad Zayadi dan Dra. Hj. Futiati Romlah

yang selama 10 tahun berkeluarga belum dikaruniai dzurriyah, dan

puncaknya tercetus pada saat menunaikan ibadah haji tahun 1987.

Yakni sesaat thawaf ifadhah bertepatan di depan babussalam salah

satu pintu Masjidil Haram di Mekah, terpikirkan apa yang akan

ditanam setelah selesei menunaikan ibadah haji ini. Secara spontan

isteri mengajukan ide untuk menangani anak-anak kurang beruntung

yaitu yatim/piatu/dlu’afa. Tanpa berpikir panjang suami langsung

menyetujuinya.

100
Dokumentasi letak geografis Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo dikutip
tanggal 20 september 2016.

45
46

Sesampainya di rumah, ide tersebut dimintakan pendapat kepada

para tokoh masyarakat yang ketepatan sempat berziarah haji kepadanya.

Kesemuanya menyambut baik ide tersebut, termasuk Bapak K.H

SUTAJI TAJUDIN , MA imam haji kloternya. Kemudian keluarga H.

AHMAD ZAYADI-Hj. FUTIATI ROMLAH mengangkat semua anak

yatim dan piatu yang sedang belajar di MI ma’arif Gandu sebagai

modal anak asuh pertama. Saat itu terangkat 19 anak yatim dan piatu.

Disadari bahwa untuk melestarikan ide dan pelaksanaannya perlu

dibentuk suatu badan hukum. Dalam hal ini berbentuk yayasan. Oleh

karena itu H. AHMAD ZAYADI - Hj. FUTIATI ROMLAH mengajak

H. MAHFUDZ HAKIM, BA dan Hj. SITI QOMARIYAH MAHFUDZ

untuk mendirikan yayasan tersebut pada hari sabtu, 11 muharram 1408

atau 5 september 1987. Anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan

susunan dapat disahkan pada tanggal 2 Rabi’ul Awwal 1408 atau 24

nopember 1987.

Dengan ridha Allah SWT setelah yayasan didirikan akhirnya

dzurriyah yang diharapkan menjadi kenyataan. Lahir dua orang putera

dan puteri: Enda Arova Rohmatuka (juni 1988) dan Dawam Multazamy

Rohmatulloh (juni 1990).

Personalia kepengurusan yang pertama adalah sbb:

1. Ketua : Drs. H. Ahmad Zayadi

2. Sekretaris : H. Mahfudz Hakim, BA

3. Bendahara : Hj. Siti Qomariyah

4. Pembantu umum :Dra. Hj. Futiati Romlah


47

Yayasan dinotariskan pada notaris Ny. Kustini Sosrokusumo, SH

pada hari selasa, 22 Desember 1987 dengan akta nomor 6/1987 dan

didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan Negeri Ponorogo nomor

81/1987 tanggal 24 desember 1987.kemudian didaftarkan pada kantor

Cabang Dinas Sosial daerah kabupaten Ponorogo tanggal 13 Agustus

1991 nomor 220/498/111.35/1991, pada Badan Koordinasi Kegiatan

Kesejahteraan Sosial (BKKKS) Jawa Timur pada tanggal 9 September

1995 nomor 043/F.1/BK3S/XI/1995, Pada Kantor Wilayah departemen

sosial Propinsi Jawa Timur tanggal 9 Oktober 1995 nomor

385/STP/ORSOS/IX/1995, dan terakhir didaftarkan ulang pada Dinas

Sosial Propinsi Jawa Timur tanggal 9 Januari 2004 nomor

460/39/110.009/02/STPU/OS/I/2004.

Sebagaimana disebutkan dimuka bahwa anak yatim/piatu asuhan

yayasan yang pertama adalah 19 anak. Jumlah anak asuh yang ditangani

bertambah dan berkurang sejalan dengan perkembangan fasilitas dan

dana yang dapat disediakan oleh yayasan. Saat sejarah singkat ini

ditulis, jumlah anak asuh yang telah ditangani oleh yayasan sebanyak

174 anak, dan sekarang sedang menangani 46 anak. Pada awal langkah

operasionalnya, yayasan baru mampu menangani dengan layanan non

panti. Baru pada bulan Desember 1990, yayasan mulai dapat menangani

2 anak asuh dengan layanan berpanti yang saat itu ditampung di rumah

ketua yayasan. Sejak yayasan mendapatkan wakaf sebidang tanah yang

didirikan diatasnya masjid dan asrama (12 Nopember 1994 diresmikan),

penambahan anak asuh diupayakan yang bersedia ditempat tinggal di


48

asrama (layanan berpanti). Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

pembinaan anak asuh, karena obsesi yayasan adalah bukan sekedar

mengantarkan anak asuh menjadi dewasa yang dalam pendidikannya

tamat SLTA/MA, melainkan mengantarkan mereka untuk menjadi

sumber daya manusia yang alim shaleh sesuai dengan ajaran Al-Qur’an

dengan posisi kyai atau pemimpin ummat tangguh, terampil, dan

mandiri.

Karena kesibukan Bapak H. MAHFUDZ HAKIM, BA dan Ibu Hj.

SITI QOMARIYAH, maka kedua beliau menyatakan mengundurkan

diri dari kepengurusan yayasan. Dengan penuh kerendahan hati

pencetus ide (H.AHMAD ZAYADI dan Hj. FUTIATI ROMLAH)

menghaturkan terima kasih atas kesediaan beliau yang telah ikut

membidani lahirnya Yayasan Yatim Piatu AL-AMIN.

Untuk mengisi kekosongan dalam kepengurusan dan sekaligus

memenuhi tuntutan AD/ART yang masa kepengurusan yayasan adalah

lima tahunan, maka pada tanggal 28 Februari 1993 diadakan reformasi

kepengurusan, pengembangannya, dan sekaligus pengesahannya. Pada

saat yang bersamaan yayasan memperoleh sebidang tanah wakaf dari

suami isteri H. AHMAD ZAYADI seluas + 400 m2 yang akhirnya

berkembang menjadi + 700 m2 digunakan untuk membangun masjid

dan asrama. Selanjutnya kepengurusan yayasan selalu diadakan

peremajaan setiap 5 tahun sekali.101

Dokumentasi sejarah berdiriya Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo
101

dikutip tanggal 20 september 2016.


49

c) Personalia Kepengurusan Yayasan


Pelindung : MUSPIKA Mlarak
Penasehat :
1. Bapak K.H Imam Syafaat
2. Bapak Drs. H. Hasyim Boiman
3. Bapak H. Imam Afandi
4. Bapak H. Muchsin.
Ketua :
1. Drs. H. Ahmad Zayadi, M.Pd
2. Drs. Muh. Adib Sutoto
Sekretaris :
1. Drs. Muh. Adib Suhairi
2. Purwadi S.Ag
Bendahara :
1. Slamet Purnomo, SH
2. Suwarno, S.Pd.
Pembantu Umum:
1. Dra. Futiati Romlah, MSI
2. Hj. Zubaidah, BA
Seksi pendidikan :
1. H. Zainal Arifin, Lc
2. H. Muhammad Ali.
Seksi pengasuhan:
1. H. Maulana
2. Hj. Siti Djariyah
Seksi pengadaan dan pemeliharaan sarana:
1. H. Muh. Najat Sholeh
2. Enny Nur Laila, S.Pd

d) Keadaan Anak Asuh


Adapun keadaan anak asuh di Yayasan Yatim Piatu AL-AMIN

terdaftar sejumlah 55 anak. Adapun rinciannya sebagai berikut:


50

(1) Usia 9-13 tahun berjumlah 4 anak.

