Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Profesi akuntan telah dimulai sejak abad ke-15 walaupun sebenarnya masih
dipertentangkan para ahli mengenai kapan sebenarnya profesi ini dimulai. Pada abad
ke-15 di Inggris pihak yang bukan pemilik dan bukan pengelola yang sekarang
disebut auditor diminta untuk memeriksa apakah ada kecurangan yang terdapat di
pembukuan atau di laporan keuangan yang disampaikan oleh pengelola kekayaan
pemilik harta.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan
independen yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu. Mereka
bekerja bebas dan umumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Yang termasuk dalam
kategori akuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada kantor akuntan publik
(KAP) dan dalam prakteknya sebagai seorang akuntan publik dan mendirikan kantor
akuntan, seseorang harus memperoleh izin dari Departemen Keuangan. Seorang
akuntan publik dapat melakukan pemeriksaan (audit), misalnya terhadap jasa
perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan jasa penyusunan sistem manajemen.
2
2.2 Bidang Jasa Akuntan Publik
Bidang jasa akuntan publik meliputi:
Jasa atestasi, termasuk di dalamnya adalah audit umum atas laporan keuangan,
pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, pemeriksaan atas pelaporan
informasi keuangan proforma, review atas laporan keuangan, dan jasa audit
serta atestasi lainnya.
Jasa non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan akuntansi,
keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi.
Dalam hal pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan, seorang
akuntan publik hanya dapat melakukan paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku
berturut-turut.
Jasa Assurance
Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan. Jasa assurance ini lebih dikenal dengan jasa
audit. Salah satu tipe jasa assurance yang disediakan oleh profesi akuntan publik
adalah jasa atestasi.
Jasa Atestasi
Atestasi merupakan salah satu jenis jasa yang diberikan oleh Kantor Akuntan
Publik. Jasa atestasi diberikan untuk memberikan pernyataan atau pertimbangan
sebagai pihak yang independen dan kompeten tentang sesuatu pernyataan (asersi)
suatu satuan usaha telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, yakni audit keuangan
historis, pemeriksaan/examination, review dengan cara wawancara, dan prosedur yang
disepakati bersama.
Jasa atestasi diberikan untuk memberikan pernyataan atau pertimbangan
sebagai pihak yang independen dan kompeten tentang sesuatu pernyataan (asersi)
suatu satuan usaha telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
3
1. Audit Atas Laporan Keuangan Historis
Audit atas laporan keuangan historis adalah salah satu bentuk jasa atestasi
yang dilakukan auditor. Dalam pemberian jasa ini auditor menerbitkan laporan tertulis
yang berisi pernyataan pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Review atas laporan keuangan historis adalah jenis lain dari jasa atestasi, yang
diberikan kantor-kantor akuntan public. Banyak perusahaan non publik menginginkan
jaminan atas laporan keuangannya dengan biaya murah, audit atas laporan keuangan
menghasilkan jaminan yang tinggi sedangkan review hanya menghasilkan jaminan
yang moderat atas laporan keuangan, dan untuk mendapatkan jaminan demikian
dibutuhkan bukti yang lebih sedikit. Review untuk keperluan tertentu dipandang sudah
cukup memadai dan dapat dilakukan oleh akuntan publik dengan biaya
pemeriksaannya lebih murah.
Selain jasa audit dan review, kantor akuntan publik juaga memberikan jasa
atestasi lainnya yang baiayanya merupakan perluasan dari audit atas laporan
keuangan, ini dikarenakan para pemakai laporan keuangan membutuhkan jaminan
independen tentang informasi lainnya, misalnya bank sering minta kepada debiturnya
untuk diperiksa akuntan publik agar mendapatkan jaminan bahwa debitur telah
melaksanakan ketentuan-ketentuan tertentu yang tercantum dalam akad kredit.
Contoh lainnya yakni penjaminan mengenai pengendalian intern dan jasa atestasi atas
laporan keuangan prospektif.
IAI menerbitkan empat macam standar profesional sebagai mutu pekerjaan
akuntan publik. Salah satunya adalah standar atestasi yang memberikan kerangka
untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan
tertinggi yang diberikan dalam jasa auditing diatas laporan keuangan historis maupun
tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa nonaudit. Standar atestasi ini terdiri
dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
4
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan
yang diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah
asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Asersi adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah
adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan
(examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon
procedures).
Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang
disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini
diatur berdasarkan standar auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan
atas informasi keuangan prospektif, diatur berdasarkan pedoman yang lebih bersifat
umum dalam standar atestasi. Standar atestasi ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia.
