Sie sind auf Seite 1von 10

RANGKUMAN MATERI KULIAH AKUNTANSI MENENGAH 1

BAB 9 PERSEDIAAN : ISU PENILAIAN TAMBAHAN

DISUSUN OLEH :

AZISHANINDYA LISTIVANI 17013010204

NURUL IZZAH 17013010211

AKUNTANSI F

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

SURABAYA

2018
1. NILAI TERENDAH DARI BIAYA PEROLEHAN ATAU NILAI REALISASI
NETO (LCNRV)
Perusahaan meninggalkan prinsip biaya historis ketika utilitas masa depan (kemampuan
menghasilkan pendapatan) dari aset turun di bawah biaya aslinya.
1.1 Nilai Realisasi Neto (net realizable value)
Mengacu pada jumlah neto yang diharapkan oleh perusahaan untuk direalisasi
dari penjualan persediaan. Secara khusus, nilai realisasi neto adalah estimasi harga
penjualan dalam kegiatan bisnis biasa dikurangi estimasi biaya untuk menyelesaikan
dan estimasi biaya untuk melakukan penjualan.
1.2 ILUSTRASI LCNRV
Perusahan mengestimasi nilai realisasi neto berdasarkan bukti yang paling dapat
diandalkan dari jumlah yang dapat direalisasi pada persediaan (harga penjualan yang
diharapkan, biaya penyelesaian yang diharapkan, dan biaya penjualan yang
diharapkan). Berikut adalah contoh dari penghitungan persediaan pada LCNRV
Biaya Nilai realisasi Nilai persediaan
Makanan
perolehan neto akhir
Bayam $8.000 $120.000 $80.000

Wortel 100.000 110.000 100.000

Kacang potong 50.000 40.000 40.000

Kacang-kacangan 90.000 72.000 72.000

Campuran sayuran 95.000 92.000 92.000

$384.000
Nilai persediaan akhir:
Bayam, biaya perolehan ($80.000) dipilih karena lebih rendah dari nilai realisasi neto
Wortel, biaya perolehan ($100.000) dipilih karena lebih rendah dari nilai realisasi neto
Kacang potong, nilai realisasi neto ($40.000) dipilih karena lebih rendah dari biaya
perolehan
Kacang-kacangan, nilai realisasi neto ($72.000) dipilih karena lebih rendah dari biaya
perolehan
Campuran sayuran, nilai realisasi neto ($92.000) dipilih karena lebih rendah dari biaya
perolehan
1.3 METODE PENERAPAN LCNRV
LCNRV berdasarkan:
Biaya LCNRV Item Kelompok Total
perolehan individu utama persediaan
Beku
Bayam $80.000 120.000 80.000
Wortel 100.000 110.000 100.000
Kacang potong 50.000 40.000 40.000
Jumlah beku 230.000 270.000 230.000
Kalengan
Kacang potong 90.000 72.000 72.000
Sayuran campur 95.000 92.000 92.000
Total kalengan 185.000 164.000 164.000
Total 415.000 434.000 384.000 394.000 415.000
Mengapa terdapat perbedaan pada pend ekatan LCNRV pada masing-masing item? Ini
dikarenakan ketika perusahaan menggunakan pendekatan kelompok utama atau total
persediaan, item-item nilai realisasi neto yang lebih tinggi dari biaya perolehan akan
menyaling hapus nilai realisasi neto yang lebih rendah dari biaya perolehan. Metode
mana pun yang dipilih, perusahaan harus menerapkan metode tersebut secara konsisten
dari satu periode ke periode lain.

