Sie sind auf Seite 1von 18

LAPORAN KELOMPOK

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Pernafasan Kronis”

Dosen Pengampu : Nurhikmah, SST., MPH

OLEH
Kelompok 11
Emy Pratama 1614201110074
Muhammad Fikri Khairani 1614201110093
Muhammad Norhidayat 1614201110094
Wahyu Ariyadi 1614201110118

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019

Jl.S.Parman Komp. RS Islam Banjarmasin No 88 tlp. (0511) 3363002


A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini
dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.
Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri
tersebut.(Sylvia A.price dalam Amin & Hardhi, 2015)
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui percikan dahak (droplet) dari
penderita tuberkulosis kepada individu yang rentan. Sebagian besar kuman Mycobacterium
tuberculosis menyerang paru, namun dapat juga menyerang organ lain seperti pleura, selaput
otak, kulit, kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, sistem urogenital, dan lain-lain. (Kemenkes RI,
2015)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Price, 2001 dalam Nixson Manurung,
2016)
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang
sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan
selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Hood Alsagaff,
1995 dalam Andra & Yessie, 2013)
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular langsung melalui droplet orang
yang telah terinfeksi kuman/basil tuberkulosis. (WHO, 2014 dalam Najmah, 2016).
2. Etiologi
Penyebab penyakit Tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5–4 mikron x 0,3-0,6 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam
mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan
terhadap zat kimia dan fisik. Kuman Tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan
dingin, bersifat dorman dan aerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100°C selama 5-10 menit atau pada
pemanasan 60°C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri
ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-
bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono, 2008).
3. Penularan
Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien tuberculosis batuk
dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernafas.
Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil
tuberculosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6
bulan.
Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi
dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi
berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia dibawah 3 tahun, risiko rendah pada masa
kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri
masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian
tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga
kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%.hasil studi lainnya melaporkan
bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah)akan 2 kali lebih berisiko dibandingkan
kontak biasa(tidak serumah).
Seseorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi
menularkan penyakit ini. Sebaliknya, penderita dengan BTA (-) dianggap tidak menularkan.
Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar 10/100.000 populasi.
Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100 penduduk terdapat 1-3 warga
yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTA-nya akan positif (0,5%). (Widoyono,
2008)