Jasa Non-Assurance
Jasa non-assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan,
atau bentuk lain keyakinan. Jenis jasa non-assurance yang dihasilkan olah akuntan
publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Jasa konsultasi diatur dalam Standar Jasa Konsultasi. Jasa konsultasi dapat
meliputi jasa-jasa berikut ini:
a. Konsultation (consultations)
b. Jasa pemberian saran profesional (advisory service)
c. Jasa Implementasi
d. Jasa Transaksi
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainya
f. Jasa produk
5
Profesi akuntan public (auditor independen) memiliki tangggung jawab yang
sangat besar dalam mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh
masyarakat (publik). Terdapat tiga tanggung jawab akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaannya, yaitu:
1. Tanggung Jawab Moral (Moral Responsibility)
Akuntan publik memiliki tanggung jawab moral untuk:
a) Memberi informasi secara lengkap dan jujur mengenai perusahaan yang
diaudit kepada pihak yng berwenang atas informasi tersebut, walaupun
tidak ada sanksi terhadap tindakannya.
b) Mengambil keputusan yang bijaksana dan obyektif (objective) dengan
kemahiran profesional (due professional care).
2. Tanggung Jawab Profesional (Professional Responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab profesional terhadap asosiasi
profesi yang mewadahinya (rule professional conduct).
3. Tanggung Jawab Hukum (Legal Responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar
profesinya yaitu tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku.Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dalam Standar Auditing Seksi 110, mengatur tentang
“Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen”. Pada paragraf 2, standar
tersebut antara lain dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
6
informasi dari manajemen dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab auditor
atas laporan keuangan auditan terbatas pada pernyataan pendapatnya atas laporan
keuangan tersebut. (SA 110 No. 3)
Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung
jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya.
Dalam mengakui pentingnya kepatuhan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia telah
menerapkan aturan yang mendukung standar tersebut dan membuat basis penegakan
kepatuhan tersebut, sebagai bagian dari Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang
mencakup Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.
7
Dalam pasal 44 PMK No. 17/PMK.01/2008, dikatakan bahwa Akuntan Publik
atau KAP bertanggung jawab atas seluruh jasa yang diberikannya. Tanggung jawab
dari Akuntan Publik terhadap konsekuensi dari hasil Audit Laporan Keuangan yang
dilakukannya yang dimaksud dalam pasal 44 tersebut walaupun berdasarkan PMK itu
hanya terbatas pada pemberian sanksi administrasi, akan tetapi berdasarkan pasal
1365 KUHPerdata mewajibkan Akuntan Publik untuk mengganti kerugian yang
dialami oleh Bank sebagai konsekuensi dari tindakan melawan hukum yang telah
dilakukannya, sehubungan dengan Laporan Keuangan yang hadir secara menyesatkan
tersebut.
Lebih jauh diatur dalam pasal 1366 KUHPerdata, dikatakan bahwa
pertangungjawaban seorang Akuntan Publik terhadap pihak yang dirugikan, tidak
saja untuk kerugian yang dialami oleh pihak yang dirugikan tersebut sebagai akibat
dari perbuatannya, akan tetapi termasuk juga untuk kerugian yang disebabkan
kelalaian ataupun kekurang hati-hatiannya. Serta ditambahkan dalam pasal 1367
KUHPerdata, Akuntan Publik juga bertanggungjawab terhadap perbuatan orang-orang
yang menjadi tanggungannya.
Sehubungan dengan kewajiban untuk mengganti kerugian sebagai akibat dari
Perbuatan Melawan Hukum itu, maka langkah pemenuhan dari ganti kerugian
tersebut berdasarkan pasal 1131 KUHPerdata, mengatur dengan aturan bahwa segala
kebendaan yang punya hutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan
untuk segala perikatan perseorangan. Pasal itu jelas mengatur bahwa harta pribadi dari
pihak yang dihukum untuk membayar ganti rugi lah yang digunakan untuk membayar
ganti kerugian akibat Perbuatan Melawan Hukum tersebut.