1.4 MENCATAT NILAI REALISASI NETO


Salah satu metode untuk mencatat dampak pendapatan dari penilaian persediaan
pada nilai realisasi neto adalah metode beban pokok penjualan (cost-of-goods-sold
method), mendebit beban pokok penjualan untuk menurunkan nilai persediaan ke nilai
realisasi neto. Akibatnya, perusahaan tidak melaporkan kerugian dalam laporan laba
rugi karena beban pokok penjualan sudah termasuk jumlah kerugian. Metode kedua
adalah metode kerugian (loss method), mendebit akun kerugian untuk menurunkan nilai
persediaan ke nilai realisasi neto.
Nilai Terendah Dari Biaya Dan Nilai Realisasi Neto

Dasar pengukuran nilai terendah dari biaya dan nilai realisasi neto sebagaimana
disyaratkan oleh PSAK 14 konsisten dengan uji penurunan nilai untuk memastikan
bahwa aset tidak dilaporkan berlebih dari jumlah yang diperkirakan dipulihkan dalam
tanggal pelaporan.

Pada umumnya, persediaan diperkirakan direalisasi pada suatu jumlah yang


lebih besar dari biaya guna menghasilkan laba. Namun terkadang, nilai realisasi neto
persediaan lebih rendah daripada biaya.

PSAK 14 mengatur bahwa perbandingan antara biaya dengan nilai realisasi


neto dan penurunan nilai persediaan dengan nilai realisasi neto harus dilakukan
berdasarkan item by item, atau kelompok pos serupa (paragraf 27).

1.5 PENGGUNAAN PENYISIHAN


Perusahaan umumnya menggunakan akun penyisihan (disebut sebagai “penyisihan
untuk mengurangi persediaan ke nilai realisasi neto”) daripada mengkredit akun
persediaan untuk penyesuaian nilai realisasi neto. Penggunaan akun penyisihan
menyebabkan perusahaan melaporkan biaya perolehan dan nilai realisasi neto
persediaan.

1.6 PEMULIHAN KERUGIAN PERSEDIAAN


Dalam periode setelah penurunan nilai, kondisi ekonomi dapat berubah sehingga nilai
realisasi neto persediaan yang sebelumnya diturunkan nilainya mungkin menjadi lebih
besar dari biaya perolehan, atau ada bukti yang jelas akan peningkatan nilai realisasi
neto. Dalam situasi ini, jumlah penurunan nilai akan dibalik, dengan pembalikan yang
dibatasi dengan jumlah penurunan nilai sebelumnya.

1.7 EVALUASI ATURAN LCNRV


Aturan LCNRV memiliki beberapa kekurangan secara konseptual:
1. Perusahaan mengakui penurunan nilai aset dan membebankannya pada periode
dimana kerugian tersebut terjadi, bukan dalam periode dimana aset tersebut dijual.
Di sisi lain, perusahaan mengakui kenaikan nilai aset (yang melebihi biaya asli)
hanya pada saat penjualan. Perlakuan yang tidak konsisten ini dapat mendistorsi
data laba.
2. Penerapan aturan LCNRV menghasilkan inkonsistensi, karena perusahaan dapat
menilai persediaan pada biaya perolehan dalam satu tahun dan pada nilai realisasi
neto tahun berikutnya.
3. LCNRV menilai persediaan dalam laporan posisi keuangan secara konservatif,
tetapi dampaknya terhadap laporan laba rugi mungkin atau tidak mungkin menjadi
konservatif. Laba neto untuk tahun dimana perusahaan menelan kerugian pastinya
lebih rendah. Namun, laba neto periode berikutnya mungkin lebih tinggi dari
periode normal jika pengurangan harga penjualan yang diharapkan tidak material.