4. Manifestasi Klinis
Gejala umum TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah.
Keluhan yang dirasakan penderita tuberculosis dapat bermacam-macam atau malah tanpa
keluhan sama sekali. Keluhan yang paling banyak terjadi yaitu :
a. Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, tetapi kadang-kadang panas badan
mencapai 40-410C. Demam biasanya menyerupai demam influenza sehingga penderita
biasanya tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk biasanya dialami 4 minggu dan
bahkan berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk non produktif. Keadaan ini
biasanya akan berlanjut menjadi batuk darah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
c. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah meliputi bagian
paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkanpleuritis.
e. Malaise
Tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (BB menurun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, dan berkeringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Ari Sandi, 2012)
5. Patofisiologi
Port de’entri kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara (air
borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan di inhalasi biasanya terdiri atas satu
sampai tiga gumpalan. Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan
cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan
terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar
melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit yang
dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam. ( Ardiansyah,
2012).
6. Pemeriksaan Diagnosis
a. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen toraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum
ditemukan gejala subjektif awal. Sebelum pemeriksaan fisik, dokter juga menemukan
suatu kelainan paru. Pemeriksaan rontgen toraks ini sangat berguna untuk mengevaluasi
hasil pengobatan, di mana hal ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan
bakteri tuberkel terhadap OAT. Penyembuhan total sering kali terjadi di beberapa area
dan ini adalah observasi yang dapat muncul pada sebuah proses penyembuhan yang
lengkap.
b. Pemeriksaan CT-scan
Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil
yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal,
klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan berkas bronkhovaskuler,
bronkhiektasis, serta emfisema perisikatrisial. Pemeriksaan CT-scan sangat bermanfaat
untuk mendeteksi adanya pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan daripada
pemeriksaan rontgen biasa.
c. Radiologis TB Paru Milier
TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta
mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat fatal sebelum
penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rontgen toraks bergantung pada ukuran dan jumlah
tuberkel milier. Pada beberapa pasien TB milier, tidak ada lesi yang terlihat pada hasil
rontgen toraks, tetapi ada beberapa kasus dimana bentuk milier klasik berkembang seiring
dengan perjalanan penyakitnya.
d. Pemeriksaan
Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit Tuberculosis diperoleh dengan pemeriksaan
mikrobiologi melalui isolasi bakteri. Untuk membedakan species Mycobacterium yang
satu dengan lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada
berbagai media, perbedaan kepekaan terhadap OAT dan percobaan, serta perbedaan
kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium.
Bahan untuk pemeriksaan isolasi Mycobacterium Tuberculosis adalah sputum pasien,
urine, dan cairan kumbah lambung. Selain itu, ada juga bahan-bahan lain yang dapat
digunakan, yaitu cairan serebrospinal (sum-sum tulang belakang), cairan pleura, jaringan
tubuh, feses, dan swab tenggorokan. Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis
Tuberculosis Paru, walaupun kurang sensitif, adalah pemeriksaan laju endap darah
(LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan immunoglobulin,
terutama IgG dan IgA.
7. Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut :
Komplikasi dini
1. Pleuritis
2. Efusi pleura
3. Empiema
4. Laringitis
Menjalar ke organ lain : Usus
Poncet’s arthropathy
Komplikasi lanjut
1) Obstruksi jalan napas : SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis)
2) Kerusakan parenkim berat : SOPT / Fibrosis paru, kor pulmonal
3) Amiloidosis
4) Karsinoma paru
5) Sindrom gagal napas dewasa (ARDS)
B. ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Tn. W berusia 52 tahun masuk ke RS Marinir dengan keluhan batuk berdarah sudah
sejak 8 bulan yang lalu, dan sejak 2 minggu yang lalu, klien mengeluh nyeri dada, nyeri saat
menarik nafas, nyeri seperti tertusuk , skala nyeri 7, sering sesak nafas, demam meriang
sudah sekitar sebulan, jika malam hari sering berkeringat berlebih padahal tidak sedang
melakukan aktivitas fisik, klien mengatakan jika nafsu makannya menurun, BB sebelum
sakit adalah 68 kg dan sekarang 54 kg. Klien mengatakan riwayat TB paru tahun 2015 dan
dinyatakan sembuh. Klien mengatakan riwayat merokok 1 bungkus sehari. Klien mengatakan
lingkungan rumahnya padat dan ventilasi udara kurang, serta terdapat seorang keluarga yang
menderita hal serupa dengan klien. Hasil pemeriksaan fisik menunjukan BB: 54 kg, TB: 162
cm, TD: 120/ 80 mmHg, RR: 28x/menit, N : 73×/ menit, S: 36,5 C, Auskultasi : terdengar
ronkhi basa pada bagian apical, Hasil lab: BTA (+), hasil foto thorak: terdapat bayangan
berawan/nodular. Klien di diagnosa dokter menderita TB paru. Klien menanyakan kenapa
bisa terkena penyakit ini lagi.

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.W
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh batuk berdarah sudah sejak 8 bulan yang lalu, klien mengeluh nyeri
dada, nyeri saat menarik nafas, nyeri seperti tertusuk , skala nyeri 7, sering sesak
nafas, demam meriang sudah sekitar sebulan, jika malam hari sering berkeringat
berlebih padahal tidak sedang melakukan aktivitas fisik, klien mengatakan jika nafsu
makannya menurun.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien menderita TB paru, mengeluh nyeri dada, sesak nafas, demam meriang,
kurang nafsu makan.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan riwayat TB paru tahun 2015 dan dinyatakan sembuh
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan jika ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama seperti
dirinya
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Data antropometri : TB : 162 cm
BB : 54 Kg
TTV : TD : 120/ 80 mmHg
RR : 28x/menit
N : 73×/ menit
S : 36,5 C
2. Aktivitas/ istirahat
o Kelelahan
o Sesak nafas
o Demam dan berkeringat pada malam hari
3. Integritas Ego
o Pasien menyangkal kenapa dia bisa menderita penyakit itu kembali
o Pasien mengalami ansietas
4. Makanan/ cairan
o Nafsu makan klien menurun
5. Kenyamanan
o Nyeri dada
6. Pernafasan
o Sesak nafas
o Nafas cepat
o Batuk berdarah
o Auskultasi : terdengar ronkhi basa pada bagian apical
7. Keamanan
o Demam
o BTA : (+) positif
8. Interaksi social
o Perasaan isolasi atau penolakan
e. Pemeriksaan Diagnostik
BTA : (+) positif
Foto thorak : terdapat bayangan berawan/nodular.

DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengeluh batuk berdahak disertai darah 1. TTV :
sejak 3 minggu TD: 120/ 80 mmHg
2. Klien mengeluh nyeri dada RR 28 kali
P : nyeri pada saat menarik nafas N: 73×/ menit
Q: nyeri seperti tertusuk S: 36,5 oC
R: nyeri pada dada 2. Hasil lab: BTA : (+) positif
S: skala nyeri 7 3. Auskultasi : terdengar ronkhi basa
T: nyeri hilang timbul (menarik nafas) pada bagian apikal
4. Torak foto: terdapat bayangan
3. Klien mengeluh sesak nafas berawan/noduler
4. Klien mengeluh demam
5. Klien mengeluh berkeringat malam tanpa
aktivitas fisik
6. Klien mengeluh malaise
7. Klien mengeluh nafsu makan menurun
8. Klien mengatakan berat badan menurun
BB sebelum : 68 kg
BB sesudah : 54 kg
9. Klien mengatakan lingkungan rumah klien
padat
10. Klien mengatakan ventilasi rumah kurang
11. Klien mengatakan riwayat merokok 1 bungkus
sehari
12. Klien mengatakan pernah riwayat TB tahun
2015 dan dinyatakan sembuh
13. Klien mengatakan mempunyai teman yang
menderita hal serupa
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : Ketidakefektifan Peningkatan
1. Klien mengeluh batuk berdahak bersihan jalan nafas produksi
disertai darah sejak 8 bulan yang sputum/sekret
lalu
2. Klien mengeluh sesak nafas
3. Klien mengeluh nyeri dada
4. Klien mengatakan riwayat TB Paru
tahun 2015 dan dinyatakan sembuh
5. Klien mengatakan riwayat merokok
1 bungkus sehari
DO:
1. TTV :
a. TD : 120/ 80 mmHg
b. RR : 28 kali
c. N : 73×/ menit
d. S : 36,5 oC
2. Auskultasi : terdengar ronkhi basa
pada bagian apikal
3. Torak foto: terdapat bayangan
berawan/noduler
2 DS: Nyeri Akut Agen cidera
1. Klien mengeluh nyeri dada biologis
P : nyeri pada saat menarik nafas
Q: nyeri seperti tertusuk
R: nyeri pada dada
S: skala nyeri 7
T: nyeri hilang timbul (menarik
nafas)
2. Klien mengeluh demam
3. Klien mengeluh berkeringat malam
DO:
1. Hasil lab: BTA (+)
2. Klien tampak meringis kesakitan
3. Klien tampak lemah
4. TTV :
a. TD: 120/ 80 mmHg
b. RR 28 kali
c. N: 73×/ menit
d. S: 36,5 oC
3 DS: Ketidakseimbangan Kehilangan nafsu
1. Klien mengeluh nafsu makan nutrisi kurang dari makan/ anoreksia
menurun kebutuhan tubuh
2. Klien mengatakan berat badan
menurun
BB sebelum : 68 kg
BB sesudah : 54 kg
1. Klien mengeluh malaise
DO:
1. Berat badan klien menurun
2. Klien tampak menolak untuk
makan
4. DS: Kurang pengetahuan Kurang informasi
1. Klien mengatakan lingkuangan tentang penyakitnya
rumah klien padat
2. Klien mengtatakan ventilasi rumah
kurang
DO:
1. Klien tampak bertanya bagaimana
dirinya bisa terkena
kembali penyakit Tuberkulosis
2. DIAGNOSA
NO DIAGNOSA
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum/sekret
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan nafsu makan/anoreksia
4 Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhuungan dengan kurang informasi

