Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna adalah manusia. Tetapi sering kali
manusia kurang bersyukur atas pemberian Tuhan. Terkadang mereka sampai melakukan
oprasi untuk memperindah bentuk tubuhnya atau agar mereka terlihat cantik atau tampan.
Bahkan ada juga yang sampai melakukan oprasi untuk mengubah jenis kelamin. Mereka
tidak pernah menyadari bahwa masih ada orang-orang diluar sana yang kurang beruntung
dibandingkan dirinya, misalnya saja orang-orang yang berkebutuhan khusus. Orang
menciptakan orang-orang berkebutuhan khusus bukan tanpa alasan. Melainkan Tuhan
ingin menyadarkan makhluk-makhluknya untuk tidak sombong dan selalu bersyukur.
Orang-orang yang berkrbutuhan khusus sering diolok-olok dan dikucilkan. Padahal
mereka juga memiliki hak yang sama dengan orang-orang nornal pada umumnya. Mereka
juga mempunyai hak untuk menuntut ilmu, akan tetapi mereka tidak bisa sekolah di
sekolah umum, melainkan di sekolah khusus untuk orang-orang yang berkebutuhan
khusus (SLB). Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi kita agar selelu bersyukur,
karena Tuhan menciptakan kita dengan kesempurnaan. Bukan hanya itu, kita juga hars
bisa menghargai mereka dengan tidak mengucilkan atau mengolok-oloknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis orang berkebutuhan khusus?
2. Mengetahui penyimbangan anak dan karakteristiknya?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis orang-orang berkebutuhan khusus.
2. mengetahui cara atau sistem pembelejaran yang diberikan kepada anak-anak yang
berkebutuhan khusus.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anak Tunanetra
Tunanetra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau
sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka
masih tetap memerlukan pendidikan khusus.
Ciri-ciri :
1. Tidak mampu melihat
2. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
3. Kerusakan nyata pada kedua bola mata
4. Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan
5. Mengalami kesulitan saat mengambil benda kecil disekitarnya
6. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering
7. Peradangan hebat pada kedua bola mata
8. Mata bergoyang terus
Kelompok yang Mengalami Keterbatasan Penglihatan :
• Mengenal bentuk atau obyek dari berbagai jarak
• Menghitung jari dari berbagai jarak
• Tidak mengenal tangan yang digerakkan
Kelompok yang Mengalami Keterbatasan Penglihatan yang Berat (Buta) :
• Yang tergolong mempunyai persepsi cahaya (light perception)
• Yang tergolong tidak memiliki persepsi cahaya (no light perception)
Layanan Pendidikan Tunanetra Dikelompokkan Menjadi:
• Mereka mampu membaca cetakan standart
• Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar
• Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf:18)
• Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan reguler dan catakan besar
• Membaca cetakan besar dengan kaca pembesar
• Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk
mobilitas)
• Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya
2
Keterbatasan Anak Tunanetra :
• Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru
• Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan
• Keterbatasan dalam mobilitas
Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunanetra :
• Kebutuhan akan pengalaman konkret
• Kebutuhan akan pengalaman memadukan
• Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar
Media Belajar Anak Tunanetra dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Kelompok buta dengan media pembelajarannya adalah tulisan Braille
• Kelompok Low Vission dengan medianya adalah tulisan awas yang dimodifikasi
(huruf diperbesar, penggunaan alat pembesar tulisan)
Keterampilan Kompensatoris bagi anak Tunanetra :
• Keterampilan membaca dan menulis huruf Braille
• Keterampilan melakukan mobilitas: Perlu latihan Orientasi dan Mobilitas
(kemampuan menemukenali lokasi, dan kemampuan berpindah dari satu tempat ke
tempat yang lain dengan tepat dan aman.
B. Anak Tunarungu
Ciri khas anak tuna rungu bersifat kompleks, sukar untuk dapat diuraikan satu persoalan
karena saling berpautan, pemerincian pembahasan beberapa segi yang penting di bawah
ini dimaksudkan untuk menjelaskan uraian.
3
Dalam segi fisik, dapat disebutkan sebagai berikut :
• Cara berjalannya kaku dan anak membungkuk. Hal ini disebabkan terutama terhadap
alat pendengaran.