(2) Usia 14-19 tahun berjumlah 30 anak.

(3) Usia 20-22 tahun berjumlah 11 anak.

(4) Usia 23-keatas berjumlah 10 orang.102

Tabel 1

Daftar jumlah anak asuh usia 9-13 tahun Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo

No Nama Alamat

1. Siti Nur’aini Joresan Mlarak Ponorogo

2. Irawan Bancangan Sambit Ponorogo

3. Fretty Jauha Mojorejo Jetis Ponorogo

4. Moh. Frizky Mojorejo Jetis Ponorogo

Tabel II

Daftar jumlah anak asuh usia 14-19 tahun Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo

No Nama Alamat

1. Maharani Siti Gandu Mlarak Ponorogo

2. Turi Handayani Kalisobo Grogol Sawoo Ponorogo

3. Murtini Nur Tegalombo Pacitan

4. Puji Rahayu Sanggrong Purwantoro Wonogiri

5. Rohaniah Putri Tegalombo Pacitan

Dokumentasi jumlah data anak asuh Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo
102

dikutip tanggal 20 september 2016.


51

6. Dwi Setyowati Ngadisanan Sambit Ponorogo

7. Iwan Sudiarto Sokoboyo Slogohimo Wonogiri

8. Bayu Aji Jl. Kol Sugiono Malang

9. Ninda Sukma Jorong Miricinde Purwantoro Wonogiri

10. Linda Pertiwi Tumpak Pelem Sawoo Ponorogo

11. Robbi Waskito Purworejo Balong Ponorogo

12. Alfian Bahrul Pulosari Jambon Ponorogo

13. Vidya Maulia Tladan Kawedanan Magetan

14. Aneka Tri Puji Karanglo Ngasinan Jetis Ponorogo

15. Natalia Pandewatu Tugu Mlarak Ponorogo

16. Oky Tyas Sari Nglumpang Mlarak Ponorogo

17. Rini Indra Jaya Klanan Grogol Sawoo

18. Tutut Sulesdiany Tegaran Tugu Trenggalek

19. Ryan Aji Saputro Lobeser Timur Baron Nganjuk

20. Ahmad Priyono Jogoyasan Ngablak Magelang

21. Roni Witcaksono Purworejo Balong Ponorogo

22. Hasan Bukhori Suren Mlarak Ponorogo

23. Moh. Bagus Fi’liyan Kranggan Patihan Wetan Babadan Ponorogo

24. Liana Sari Sukrodikraman Ponorogo

25. Akrima Khusnul Mojorejo Jetis Ponorogo

26. Nurul Hidayati Munggu Bungkal Ponorogo

27. Eriza Puji Tugurejo Sawoo Ponorogo

28. Ahsan Arridlo Joresan Mlarak Ponorogo


52

29. Miftahurrohmah Joresan Mlarak Ponorogo

30. Devi Suciati Ngrukem Mlarak Ponorogo

Tabel III

Daftar jumlah anak asuh usia 20-22 tahun Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo

No Nama Alamat

Didi Mawardi Padang Enthok, Pakumbang, Mampaweh


1.
Hulu,Pontianak

2. Adji Suryadi Mayong Jatirejo Jatiroto Wonogiri

3. Oktavia Ratnasari Bancangan Sambit Ponorogo

4. Veri Tokawi Nawangan Pacitan

5. Henri Presetiawan Gamping Selur Ngrayun Ponorogo

6. Moh. Endik Setiawan Bondrang Sawoo Ponorogo

7. Widya Istiani Kepuhrubuh Siman Ponorogo

8. Alfiana Nur Azizah Gandu Mlarak Ponorogo

9. Peri Priyo Ngluweng Bondrang Sawoo Ponorogo

10. Muh. Daim Fauzi Joresan Mlarak Ponorogo

11. Mu’aliful Firmansyah Bancangan Sambit Ponorogo


53

Tabel IV

Daftar jumlah anak asuh usia 23-keatas Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo

No Nama Alamat

1. Khoiri Mab’usin Nambang Rejo Sukorejo Ponorogo

2. Mulyanti Sokoboyo Slogohimo Wonogiri

3. Sujarno Tokawi Nawangan Pacitan

4. Rudiyanto Jogoyasan Ngablak Magelang

5. Mamlu’atul Joresan Mlarak Ponorogo

6. Liya Aminatul Ngrukem Mlarak Ponorogo

7. Rika Ngrukem Mlarak Ponorogo

8. Ana Azizatul Gontor Mlarak Ponorogo

9. Ayu Ningtyas Ngrukem Mlarak Ponorogo

10. Mujamil Siwalan Mlarak Ponorogo

Pengelolaan anak asuh AL-AMIN dilakukan secara terpadu antara

tri pusat pendidikan yaitu kehidupan panti, kehidupan keluarga dan

kehidupan pendidikan formal, dengan penekanan pada kehidupan keluarga

yang didasarkan kepada nilai Al-Qur’annya. Di samping kakak asuh

sebagai pembina belajar anak asuh, ketua yayasan beserta keluarganya

juga berdomisili dalam komplek AL-AMIN dan memposisikan diri

sebagai orang tua (ayah dan ibu) bagi seluruh warga AL-AMIN. Yayasan

AL-AMIN selain mengelola panti asuhan, juga mengelola beberapa unit

kegiatan yang melibatkan anak asuh dan masyarakat sekitar, sehingga anak
54

asuh tidak merasa terisolasi secara ekslusif melainkan dapat membaur dan

menyatu dengan kehidupan masyarakat dalam banyak kegiatan, seperti

shalat berjama’ah, peringatan hari besar islam dan nasional, belajar

mengaji, bermain, kegiatan-kegiatan remaja dan kegiatan kemasyarakatan.

Untuk menunjang kegiatan pembauran ini, yayasan AL-AMIN mengelola:

1. Taman pendidikan Al-Quran.

2. Perpustakaan umum.

3. Majlis ta’lim.

4. SMK Raden Katong.

5. Majlis dzikir lansia.

6. Usaha ekonomis produktif (UEP).

UEP ini mempunyai 2 sasaran, yaitu pertama menambah pemasukan

yayasan sekiranya ada keuntungan, dan yang lebih penting justru yang

kedua yaitu mengenalkan dan melatih anak asuh tentang dunia kerja

dan sumber penghidupan.


55

e) Struktur Organisasi Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin”.

PELINDUNG
MUSPIKA Mlarak

PENASEHAT
1. Bapak K.H Imam Syafaat
2. Bapak Drs. H. Hasyim Boiman
3. Bapak H. Imam Afandi
4. Bapak H. Muchsin.