3. INTERVENSI
TUJUAN DAN
NO INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1. Setelah dilakukan tindakan MANDIRI:
keperawatan 3 x 24 jam 1. Kaji atau pantau frekuensi pernafasan, catat
masalah dapat teratasi rasio inspirasi/ekspirasi
dengan kriteria hasil: 2. Beri pasien untuk posisi yang nyaman,
1. Batuk klien berkurang misalnya peninggian kepala tempat tidur tidur,
2. Sesaka nafas klien duduk pada sandaran tempat tidur.
berkurang 3. Ajarkan pasien teknik batuk efektif
3. Tidak terdengar bunyi 4. Anjurkan klien untuk meminum air hangat.
ronkhi basa KOLABORASI:
1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
oksigen bila diperlukan
2. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan
nebulizer jika diperlukan
2. Setelah dilakukan MANDIRI:
tidandakan keperawatan 1. Kaji pengkajian nyeri
selama 3 x 24 jam masalah 2. Anjurkan untuk mendapatkan posisi yang sesuai
dapat teratasi dengan dan nyaman seperti posisi semi fowler
kriteria hasil: 3. Berikan suasana yang nyaman, hindari
1. Nyeri dada klien kebisingan
berkurang 4. Ajarka teknik non farmakologi seperti :
1. Skala nyeri berkurang realaksasi nafas dalam/ distraksi
KOLABORASI:
1. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik
sesuai indikasi
2. Kolaborasi dengan dokter untuk pembarian obat
OAT sesuai indikasi
3. Setelah dilakukan tindakan MANDIRI:
keperawatan 3 x 24 jam 1. Kaji masukan makanan. Catat derajat kesulitan
masalah dapat teratasi makanan. Evaluasi berat badan dan ukuran
dengan kriteria hasi: tubuh.
1. Nafsu makan 2. Berikan makanan yang tinggi serat dan nutrisi
meningkat 3. Timbang berat badan sesuai indikasi
2. Berat badan klien 4. Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum
dalam batas normal dan sesudah makan. Berikan makan porsi kecil
3. Klien tidak mengeluh tapi sering.
malaise KOLABORASI:
1. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk
memberikan makanan yang mudah cerna, dan
nutrisi seimbang.
4. Setelah diberikan MANDIRI:
penyuluhan klien mengerti 1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakit tbc
tentang penyakitnya yang diketahuinya.
dengan kriteria hasil: 2. Jelaskan pada klien pentingnya perawatan
1. Klien mengungkapkan dirumah sakit
pemahaman tentanng 3. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit,
penjelasan yang pengobatan, dan pencegahannya
diberikan 4. Dorong pasien untuk berhenti merokok
2. Klien dapat 5. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang dosis
menjelaskan kembali obat, frekuensi, alasan pengobatan lama dan
secara umum akibat putus obat.
penjelasan yang
diberiakan
4. Implementasi
Hari,
Diagnosa
No Tanggal, Implementasi TTD
Keperawatan
Jam
1. Senin, 10 Ketidakefektifan 1. Mengkaji atau memantau frekuensi
Desember bersihan jalan pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi
2018 nafas 2. Berikan pasien untuk posisi yang
08.30 Wita berhubungan nyaman, misalnya peninggian kepala
dengan tempat tidur tidur, duduk pada sandaran
peningkatan tempat tidur.
produksi 3. Mengajarkan pasien teknik batuk efektif
sputu/skret 4. Menganjurkan klien untuk meminum air
hangat.
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian oksigen bila diperlukan
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk
tindakan nebulizer jika diperlukan
2. Senin, 10 Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian nyeri
December berhubungan 2. Berikan suasana yang nyaman, hindari
2018 dengan agen kebisingan
10.00 Wita cidera biologis 3. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
analgesik sesuai indikasi
3. Senin, 10 Ketidakseimban 1. Mengkaji masukan makanan. Catat
December gan nutrisi derajat kesulitan makanan. Evaluasi berat
2018 kurang dari badan dan ukuran tubuh.
14.00 Wita kebutuhan 2. Meberikan makanan yang tinggi serat dan
tubuh berhubung nutrisi
an dengan 3. Menimbang berat badan sesuai indikasi
kehilangan nafsu 4. Mendorong periode istirahat selama 1
makan/anoreksia jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
makan porsi kecil tapi sering.
5. Mengkonsultasikan dengan ahli gizi
untuk memberikan makanan yang mudah
cerna, dan nutrisi seimbang.
4. Senin, 10 Kurang 1. Mengkaji pengetahuan klien tentang
December pengetahuan penyakit tbc yang diketahuinya.
2018 tentang 2. Menjelaskan pada klien pentingnya
16.00 Wita penyakitnya perawatan dirumah sakit
berhuungan 3. Menjelaskan pada klien tentang proses
dengan kurang penyakit, pengobatan, dan
informasi pencegahannya
4. Mendorong pasien untuk berhenti
merokok
5. Menjelaskan pada klien dan keluarga
tentang dosis obat, frekuensi, alasan
pengobatan lama dan akibat putus obat.