Sehubungan dengan tanggung jawab perdata tersebut, sangat perlu kiranya
diperhatikan bentuk dari badan usaha suatu KAP. Berdasarkan pasal 16 PMK
No.17/PMK.1/2008, sebuah KAP hanya dapat berbentuk Perseorangan ataupun
Persekutuan Perdata atau Persekutuan Firma. Mengingat badan usaha yang menjadi
dasar dari KAP tersebut bukanlah berbentuk badan hukum, maka tanggung jawab
terhadap kewajiban untuk mengganti kerugian terhadap pihak yang dirugikan, sesuai
dengan ketentuan pasal 1365 KUHPerdata, dibebankan kepada pribadi dari anggota
persekutuan tersebut secara tanggung renteng. Dengan pengertian lain, bahwa harta
yang akan menjadi jaminan pembayaran terhadap pemenuhan ganti-ganti rugi tersebut
adalah harta pribadi dari masing-masing Akuntan Publik dalam hal KAP yang
8
merupakan badan usaha dalam menjalankan Jasanya berbentuk Perorangan ataupun
Persekutuan Perdata ataupun Persekutuan Firma.
Potensi pertanggungjawaban secara pribadi ini harus menjadi perhatian yang
sungguh-sungguh dipahami oleh setiap Akuntan Publik untuk dapat kiranya
menghindarkan setiap sikap-sikap yang bertentangan dengan ketentuan hukum dan
pengaturan Kode etik profesi Akuntan Publik yang berlaku. Selain konsekuensi
Perdata, pelanggaran sikap profesionalisme yang dilakukan oleh Akuntan Publik juga
dapat memberikan akibat yang bersifat pidana. Pada dasarnya hal ini telah diusulkan
oleh pemerintah dalam Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik yang saat ini
telah berada dalam tahap pembahasan akhir. Dimana selain konsekuensi yang bersifat
hukuman sanksi administratif, antara lain dalam pasal 46 RUU Akuntan Publik
tersebut yang memberikan konsekuensi pidana untuk waktu maksimum 6 tahun dan
denda maksimum Rp 300 juta bagi Akuntan Publik yang terbukti: (a) melanggar pasal
32 ayat 6 yang isinya mewajibkan seorang Akuntan Publik untuk mematuhi SPAP
serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana pelanggar terhadap hal
tersebut telah menimbulkan kerugian bagi pihak lain; (b) menyatakan pendapat atas
Laporan Keuangan tidak berdasarkan bukti audit yang sah, relevan dan cukup.
Kemudian (c) melanggar ketentuan asal 37 ayat (1) huruf g dengan melakukan
tindakan yang mengakibatkan kertas kerja dan sokumen-dokumen lain yang berkaitan
dengan pemberian jasa tidak apat digunakan sebagaimana mestinya, dan juga huruf j
dalam melakukan manipulasi data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan; (d)
Atau memberikan pernyataan tidak benar, dokumen also atau dokumen yang
dipalsukan untuk mendapatkan atau memperbaharui ijin Akuntan Publik atau untuk
mendapatkan ijin usaha KAP atau ijin pendirian cabang KAP.
Pada dasarnya, walaupun ketentuan pidana tidak diatur dalam PMK
No.17/PMK.01/2008 dan RUU Akuntan Publik, tetap saja tindakan pelanggaran yang
dilakukan oleh Akuntan Publik untuk berprofesi secara profesional membuka potensi
untuk dipidanakan oleh orang-orang yang dirugikan olehnya. Misalnya dalam hal
terjadinya kedekatan yang sangat antara Akuntan Publik tersebut dengan klien, atau
bahkan juga mungkin pemilik ataupun Akuntan Publik tersebut mempunyai hubungan
keluarga langsung terhadap klien yang menggunakan jasanya tersebut, ataupun
Akuntan Publik tersebut mendapatkan imbalan khusus. Sehingga dapat saja seorang
Akuntan Publik melakukan tindakan kejahatan bahkan antara lain dengan cara
9
memalsukan surat seperti yang diatur dalam pasal 263 dan pasal 264 KUHP, ataupun
melakukan penipuan ataupun kebohongan seperti yang diatur dalam pasal 378 KUHP,
yang dapat dikutip sebagai berikut:
1) Pasal 263 (1) KUHP: Barangsiapa membuat secara tidak benar atau memalsu
surat yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan utang,
atau yang diperuntukkan sebagai bukti dari suatu hal, dengan maksud untuk
memakai atau menyuruh orang lain pakai surat tersebut seolah-olah isinya
benar dan tidak dipalsu, diancam, jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan
kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama 6 tahun.
2) Pasal 378 KUHP: Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu
atau martabat palsu; dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian
kebohongan, mengerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, supaya member utang maupun menghapuskan piutang, diancam,
karena penipuan, dengan pidana penjara palaing lama 4 tahun.