KETUA
1. 5.
Drs. H. Ahmad Zayadi, M.Pd
2. Drs. Muh. Adib Sutoto

SEKRETARIS PEMBANTU UMUM BENDAHARA


1. Drs. Muh. Adib Suhairi 1. Dra. Futiati Romlah, MSI 1. Slamet Purnomo, SH
2. Purwadi S.Ag 2. Hj. Zubaidah, BA 2. Suwarno, S.Pd.
3.
3.
SEKSI PENDIDIKAN SEKSI PENGASUHAN 4.SEKSI PENGADAAN
3. 1. H. Zainal Arifin, Lc 1. H. Maulana DAN PEMELIHARAAN
2. H. Muhammad Ali. 2. Hj.Siti Djariyah SARANA
4. 1. H. Muh. Najat Sholeh
2.
3.
3. ANAK ASUH
56

2. Sarana Dan Prasarana

Pada bulan Nopember 1994, yayasan yatim piatu Al-AMIN

bekerja sama dengan yayasan sosial JAMI’IYAH ARRAHMAH Jakarta

yang direstui oleh Pimpinan Pondok Modern Gontor Ponorogo telah

meresmikan sebagian sarana panti di atas tanah wakaf seluas + 700 m2

yang terdiri atas:

(1) Masjid, dengan ukuran (10 x 13) m2 = 130 m2.

(2) Asrama, 3 x (6,7x7,7) m2 = 154,77 m2.

(3) Ruang belajar yang merupakan serambi asrama, (20x3)+(10,7x3)

m2 = 92,1 m2.

(4) Ruang keterampilan, (4x8) m2. = 32 m2.

(5) Kamar mandi dan WC = 6 kamar.

(6) Menara air, (0,75x4x1) m3.

Pada tahun 2003 dapat menambah sarana prasarana berupa:

1) Asrama, (2x20) m2 dan (6x6) m2.

2) Kamar mandi dan WC = 6 kamar.

3) Menara air, (2x4x1) m3.

Di samping fasilitas yang merupakan harta tidak bergerak di atas,

yayasan juga memiliki sarana dan prasarana yang merupakan harta

bergerak, antara lain:

1) Peralatan panti (dipan, almari pakaian, tikar, meja belajar).

2) Peralatan kantor (filing cabinet, komputer, mesin ketik, almari,

meja tamu).

3) Peralatan dapur dan makanan.


57

4) Sarana komunikasi dan transportasi (telepon (0352) 311775,

sepeda motor (suzuki FR1984), sepeda 4 unit).

5) Genset, digunakan jika ada pemadaman dari PLN, sementara daya

PLN yang dipasang untuk fasilitas panti adalah 1300 KVA dan

900 KVA.

6) Pompa air diesel 1 unit, pompa air listrik 2 unit.

7) Sarana usaha ekonomis produktif UEP (wartel 2 KBU, sound

system 1 unit, tenda 1 unit, kolam ikan tawar (6x8) m2, kandang

ayam potong 1 unit untuk 2500 ekor).103

3. Jadwal Kegiatan Anak Asuh

Dalam kesehariannya, anak asuh beserta semua penghuni yayasan

AL-AMIN mempunyai kegiatan harian sebagaimana tertuang pada jadwal

kegiatan berikut ini:

Tabel V

Jadwal Kegiatan Harian Penghuni Al-Amin

( Berlaku Untuk 7 Tahun ke Atas )

Waktu Kegiatan Keterangan

03.30-05.30 - Shalat Malam. - Semua penghuni

- Jama’ah Shalat Shubuh. yayasan “Al-Amin”

- Tahfidz Ayat-Ayat wajib jama’ah shalat

Pilihan. shubuh.

- Pembinaan Ubudiyah

Dokumentasi sarana dan prasarana Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo
103

dikutip tanggal 20 september 2016.


58

Dan Akhlak

05.30-06.45 - Bersih lingkungan. - Pekerjaan rumah tangga

- Memasak. asrama.

- Mencuci. - Semua terlibat dengan

- Mandi pagi. motto: HIDUP PERLU

MAKAN, MAKAN

PERLU KERJA, TIDAK

MAU KERJA TIDAK

USAH MAKAN.

06.45-12.30 - Makan pagi. - Berangkat sekolah harus

- Belajar disekolah pamit dan salaman.

masing-masing.

12.30-14.30 - Datang dari sekolah - Datang dari sekolah:

- Jama’ah shalat dzuhur. ucapkan salam yang

- Makan siang. keras.

- Istirahat. - Jama’ah Dzuhur Wajib.

- Istirahat: tidur atau

nonton tv.

14.30-16.15 - Taman Pendidikan Al- - Semua Harus Terlibat

Qur’an. - Jama’ah ashar wajib

- jama’ah shalat ‘ashar.


59

16.15-17.30 - Bersih lingkungan. - Semua terlibat.

- Memasak. - Tidak diperkenankan

- Bermain. jalan-jalan keluar

- Mandi sore. komplek tanpa ijin.

JALAN-JALAN

TANPA TUJUAN

MENJELANG

MAGRIB TIDAK

ISLAMI.

17.30-19.30 - Tadarus Al-Qur’an. - Berpakain shalat rapi.

- Jama’ah shalat magrib. - Jama’ah maghrib dan

- Pembinaan fashahah/ isya’ wajib.

tartil bacaan Al-Qur’an. - Di absen.

- Makan malam.

- Jama’ah shalat isya’.

19.30-21.00 - Sorogan Al-Qu’an

(Individual).

- Belajar malam.

21.00-03.30 - Tidur - Menjelang tidur

membaca do’a.
60

Disamping jadwal harian diatas terdapat jadwal mingguan dan berkala

sebagai berikut:

(1) Kamis (malam jum’at), usai shalat maghrib-selesai: membaca Al-

Qur’an surat Yasin berjama’ah dilanjutkan dengan tahlil bersama

dengan imam / bilal bergiliran.

(2) Kamis (malam jum’at), pukul 20.00-selesai: latihan berpidato dan

latihan qira’ah berlagu.

(3) Malam jum’at, pukul 01.00-selesai: semua penghuni AL-AMIN

dibangunkan untuk munajat kepada Allah SWT dengan shalat

tahajjud menuju tercapainya maqaman mahmudan.(tempat/

kedudukan yang terpuji) sebagaimana janji Allah SWT yang tertuang

dalam Al-Qur’an Surat Al Isra’ ayat 79.

(4) Jum’at pagi pukul 05.30-06.30 : olah raga pagi, lari, atau senam.

(5) Jum’at pagi, dua minggu sekali, kerja bakti membersihkan

lingkungan kamar mandi secara total.

(6) Jum’at pagi, dua minggu sekali ( bergantian dengan nomor 5) kerja

bakti membersihkan kamar tidur, menjemur kasur, seprai, bantal dan

selimut.

(7) Rekreasi tahunan dengan bersilaturrahmi dengan keluarga masing-

masing anak asuh pada Hari Raya Idhul Fitri.