5. Evaluasi
Hari,
Diagnosa
No Tanggal, Catatan Perkembangan TTD
Keperawatan
Jam
1 2 3 4 5
1. Senin, 10 Ketidakefektifan S : klien mengatakan masih merasa sedikit
Desember bersihan jalan sesak dan batuk berdahak
2018 nafas berhubungan O : klien tampak sesak dan batuk, RR
08.30 dengan 26x/menit,
Wita peningkatan A : Masalah belum teratasi
produksi P : Intervensi dilanjutkan :
sputu/skret 1. Kaji atau pantau frekuensi
pernafasan, catat rasio
inspirasi/ekspirasi
2. Beri pasien untuk posisi yang
nyaman, misalnya peninggian
kepala tempat tidur tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur.
3. Ajarkan pasien teknik batuk efektif
4. Anjurkan klien untuk meminum air
hangat.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian oksigen bila diperlukan
6. Kolaborasi dengan dokter untuk
tindakan nebulizer jika diperlukan
2. Senin, 10 Nyeri akut S : klien mengatakan masih merasa nyeri
December berhubungan pada dada
2018 dengan agen cidera P : nyeri pada saat menarik nafas
10.00 biologis Q: nyeri seperti tertusuk
Wita R: nyeri pada dada
S: skala nyeri 5
T: nyeri hilang timbul (menarik nafas)
O : klien tampak meringis dan tampak lemah
namun skala nyeri sudah berkurang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Berikan suasana yang nyaman,
hindari kebisingan
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
analgesik sesuai indikasi
3. Senin, 10 Ketidakseimbanga S : klien mengatakan tidak nafsu makan
December n nutrisi kurang O : klien tampak menolak untuk makan
2018 dari kebutuhan A : Masalah belum teratasi
14.00 tubuh berhubunga P : Intervensi dilanjutkan :
Wita n dengan 1. Kaji masukan makanan. Catat derajat
kehilangan nafsu kesulitan makanan. Evaluasi berat
makan/anoreksia badan dan ukuran tubuh.
2. Hindari makanan yang sangat panas
atau sangat dingin
3. Timbang berat badan sesuai indikasi
4. Dorong periode istirahat selama 1
jam sebelum dan sesudah makan.
Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung
tim untuk memberikan makanan yang
mudah cerna, dan nutrisi seimbang.
4. Senin, 10 Kurang S : klien mengatakan paham tentang
December pengetahuan penjelasan yang diberikan
2018 tentang O : Klien dapat menjelaskan kembali secara
16.00 penyakitnya umum penjelasan yang diberiakan
Wita berhubungan A : Masalah teratasi
dengan kurang P : Intervensi dihentikan
informasi
DAFTAR PUSTAKA
Amin, dan Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Andra, dan Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha Medika.
DiGiulio, Mary dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Doenges, Marylinn E. dkk. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:EGC.
Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta: Trans
Info Media.
Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media.

Das könnte Ihnen auch gefallen