Sie sind auf Seite 1von 21

ASUHAN KEPERAWATAN

HEMOROID

Dosen pengajar:
Ns. Fazar Az Zahara Wany.,S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 9:


- NILAM SARI (17106)
- NUR AFNI HASIBUAN. (17107)
- NUR RAMADANI ROHMA. (17108)
- NURUL FADHILAH RAMADHANI. (17109)
- NUR VINA INDIRANA (17110)

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI


TAHUN AJARAN 2018/2019
JL. Aipda KS. Tubun Nomor 92-94 Kelurahan Slipi
Kecamatan Palmerah Jakarta.
www.akper-rspelni.ac.i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena
atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini
banyak kekurangan. Namun demikian, penulis berharap semoga mekalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Meski masih banyak kekurangan, mudah – mudahan makalah ini
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan mahasiswa Akademi Keperawatan
Pelni Jakarta dan umumnya kepada para pembaca yang budiman.

Jakarta, Oktober 2018

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 5
2.1 ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID .......................................................................... 5
2.2 ETIOLOGI .............................................................................................................................. 6
2.3 PATOFISIOLOGI................................................................................................................... 6
2.4 Pengkajian ............................................................................................................................... 8
2.4.1 Pengkajian Diagnostik .................................................................................................... 9
2.4.2 Pengkajian penatalaksanaan medis ............................................................................... 11
2.5 Diagnosa keperawtatan ......................................................................................................... 12
2.6 Rencana keperawatan............................................................................................................ 12
2.7 Evaluasi ................................................................................................................................. 19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus


hemoroidalis. Kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis. vena
verikosa pada kanalis ani dan dibagi menjadi dua jenis yaitu hemoroid
interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena
hemoroidalis superior dan media, sedangkan hemoroid eksterna merupakan
varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan,
hemoroid eksterna timbul disebalah luar otot sfingter ani, dan hemoroid
interna timbul disebelah atas (atau disebalah proksimal) sfingter.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hemoroid
2. Untuk mengetahui etiologi hemoroid
3. Untuk mengetahui patofisiologi hemoroid
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis hemoroid
5. Untuk mengetahui komplikasi hemoroid
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan hemoroid
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asuhan Keperawatan Hemoroid
Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam
pleksus hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu
kondisi fisiologis, tetapi karena sering menyebabkan keluhan pada
pasien sehingga memberikan manifestasi untuk diberikan intervensi.
Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien.
Sesuai tampilan klinis, hemoroid interna dan hemoroid eksterna .
hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis
superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa
sedangkan hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan
penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis
mukokutan didalam jaringan dibawah epitel anus.

Stadium Hemoroid
Stadium Kondisi klinik
I Hemoroid interna dengan perdarahan segar tanpa nyeri
pada waktu defekasi
II Hemoroid interna yang menyebabkan perdarahan dan
mengalami prolaps pada saat mengedan ringan, tetapi
dapat masuk kembali secara spontan
III Hemoroid interna yang mengalami perdarahan dan
disertai prolaps dan diperlukan intervensi manual
memasukan kedalam kanalis
IV Hemoroid interna yang tidak kembali kedalam atau
berada terus menerus diluar
2.2 Etiologi
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan konidisi
medis atau penyakit, namun ada beberapa predisposisi penting yang
dapat meningkatkan risiko hemoroid seperti berikuti ini.

1. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi kolitis uleratif atau


penyakit Crohn.
2. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal
3. Konsumsi makanan rendah serat
4. Obesitas
5. Hipertensi portal

2.3 Patofisiologi
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat, hemoroid
umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran,
peradangan, atau prolaps.

Sebagai besar penulis setuju bahwa diet rendah serat


menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan
kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembekakan dari Hemoroid, mungkin melalui
mekanisme yang sama, penurunan venus return dianggap sebagai
mekanisme aksi. Kondisi terlalu lama duduk di toilet (atau saat
membaca) diyakini menyebabkan penurunan relatif venus return di
daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet),
mengakibatkan kongesti vena dan terjdilah Hemoroid. Kondisi
penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang
memfasilitasi prolpas, melemahnya struktur pendukung sudah dapat
terjadi pada awal dekade ketiga (Thornton,2009).

Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab


dalam pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar, mungkin
juga tidak (Johanson,1994), pasien yang melaporkan hemoroid
memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi dari biasanya. Tonus
istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah dari pada sebelum
prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat adalah mekanisme aksi
dilatasi (Gibbons,1998).

Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya


denga hemoroid, perdarahan masif dari hemoroid pada pasien
dengan hipertensi portal biasanya bersifat masif (Hosking,1989).
Varises anorektal merupakan kondisi umum pada pasien dengan
hipertensi portal. Varises terjadi di miderektum di antara sistem
portal dan vena inferior rektal. Varises terjadi lebih sering pada
pasien yang nonsirosis, dan mereka jarang mengalami perdarahan
(Chawia,1991).

Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis


beru[pa nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid internal tidak
menyebabkan sakit berada di atas garis dentate dan tidak ada
inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan,prolaps dan
sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi kebagian sensitif kulit
perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal
dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolaps dan
menyebabkan spasme sfingter disekitar hemoroid. Spasme otot ini
mengakibatkan ketidaknyamanan sekitar anus (Duthie,1960).
Hemoroid internal juga dapat menyebabkan rasa sakit akut ketika
terjadi inkarserata atau strangulasi(Dodi,1986). Kondisi strangulasi
denga nekrosis dapat menyebabkan kejang sfingter eksternal seiring
denga trombosis. Trombosis eksternal menyebabkan nyeri akut.

Hemoroid internal yang paling sering menyebabkan perdarahan


tanpa sakit pada saat buang air besar. Perdarahan umumnya
merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat trauma oleh feses
yang keras dan vena mengalami ruptur. Denga meningginya spasme
sfingter, perdarahan dapat bersifat muncrat. Darah yang keluar
berwarna merah segar dan tidak tercampur denga feses, mungkin
hanya berup garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada
perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi
merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna
merah segar karena kaya akan zat asam. Pendarahan luas dan intensif
di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah vena tetap
merupakan”darah arteri”. Kadang perdarahan hemoroid yang
berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.

Hemoroid internal dapat mendepositkan lendir kejaringan


perianal. Lendir pada feses dapat menyebabkan dermatitis lokal,
yang disebut pruritus ani. Hemoroid eksternal menyebabkan gejala
dalam dua cara. Pertama, trombosis akut yang mendasari vena
hemoroid eksternal dapat terjadi. Trombosis akut biasanya berkaitan
dengan peristiwa tertentu, seperti tenaga fisik, berusaha denga
mengejan, diare atau perubahan dalam diet. Nyeri dari inervasi saraf
oleh adanya distensi dan edema. Rasa sakit berlangsung selama 7-14
hari sesusai dengan resolusi trombosis. Kondisi hemoroid eksternal
memberikan manifestasi kurang higienis akibat kelembapan dan
rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya mukus dan terdapatnya
feses pada pakian dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami
prolaps menetap.

2.4 Manifestasi Klinis


Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah pada saat defekasi.
Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat
inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis
adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan
iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak
selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan
menimbulkan perdarahan atau prolaps.

2.5 Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan,
trombosis, dan strangulasi. Hemoroid strangulasi adalah hemoroid
yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.

Diagnosa hemoroid ditegakkan melalui inspeksi, pemeriksaan


digital, dan pemeriksaan proktoskopi atau anaskopi. Dokter perlu
menyingkirkan kemungkinan karsinoma apabila hemoroid dan
perdarahan terjadi pada penderita usia pertengahan dan usia lanjut.

2.6 Pengkajian
Pengkajian hemoroid terdiri atas pengkajian anamesis,
pemeriksaan fisik, dan evaluasi diagnostic. Pada pengkajian
anamesis didapatkan sesuai dengan kondisi klinik perkembangan
penyakit.

Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan


pada anus, dan merasa ada benjolan disekitar anus. Keluhan nyeri
yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna
dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami
thrombosis.

Pengkajian riwayat terakhir dahulu, perawat menanyakan factor


predisposisi yang berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya
hemoroid sebelumnya, riwayat peradangan pada usus, dan riwayat
diet rendah serat.

Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan,


serta perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan,
pengobatan, dan rencana pembedahan. Pemeriksaan survey umum
bisa terlihat sakit ringan, sampai gelisah akibat menahan sakit. TTV
biasa normal atau biasa didapatkan perubahan, seperti takikardi,
peningkatan pernapasan.

Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjlan pada anus,


kebersihan dan adanya ulserasi di sekitar anus. Pemeriksaan colok
dubur hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak cukup tingga, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.