(8) Rekreasi tahunan berkunjung ke tempat-tempat rekreasi yang dekat,

tidak memayahkan, berangkat pagi pulang sore. Seperti ke pantai

Pacitan, telaga Ngebel, telaga Sarangan, pemandian Bathoro Katong,


61

Ngembak, atau lainnya. Prinsipnya menyenangkan, menambah

wawasan, dan tidak memenatkan.

(9) Peringatan hari besar islam dan nasional, baik secara kecil-kecilan

intern panti maupun bekerjasama dengan masyarakat sekitar. 104

B. Penyajian Data

1. Data Tentang Pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah Di

Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo.

Pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah di Yayasan Yatim

Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo, yaitu menggunakan ceramah

metode ini dilakukan oleh Bapak Kyai terhadap seluruh santri, Bapak Kyai

menyampaikan dakwah terhadap santri, penyampaian ini biasanya di

lakukan diatas mimbar sesudah shalat magrib dan sesudah shalat subuh,

selain menggunakan metode ceramah tersebut pelaksanaan dakwah

dilaksanakan dengan memberikan contoh yang baik antara anak yang satu

dengan yang lain seperti membiasakan bangun pagi pada jam 03.00 WIB

untuk shalat tahajjud berjama’ah di masjid, membersihkan lingkungan

asrama, memasak Nasi serta lauk pauk, membekali mereka dengan praktek

menjadi imam shalat lima waktu di masjid, sebagai pemimpin tahlil ketika

malam jum’at, menghafalkan ayat-ayat pilihan atau pembinaan

fashahah/tartil bacaan Al-Qur’an, serta pembinaan ubudiyah dan akhlak.

Kemudian pada sore hari diadakan taman pendidikan Al-Qur’an (TPA).

Dokumentasi jadwal kegiatan anak asuh Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak
104

Ponorogo dikutip tanggal 20 september 2016.


62

Untuk mengetahui pelaksanaan Mau’idzah Hasanah di Yayasan

Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo adalah dengan langkah-

langkah berikut:

a. Peneliti menyusun angket yang terdiri dari 15 pertanyaan

tentang pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah, yang

masing-masing di jawab oleh anak asuh usia remaja yang

berada di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak

Ponorogo.

b. Dari 15 pertanyaan tersebut masing-masing disediakan

alternatif jawaban:

- Jawaban a dengan skor 4

- Jawaban b dengan skor 3

- Jawaban c dengan skor 2

- Jawaban d dengan skor 1

c. Adapun hasil jawaban angket tentang pelaksanaan dakwah

mau’idzah hasanah dengan jumlah responden 30 anak pada

anak asuh usia remaja di yayasan yatim piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut:

Tabel VI

Hasil Perolehan Angket Nilai Variabel X

( Pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah )

No Nilai Angket Frekuensi (F)


1 57 3
2 56 2
63

3 55 3
4 54 3
5 53 1
6 52 0
7 51 1
8 50 0
9 49 3
10 48 2
11 47 0
12 46 6
13 45 3
14 44 2
15 43 1
Jumlah 30

Hasil tabulasi perolehan skor jawaban angket mengenai

pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah di yayasan yatim piatu

“Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo dilihat pada lampiran.

2. Data Tentang Akhlak Remaja Di Yayasan Yatim Piatu “ Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo

Untuk mengetahui akhlak remaja di Yayasan Yatim Piatu “Al-

Amin” Gandu Mlarak Ponorogo, adalah dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Peneliti menyusun angket yang terdiri dari 15 pertanyaan

tentang akhlak remaja, yang masing-masing pertanyaannya di

jawab oleh anak asuh usia remaja yang berada di Yayasan

Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo.


64

b. Dari 15 pertanyaan tersebut masing-masing disediakan

alternatif jawaban:

- Jawaban a dengan skor 4

- Jawaban b dengan skor 3

- Jawaban c dengan skor 2

- Jawaban d dengan skor 1

c. Adapun hasil jawaban angket tentang akhlak remaja dengan

jumlah responden 30 anak pada anak asuh usia remaja di

yayasan yatim piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel VII

Hasil Perolehan Angket Nilai Variabel Y

( Akhlak Remaja )

No Nilai Angket Frekuensi (F)


1 54 1
2 53 4
3 52 6
4 51 3
5 50 1
6 49 1
7 48 3
8 47 4
9 46 2
10 45 1
11 44 1
12 43 0
13 42 1
65

14 41 0
15 40 2
Jumlah 30

Hasil tabulasi perolehan skor jawaban angket mengenai akhlak

remaja di yayasan yatim piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo dapat

dilihat pada lampiran.

C. Analisis Data

1. Pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah

Untuk memperoleh data ini, penulis menggunakan metode angket yang

disebarkan kepada 30 anak, untuk mengetahui pelaksanaan metode

dakwah mau’idzah hasanah di yayasan yatim piatu “Al-Amin” Gandu

Mlarak Ponorogo. kemudian dicari Mx dan SDx untuk menentukan

kategori pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah untuk

menentukan kategori pengelolaan kelas baik, cukup, kurang. Berikut

perhitungan deviasi standarnya.

Tabel VIII

Perhitungan Standar Deviasi Variabel X

(Pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah)

No. x F f.x x’=x-Mx Fx’ X’2 f.x’2


1 57 3 171 7,033333 21,1 49,46778 148,4033
2 56 2 112 6,033333 12,06667 36,40111 72,80222
3 55 3 165 5,033333 15,1 25,33444 76,00333
4 54 3 162 4,033333 12,1 16,26778 48,80333
5 53 1 53 3,033333 3,033333 9,201111 9,201111
66

6 52 0 0 2,033333 0 4,134444 0
7 51 1 51 1,033333 1,033333 1,067778 1,067778
8 50 0 0 0,033333 0 0,001111 0
9 49 3 147 -0,96667 -2,9 0,934444 2,803333
10 48 2 96 -1,96667 -3,93333 3,867778 7,735556
11 47 0 0 -2,96667 0 8,801111 0
12 46 6 276 -3,96667 -23,8 15,73444 94,40667
13 45 3 135 -4,96667 -14,9 24,66778 74,00333
14 44 2 88 -5,96667 -11,9333 35,60111 71,20222
15 43 1 43 -6,96667 -6,96667 48,53444 48,53444
∑ 𝑓𝑥
Jumlah N=30 0,5 5,740033 280,0167 654,9667
= 1499

Dari hasil di atas lalu cari mean dan standar deviasi dengan langkah

sebagai berikut:

Mencari rata-rata (Mean)

∑ 𝑓𝑋
𝑀𝑥 =
𝑛

1499
=
30

= 49,96666667

= 50 (dibulatkan)

Mencari Standar Deviasi

∑ 𝑓𝑥′2 ∑ 𝑓𝑥′ 2
𝑆𝐷𝑥 = √ −[ ]
𝑁 𝑁

654,9667 5,740033 2
=√ −[ ]
30 30

=√21,83222333 − 0,191334433
67

= √21,6408889

= 4,651976881

Dari hasil perhitungan diatas, dapat diketahui Mx = 49,96666667

dan SDx = 4,651976881. untuk menentukan kategori pelaksanaan metode

dakwah mau’idzah hasanah itu baik, cukup, kurang, dibuat

pengelompokan skor dengan menggunakan patokan sebagai berikut:

- Mx + 1.SD = 49,96666667 + 1. 4,651976881

= 49,96666667 + 4,651976881

= 54,61864355

= 55 (Dibulatkan)

- Mx - 1.SD = 49,96666667 - 1. 4,651976881

= 49,96666667 - 4,651976881

=45,31468979

= 45 (Dibulatkan)

Tabel IX

No Interval Kategori Frekuensi Prosentase

1 >55 Baik 8 26,6%

2 46-54 Cukup 16 53,4%

3 <45 Kurang 6 20%

jumlah 30 100%

Dari kategori diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan metode

dakwah mau’idzah hasanah di yayasan yatim piatu “Al-Amin” Gandu

Mlarak Ponorogo dengan kategori cukup dengan frekuensi sebanyak 8


68

responden (26,6%), pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah

dengan kategori cukup frekuensi sebanyak 16 responden (53,4%), dan

pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah dengan kategori kurang 6

responden (20%). Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan

metode dakwah mau’idzah hasanah di yayasan yatim piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo dengan kategori cukup.

2. Akhlak Remaja

Setelah diketahui skor hasil akhir akhlak remaja, kemudian dicari

My dan SDy untuk menentukan kategori akhlak remaja di yayasan yatim

piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo tergolong baik, cukup, kurang.

Berikut perhitungannya:

Tabel X

Perhitungan standar deviasi variabel Y

(Akhlak Remaja)

y’=y- fy’ f.y’2


No. y F f.y Y’2
My
1 54 1 54 5,166667 5,166667 26,69445 26,69445
2 53 4 212 4,166667 16,66667 17,36111 69,44446
3 52 6 312 3,166667 19 10,02778 60,16668
4 51 3 153 2,166667 6,500001 4,694446 14,08334
5 50 1 50 1,166667 1,166667 1,361112 1,361112
6 49 1 49 0,166667 0,166667 0,027778 0,027778
7 48 3 144 -0,83333 -2,5 0,694444 2,083332
8 47 4 188 -1,83333 -7,33333 3,36111 13,44444
9 46 2 92 -2,83333 -5,66667 8,027776 16,05555
10 45 1 45 -3,83333 -3,83333 14,69444 14,69444
69

11 44 1 44 -4,83333 -4,83333 23,36111 23,36111


12 43 0 0 -5,83333 0 34,02777 0
13 42 1 42 -6,83333 -6,83333 46,69444 46,69444
14 41 0 0 -7,83333 0 61,36111 0
15 40 2 80 -8,83333 -17,6667 78,02777 156,0555

∑ 𝑓𝑦 -27,5
-0,000018 330,4166 444,1667
Jumlah N=30 = 1465

Dari hasil di atas lalu cari mean dan standar deviasi dengan langkah

sebagai berikut:

Mencari rata-rata (Mean)

∑ 𝑓𝑦
𝑀𝑦 =
𝑛

1465
=
30

= 48,833333

= 49 (dibulatkan)

Mencari Standar Deviasi

∑ 𝑓𝑦′ 2
∑ 𝑓𝑦′ 2
𝑆𝐷𝑦 = √ −[ ]
𝑁 𝑁

444,1667 −0.000018 2
=√ −[ ]
30 30

=√14,80555667 − 3,6

= √11,20555677

= 1,2055577

Dari hasil perhitungan diatas, dapat diketahui My = 48,833333 (49

dibulatkan) dan SDy = 1.2055577 (1,3 dibulatkan). untuk menentukan


70

kategori akhlak remaja itu baik, cukup, kurang, dibuat pengelompokan

skor dengan menggunakan patokan sebagai berikut:

- My + 1.SD = 48,833333 + 1. 1,2055577

= 48,833333 + 1,2055577

= 50,0388907

= 50 (Dibulatkan)

- My - 1.SD = 48,833333 - 1. 1.2055577

= 48,833333 -1.2055577

=47,6277753

= 48 (Dibulatkan)

Tabel XI

No Interval Kategori Frekuensi Prosentase

1 >50 Baik 15 50%

2 49 Cukup 1 3,3%

3 <48 Kurang 14 46,7%

jumlah 30 100%

Dari kategori diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak remaja di

yayasan yatim piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo dengan kategori

baik dengan frekuensi sebanyak 15 responden (50%), akhlak remaja

dengan kategori cukup frekuensi sebanyak 1 responden (3,3%), dan akhlak

remaja dengan kategori kurang 14 responden (46,7%). Secara umum dapat


71

dikatakan bahwa akhlak remaja di yayasan yatim piatu “Al-Amin” Gandu

Mlarak Ponorogo dengan kategori baik.

3. Pengaruh Pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah

Terhadap Pembinaan Akhlak Remaja

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dari

variabel yang diteliti itu normal atau tidak. Uji normalitas data

pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah dan akhlak remaja di

yayasan yatim piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo dengan rumus

lillifors.

a) Pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah

Adapun uji normalitas pelaksanaan dakwah mau’idzah hasanah

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesa

Ho: data tidak berdistribusi normal.

Ha: data berdistribusi normal

2. Menghitung rata-rata (mean) dengan membuat tabel terlebih dahulu,

maka hal ini tabel dibuat distribusi tunggal.

Tabel XII

Tabel Penghitungan Mean Dan Standar Deviasi

X F fX X2 FX2

57 3 171 3249 29241


72

56 2 112 3136 12544


55 3 165 3025 27225
54 3 162 2916 26244
53 1 53 2809 2809
51 1 51 2601 2601
49 3 147 2401 21609
48 2 96 2304 9216
46 6 276 2116 76176
45 3 135 2025 18225
44 2 88 1936 7744
43 1 43 1849 1849

JUMLAH N= 30 ∑ 𝐹𝑋 ∑ 𝑋2 ∑ 𝐹𝑋 2
= 1499 = 37780 = 235483

∑ 𝑓𝑋
𝑀𝑥 =
𝑛

1499
=
30

= 49,96666667

= 50 (dibulatkan)

∑ 𝑓𝑥′2 ∑ 𝑓𝑥′ 2
𝑆𝐷𝑥 = √ −[ ]
𝑁 𝑁

654,9667 5,740033 2
=√ −[ ]
30 30

=√21,83222333 − 0,191334433

= √21,6408889

= 4,651976881

= 4,7 (dibulatkan)

3. Menghitung nilai fkb.


73

4. Menghitung masing-masing frekuensi dibagi jumlah data (f/n).

5. Menghitung masing-masing fkb dibagi jumlah data (fkb/n).

6. Menghitung nilai Z dengan rumus X adalah data nilai asli dan 𝜇

adalah rata-rata populasi dapat ditaksir dengan menggunakan rata-

rata sampel atau mean sedangkan 𝜎 adalah simpangan baku

populasi dapat ditaksir dengan nilai standar deviasi dari sampel.

Nilai Z akan dihitung setiap nilai setelah diurutkan dari terkecil

dari terbesar.