3) Atau jikapun Akuntan Publik tidak melakukan tindak kejahatan tersebut
secara langsung akan tetapi keterlibatannya dalam tindak pidana kejahatan
pemalsuan surat ataupun penipuan tersebut dilakukan dengan cara turut
melakukan ataupun membantu melakukan seperti yang diatur dalam pasal 55
dan 56 KUH Pidana, yang dikutip sebagai berikut:
4) Pasal 55 ayat (1) KUHP: Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan
pidana: Ke-1, mereka yang melakukan menyuruh melakukan dan yang turut
serta melakukan perbuatan; Ke-2, mereka yang dengan memberi atau
menjanjikan sesuatu, dengan menalahgunakan kekuasaan atau martabat,
dengan kekerasan, ancaman ataupenyesatan, atau dengan member
kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya
melakukan perbuatan.
5) Pasal 56 KUHP: Dipidana sebagai pembantu (medepichtige) suatu kejahatan:
Ke-1, mereka yang sengaja membri bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;
Ke-2, Mereka yang sengaja member kesempata, sarana atau keterangan untuk
melakukan kejahatan.
Mengingat ketentuan hukum pidana telah diatur secara umum dalam KUHP,
pertanggungjawaban secara pidana tidak perlu harus terlebih dahulu diatur dalam UU
Akuntan Publik, karena secara umum, tindakan-tindakan yang berhubungan dengan
10
melakukan ataupun turut serta ataupun turut membantu melakukan kejahatan, akan
memberikan konsekuensi pertangungjawaban pidana terhadap seorang Akuntan
Publik seperti yang dijelaskan dalam pasal-pasal pidana tersebut di atas. Pemberian
hukuman yang bersifat sanksi administratif, secara hukum tidak dapat menghapuskan
akibat pidana yang diancamkan kepada seorang Akuntan Publik yang terbukti
melakukan ataupun terlibat dalam tindakan kejahatan penipuan ataupun pemalsuan
surat tersebut.
11
yang diperlukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang layak. Manajemen
perusahaan mengetaui dan mengendalikan secara langsung seluruh transaksi
perusahaan yang kemudian dicerminkan dalam buku besar dan laporan keuangan,
sedangkan pengetahuan akuntan publik mengenai transaksi-transaksi tersebut terbatas
pada apa yang diperolehnya melalui pemeriksaan. Oleh sebab itu, kewajaran laporan
keuangan merupakan bagian integral dari tanggung jawab manajemen. Akuntan
publik dapat memberikan saran-saran, baik mengenai bentuk maupun isi laporan
keuangan, akuntan publik dapat pula meyusukan konsep laporan keuangan seluruhnya
atau sebagian, berdasarkan pembukuan perusahaan yang menjadi tanggung jawab
manajemen. Tanggung jawab akuntan publik terhadap laporan keuangan yang
diperiksannya itu terbatas pada penyataan pendapat yang diberikannya, sedangkan
laporan keuangan itu sendiri tetap merupakan pencerimanan prestasi dan tanggung
jawab manajemen.
Para pengguna laporan keuangan yang diaudit pada dasarnya mengharapkan
profesi auditor untuk dapat:
1) Melaksanakan audit dengan kompetensi teknis, integritas, independen, dan
objektivitas.
2) Mencari dan mendeteksi salah saji yang material, baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja.
3) Mencegah penerbitan laporan keuangan dengan informasi yang menyesatkan.
Oleh karena itu, profesi auditor memiliki beberapa tanggung jawab, yakni:
1) Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan
Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi ataupun kesalahan-kesalahan yang
tidak disengaja, tercermin dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan.
Keyakinan yang memadai yang dimaksud adalah seorang auditor dengan
kemahirannya dapat memberikan keyakinan kepada para pengguna laporan keuangan
bahwa auditor telah melakukan serangkaian pengujian terhadap laporan keuangan
sehingga sesuai dengan GAAP. Untuk dapat melakukan hal tersebut, seorang auditor
harus bersikap Independen (Indepedensi Auditor). Sikap Independen yakni sikap
dimana seorang auditor harus bersikap netral terhadap entitas, walaupu kliennya
12
sendiri, sehingga diharapkan seorang auditor akan melihat secara objektif guna dapat
memberikan tanggung jawabnya yang lebih besar kepada para pengguna laporan
keuangan nantinya.
13
3) Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi tindakan melanggar hukum yang
dilakukan oleh klien
Tindakan melanggar hukum yang mungkin dapat ditemukan oleh seorang
auditor meliputii pembayaran suap, mengambil bagian dalam kegiatan politik yang
melanggar hukum, pelanggaran ketentuan pemerintah dan hukum tertentu lainnya.