2.4.1 Pengkajian Diagnostik


1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi
kadar hematokrit dan adanya anemia.
2. Pemeriksaan anoskopi
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat
hemoroid internal yang tidak menonjol ke luar.
Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati
keempat kuadran. Hemoroid internal terlihat sebagai
struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen.
Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran
hemoroid akan membesardan penonjolan atau
prolapse akan lebih nyata.
3. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk
memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh
prows radang atau prows keganasan di tingkat yang
lebih tinggi, karena hemoid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai.

2.4.2 Pathway
Terlalu lama duduk di toilet
Komsumsi makanan Kehamilan Peradangan pada usus, seperti
(atau saat membaca)
rendah serat obesitas colitis ulseratif atau penyakit
Crohn

Feses kecil dan Penurunan relative venous


mengejan selama BAB return didaerah perianal (yang Peningkatan frekuensi BAB
disebut dengan efek tourniquet)

Seringnya penggunaan otot-otot


Peningkatan vena perianal
portal Pelebaran dari vena – vena di
dalam pleksus hemodialis
Melemahnya struktur
Kondisi penuaan
pendukung dan
memfasilitasi prolaps

Hemoroid Anoreksia

Nyeri Kompresi Peradangan pada pleksus Intake nutrisi


saraf lokal hemoroidalis tidak adekuat

Ka
Prolapse Risiko
Perdarahan Rupture
pleksus ketidakseimbang
anus feses vena
keluar anus an nutrisi kurang
darah
kal
dari kebutuhan

F Intoleransi
Anemia
aktivitas

Intervensi Intervensi bedah Gangguan Respons


Ko
skleroterapi hemoroidektomi defekasi psikologis

Risiko infeksi M
perioperatif
Respon serabut
lokal

Port de Luka pascabeda


entree pascabedah h
Kecemasan
pemenuhan
informasi

Gambar Pathway patofisiologi hemoroid ke masalah keperawatan

2.4.3 Pengkajian penatalaksanaan medis


1. Konservatif.
Terapi hemoroid interna yang sistomatik harus
ditetapkan secara individual. Hemoroid adalah kondisi
fisiologi dan karenanya tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi unuk
menghilangkan keluhan. Kebanyakan pasien
hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong
dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasihat
tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas
makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat
gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengedan secara berlebihan . Supositoria dan salep
anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna
kecuali efek anestetik an astrigen. Hemoroid internal
yang megalami prolaps oleh karena edema umumnya
dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul
dengan istirahat tirah baring dan kompres lokal unuk
mengurangi pembekakan. Rendam duduk dengan
cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila
ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya,
misalnya penyakin Crohn, terapi medis harus
diberikan apabila hemoroid menjadi simtomatik.
2. Skleroterapi.
Skelroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang
merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati.
Penyuntikan diberikan ke submukosa didalam
jaringan areolar yang longgar dibawah hemoroid
internal dengan tujuan menimbulkan peradangan steril
yan kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan
jaringan parut.
3. Ligasi.
Pada hemoroid besar dan mengalami prolaps dapat
ditangani dengan igasi gelang karet. Dengan bantuan
anuskop, mukosa diatas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atai diidap ke dalam tabung ligator
khusus. Gelang karet didorong dari ligaor dan
ditempatkan secara tapt di sekeliling mukosa pleksus
hemoroidalis tersebut, (peng,2004)
4. Hemoroidektomi.
Intervensi ini dilakukan pada pasien dengan keluhan
kronis dan dengan stadium III dan IV.

2.7 Diagnosa keperawtatan


1. Nyeri b.d. kerusakan integritas jaringan, respons pembedahan.
2. Pemenuhan informasi b.d. adanya intervensi kemoterapi,
radioterapi, rencana pembedahan, dan rencana perawatan rumah.
3. Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entree luka pasca
bedah.
4. Aktual/risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang adekuat.
5. Intolenransi aktivitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum
respons sekunder dan anemia.
6. Kecemasan pasien dan keluarga b.d prognosis penyakit, rencana
pembedahan

2.8 Rencana keperawatan


Rencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi
individu. Untuk intervensi ketidak seimbangan nutrisi kursng dari
kebutuhan tubuh, risiko infeksi, dan kecemasan dapat disesuaikan
dengan intervensi pada pasien kanker kolon. Untuk intervensi
intoleransi aktivitas dapat disesuaikan pada pasien kanker rektal.