𝑋−𝜇
Z=
𝜎

7. Menghitung P ≤ Z

Probabilitas dibawah nilai Z dapat dicari pada tabel Z yaitu dengan

melihat nilai Z pada kolom 1 kemudian pada taraf signifikan yang

terletak pada leher tabel. Untuk nilai negatif lihat kolom luas diluar

Z. Untuk nilai positif lihat kolom luas antara rata-rata dengan

Z+0,5.

8. Untuk nilai L didapat dari selisih kolom 5 dan 7.

Tabel XIII

Data Penghitungan Uji Normalitas Dengan Rumus Lillifors

X F FKB F/N FKB/N Z P≤Z L

57 3 30 0,1 1 1,511902 0,9345


0,0655
56 2 27 0,066667 0,9 1,29694 0,9015
-0,0015
55 3 25 0,1 0,833333 1,081977 0,8599
-0,02657
54 3 22 0,1 0,733333 0,867015 0,8051
-0,07177
74

53 1 19 0,033333 0,633333 0,652053 0,7422


-0,10887
51 1 18 0,033333 0,6 0,222128 0,5871
0,0129
49 3 17 0,1 0,566667 -0,2078 0,4207
0,145967
48 2 14 0,066667 0,466667 -0,42276 0,3372
0,129467
46 6 12 0,2 0,4 -0,85268 0,1977
0,2023
45 3 6 0,1 0,2 -1,06765 0,1446
0,0554
44 2 3 0,066667 0,1 -1,28261 0,1003
-0,0003
43 1 1 0,033333 0,033333 -1,49757 0,0681
-0,03477

Dengan melihat tabel dengan n=30 dan taraf signifikansi 0,05 maka

diperoleh angka pada tabel lillifors adalah 0,161. sehingga batas penolakan

Ho adalah 0,161/√30 = 0,0293.

Kriteria pengujian Tolak Ho jika Lmaksimum > Ltabel

Terima Ho jika Lmaksimum < Ltabel

Dengan melihat hasil dari tabel nilai Lmaksimum adalah 0,14596,

maka nilai tersebut lebih kecil dari Ltabel sehingga terima Ho berarti data

berdistribusi normal.

b) Akhlak remaja

Adapun uji normalitas akhlak remaja dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesa

Ho: data tidak berdistribusi normal.

Ha: data berdistribusi normal

2. Menghitung rata-rata (mean) dengan membuat tabel terlebih dahulu,

maka hal ini tabel dibuat distribusi tunggal.


75

Tabel XIV

Tabel Penghitungan Mean Dan Standar Deviasi

Y F fY Y2 FY2

54 1 54 2916 2916
53 4 212 2809 11236
52 6 312 2704 16224
51 3 153 2601 7803
50 1 50 2500 2500
49 1 49 2401 2401
48 3 144 2304 6912
47 4 188 2209 8836
46 2 92 2116 4232
45 1 45 2025 2025
44 1 44 1936 1936
42 1 42 1764 1764
41 2 82 1681 3362

JUMLAH N= 30 ∑ 𝐹𝑦 ∑ 𝑦2 ∑ 𝐹𝑦 2
= 1465 = 29885 = 71985

∑ 𝑓𝑦
𝑀𝑦 =
𝑛

1465
=
30

= 48,833333

= 49 (dibulatkan)

Mencari Standar Deviasi

∑ 𝑓𝑦′ 2
∑ 𝑓𝑦′ 2
𝑆𝐷𝑦 = √ −[ ]
𝑁 𝑁
76

444,1667 −0.000018 2
=√ −[ ]
30 30

=√14,80555667 − 3,6

= √11,20555677

= 1,2055577

3. Menghitung nilai fkb.

4. Menghitung masing-masing frekuensi dibagi jumlah data (f/n).

5. Menghitung masing-masing fkb dibagi jumlah data (fkb/n).

6. Menghitung nilai Z dengan rumus Y adalah data nilai asli dan 𝜇

adalah rata-rata populasi dapat ditaksir dengan menggunakan rata-rata

sampel atau mean sedangkan 𝜎 adalah simpangan baku populasi dapat

ditaksir dengan nilai standar deviasi dari sampel. Nilai Z akan

dihitung setiap nilai setelah diurutkan dari terkecil dari terbesar.

𝑌−𝜇
Z=
𝜎

7. Menghitung P ≤ Z
Probabilitas dibawah nilai Z dapat dicari pada tabel Z yaitu dengan

melihat nilai Z pada kolom 1 kemudian pada taraf signifikan yang

terletak pada leher tabel. Untuk nilai negatif lihat kolom luas diluar Z.

Untuk nilai positif lihat kolom luas antara rata-rata dengan Z+0,5.

8. Untuk nilai L didapat dari selisih kolom 5 dan 7.


77

Tabel XV

Data Penghitungan Uji Normalitas Dengan Rumus Lillifors

Y F FKB F/N FKB/N Z P≤Z L

54 1 30 0,033333 4,285707 0,99997 -0,00003


1
53 4 29 0,133333 0,966667 3,456215 0,9997 -0,03303
52 6 25 0,2 0,833333 2,626724 0,9957 -0,16237
51 3 19 0,1 0,633333 1,797232 0,9633 -0,32997
50 1 16 0,033333 0,533333 0,96774 0,8315 -0,29817
49 1 15 0,033333 0,5 0,138249 0,5517 -0,0517
48 3 14 0,1 0,466667 -0,69124 0,2451 0,121567
47 4 11 0,133333 0,366667 -1,52073 0,0630 0,103667
46 2 7 0,066667 0,233333 -2,35023 0,0094 0,123933
45 1 5 0,033333 0,166667 -3,17972 0,0008 0,160867
44 1 4 0,033333 0,133333 -4,00921 0,00003 0,133303
42 1 3 0,033333 0,1 -5,66819 0,00003 0,09997
41 2 2 0,066667 0,066667 -6,49768 0,00003 0,066637

Dengan melihat tabel dengan n=30 dan taraf signifikansi 0,05 maka

diperoleh angka pada tabel lillifors adalah 0,161. sehingga batas penolakan

Ho adalah 0,161/√30 = 0,0293.

Kriteria pengujian Tolak Ho jika Lmaksimum > Ltabel

Terima Ho jika Lmaksimum < Ltabel

Dengan melihat hasil dari tabel nilai L maksimum adalah 0,160867

maka nilai tersebut lebih kecil dari L tabel sehingga terima Ho berarti data

berdistribusi normal.

Adapun hasil uji normalitas data pelaksanaan metode dakwah

mau’idzah hasanah dan akhlak remaja adalah sebagai berikut:


78

Tabel XVI

Kriteria pengujian
Variabel N Keterangan
LMax Ltabel

X 30 0,14596 0,161 Berdistribusi normal

Y 30 0,160867 0,161 Berdistribusi normal

Dari tabel di atas dapat diketahui nilai Lmaksimum untuk masing-

masing variabel x dan y. Selanjutnya dikonsultasikan kepada Ltabel nilai

kritis uji lillifors dengan taraf signifikan 0,05%. Dari konsultasi dengan

Ltabel diperoleh hasil bahwa masing-masing Lmaksimum lebih kecil ( < )

daripada Ltabel , dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masing-masing

variabel x dan y berdistribusi normal. Oleh karena itu, penggunaan statistik

parametris untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan.