Dua karakteristik tindakan melanggar hukum yang mempengaruhi tanggung jawab
auditor untuk mendeteksi adalah:
Penentuan apakah suatu tindakan dikatakan melanggar hukum atau tidak,
bergantung pada pertimbangan hukum yang pada umumnya di luar kompetensi
profesional auditor.
Tindakan melanggar hukum dalam kaitan dengan laporan keuangan sangat
beragam jenisnya. Beberapa ketentuan dan peraturan, seperti hukum pajak
penghasilan, memiliki akibat langsung dan material terhadap laporan keuangan.
Namun beberapa ketentuan yang berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan
kerja serta perlindungan lingkungan hanya memiliki pengaruh tidak langsung
pada laporan keuangan.
Auditor mengembangkan perencanaan audit berdasarkan audit berdasarkan
indikator resiko. Indikator berikut ini dapat menunjukkan adanya peningkatan resiko
tindakan melanggar hukum, yaitu (1) transaksi di luar kewenangan, (2) investigasi
yang dilakukan oleh pejabat kantor, dan (3) kegagalan mengarsipkan formulir
perpajakan.
14
2.6 Laporan Keuangan Prospektif
Tujuan akuntan di dalam pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif adalah
untuk mengumpulkan bukti cukup untuk membatasi resiko atestasi ke suatu tingkat
yang dalam pertimbangan profesionalnya memadai untuk tingkat keyakinan yang
dapat diberikan dari laporan pemeriksaan.
Dalam laporan keuangan prospektif, akuntan memberikan keyakinan hanya
tentang apakah laporan keuangan prospektif disajikan sesuai dengan panduan
penyajian yang ditetapkan IAI dan apakah asumsi yang dipakai memberikan dasar
rasional untuk perkiraan manajemen, atau dasar rasional untuk proyeksi manajemen
berdasarkan asumsi hipotesis. Akuntan tidak memberikan keyakinan mengenai dapat
dicapai atau tidaknya hasil prospektif karena peristiwa dan keadaan sering kali tidak
terjadi seperti yang diharapkan dan pencapaian hasil prospektif adalah tergantung atas
tindakan, rencana dan asumsi pihak yang bertanggung jawab.
Dalam pemeriksaannya atas laporan keuangan prospektif, akuntan harus
memilih dari semua prosedur yang tersedia, yaitu prosedur penentuan resiko melekat
dan resiko pengendalian dan membatasi resiko deteksi, setiap kombinasi yang dapat
membatasi resiko atestasi ke tingkat yang memadai.
Lingkup prosedur pemeriksaan yang akan dilaksanakan harus didasarkan
pertimbangan akuntan atas:
a. Sifat dan materialitas informasi terhadap laporan keuangan prospektif secara
keseluruhan.
b. Kemungkinan terjadinya salah saji.
c. Pengetahuan yang diperoleh selama perikatan sekarang dan yang lalu.
d. Kompetensi pihak yang bertanggung jawab tentang laporan keuangan
prospektif.
e. Luasnya dampak pertimbangan pihak yang bertanggung jawab terhadap
laporan keuangan prospektif, misalnya pertimbangan dalam memilih asumsi
yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan prospektif.
f. Kecukupan data yang digunakan oleh pihak yang bertanggung jawab.
15
a. Penyajian mencerminkan asumsi yang diidentifikasi.
b. Perhitungan yang dibuat untuk menerjemahkan asumsi ke dalam jumlah
prospektif secara matematis cermat.
c. Asumsi konsisten secara internal.
d. Prinsip akuntansi yang digunakan dalam perkiraan keuangan konsisten dengan
prinsip akuntansi yang diharapkan akan digunakan dalam laporan keuangan
historis yang mencakup periode prospektif dan dengan prinsip akuntansi yang
digunakan dalam laporan keuangan historis yang paling akhir, serta proyeksi
keuangan yang konsisten dengan prinsip akuntansi yang diharapkan akan
digunakan dalam periode prospektif dan dengan prinsip akuntansi yang
digunakan dalam laoran keuangan historis yang paling akhir, jika ada, atau
prinsip akuntansi tersebut konsisten dengan tujuan penyajian.
e. Penyajian laporan keuangan prospektif mengikuti panduan yang ditetapkan
IAI yang berlaku untuk laporan tersebut.
f. Asumsi telah diungkapkan secara memadai berdasarkan panduan penyajian
laporan keuangan prospektif yang ditetapkan IAI.