• Gerakan matanya cepat agak beringas. Hal ini menunjukkan bahwa ia ingin
menangkap keadaan yang ada di sekelilingnya.
• Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat atau kidal. Hal tersebut tampak dalam
mengadakan komunikasi dengan gerak isyarat.
• Pernafasannya pendek dan agak terganggu.
4
C. Anak Tuna Grahita/Cacat Ganda
Namun anak yang Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk
menggantikan kata Anak Luar Biasa (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus
yang memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan yang lainnya (Delphie,
2006:1). ABK terdiri atas beberapa kategori. Kategori cacat A (tunanetra) ialah anak
dengan gangguan penglihatan, kategori cacat B (tunawicara dan tunarungu) ialah anak
dengan gangguan bicara dan gangguan pendengaran. Kategori ini dijadikan satu
karena biasanya antara gangguan bicara dan gangguan pendengaran terjadi dalam satu
keadaan, kategori cacat C (tunagrahita) ialah anak dengan gangguan intelegensi
rendah atau perkembangan kecerdasan yang terganggu, kategori cacat D (tunadaksa)
ialah anak dengan gangguan pada tulang dan otot yang mengakibatkan terganggunya
fungsi motorik, kategori cacat tunalaras ialah anak dengan gangguan tingkah laku
sosial yang menyimpang, kategori anak berbakat ialah anak dengan keunggulan dan
5
kemampuan berlebih (IQ tinggi), dan kategori anak berkesulitan belajar ialah anak
dengan ketidakberfungsian otak minimal .
D. Down Sindrome
Kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada 1 diantara 700 bayi. Mongolisma
(Down’s Syndrome) ditandai oleh kelainan jiwa atau cacat mental mulai dari yang
sedang sampai berat. Tetapi hampir semua anak yang menderita kelainan ini dapat
belajar membaca dan merawat dirinya sendiri.
Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom,
biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama meiosis sehingga
terjadi individu dengan 47 kromosom. Down Syndrom merupakan kelainan kromosom
autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20 % anak dengan
down syndrom dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Synrom down
merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebiha kromosom x.
Syndrom ini juga disebut Trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang
normal.95 % kasus syndrom down disebabkan oleh kelebihan kromosom.
E. Anak Autisme
Anak autis adalah kondisi anak yang mengalami gangguan perkembangan fungsi otak
yang mencakup bidang sosial dan afektif, komunikasi verbal dan non-verbal,
imajinasi, fleksibilitas, minta, kognisi dan atensi. Ini suatu kelainan dengan ciri
perkembangan yang terlambat atau yang abnormal dari hubungan sosial dan bahasa.
Hembing (2002, 1), menyatakan bahwa autis adalah gangguan perkembangan pada
anak yaitu gangguan perkembangan neurobiologis yang disertai dengan beberapa
masalah seperti masalah autoiminitas, gangguan pencernaan, dysbiosis pada usus,
gangguan integrasi sensori, keracunan logam berat, ketidakseimbangan asam amino
dalam tubuh, jamur candida, bocor usus, abnormalitas sosial dan komunikasi,
keterbatasan aktivitas dan minat serta masalah neorologis lainnya. Jadi anak autis
adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan fungsi otan yang ditandai
6
dengan adanya kesulitan pada kemampuan interaksi sosial, komunikasi dengan
lingkungan, perilaku dan adanya keterlambatan pada bidang akademis.
Jenis-jenis Autis:
Berdasarkan waktu munculnya gangguan perkembangan autis dapat dibedakan sebagai
berikut:
Autis sejak lahir
Gejala ini dapat di deteksi sejak umur 4-6 bulan, namun biasanya orangtua baru tahu
setelah anak berumur 2 tahun. Dicurigai adanya keterlambatan bicara dan jika dapat
diketahui sejak lahir maka peluang sembuh lebih besar.