2. Analisis Uji Hipotesis

Untuk membuktikan kuat lemahnya pengaruh dan diterima

tidaknya hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini, maka

dibuktikan dengan mencari nilai persamaan regresi antara variabel X

(Pelaksanaan Metode Dakwah Mau’idzah Hasanah) dengan variabel Y

(Akhlak Remaja).

Tabel XVII

NO. X Y 𝑿𝟐 𝒀𝟐 XY
1. 57 53 3249 2809 3021
79

2. 55 53 3025 2809 2915


3. 57 53 3249 2809 3021
4. 46 50 2116 2500 2300
5. 48 47 2304 2209 2256
6. 46 40 2116 1600 1840
7. 49 45 2401 2025 2205
8. 45 47 2025 2209 2115
9. 49 47 2401 2209 2303
10. 46 40 2116 1600 1840
11. 43 51 1849 2601 2193
12. 44 48 1936 2304 2112
13. 55 52 3025 2704 2860
14. 55 53 3025 2809 2915
15. 57 51 3249 2601 2907
16. 54 48 2916 2304 2592
17. 48 52 2304 2704 2496
18. 45 44 2025 1936 1980
19. 54 51 2916 2601 2754
20. 51 54 2601 2916 2754
21. 46 46 2116 2116 2116
22. 56 48 3136 2304 2688
23. 45 46 2025 2116 2070
24. 56 52 3136 2704 2912
25. 49 49 2401 2401 2401
26. 44 47 1936 2209 2068
27. 46 52 2116 2704 2392
28. 54 52 2916 2704 2808
29. 46 42 2116 1764 1932
30. 53 52 2809 2704 2650

∑𝑁 ∑𝑋 ∑𝑌 ∑ 𝑋2 ∑ 𝑌2 ∑ 𝑋𝑌

= 30 = 1499 = 1465 = 75555 = 71985 = 73522


80

Dari data tersebut diperoleh:

a. ∑ 𝑁 = 30

b. ∑ 𝑋 = 1499

c. ∑ 𝑌 = 1465

d. ∑ 𝑋 2 = 75555

e. ∑ 𝑌 2 = 71985

f. ∑ 𝑋𝑌 = 73522

Kemudian dari data tersebut dimasukkan ke dalam rumus:

Mencari nilai b dengan rumus sebagai berikut:

𝑛.∑ 𝑥𝑦 –∑ 𝑥.∑ 𝑦
b=
𝑛.∑ 𝑥 2 –(∑ 𝑥)2

30.73522−1499.1465
b=
30.75555–(1499)2

2205660−2196035
b=
2266650–2247001

9625
b=
19649

b = 0,489

Mencari nilai a dengan rumus sebagai berikut:

∑ 𝑦 –𝑏.∑ 𝑥
a=
𝑛

1465−0,489.1499
a=
30

1465−733,011
a=
30

731,989
a=
30
81

a = 24,399

Menghitung persamaan regresi sederhana dengan rumus sebagai berikut:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋

𝑌 = 24,399 + 0,489. 𝑋

Dimana:

Y= Akhlak remaja

X= Pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah

Interpretasi koefisien regresi:

Nilai a = 24,399 artinya ada pengaruh pelaksanaan metode

dakwah mau’idzah hasanah terhadap akhlak remaja. X= 0

Nilai b = 0,489 artinya jika terjadi peningkatan dalam

pelaksanaan dakwah mau’idzah hasanah maka akan terjadi

peningkatan akhlak remaja sebesar 0,489.

a. Menguji Signifikansi Dengan Langkah-Langkah Berikut:

1) Mencari Jumlah Kuadrat Regresi (Jkreg(a)) dengan rumus:


2
(∑ 𝑦) (1465)2 2146225
JKReg(a) = = = = 71540,833
𝑛 30 30

2) Mencari Jumlah Kuadrat Regresi (Jkreg(b/a)) dengan rumus:

(∑ 𝑥) .(∑ 𝑦)
(JKReg(b/a)) = b. {∑ 𝑥𝑦 − }
𝑛

(1499).(1465)
= 0,489. {73522 − }
30

= 0,489. {73522 − 73201,1}

= 0,489. 320,9

= 156,920

3) Mencari Jumlah Kuadrat Residu (Jkres) dengan rumus:


82

JKRes = ∑ 𝑦 2 – JKReg (b/a) – JKReg (a)

JKRes = 71985- 156,920 – 71540,833

= 287,247

4) Mencari Rata-Rata Jumlah Kuadrat Regresi dengan rumus:

RJKReg(a) = JKReg (a) = 71540,833

5) Mencari Rata-Rata Jumlah Kuadrat Regresi dengan rumus:

RJKReg(b/a) = JKReg (b/a) = 156,920

6) Mencari Rata-Rata jumlah Kuadrat Residu dengan rumus :

JKRes 287,247 287,247


RJKRes = = = = 10,258
𝑛−2 30−2 28

7) Menguji Signifikansi dengan rumus:

Jika FHitung > FTabel maka tolak ho artinya signifikan.

Jika FHitung < Ftabel maka artinya tidak signifikan.

Dengan taraf signifikan = 0,05

Mencari nilai FTabel = F {(1-a) (dk reg(bla)) (dk res)}

= F {(1-0,05) (2-1) (30-2) }

= F { ( 0,95) (1,28) }

Dengan angka 1 = Pembilang

28 = Penyebut

F Tabel = 4,20

RJKReg (bla) 156,920


F Hitung = = = 15,2
RJKRes 10,258

Maka F Hitung 15,2 > F Tabel 4,20.

Karena F Hitung lebih besar dari F Tabel maka tolak Ho dan terima Ha.

Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan


83

metode dakwah mau’idzah hasanah terhadap akhlak remaja di Yayasan

Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo.

b. Menguji Linieritas Dengan Langkah-Langkah Berikut:

Langkah1 Mencari Jumlah Kuadrat Error (JKE) dengan rumus:

2 (∑ 𝑌 2 )
Rumus : JKE = ∑𝐾 {∑ 𝑌 − }
𝑁

Sebelumnya mencari nilai JKE urutkan data X mulai dari data yang

paling kecil sampai data yang paling besar berikut disertai pasangannya (Y),

seperti tabel penolong berikut:

Tabel XVIII

Diurutkan

dari data

terkecil

No. X Y hingga Kelompok n Y

data

terbesar

1 57 53 43 k.1 1 51

2 55 53 44 48
k.2 2
3 57 53 44 47

4 45 47
46 50
k.3 3
5 45 44
48 47
84

6 45 46
46 40
7 46 50
49 45
8 46 40
45 47
9 46 40
49 47 Menjad k.4 6
10 i 46 46
46 40
11 46 52
43 51
12 46 42
44 48
13 48 47
55 52
k.5 2
14 48 52
55 53
15 49 45
57 51
16 49 k.6 3 47
54 48
17 49 49
48 52
18 51 k.7 1 54
45 44
19 53 k.8 1 52
54 51
20 54 48
51 54
21 54 k.9 3 51
46 46
22 54 52
56 48
23 55 53
45 46
24 55 k.10 3 52
56 52
25 55 53
49 49
26 56 48
44 47
k.11 2
27 56 52
46 52
28 57 k.12 3 53
54 52
85