2. DASAR PENILAIAN
2.1 Situasi Penilaian Khusus
Pada umumnya, perusahaan mencatat persediaan pada LCNRV. Namun, ada beberapa
situasi dimana perusahaan beralih dari aturan LCNRV. Perlakuan tersebut dapat
dibenarkan dalam situasi dimana biaya sulit ditentukan, item yang mudah dipasarkan
pada harga pasar kuotasian, dan unit produk yang dapat dipertukarkan. Dua situasi
umum dimana nilai realisasi neto menjadi aturan umum untuk menilai persediaan:
 Aset agrikultur
Pengukuran nilai realisasi neto digunakan untuk persediaan ketika persediaan
tersebut terkait dengan kegiatan agrikultur.
 Komoditas yang dimiliki oleh pedagang-perantara (broker-trader)
Komoditas ini juga umumnya mengukur persediaan mereka pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual (nilai realisasi neto), dengan perubahan nilai
realisasi neto akan diakui pada laporan laba rugi periode saat perubahan terjadi.
2.2 Nilai Penjualan Relatif
Masalah khusus muncul ketika perusahaan membeli kelompok unit yang berbeda dalam
satu pembelian lump-sum (lump-sum purchase), juga disebut pembelian keranjang.
Untuk menilai setiap unit agar akurat, praktik umum dan yang paling logis adalah
dengan mengalokasikan jumlah berbagai unit atas dasar nilai penjualan relatif.
2.3 Komitmen Pembelian-Masalah Khusus
Kelangsungan hidup dan profitabilitas perusahaan bergantung pada ketersediaan
persediaan barang dagang yang mencukupi untuk memenuhi semua pesanan konsumen.
Sehingga sangat wajar apabila sebuah perusahaan membuat komitmen pembelian
terhadap persetujuan pembelian persediaan untuk beberapa minggu, bulan atau bahkan
tahun ke depannya yang dibayar di muka. Hak atas barang dagang atau bahan baku
yang terkait dengan komitmen pembelian ini belum berpindah ke pembeli.
Apabila harga kontrak lebih besar dari harga pasar dan pembeli mengharapkan
bahwa kerugian akan terjadi ketika pembelian terpengaruh, pembeli harus mengakui
liabilitas dan kerugian terkait pada periode di mana penurunan harga pasar tersebut
terjadi.
Komitmen pembelian ini dapat melindungi pihak pembeli sendiri dari probabilitas
penurunan harga pasar barang yang bersangkutan kontrak dengan lindung nilai
(hedging). Lindung nilai dilakukan melalui kontrak futures dimana pihak pembeli
dalam komitmen pembelian pada saat yang sama juga membeli kontrak futures untuk
menjual produk sama dengan kuantitas yang serupa di masa mendatang pada harga
tetap. Jika sebuah perusahaan memegang posisi beli dalam suatu komitmen pembelian
dan memegang posisi jual dalam kontrak futures untuk komoditas yang sama, maka
kerugian dalam suatu kontrak akan ditutupi ole keuntungan dari kontrak lain. Tujuan
lindung nilai adalah untuk saling hapus risiko harga posisi beli dan jual.
3. METODE LABA BRUTO DALAM MENGESTIMASI PERSEDIAAN
Tujuan dasar dari perhitungan fisik persediaan adalah untuk memeriksa keakuratan
catatan persediaan perpetual atau jika tidak ada catatan, untuk mengetahui jumlah
persediaan. Salah satu metode perkiraan persediaan yaitu dengan menggunakan metode
laba kotor. Metode ini bergantung pada tiga asumsi :
1. Persediaan awal ditambah pembelian sama dengan total barang yang diperhitungkan
2. Barang yang belum terjual harus berada di tangan
3. Jika penjualan, dikurangi biaya, dikurangkan dari jumlah persediaan awal ditambah
pembelian, maka hasilnya adalah persediaan akhir
3.1 Perhitungan Persentase Laba Bruto
Persentase laba kotor disediakan sebagai persentase harga jual. Laba kotor atas
harga jual merupakan metode yang umum untuk menghitung laba karena beberapa
alasan : (1) Sebagian besar perusahaan menyatakan barang berdasarkan ritel, tidak
berdasarkan biaya perolehan. (2) Laba yang dinyatakan pada harga penjualan nilainya
lebih rendah daripada yang dinyatakan berdasarkan pada biaya perolehan. Tingkat yang
lebih rendah ini memberikan kesan yang baik pada konsumen. (3) Laba kotor yang
didasarkan atas harga jual tidak pernah melebihi 100%.
Peritel menggunakan rumus berikut untuk menyatakan laba kotor dan persentase
Markup :
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑟𝑘𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
1. 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 = 100% + 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑟𝑘𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
2. 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑟𝑘𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 = 100% + 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 𝑝𝑎𝑑𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