Neri b.d iritasi intestinal, respons pembedahan


Tujuan : Dalam waktu 3 jam nyeri hemoroid dan 2 x 24 jam
pascabedah nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria Evaluasi :
-Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau
teradaptasi.
-Skala nyeri 0-1 (0-4).
-TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien Pendekatan dengan
dengan tindakan pereda nyeri menggunakan relaksasi
nonfarmakologi dan noninvasif. nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan, meliputi :
1. Kaji nyeri dengan Pendekatan PQRST dapat
pendekatan PQRST secara komprehensif menggali
(lihat table 2.1) kondisi nyeri pasien. Apabila
pasien mengalami skala nyeri 3
(0-4).
2. Anjurkan melakukan
rendam bokong. Rendam bokong dengan larutan
PK dapat menurunkan
kolonisasi jamur pada area
perianal sehingga menurunkan
stimulus gatal atau nyeri pada
3. Anjurkan mandi rendam hemoroid.
air hangat.
Mandi di bak mandi dengan air
hangat secara umum
menurunkan nyeri perianal.
Kondisi ini akan meningkatkan
relaksasi sfingter dan
menurunkan spasme dari
4. Beri es pada kondisi perianal yang menjadi stimulus
nyeri akibat thrombus nyeri sehingga dapat
pada hemorid ekternal. menurunkan respons nyeri.

Pemberian es dapat
5. Istirahatkan pasien pada meningkatkan vasokontriksi
saat nyeri muncul. local sehingga menurunkan
rangsang nyeri dari thrombus
hemoroid.
6. Atur posisi fisiologis.
Istirahat secara fisiologis akan
menurunkan kebutuhan oksigen
yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan
7. Ajarkan teknik distraksi metabolisme basal.
pada saat nyeri.
Pengaturan posisi semifowler
dapat membantu merelaksasika
otot-otot abdomen pascabedah
sehingga dapat menurunkan
stimulus nyeri dari luka
pascabedah.

Meningkatkan intake oksigen


sehingga akan menurunkan
nyeri sekunder dari penurunan
oksigen local.

Distraksi (pengalihan perhatian)


dapat menurunkan stimulus
internal.
Meningkatkan pengetahuan Pengetahuan yang akan
tentang : sebab-sebab nyeri dan dirasakan membantu
menghubungkan berapa lama mengurangi nyerinya dan dapat
nyeri akan berlangsung. membantu mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian :
Analgetik diberikan untuk
1. Analgetik. membantu menghambat
stimulus nyeri ke pusat persepsi
nyeri di korteks serebri sehingga
nyeri dapat berkurang.

2. Agen antidiare. Agen antidiare terkadang


diperlukan pada pasien untuk
menurunkan efek hipermotilitas
(Thornton,2009).
Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik,
rencana pembedahan, dan rencana perawatan di rumah
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan
terpenuhi.
Kriteria Evaluasi :
-Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan
yang diberikan
-Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang
telah diberikan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan
pasien tentang prosedur dipengaruhi oleh kondisi social
diagnostik, pembedahan ekonomi pasien. Perawat
hemoroid, dan rencana menggunakan pendekatan yang
perawatan rumah. sesuai dengan kondisi individu
pasien. Dengan mengetahui
tingkat pengetahuan tersebut
perawat dapat lebih terarah
dalam memberikan pendidikan
yang sesuai dengan
pengetahuan pasien secara
efisien dan efektif.

Cari sumber yang Keluarga terdekat dengan


meningkatkan penerimaan pasien perlu dilibatkan dalam
informasi. pemenuhan informasi untuk
menurunkan risiko
misinterpretasi terhadap
informasi yang diberikan.

Ajarkan toilet retraining Toilet retraining dilakukan


dengan mengingatkan kembali
pada pasien bahwa kamar
mandi bukanlah perpuastakaan.
Pasien tidak harus duduk di
toilet cukup lama untuk
mengevakuasi isi usus dan
tidak berupaya untuk mengejan
terlalu kuat karena dapat
menyebabkan hemorid
membesar.
Jelaskan tentang terapi Peran perawat mengklasifikasi
skleroterapi. pemberian penjelasan medis
mengenai terapi skleroterapi.
Skleroterapi adalah
penyuntikan larutan kimia ke
area opleksus hemoroidalism
yang kemudian menjadi fibrotic
dan meninggalkan jaringan
parut sehingga tidak terjadi lagi
pelebaran vena.