16
Independensi – meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi
harus mempertahankan independensi.
Penugasan personil – meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh
staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk
perikatan dimaksud.
Konsultasi – meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi
memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat
pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement), dan wewenang
memadai.
Supervisi – meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu
yang ditetapkan oleh KAP.
Perekrutan (hiring) – meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan
memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka
melakukan penugasan secara kompeten.
Pengembangan professional – meyakinkan bahwa setiap personil memiliki
pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung
jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan
wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai bagi personelnya
untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka
di KAP.
Penerimaan dan kelanjutan klien – menentukan apakah perikatan dari klien
akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya
hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas
berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence).
Inspeksi – meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-
unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.
17
bantuan (jika diperlukan) dari Menetapkan bidang-bidang dan
orang yang memiliki keahlian, situasi tertentu yang membutuhkan
pertimbangan dan kewenangan konsultasi.
yang memadai.
Supervisi Pekerjaan pada setiap tingkatanMenetapkan prosedur untuk
harus di supervisi untuk menjaga
mereview kertas kerja dan laporan.
agar pekerjaaan benar-benar telah
Melaksanakan supervisi pekerjaan
memenuhi standar mutu KAP. terus-menerus.
Pengangkatan Pegawai baru harus memiliki Membuat program pengangkatan
Pegawai kualifikasi tertentu untuk dapat
pegawai baru pada tingkat pemula.
melakukan tugasnya secara Menetapkan kualifikasi untuk
kompeten. menilai calon pegawai potensial
pada setiap tingkat profesional.
Pengembangan Personil harus memiliki Membuat program untuk
Profesional pengetahuan yang diperlukan agar mengembangkan keahlian pada
dapat memenuhi tanggung jawab bidang-bidang khusus.
yang dibebankan kepadanya. Menyediakan informasi bagi para
personil tentang hal-hal baru di
bidang profesi.
Pengembangan Personil harus memiliki Menetapkan kualifikasi yang
Karyawan kualifikasi yang memungkinkan ia diperlukan untuk setiap tingkat
memenuhi tanggung jawab yang tanggung jawab dalam KAP.
akan dibeerikan kepadanya di Melakukan evaluasi personalia
waktu mendatang. secara periodik.
Penerimaan KAP harus mengusahakan agar Menetapkan kriteria untuk
dan tidak berhubungan kerja dengan mengevaluasi klien baru.
Keberlanjutan klien yang integritas Menetapkan prosedur review untuk
Klien manajemennya diragukan. klien lama yang akan memberi
penugasan lanjutan.
Inspeksi KAP harus menentukan bahwa Merumuskan lingkup dan isi
prosedur-prosedur yang program inspeksi.
berhubungan dengan elemen- Memberikan laporan hasil inspeksi
elemen lain telah diterapkan kepada tingkat manajemen yang
secara efektif. sesuai dalam KAP.
Dalam penugasan audit, auditor independen bertanggung jawab untuk
mematuhi satandar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.
Kantor Akuntan Publik juga harus mematuhi standar auditing yang ditetapkan Institut
Akuntan Publik Indonesia dalam pelaksanaan Audit. Oleh karena itu KAP harus
membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu untuk memberikan keyakinana
memadai tentang kesesuaian penugasan audit dengan standar auditing yang ditetapkan
oleh IAI. Sifat dan luasnya kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang
ditetapkan oleh kantor akuntan publik tergantung atas faktor-faktor tertentu, seperti
ukuran kantor akuntan publik, tingkat otonomi yang diberikan kepada karyawan dan
18
kantor-kantor cabangnya, sifat praktik, organisasi kantornya, serta pertimbangan
biaya-manfaat. (SA 161 No. 2)
Standar Auditing yang ditetapkan oleh IAI berkaitan dengan pelaksanaan
penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu berkaitan dengan
pelakasanaan praktik audit KAP secara keseluruhan. Oleh karena itu, standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan standar pengendalian mutu
berhubungan satu sama lain, dan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang
diterapkan oleh kantor akuntan publik berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan
audit secara individual dan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara
keseluruhan. (SA 161 No.3)
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (SA 150 No. 2) adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai mengenai pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
19
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporankeuangan secara keseluruhan atau suatu asersil bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.
20
4. Persyaratan ijin pembukaan cabang KAP ditambah: (1) memiliki NPWP cabang,
(2) memiliki auditor tetap yang salah satunya memiliki register negara untuk
akuntan. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur.