Autis Regresif
Perkembangan anak sejak lahir normal seperti anak lainnya, tetapi setelah 1,5- 2
Tahun ada kemunduran dengan perkembangannya. Beberapa keterampilan yang telah
diperoleh tiba-tiba hilang dan muncul kemampuan baru. Kontak mata hilang saat
berbicara dengan orang lain, biasanya orang tua menyadari ketika umur anak 2 tahun
dan membawanya ke dokter.
Sementara itu, Yatim (2002) mengelompokkan anak autis menjadi 3 jenis sebagai
berikut:
a. Autis persepsi
Autis persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal (endogenous)
karena kelainan sudah timbul sebelum lahir. Gejala yang dapat diamati sebagai
berikut:
• Rangsangan dari luar yang kecil maupun yang kuat, akan menibulkan kecemasan.
Tubuh akan mengadakan mekanisme dan reaksi pertahanan hingga terlihat
pengembangan masalah.
• Banyaknya pengaruh rangsangan dari orang tua, tidak bisa ditentukan. Orang tua
tidak ingin peduli terhadap kebingungan dan kesengsaraan anak,
• Pada kondisi begini orang tua baru peduli atas kelainan anaknya sambil
menimbulkan rangsangan-rangsangan yang dapat memperat kebingungan anak,
7
• Pada saat ini si bapak menyalahkan si ibu karena kurang memiliki kepekaan naluri
keibuan. Si bapak tidak menyadari halk tersebut malah memperberat kebingungan
anak.
b. Autis Reaktif
Pada autis reaktif penderita membuat gerakan-gerakan tertentu yang berulang-ulang
dan kadang-kadang disertai kejang-kejang
c. Autis yang timbul kemudian
Kelainan di kenal setelah anak agak besar, sehingga sulit memberikan pelatihan dan
pendidikan untuk mengubah perilaku yang sudah melekat.
8
Gangguan atau keanehan dalam berprilaku motorik, minat yang terbatas dan
respon sensoris yang kurang memadai. Lebih lanjut Yuniar (2002) merinci
9
Karakteristik anak autis meliputi aspek-aspek berikut:
Kesulitan berkomunikasi (verbal dan non verbal)
a. Jika berkeinginan sesuatu dengan menarik tangan orag lain untuk mendapatkan itu
b. Kaku dengan kegiaan rutin mereka
c. Lebih tertarik terhadap benda daripada manusia
10
Gangguan perilaku, interes dan aktifitas yang bermanifestasi pada
a. perhatian terpaku pada salah satu objek
b. gerakan yang stereotype dan repetitive
c. tampak ritual-ritual spesifik dilakuakn anak yang sifatnya non fungsional
d. perhatiannya terfokus pada bagian-bagian suatu objek.
11
Hasil Wawancara dengan Orangtua
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem pembelajaran untuk anak yang berkebutuhan khusus tidak jauh berbeda dengan
anak normal. Cuma cara pengajarannya atau penyampaiannya sedikit agak berbeda. Anak
berkebutuhan khusus juga diajarkan pelajaran-pelajaran umum dan seperti akan lulus
sekolah, dilakukan ujian nasional seperti yang ada di sekolah umum, akan tetapi
pelajaran atau soal yang diajarkan atau diberikan sedikit agar lebih ringan.
Anak dengan kebutuhan khusus bukanlah aib dan bukanlah tidak dapat berprestasi.
Mereka memang memiliki kekurangan, akan tetapi dibalik kekurangan mereka terdapat
kelebihan yang sangat membanggakan. Anak-anak dengan kebutuhan khusus juga dapat
berprestasi, dan mereka berhak mendapatkan pendidikan seperti anak normal lainnya.
Dibalik kekurangan pasti ada kelebihan, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan
keadaan ini. Dimana anak dengan kekurangan sebenarnya bisa berprestasi juga
tergantung bagaimana peran orang tua serta pendidik dalam mendidik anak-anak tersebut.
Kita sebagai orang yang mungkin memiliki kesempurnaan, hendaknya mau bersyukur
karna diluar sana masih ada orang dengan keterbatasan yang dimilikinya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Delphi, Bandhi. (2010). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. [Online]. Diakses dari
www.dimmensi.blogspot.com/2010/penbelajaran-abk.html?m=1
14