29 57 53
46 42
30 57 51
53 52

Keterangan n = jumlah kelompok yang sama

K = kelompok

2 (51)2 (48+47)2
JKE = (51 − ) + (482 + 472 − )+
1 2

(47+44+46)2
(472 + 442 + 462 − ) + (502 + 402 + 402 +
3

(50+40+40+46+52+42)2
462 + 522 + 422 − ) + (472 +
6

(47+52)2 (45+47+49)2
522 − ) +(452 + 472 + 492 − )
2 3

2 (54)2 (52)2
+(54 − ) + (522 − ) + (482 + 512 + 522 −
1 1

(48+51+52)2 (53+52+53)2
) + (532 + 522 + 532 − ) + (482 +
3 3

(48+52)2 (53+53+51)2
522 − ) + (532 + 532 + 512 − ).
2 3

= 0 + 0,5 + 4,6667 + 134 + 12,5 + 8 + 0 + 0 + 8,6667 +

0,6667 + 8 + 2,6667

= 179,6668

Langkah 2 Mencari Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC ) dengan

rumus: JKTC = JKRes + JKE = 287,247 + 179,6668

= 466,9138

Langkah 3 Mencari Rata-Rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC)

dengan rumus:

JKTC 466,9138 466,9138


RJKTC = = = = 46,69138
𝑘−2 12−2 10
86

Langkah 4 Mencari Rata-Rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE) Dengan

JKe 179,6668 179,6668


rumus: RJKE= 𝑛−𝑘 = = = 9,9814
30−12 18

Langkah 5 Mencari nilai Fhitung dengan rumus:

RJKTC 46,69138
Fhitung = = = 4,677
RJKE 9,9814

Perlu diketahui bahwa uji linieritas berbeda dengan uji

signifikansi, adapun perbedaannya terletak pada

pengambilan keputusan (kaidah pengujiannya) sebagai

berikut:

1) Menentukan keputusan pengujian signifikansi

Jika Fhitung > Ftabel = maka tolak Ho artinya

signifikan, Fhitung < Ftabel = terima Ho artinya tidak

signifikan.

2) Menentukan keputusan pengujian linieritas

Jika Fhitung > Ftabel = maka tolak Ho artinya data

berpola linier dan Fhitung < Ftabel = maka terima Ho

artinya data berpola tidak linier.

Langkah 6 Menentukan keputusan pengujian linieritas

Jika Fhitung > Ftabel = maka tolak Ho artinya data berpola

linier dan Fhitung < Ftabel = maka terima Ho artinya data

berpola tidak linier.

Dengan taraf signifikan (∝) = 0,05

Ftabel = F (1-∝) (dk TC, dk E)

F (1-0,05) (dk = k-2, dk = n-k)

F (1-0,05) (dk = 12-2, dk = 30-12)


87

F (1-0,05) (dk = 10, dk 18)

F (0,95) (10,18)

Cara mencari Ftabel = dk = 10 = pembilang

= dk = 18 = penyebut

Ftabel = 2,41

Langkah 7 Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

= ternyata Fhitung > Ftabel atau 4,677 > 2,41

Kesimpulan: Variabel pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah

terhadap akhlak remaja di yayasan yatim piatu “Al-Amin”

Gandu Mlarak Ponorogo berpola linier.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan berdasarkan pada hasil penelitian yang

peneliti laksanakan di Yayasan Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak

Ponorogo peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan metode dakwah mau’idzah hasanah di yayasan yatim

piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo dengan kategori baik

dengan frekuensi sebanyak 8 responden (26,6%), pelaksanaan metode

dakwah mau’idzah hasanah dengan kategori cukup frekuensi

sebanyak 16 responden (53,4%), dan pelaksanaan metode dakwah

mau’idzah hasanah dengan kategori kurang 6 responden (20%).

Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan metode dakwah

mau’idzah hasanah di yayasan yatim piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak

Ponorogo dengan kategori cukup.

2. Akhlak remaja di yayasan yatim piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak

Ponorogo dengan kategori baik dengan frekuensi sebanyak 15

responden (50%), akhlak remaja dengan kategori cukup frekuensi

sebanyak 1 responden (3,3%), dan akhlak remaja dengan kategori

kurang 14 responden (46,7%). Secara umum dapat dikatakan bahwa

akhlak remaja di yayasan yatim piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak

Ponorogo dengan kategori baik.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara metode dakwah mau’idzah

hasanah terhadap pembinaan akhlak remaja di Yayasan Yatim Piatu

88
89

“Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo, dengan bukti setelah dihitung

ternyata F Hitung > F Tabel atau 15,2 > 4,20

B. Saran

Demi peningkatan dan perbaikan kegiatan proses berdakwah dan

kegiatan yang lain, tentunya diperlukan tegur sapa dan saran. Dalam

penelitian skripsi ini perkenankanlah untuk memberikan saran-saran yang

bersifat membangun dan memberikan motivasi kepada beberapa pihak

yang terkait antara lain:

1. Bagi Yayasan

Untuk meningkatkan suksesnya proses berdakwah pada Yayasan

Yatim Piatu “Al-Amin” Gandu Mlarak Ponorogo, hendaklah

diciptakan situasi, kondisi, sarana dan prasarana pembangunan,

khususnya di bidang keagamaan agar para anak asuh merasa

kenyamanan dan ketenangan dalam proses berdakwah.

2. Bagi Pengasuh

Sebagai pengasuh juga diharapkan perhatian kepada anak asuhnya,

melakukan pengawasan terhadap perkembangan prilaku anak yang

menyimpang dengan menanamkan nilai-nilai agama sebagai

landasan pergaulan keseharian.


90

C. Kata Penutup

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dan syukur senantiasa

peneliti haturkan kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan Taufiq, Rahmat

serta Hidayah- Nya sehingga peneliti dapat menyeleseikan skripsi ini.

Segala upaya telah peneliti curahkan dalam rangka penelitian skripsi

ini walaupun masih terlampau sederhana dan banyak kekurangan. hal ini

peneliti akui, karena sangat terbatasnya pengetahuan yang ada pada diri

peneliti terhadap masalah ini skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi

kesempurnaan penelitian skripsi ini, dan dalam membuat karya-karya

ilmiah dimasa mendatang.

Akhirnya peneliti memohon kepada Allah SWT, mudah-mudahan

skripsi yang peneliti susun ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti

pribadi dan bagi para pembaca pada umumnya, Amin. Dan atas segala

kesalahn dan kekhilafan peneliti, mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Ponorogo, 06 Oktober 2016

Peneliti

Erna Yuni Rahmawati

Das könnte Ihnen auch gefallen