Oleh karena harga penjualan melebihi biaya perolehan, dan dengan julah laba bruto
yang sama untuk keduanya, laba bruto pada harga penjualan akan selalu lebih kecil dari
presentase terkait berdasarkan pada biaya perolehan.
3.2 Evaluasi Metode Laba Bruto
Kelemahan dari metode laba kotor yaitu :
1. Metode ini menghasilkan suatu estimasi. Akibatnya, perhitungan fisik persediaan
harus dilakukan satu kali dalam satu tahun untuk memeriksa persediaan yang
benar-benar ada
2. Metode ini menggunakan persentase masa lalu dalam menentukan markup.
Walaupun masa lalu seringkali dapat memberikan jawaban atas masalah masa
depan, namun persentase masa kini pasti lebih akurat
3. Perusahaan harus berhati-hati dlam menerapkan tingkat laba bruto yang universal

4. METODE PERSEDIAAN RITEL


Metode persediaan ritel membutuhkan peritel mencatat (1) total biaya dan nilai ritel
dari barang yang dibeli, (2) total biaya dan nilai ritel barang yang siap dijual, dan (3)
penjualan periode berjalan. Penjualan periode berjalan dikurangkan nilai ritel barang yang
tersedia untuk dijual guna mendapatkan estimasi persediaan barang di tangan pada ritel.
Persediaan yang dinilai menurut harga ritel kemudian dikonversikan menjadi persediaan
akhir pada biaya dengan mengaplikasikan rasio biaya terhadap harga ritel. Terdapat
beberapa metode persediaan ritel, yaitu, metode konvensional (berdasarkan LCNRV) dan
metode biaya perolehan. Metode persediaan ritel bertindak sebagai alat pengendalian,
karena perusahaan harus menjelaskan jika ada penyimpangan perhitungan fisik pada akhir
tahun. Metode ini juga memberikan legitimasi tambahan atas perhitungan persediaan fisik
pada akhir tahun,
4.1 Konsep Metode Ritel
Bagi peritel, istilah markup berarti tambahan atas harga ritel awal. Pembatalan
markup adalah penurunan harga barang dagang yang sebelumnya telah di markup di
atas harga ritel asli. Dalam pasar kompetitif, peritel seringkali perlu menggunakan
markdown, yaitu penurunan harga penjualan asli. Markdown terhadap harga jual
mungkin diperluakan karena adanya penurunan tingkat harga umum, penjualan khusus,
kerusakan barang, kelebihan persediaan, dan persaingan. Pembatalan markdown adalah
kondisi dimana markdown dioffset oleh kenaikan haga barang yang sebelumnya telah
di markdown. Pembatalan markup maupun pembatalan markdown tidak dapat melebihi
markup atau markdown asli yang dilakukan.
4.2 Metode Persediaan Ritel dengan Markup dan Markdown-Metode Konvensional
Peritel menggunakan konsep markup dan markdown dalam melakukan
penilaian persediaan yang tepat pada akhir periode akuntansi. Untuk mendapatkan
angka persediaan yang tepat, perusahaan harus memberikan perlakuan yang tepat untuk
markup, pembatalan markup, markdown, dan pembatalan markdown. Penambahan
markup neto dan dan pengurangan markdown neto akan menghasilkan biaya perkiraan
4.3 Item Khusus yang Berkaitan dengan Metode Ritel
Metode ritel memperlakukan item-item seperti berikut :
 Biaya pengangkutan, diperlakukan sebagai bagian dari biaya pembelian
 Retur pembelian, dianggap sebagai pengurangan harga, baik pada biaya perolehan
maupun harga ritel
 Diskon pembelian dan penyisihan, dianggap sebagai pengurangan biaya pembellian

Perlakuan untuk item yang mempengaruhi kolom biaya dari metode persediaan ritel
mengikuti perhitungan beban pokok yang tersedia untuk dijual.