Jelaskan tentang prosedur Operasi hemoroid biasanya


pembedahan. dapat dilakukan dengan
menggunakan anastesi local
dengan obat penenang IV
Regional atau teknik anastesi
umum juga digunakan.
1. Diskusikan jadwal
pembedahan. Pasien dan keluarga harus
diberi waktu di mulainya
pembedahan. Apabila rumah
sakit mempunyai jadwal kamar
operasi yang padat, lebih baik
pasien dan keluarga
diberitahukan mengenai
2. Persiapan administrasi banyaknya jadwal operasi yang
dan informed consent. telah ditetapkan sebelum
pasien.

Pasien sudah menyelesaikan


administrasi dan mengetahui
3. Persiapan intestinal. secara finansial biaya
pembedahan. Pasien sudah
mendapat penjelasan tentang
pembedahan kolektomi atau
kolostomi oleh tim bedah dan
4. Persiapan puasa. menandatangani informed
consent.

5. Pencukuran area Pagi hari sebelum pembedahan,


operasi. maka lakukan pemberian
laksatif salin ringan dan
pemberian dengan hati-hati
enema pembersih mungkin
cukup diberikan pada pasien.

Puasa dilakukan minimal 6-8


jam sebelum dilakukan
pembedahan.

Pencukuran area operasi


dilakukan secara hati-hati area
perianal.

Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostic, rencana


pembedahan, Dan rencana perawatan di rumah.
Intervensi Rasional
Beritahu pasien dan keluarga Istirahat merupakan hal yang
kapan pasien sudah bisa penting untuk penyembuhan
dikunjungi. normal. Kecemasan tentang
pembedahan dapat dengan
mudah menggangu kemampuan
untuk istirahat atau tidur.
Beri informasi tentang Pasien akan mendapat manfaat
manajemen nyeri keperawatan. bila mengetahui kapan keluarga
dan temannya dapat berkunjung
setelah pembedahan.

Berikan informasi pada pasien Manajemen nyeri dilakukan


dan keluarga yang akan untuk peningkatan control nyeri
menjalani perawatan ruah, pada pasien.
meliputi :
- Anjurkan untuk Keterlibatan pasien dan
intervensi pencegahan. keluarga dalam melakukan
perawatan rumah pascabedah
dapat menurunkan risiko
komplikasi dan dapat
meningkatkan kemandirian
dalam melakukan masalah yang
sedang dihadapi.
- Anjurkan untuk Hal-hal lain yang dapat
semampunya dilakukan untuk menurunkan
melakukan manajemen risiko meliputi :
nyeri nonfarmakologik a. Makanlah berbagai jenis
pada saat nyeri muncul. buah dan sayuran setiap
hari.
b. Hindari mengonsumsi
makanan yang rendah
serat. Diet tinggi serat
dapat meningkatkan
pasase feses sehingga
konsistensi feses
lembek padat berbentuk
dan budak, serta tidak
menstimulasi
pelembaran pleksus
vena.

Anjurkan kunjungan berkala. Beberapa agen nyeri


farmakologik biasanya
memberikan reaksi negatif pada
gastrointernal.

Berikan motivasi dan dukungan Monitor pasien secara teratur


moral. sampai mereka sembuh dan
tidak memiliki gejala.

Intervensi untuk meningkatkan


keinginan pasien dalam
pelaksanaan prosedur
pengembalian fungsi
pascabedah kolostomi.
2.9 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
adalah sebagai berikut:

1. Informasi kesehatan terpenuhi.


2. Tidak mengalami injuri pasca prsedur bedah reseksi kolon.
3. Nyeri berkurang atau teradaptasi.
4. Asupan nutrisi optimal seusai tingkat toleransi individu.
5. Infeksi luka operasi tidak terjadi.
6. Kecemasan berkurang.
7. Peningkatan konsep diri atau gambaran diri.
8. Peningkatan aktivitas.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun
kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir
oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa
tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi
juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid
mengakibatkan komplikasi, diantaranya adalah terjadi trombosis,
peradangan, dan terjadi perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan
cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan
pengobatannya.

3.2 Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit
dan pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan
tentang pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara:

a. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang


menenkan daerah bokong.
b. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat
menambah besar hemoroid.
DAFTAR PUSTAKA

Mardalena, Ida. 2016. Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan


sistem pencernaan: Yogyakarta

Muttaqin, Arif. Sari, Kumala.Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah: Jakarta. Salemba Medika, 2011

Das könnte Ihnen auch gefallen