5. Ketentuan lainnya mengenai pembukaan cabang KAP yang sebelumnya tidak
diatur adalah: Cabang KAP yang tidak mempunyai Pemimpin Cabang selama 6
(enam) bulan dicabut ijin pembukaan cabangnya. Selain itu, Penggantian
Pemimpin Cabang wajib dilaporkan.
6. Beberapa ketentuan berkaitan dengan kerjasaman KAP dengan KAPA/OAA yang
sebelumnya tidak diatur antara lain: (1) Perjanjian kerjasama KAP dengan
KAPA/OAA harus disahkan oleh notaries, (2) OAA yang diperbolehkan
melakukan kerjasama dengan KAP paling sedikit harus memiliki keanggotaan di
20 (dua puluh) negara, (3) Penulisan huruf nama KAPA/OAA yang melakukan
kerjasama dengan KAP dilarang melebihi besarnya huruf nama KAP, (4) KAP
yang tidak melaporkan bubarnya dan/atau putusnya hubungan dengan
KAPA/OAA dalam jangka waktu paling lama 6 bulan, dikenakan sanksi
pembekuan ijin.
7. Laporan Auditor Independen (LAI) harus diberi nomor secara urut berdasarkan
tanggal penerbitannya. Hal ini terutama untuk tujuan tertib administrasi LAI.
Selain itu, juga sebagai control terhadap LAI dan membantu untuk mendeteksi
adanya LAI yang dipalsukan. Ketentuan mengenai hal ini sebelumnya tidak
diatur.
8. Akuntan Publik harus menjadi anggota IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia),
sebelumnya Akuntan Publik harus menjadi anggota IA dan IAI-Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP). Dalam peraturan baru ini juga diatur bahwa Asosiasi
Akuntan Publik yang diakui adalah IAPI.
9. Mengenai Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) diatur bahwa USAP
diselenggarakan oleh IAPI, sebelumnya USAP diselenggarakan oleh IAI.
Berkaitan dengan pengalihan ini, diberikan masa transisi selama 6 bulan bagi IAI
untuk tetap dapat melaksanakan USAP sebelum dialihkan sepenuhnya kepada
IAPI. Selain itu, juga diatur bahwa Menteri Keuangan dapat melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan USAP (sebelumnya tidak diatur).
21
10. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) ditetapkan oleh IAPI, sebelumnya
SPAP ditetapkan oleh IAI-KAP. Disamping itu, juga diatur bahwa Menteri
Keuangan memantau dan mengevaluasi SPAP (sebelumnya tidak diatur).
11. Berkaitan dengan pembekuan ijin KAP/AP terdapat beberapa tambahan
pengaturan diantaranya: (1) AP/KAP/Cabang KAP yang memberikan jasa ketika
belum mendapatkan persetujuan pengaktifan ijin kembali setelah dikenakan
sanksi pembekuan ijin, dikenakan Sanksi Pembekuan Ijin, (2) KAP berbentuk
usaha persekutuan dibekukan ijin usahanya ketika seluruh rekan AP-nya
dikenakan sanksi pembekuan ijin, (3) Setelah sanksi pembekuan ijin berakhir, AP,
KAP, dan Cabang KAP jika masih ingin memberikan jasa wajib mengajukan
permohonan pengaktifan ijin kembali, (4) Sanksi pembekuan ijin diberikan paling
banyak 2 kali (dalam peraturan sebelumnya sanksi pembekuan ijin diberikan
paling banyak 1 kali).
Tanggung Jawab Akuntan Publik dalam Pasal 80 UU No.8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal menyatakan Akuntan Publik sebagai jasa professional ikut bertanggung
jawab bila Pernyataan Pendaftaran Emiten yang dijaminnya tidak memuat informasi
mengenai Fakta Material sesuai Undang-Undang sehingga informasi tersebut
menyesatkan. Namun tanggung jawab auditor terbatas pada pendapat yang
diberikannya.
22
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-86/BL/2011 tentang
independensi akuntan yang memberikan jasa di pasar modal, pada pasal 7 menyatakan
dalam penerimaan penugasan profesional, Akuntan wajib mempertimbangkan secara
profesional dan memiliki independensi yang dapat dipertanggungjawabkan
sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Bagi perusahaan yang telah go public, dimana sebagian sahamnya dimiliki
oleh masyarakat luas, maka informasi yang tepat, cepat, dan terpercaya sangatlah
dibutuhkan untuk mengetahui posisi keuangan, hasil usaha, dan perkembangan
perusahaan yang pengelolanya dipercayakan kepada manajemen.