 Retur penjualan dan penyisihan, dipandang sebagai penyesuaian atas penjualan


bruto
 Diskon penjualan, tidak diakui apabila penjualan dicatat sebagai penjualan bruto

Selain itu, beberapa item khusus juga memerlukan analisis seperti berikut :

 Pengalihan masuk dari departemen lain, yang dilaporkan dengan cara yang sama
seperti pada pembelian dari perusahaan lain
 Kekurangan normal (kerusakan barang), harus mengurangi kolom harga eceran,
karena barang-barang tersebut tidak lagi tersedia untuk dijual. Hal tersebut
ditunjukkan sebagai pengurangan terhadap penjualan yang sama untuk
mendapatkan persediaan akhir menurut harga ritel
 Kekurangan Abnormal, harus dikurangkan dari kolom biaya dan harga ritel, dan
dilaporkan sebagai jumlah persediaan khusus atau sebagai kerugian
 Diskon karyawan, dikurangkan dari kolom harga ritel, dengan cara yang serupa
seperti pada penjualan
4.4 Evaluasi Metode Persediaan Ritel
Alasan dari penggunaan metode persediaan eceran untuk menghitung persediaan
diantaranya (1) untuk memungkinkan perhitungan laba neto tanpa perhitungan
persediaan fisik, (2) sebagai pengendalian ukuran dalam menentukan kekurangan
persediaan, (3) untuk mengatur kuantitas barang dagang yang ada, dan (4) untuk
informasi asuransi. Karakteristik dari metode persediaan ritel adalah bahwa metode
tersebut memiliki pengaruh rata-rata terhadap tingat laba bruto yang berbeda-beda.
5. PENYAJIAN DAN ANALISI
5.1 Penyajian Persediaan
Standar akuntansi mewajibkan laporan keuangan mengungkapkan
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam mengukur persediaan, rumus biaya
yang digunakan (average, FIFO)
2. Jumlah tercatat keseluruhan persediaan total dan jumlah tercatat dalam setiap
klasifikasi
3. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat pada nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual
4. Jumlah persediaan yang diakui sabagai beban selama periode berjalan
5. Jumlah setiap penurunan nilai persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode
bersangkutan, dan jumlah setiap pembalikan dari penurunan nilai yang diakui
sebagai pengurangan beban pada periode bersangkutan
6. Kondisi yang menyebabkan pembalikan dari penurunan nilai persediaan
7. Jumlah tercatat persediaan yang dijaminkan sebagai efek untuk liabilitas, jika ada
5.2 Analisis Persediaan
a. Rasio Perputaran Persediaan
Rasio perputaran persediaan mengukur rata-rata persediaan yang terjual selama
suatu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur tingkat likuiditas persediaan.
Rasio perputaran persediaan dihitung dengan membagi beban pokok penjualan
dengan rata-rata persediaan yang ada selama periode berjalan. Semakin besar rasio
perputaran persedian, maka risiko perusahaan dalam menghadapi kondisi
kerusakan barang persediaan semakin kecil. Dan laba yang diperoleh perusahaan
meingkat seiring aktivitas penjualan yang semakin meningkat juga.
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

b. Rata-rata Jumlah Hari untuk Menjual Persediaan


Varian dari rasio perputaran persediaan adalah rata-rata jumlah hari untuk
menjual persediaan. Pengkuran ini adalah rata-rata jumlah hari penjualan dimana
perusahaan memiliki persediaan yang ada. Perusahaan yang dapat mempertahankan
tingkat persediaan yang rendah, dan memiliki rasio perputaran persediaan yang
lebih tinggi daripada para pesaingnya, serta mampu memenuhi kebutuhan
pelanggan, umumnya adalah perusahaan yang paling sukses.

Das könnte Ihnen auch gefallen