Untuk memperoleh informasi yang tepat, akurat dan dapat dipercaya, laporan
keuangan haruslah disajikan sesuai dengan prinsip-pronsip akuntansi yang diterima
umum, dan untuk memastikan kewajarannya, laporan keuangan tersebut harus diaudit
oleh akuntan yang independen. Akuntan dalam kapasitas dan kompetensi
profesionalnya harus melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing dan
mematuhi serta menjunjung tinggi kode etik profesi.
Dalam mendorong perkembangan pasar modal di Indonesia, peranan para
akuntan sebagai profesi kepercayaan publik menjadi sangat penting. Fungsi utama
akuntan adalah dalam rangka memberikan gambaran yang transparan mengenai posisi
keuangan suatu perusahaan dalam menginformasikan ke publik.
Berdasarkan pasal 16 PMK No.17/PMK.1/2008, sebuah KAP hanya dapat
berbentuk Perseorangan ataupun Persekutuan Perdata atau Persekutuan Firma.
Mengingat badan usaha yang menjadi dasar dari KAP tersebut bukanlah berbentuk
badan hukum, maka tanggung jawab terhadap kewajiban untuk mengganti kerugian
terhadap pihak yang dirugikan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dibebankan
kepada pribadi dari anggota persekutuan tersebut secara tanggung renteng. Dengan
pengertian lain, bahwa harta yang akan menjadi jaminan pembayaran terhadap
pemenuhan ganti-ganti rugi tersebut adalah harta pribadi dari masing-masing Akuntan
Publik dalam hal KAP yang merupakan badan usaha dalam menjalankan Jasanya
berbentuk Perorangan ataupun Persekutuan Perdata ataupun Persekutuan Firma.
Jika ditemukan bukti-bukti pelanggaran dalam memberikan jasanya baik yang
bersifat ringan hingga yang bersifat berat, berdasarkan PMK No. 17/PMK.01/2008
hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan, sanksi pembekuan
23
ijin dan sanksi pencabutan ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62, pasal 63,
pasal 64 dan pasal 65. Sanksi peringatan dikenakan terhadap pelanggaran ringan,
sanksi pembekuan ijin dikenakan terhadap pelanggaran berat, dan sanksi pencabutan
ijin dikenakan terhadap pelanggaran yang sangat berat.
24
2. Konsultan Hukum
Melakuan pemeriksaan secara menyeluruh dari segi hukum (Legal
Audit)
Memberikan pendapat dari segi hukum (Legal Opinion) terhadap
emiten dan perusahaan publik.
3. Legal Audit
Akte pendirian berikut perubahannya
Permodalan
Perizinan
Kepemilikan aset harus atas nama perusahaan
Perjanjian dengan pihak ketiga baik dalam negeri maupun luar negeri
Perkara baik perdata maupun pidana yang menyangkut perusahaan
maupun pribadi direksi
UMR
AMDAL
4. Notaris
Tugas:
Membuat Berita Acara RUPS
Membuat Akte Perubahan Anggaran Dasar
Menyiapkan perjanjian-perjanjian dalam rangka emisi efek.
5. Penilai
Adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani Leporan Penilai yaitu
pendapat atas nilai wajar aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan
menurut keahlian para penilai.
25
Sementara itu, aturan dalam Kode Etik juga mempengaruhi sikap akuntan
terhadap advertensi jasa akuntan publik. Orang cenderung bersikap positif terhadap
suatu objek apabila aturan yang ada memang melegalkan objek tertentu. Hal inilah
yang membuat peneliti mempunyai kerangka berpikir bahwa perubahan aturan dalam
Kode Etik IAI akan membawa perubahan sikap akuntan.
26
Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Satuan Kerja Audit
Intern, akuntan publik, dan hasil pengawasan Bank Indonesia, guna
memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris.
BAB III
PENUTUP
27
Persyaratan yang harus dilalui untuk mendapatkan izin dan kewenangan untuk
melaksanaan profesi Akuntan Publik, yang melibatkan kewenangan dari dua lembaga
yakni Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam menyatakan kelayakan kualitas
keilmuan dan penerapan kode etik profesi seorang Akuntan Publik, dan Menteri
Keuangan RI dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Akuntan Publik
begitu juga dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) menggambarkan sudah seharusnya
hasil kerja dari seorang akuntan publik akan memberikan perlindungan pada setiap
anggota masyarakat yang mengunakan ataupun meletakkan kepercayaan kepadanya
dalam proses pengambilan keputusan.
28